Lompat ke isi

Perang proksi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(23 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{nofootnotes}}
{{nofootnotes}}
{{underlinked}}
'''Perang proksi''' ({{lang-en|proxy war}}) adalah perang ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Sementara kekuasaan kadang-kadang digunakan pemerintah sebagai proksi, aktor non-negara kekerasan, dan [[tentara bayaran]], pihak ketiga lainnya yang lebih sering digunakan. Diharapkan bahwa kelompok-kelompok ini bisa menyerang lawan tanpa menyebabkan perang skala penuh.
'''Perang proksi / perang fraksi''' (Bahasa Inggris: proxy war) adalah perang antar dua negara atau [[aktor non-negara]] yang terjadi karena dorongan atau mewakili pihak lain yang tidak terlibat langsung di pertempuran.<ref>Osmańczyk, Jan Edmund: "Encyclopedia of the United Nations and International Agreements", halaman 1869. Routledge Books, 2002</ref>Agar sebuah konflik dapat dikategorikan sebagai perang proksi, pihak yang berkonflik harus memiliki hubungan langsung yang sifatnya jangka panjang dengan faktor eksternal. Hubungan ini bisa berbentuk pendanaan, pelatihan militer, penyediaan senjata, serta bentuk dukungan lainnya yang dibutuhkan untuk membantu upaya perang. Aktor yang bertikai dalam sebuah perang proksi tidak hanya berupa pemerintahan sebuah negara, melainkan juga bisa aktor kekerasan non-negara seperti [[milisi]], [[tentara bayaran]], dan pihak ketiga lainnya.
Perang Proksi juga telah berjuang bersama konflik skala penuh. Hal ini hampir mustahil untuk memiliki perang proksi yang murni, sebagai kelompok berjuang untuk bangsa tertentu biasanya memiliki kepentingan mereka sendiri, yang dapat menyimpang dari orang-orang dari patron mereka.

Biasanya perang proksi berfungsi terbaik selama perang dingin, karena mereka menjadi kebutuhan dalam melakukan konflik bersenjata antara setidaknya dua pihak yang berperang sambil terus perang dingin.
Perang proksi tidak hanya berperang menggunakan kekuatan militer, tetapi juga melalui berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial budaya, dan hukum. Perang proksi biasanya melibatkan [[konfrontasi]] antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung karena konflik secara langsung antar kedua kekuatan tersebut akan berisiko kehancuran yang jauh lebih besar. Perang ini sering terjadi pada saat [[Perang Dingin]], dimana masing-masing [[Blok Barat]] dan [[Blok Timur|Timur]] beradu pengaruh dan kepentingan secara tidak langsung lewat konflik di negara-negara berkembang yang ada di [[Afrika]], [[Asia]], atau [[Amerika Selatan]]. Dalam Perang Dingin, perang proksi menjadi metode yang marak digunakan karena konflik terbuka antara [[Amerika Serikat]] dan [[Uni Soviet]] dapat berujung pada [[perang nuklir]] yang memiliki dampak kerusakan masif.<ref>{{Cite web|title=Proxy War|url=https://www.zenius.net/prologmateri/sejarah/a/859/Proxy-War|website=Zenius|access-date=8 Juni 2021|archive-date=2021-06-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210608054740/https://www.zenius.net/prologmateri/sejarah/a/859/Proxy-War|dead-url=yes}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
<references/>
* Bernd Greiner / Christian Müller / Dierk Walter (Ed.): ''Heiße Kriege im Kalten Krieg''. Hamburg 2006, ISBN 3-936096-61-9 ([http://hsozkult.geschichte.hu-berlin.de/rezensionen/2006-3-024 Review by H. Hoff], [http://www.akweb.de//ak_s/ak521/03.htm Review by I. Küpeli])

* Scott L. Bills: ''The world deployed : US and Soviet military intervention and proxy wars in the Third World since 1945''. From: Robert W. Clawson (Ed.): ''East West rivalry in the Third World''. Wilmington 1986, p.&nbsp;77-101.
* Bernd Greiner / Christian Müller / Dierk Walter (Ed.): ''Heiße Kriege im Kalten Krieg''. Hamburg 2006, ISBN 3-936096-61-9 ([http://hsozkult.geschichte.hu-berlin.de/rezensionen/2006-3-024 Review by H. Hoff], [http://www.akweb.de//ak_s/ak521/03.htm Review by I. Küpeli] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130426095031/http://www.akweb.de/ak_s/ak521/03.htm |date=2013-04-26 }})
* Scott L. Bills: ''The world deployed: US and Soviet military intervention and proxy wars in the Third World since 1945''. From: Robert W. Clawson (Ed.): ''East West rivalry in the Third World''. Wilmington 1986, p.&nbsp;77-101.
* Chris Loveman: ''Assessing the Phenomeon of Proxy Intervention''. From Journal of Conflict, Security and Development, edition 2.3, Routledge 2002, pp 30–48.
* Chris Loveman: ''Assessing the Phenomeon of Proxy Intervention''. From Journal of Conflict, Security and Development, edition 2.3, Routledge 2002, pp 30–48.



Revisi terkini sejak 1 Juni 2024 20.20

Perang proksi / perang fraksi (Bahasa Inggris: proxy war) adalah perang antar dua negara atau aktor non-negara yang terjadi karena dorongan atau mewakili pihak lain yang tidak terlibat langsung di pertempuran.[1]Agar sebuah konflik dapat dikategorikan sebagai perang proksi, pihak yang berkonflik harus memiliki hubungan langsung yang sifatnya jangka panjang dengan faktor eksternal. Hubungan ini bisa berbentuk pendanaan, pelatihan militer, penyediaan senjata, serta bentuk dukungan lainnya yang dibutuhkan untuk membantu upaya perang. Aktor yang bertikai dalam sebuah perang proksi tidak hanya berupa pemerintahan sebuah negara, melainkan juga bisa aktor kekerasan non-negara seperti milisi, tentara bayaran, dan pihak ketiga lainnya.

Perang proksi tidak hanya berperang menggunakan kekuatan militer, tetapi juga melalui berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial budaya, dan hukum. Perang proksi biasanya melibatkan konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung karena konflik secara langsung antar kedua kekuatan tersebut akan berisiko kehancuran yang jauh lebih besar. Perang ini sering terjadi pada saat Perang Dingin, dimana masing-masing Blok Barat dan Timur beradu pengaruh dan kepentingan secara tidak langsung lewat konflik di negara-negara berkembang yang ada di Afrika, Asia, atau Amerika Selatan. Dalam Perang Dingin, perang proksi menjadi metode yang marak digunakan karena konflik terbuka antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dapat berujung pada perang nuklir yang memiliki dampak kerusakan masif.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Osmańczyk, Jan Edmund: "Encyclopedia of the United Nations and International Agreements", halaman 1869. Routledge Books, 2002
  2. ^ "Proxy War". Zenius. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-08. Diakses tanggal 8 Juni 2021. 
  • Bernd Greiner / Christian Müller / Dierk Walter (Ed.): Heiße Kriege im Kalten Krieg. Hamburg 2006, ISBN 3-936096-61-9 (Review by H. Hoff, Review by I. Küpeli Diarsipkan 2013-04-26 di Wayback Machine.)
  • Scott L. Bills: The world deployed: US and Soviet military intervention and proxy wars in the Third World since 1945. From: Robert W. Clawson (Ed.): East West rivalry in the Third World. Wilmington 1986, p. 77-101.
  • Chris Loveman: Assessing the Phenomeon of Proxy Intervention. From Journal of Conflict, Security and Development, edition 2.3, Routledge 2002, pp 30–48.