Lompat ke isi

Dolly, Surabaya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(10 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{noref}}
{{noref}}
{{kegunaan lain|Dolly|Dolly}}
{{kegunaan lain|Dolly}}
'''Pertiba''' adalah nama sebuah kawasan [[lokalisasi]] [[pelacuran]] yang terletak di daerah Kacang Pedang, [[Kota Pangkalpinang]], [[Bangka Belitung]], [[Indonesia]]. Di kawasan lokalisasi ini, wanita penghibur "dipajang" di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase.
'''Dolly''' atau '''Gang Dolly''' adalah bekas kawasan [[lokalisasi]] [[pelacuran]] yang terletak di Jalan Kupang Gunung Timur I, Jarak, Putat Jaya, [[Kota Surabaya]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]], yang eksis sejak tahun 1968 sampai tahun 2014. Di kawasan lokalisasi ini, wanita penghibur "dipajang" di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase.


Konon lokalisasi ini adalah yang terbesar di [[Asia Tenggara]] lebih besar dari [[Patpong]] di [[Bangkok]], [[Thailand]] dan [[Geylang]] di [[Singapura]]. Bahkan pernah terjadi kontroversi untuk memasukkan Pertiba sebagai salah satu daerah tujuan [[wisata]] Pangkalpinang bagi [[wisatawan]] mancanegara.
Konon lokalisasi ini adalah yang terbesar di [[Asia Tenggara]] lebih besar dari [[Patpong]] di [[Bangkok]], [[Thailand]] dan [[Geylang]] di [[Singapura]]. Bahkan pernah terjadi kontroversi untuk memasukkan Gang Dolly sebagai salah satu daerah tujuan [[wisata]] Surabaya bagi [[wisatawan]] mancanegara. Lokalisasi ini secara resmi ditutup oleh Pemerintah Kota Surabaya pada awal tahun 2014, atas inisiatif Walikota [[Tri Rismaharini]] demi memberdayakan kaum wanita mencari rezeki secara halal serta mengantisipasi bahaya penyebaran HIV/AIDS.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Gang Dolly ini sudah ada sejak zaman Belanda dan dikelola oleh seorang perempuan keturunan [[Belanda]] yang dikenal dengan nama [[Dolly van der mart]]. Keturunan dari Dolly sampai sekarang masih ada di Surabaya, meskipun sudah tidak mengelola bisnis. Kawasan Dolly berada di tengah kota, berbaur dengan pemukiman penduduk yang padat, di kawasan Putat, Surabaya. Kompleks lokalisasi Dolly menjadi sumber rezeki bagi banyak pihak. Bukan hanya bagi pekerja seks, tetapi juga pemilik warung, penjaja rokok, tukang parkir, tukang ojek, dan tukang becak. Para pekerja seks berasal dari [[Semarang]], [[Kudus]], [[Pati]], [[Purwodadi]], [[Nganjuk]], [[Surabaya]], dan [[Kalimantan]].
Pada awalnya, lokasi tempat berdirinya Gang Dolly merupakan pemakaman umum, kemudian dibongkar pada tahun 1960 sampai 1967 sehingga pada saat itu sebagian besar menjadi tanah kosong. Pemerintah Kota Surabaya kala itu mengizinkan masyarakat membeli tanah di lokasi tersebut, hingga pada tahun 1968 seorang perempuan keturunan campuran Belanda, Jawa, Manado, dan Filipina, Dolly Chavit (1929-1991) yang dikenal dengan nama Tante Dolly van der Mart, menginjakkan kaki di Surabaya untuk pertama kalinya. Dolly dan suami, Van der Mart (lengkapnya Jakob Van Der Mart), membeli sebidang lahan bekas pemakaman di Jarak, kemudian mereka mendirikan sekaligus mengelola lokalisasi prostitusi mulai tahun 1969. Dari sanalah nama Gang Dolly berasal dan digunakan sebagai nama jalan sekaligus bisnis lokalisasi prostitusi. Dolly, Van Der Mart, dan keluarga mengelola bisnis ini sampai ia meninggal pada tahun 1991. Keturunan dari Dolly sampai sekarang masih ada di Surabaya, meskipun sudah tidak mengelola bisnis lagi sepeninggal Dolly. Kawasan Dolly berada di tengah kota, berbaur dengan pemukiman penduduk yang padat, di kawasan Putat Jaya, Surabaya. Kompleks lokalisasi Dolly menjadi sumber rezeki bagi banyak pihak. Bukan hanya bagi pekerja seks, tetapi juga pemilik warung, penjaja rokok, tukang parkir, tukang ojek, dan tukang becak. Para pekerja seks berasal dari [[Semarang]], [[Kudus]], [[Pati]], [[Purwodadi]], [[Nganjuk]], [[Surabaya]], dan [[Kalimantan]].


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi terkini sejak 22 Juni 2024 03.03

Dolly atau Gang Dolly adalah bekas kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di Jalan Kupang Gunung Timur I, Jarak, Putat Jaya, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, yang eksis sejak tahun 1968 sampai tahun 2014. Di kawasan lokalisasi ini, wanita penghibur "dipajang" di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase.

Konon lokalisasi ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura. Bahkan pernah terjadi kontroversi untuk memasukkan Gang Dolly sebagai salah satu daerah tujuan wisata Surabaya bagi wisatawan mancanegara. Lokalisasi ini secara resmi ditutup oleh Pemerintah Kota Surabaya pada awal tahun 2014, atas inisiatif Walikota Tri Rismaharini demi memberdayakan kaum wanita mencari rezeki secara halal serta mengantisipasi bahaya penyebaran HIV/AIDS.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pada awalnya, lokasi tempat berdirinya Gang Dolly merupakan pemakaman umum, kemudian dibongkar pada tahun 1960 sampai 1967 sehingga pada saat itu sebagian besar menjadi tanah kosong. Pemerintah Kota Surabaya kala itu mengizinkan masyarakat membeli tanah di lokasi tersebut, hingga pada tahun 1968 seorang perempuan keturunan campuran Belanda, Jawa, Manado, dan Filipina, Dolly Chavit (1929-1991) yang dikenal dengan nama Tante Dolly van der Mart, menginjakkan kaki di Surabaya untuk pertama kalinya. Dolly dan suami, Van der Mart (lengkapnya Jakob Van Der Mart), membeli sebidang lahan bekas pemakaman di Jarak, kemudian mereka mendirikan sekaligus mengelola lokalisasi prostitusi mulai tahun 1969. Dari sanalah nama Gang Dolly berasal dan digunakan sebagai nama jalan sekaligus bisnis lokalisasi prostitusi. Dolly, Van Der Mart, dan keluarga mengelola bisnis ini sampai ia meninggal pada tahun 1991. Keturunan dari Dolly sampai sekarang masih ada di Surabaya, meskipun sudah tidak mengelola bisnis lagi sepeninggal Dolly. Kawasan Dolly berada di tengah kota, berbaur dengan pemukiman penduduk yang padat, di kawasan Putat Jaya, Surabaya. Kompleks lokalisasi Dolly menjadi sumber rezeki bagi banyak pihak. Bukan hanya bagi pekerja seks, tetapi juga pemilik warung, penjaja rokok, tukang parkir, tukang ojek, dan tukang becak. Para pekerja seks berasal dari Semarang, Kudus, Pati, Purwodadi, Nganjuk, Surabaya, dan Kalimantan.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]