Lompat ke isi

Nh. Dini: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Daffaul Faizah (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(11 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 12: Baris 12:
|occupation = [[Sastrawan]]
|occupation = [[Sastrawan]]
, [[novelis]]
, [[novelis]]
|yearsactive = [[1956]]-[[2018]]
|yearsactive = [[Kesusastraan Indonesia Periode 1950-1965|Angkatan '50]] (1956-2018)
|parents =
|parents =
RM. Saljowidjojo<br>Kusaminah
RM. Saljowidjojo<br>Kusaminah
Baris 29: Baris 29:
Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga [[Sekolah dasar|SD]]. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini, yang harus bekerja keras sebagai buruh [[batik]] setelah kematian suaminya, selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan [[Panji Wulung]], [[Panjebar Semangat]], tembang-tembang Jawa dengan [[aksara Jawa]] dan sebagainya<ref>{{Cite web|last=Post|first=The Jakarta|title=Obituary: NH Dini, Indonesian feminist literary figure|url=https://www.thejakartapost.com/life/2018/12/05/obituary-nh-dini-indonesian-feminist-literary-figure.html|website=The Jakarta Post|language=en|access-date=2022-04-21}}</ref>. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga [[Sekolah dasar|SD]]. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini, yang harus bekerja keras sebagai buruh [[batik]] setelah kematian suaminya, selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan [[Panji Wulung]], [[Panjebar Semangat]], tembang-tembang Jawa dengan [[aksara Jawa]] dan sebagainya<ref>{{Cite web|last=Post|first=The Jakarta|title=Obituary: NH Dini, Indonesian feminist literary figure|url=https://www.thejakartapost.com/life/2018/12/05/obituary-nh-dini-indonesian-feminist-literary-figure.html|website=The Jakarta Post|language=en|access-date=2022-04-21}}</ref>. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.


Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir [[lokomotif]] atau [[masinis]]. Tapi ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.
Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir [[lokomotif]] atau [[masinis]]. Namun, ia tak sampai mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.


Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dan dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya, sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.


Ayah Dini meninggal ketika ia masih duduk di bangku [[Sekolah menengah pertama|SMP]], sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan [[Sastra|sajak]] dan [[cerita pendek]]. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di [[Radio Republik Indonesia|RRI]] [[Kota Semarang|Semarang]] ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar<ref name=":0" />. Dini juga menulis untuk Majalah ''KISAH'', dan ''SIASAT''. Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritis positif dari [[H.B. Jassin]] tahun [[1951]].
Ayah Dini meninggal ketika ia masih duduk di bangku [[Sekolah menengah pertama|SMP]], sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan [[Sastra|sajak]] dan [[cerita pendek]]. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di [[Radio Republik Indonesia|RRI]] [[Kota Semarang|Semarang]] ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar<ref name=":0" />. Dini juga menulis untuk Majalah ''KISAH'', dan ''SIASAT''. Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritis positif dari [[H.B. Jassin]] tahun [[1951]].
Baris 83: Baris 83:
-->
-->
== Kematian ==
== Kematian ==
Nh. Dini meninggal dunia tanggal 4 Desember 2018 pada usia 82 tahun karena kecelakaan lalu lintas di jalan tol Tembalang, Semarang.<ref>{{cite web | title=Novelis Nh Dini Meninggal Dunia | website=CNN Indonesia | date=4 Desember 2018 | url=https://m.cnnindonesia.com/hiburan/20181204181249-241-351110/novelis-nh-dini-meninggal-dunia | language=id | access-date=4 December 2018}}</ref><ref>[https://daerah.sindonews.com/read/1360040/22/nh-dini-sempat-jalani-mri-di-rumah-sakit-sebelum-tutup-usia-1543928089?utm_source=News%20Notification&utm_medium=referral NH Dini Sempat Jalani MRI di Rumah Sakit Sebelum Tutup Usia, 4 Desember 2018]</ref> Jenazahnya dikremasikan di [[Ambarawa]] pada 5 Desember 2018.<ref>{{Cite news|last=Nurdin|first=Nazar|date=05-12-2018|title=NH Dini Berpulang, Jenazahnya Dikremasi di Ambarawa Pagi Ini|url=https://regional.kompas.com/read/2018/12/05/08125341/nh-dini-berpulang-jenazahnya-dikremasi-di-ambarawa-pagi-ini|work=kompas.com|access-date=13-07-2021}}</ref>
Nh. Dini meninggal dunia tanggal 4 Desember 2018 pada usia 82 tahun karena kecelakaan lalu lintas di jalan tol Tembalang, Semarang.<ref>{{Cite news| title=Novelis Nh Dini Meninggal Dunia |work=[[CNN Indonesia]] | date=4 Desember 2018 | url=https://m.cnnindonesia.com/hiburan/20181204181249-241-351110/novelis-nh-dini-meninggal-dunia | language=id | access-date=4 December 2018}}</ref><ref>[https://daerah.sindonews.com/read/1360040/22/nh-dini-sempat-jalani-mri-di-rumah-sakit-sebelum-tutup-usia-1543928089?utm_source=News%20Notification&utm_medium=referral NH Dini Sempat Jalani MRI di Rumah Sakit Sebelum Tutup Usia, 4 Desember 2018]</ref> Jenazahnya dikremasikan di [[Ambarawa]] pada 5 Desember 2018.<ref>{{Cite news|last=Nurdin|first=Nazar|date=05-12-2018|title=NH Dini Berpulang, Jenazahnya Dikremasi di Ambarawa Pagi Ini|url=https://regional.kompas.com/read/2018/12/05/08125341/nh-dini-berpulang-jenazahnya-dikremasi-di-ambarawa-pagi-ini|work=[[Kompas.com]]|access-date=13-07-2021|editor-last=Ika|editor-first=Aprillia}}</ref>


== Karya novel ==
== Karya ==
* ''Hati yang Damai'' (1961).<ref>{{Citation
* ''Hati yang Damai'' (1961)<ref>{{Citation
|author1=Dini, Nh
|author1=Dini, Nh
|title=Hati yang Damai
|title=Hati yang Damai
Baris 93: Baris 93:
|url=https://trove.nla.gov.au/work/6103918
|url=https://trove.nla.gov.au/work/6103918
|accessdate=22 Februari 2020}}</ref>
|accessdate=22 Februari 2020}}</ref>
* ''[[Pada Sebuah Kapal]]'' (1973).<ref>{{Citation
* ''[[Pada Sebuah Kapal]]'' (1973)<ref>{{Citation
|author1=Dini, Nh (Nurhayati)
|author1=Dini, Nh (Nurhayati)
|title=Pada Sebuah Kapal
|title=Pada Sebuah Kapal
Baris 100: Baris 100:
|url=https://trove.nla.gov.au/work/9191718
|url=https://trove.nla.gov.au/work/9191718
|accessdate=22 Februari 2020}}</ref>
|accessdate=22 Februari 2020}}</ref>
* ''La Barka'' (1975).
* ''La Barka'' (1975)
* ''[[Namaku Hiroko]]'' (1977).
* ''[[Namaku Hiroko]]'' (1977)
* ''Orang-orang Trans'' (1985).
* ''Orang-orang Trans'' (1985)
* ''Pertemuan Dua Hati'' (1986).
* ''Pertemuan Dua Hati'' (1986)
* ''Dari Ngalian ke Sendowo'' (2015)
* ''Gunung Ungaran'' (2018)


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
Karya-karya Nh. Dini memeroleh sambutan yang luar biasa dari berbagai kritikus, dalam dan luar negeri. Salah satu kritikus yang memberikan apresiasi tinggi terhadap karya-karya Nh. Dini adalah [[A. teeuw|A. Teeuw]]. Menurut Teeuw, Nh. Dini merupakan satu dari sedikit [https://hybernasi.com/7-sastrawan-wanita-indonesia-terbaik-abad-ini/ sastrawan wanita Indonesia] yang mampu menerjemahkan ide-ide feminisme ke dalam karya sastra dengan sangat baik, dan ide feminisme tersebut justru memperkokoh posisi kesastrawanannya.
Karya-karya Nh. Dini memeroleh sambutan yang luar biasa dari berbagai kritikus, dalam dan luar negeri. Salah satu kritikus yang memberikan apresiasi tinggi terhadap karya-karya Nh. Dini adalah [[A. teeuw|A. Teeuw]]. Menurut Teeuw, Nh. Dini merupakan satu dari sedikit [https://hybernasi.com/7-sastrawan-wanita-indonesia-terbaik-abad-ini/ sastrawan wanita Indonesia] yang mampu menerjemahkan ide-ide feminisme ke dalam karya sastra dengan sangat baik, dan ide feminisme tersebut justru memperkokoh posisi kesastrawanannya.


Nh. Dini berhasil meraih sejumlah penghargaan. Di antaranya adalah Hadiah Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), Bhakti Upapradana Bidang Sastra dari Pemerintah daerah Jawa Tengah (1991), [[Penghargaan Penulis Asia Tenggara|SEA Write Award]] di bidang sastra dari Pemerintah Thailand (2003), Hadiah Francophonie (2008), Achmad Bakrie Award (2011), dan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival 2017.<ref>{{Cite web|title=Pada Sebuah Kapal, Buku Karya N.H. Dini|url=https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/pada-sebuah-kapal-karya-n-h-dini/|website=Indonesia Kaya|access-date=2024-06-10}}</ref>
Tak berlebihan manakala pada 2003 pemerintah Thailand menganugerahinya The [[S.E.A. Write Award|S.E.A Write Award]] untuk pencapaian-pencapaian kesusastraannya.


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 123: Baris 125:
{{Authority control}}
{{Authority control}}


[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]
[[Kategori:Penulis wanita abad ke-20]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Penulis wanita Indonesia]]
[[Kategori:Penulis wanita Indonesia]]
[[Kategori:Penulis feminis]]
[[Kategori:Feminis Indonesia]]
[[Kategori:Feminis Indonesia]]
[[Kategori:Novelis Indonesia]]
[[Kategori:Novelis Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Jawa]]
[[Kategori:Kematian akibat kecelakaan]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 66]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 66]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Bugis]]
[[Kategori:Tokoh Bugis]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]
[[Kategori:Kematian akibat kecelakaan]]

Revisi terkini sejak 10 Juni 2024 10.58

Nh. Dini
LahirNurhayati Sri Hardini Siti Nukatin
(1936-02-29)29 Februari 1936
Hindia Belanda Semarang, Hindia Belanda
Meninggal4 Desember 2018(2018-12-04) (umur 82)
Indonesia Semarang, Indonesia
Sebab meninggalLuka di kepala akibat kecelakaan lalu lintas
PekerjaanSastrawan , novelis
Tahun aktifAngkatan '50 (1956-2018)
Suami/istriYves Coffin (1960-1984; bercerai)
AnakMarie-Claire Lintang Coffin
Pierre-Louis Padang Coffin
Orang tuaRM. Saljowidjojo
Kusaminah
Goodreads author: 824284

Nurhayati Sri Hardini (29 Februari 1936 – 4 Desember 2018) atau yang biasa dikenal sebagai Nh. Dini adalah sastrawan, novelis, dan feminis berkebangsaan Indonesia.

Kehidupan

[sunting | sunting sumber]

Dini dilahirkan dari pasangan RM. Saljowidjojo, seorang pegawai Perusahaan Jawatan Kereta Api dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Ditilik dari silsilah keluarganya, Nh. Dini masih berdarah Bugis[1].

Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini, yang harus bekerja keras sebagai buruh batik setelah kematian suaminya, selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Panjebar Semangat, tembang-tembang Jawa dengan aksara Jawa dan sebagainya[2]. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.

Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Namun, ia tak sampai mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.

Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya, sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.

Ayah Dini meninggal ketika ia masih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar[1]. Dini juga menulis untuk Majalah KISAH, dan SIASAT. Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritis positif dari H.B. Jassin tahun 1951.

Nh. Dini meninggal dunia tanggal 4 Desember 2018 pada usia 82 tahun karena kecelakaan lalu lintas di jalan tol Tembalang, Semarang.[3][4] Jenazahnya dikremasikan di Ambarawa pada 5 Desember 2018.[5]

  • Hati yang Damai (1961)[6]
  • Pada Sebuah Kapal (1973)[7]
  • La Barka (1975)
  • Namaku Hiroko (1977)
  • Orang-orang Trans (1985)
  • Pertemuan Dua Hati (1986)
  • Dari Ngalian ke Sendowo (2015)
  • Gunung Ungaran (2018)

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Karya-karya Nh. Dini memeroleh sambutan yang luar biasa dari berbagai kritikus, dalam dan luar negeri. Salah satu kritikus yang memberikan apresiasi tinggi terhadap karya-karya Nh. Dini adalah A. Teeuw. Menurut Teeuw, Nh. Dini merupakan satu dari sedikit sastrawan wanita Indonesia yang mampu menerjemahkan ide-ide feminisme ke dalam karya sastra dengan sangat baik, dan ide feminisme tersebut justru memperkokoh posisi kesastrawanannya.

Nh. Dini berhasil meraih sejumlah penghargaan. Di antaranya adalah Hadiah Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), Bhakti Upapradana Bidang Sastra dari Pemerintah daerah Jawa Tengah (1991), SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand (2003), Hadiah Francophonie (2008), Achmad Bakrie Award (2011), dan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival 2017.[8]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Artikel "Nh. Dini" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2022-04-21. 
  2. ^ Post, The Jakarta. "Obituary: NH Dini, Indonesian feminist literary figure". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-21. 
  3. ^ "Novelis Nh Dini Meninggal Dunia". CNN Indonesia. 4 Desember 2018. Diakses tanggal 4 December 2018. 
  4. ^ NH Dini Sempat Jalani MRI di Rumah Sakit Sebelum Tutup Usia, 4 Desember 2018
  5. ^ Nurdin, Nazar (05-12-2018). Ika, Aprillia, ed. "NH Dini Berpulang, Jenazahnya Dikremasi di Ambarawa Pagi Ini". Kompas.com. Diakses tanggal 13-07-2021. 
  6. ^ Dini, Nh (1976), Hati yang Damai, Pustaka Jaya, diakses tanggal 22 Februari 2020 
  7. ^ Dini, Nh (Nurhayati) (1973), Pada Sebuah Kapal, Pustaka Jaya, diakses tanggal 22 Februari 2020 
  8. ^ "Pada Sebuah Kapal, Buku Karya N.H. Dini". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2024-06-10. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]