Lompat ke isi

Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
(14 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Kiirap Pisungsung Jaladri.jpg|jmpl|280x280px|Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri.]]
[[Berkas:Kiirap Pisungsung Jaladri.jpg|jmpl|280x280px|Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri.]]
'''Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri''' adalah tradisi yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Pedukuhan Mancingan, [[Parangtritis, Kretek, Bantul|Kalurahan Parangtritis, Kapanéwon Kretek, Kabupaten Bantul]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta]]. Upacara ini dilakukan dalam rangka mewujdukan masyarakat yang harmonis, sejahtera, dan berkeadilan.<ref>{{Cite web|title=Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Upacara Adat Warisan Budaya Nasional|url=https://bantulkab.go.id/berita/detail/5231/bekti-pertiwi-pisungsung-jaladri--upacara-adat-warisan-budaya-nasional.html|website=Pemerintah Kabupaten Bantul|access-date=23 Juni 2024}}</ref>
'''Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri''' adalah tradisi yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Pedukuhan Mancingan, [[Parangtritis, Kretek, Bantul|Kalurahan Parangtritis, Kapanéwon Kretek, Kabupaten Bantul]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta]] sejak tahun 1989. Upacara ini dilakukan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang harmonis, sejahtera, dan berkeadilan. Ritual tersebut juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.

== Asal-usul ==
Tradisi ini berlangsung turun-temurun secara sederhana sejak tahun 1989 di kawasan Pantai Parangtritis. Namun, penyelenggaraannya semakin semarak seiring berjalannya waktu. Ritual ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.<ref name=":0">{{Cite web|title=Upacara Adat Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri Parangtritis|url=https://parangtritis.bantulkab.go.id/first/artikel/581-Upacara-Adat-Bhekti-Pertiwi-Pisungsung-Jaladri-Parangtritis-|website=Pemerintah Kalurahan Parangtritis, Kapanéwon Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta|access-date=23 Juni 2024}}</ref>

Jika dilihat dari [[bahasa Jawa]], ''bekti'' berarti "berbakti", ''pertiwi'' berarti "[[bumi]]''", pisungsung'' berarti "[[Sesajen|persembahan]]", dan ''jaladri'' berarti "[[samudra]]". Secara keseluruhan, tradisi ini dianggap sebagai "bakti kepada ibu pertiwi" atau "ungkapan syukur atas berkah dari alam semesta".<ref name=":1">{{Cite web|title=Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Ritual Adat Tahunan di Pantai Parangtritis|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/06/14/bekti-pertiwi-pisungsung-jaladri-ritual-adat-tahunan-di-pantai-parangtritis|website=Good News from Indonesia|access-date=23 Juni 2024}}</ref> Sementara itu, [[Abdul Halim Muslih]] (Bupati Bantul ke-31), menyebutkan jika leluhur telah mewariskan kepada generasi saat ini tentang nilai-nilai kehidupan dalam upacara adat ini, yaitu, ''greget'', ''nyawiji'', ''sengguh ora mingkuh'', ''mangasah mingising budi'', ''memasuh malaning bumi'', dan ''hamemayu hayuning bawana''.<ref>{{Cite web|title=Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Upacara Adat Warisan Budaya Nasional|url=https://bantulkab.go.id/berita/detail/5231/bekti-pertiwi-pisungsung-jaladri--upacara-adat-warisan-budaya-nasional.html|website=Pemerintah Kabupaten Bantul|access-date=23 Juni 2024}}</ref>

Ketika upacara digelar, warga Mancingan sepakat untuk tidak membuka toko, kios, dan warung. Begitu pula dengan para petani dan nelayan, mereka kompak meliburkan diri agar bisa fokus mengikuti jalannya upacara persembahan.<ref name=":1" /> Masyarakat setempat menggelar upacara ini sebagai rasa syukur atas berbagai macam hasil panen, laut, dan dagang. Mereka akan melarung ''ubarampe'' (kelengkapan hajatan) ke Pantai Selatan.<ref name=":0" />

== Tata cara ==
Upacara diawali dengan berkumpulnya masyarakat Mancingan di area Joglo Pariwisata yang berada di [[Pantai Parangtritis]]. Selanjutnya, mereka melakukan kirab budaya dan membawa ''ubarampe'' menuju cepuri yang terletak di [[Pantai Parangkusumo]] dengan mengenakan pakaian adat Yogyakarta lengkap. Setelah sampai cepuri, para [[abdi dalem]] melafalkan doa bersama dan dilanjutkan melarung ''ubarampe''. Usai melakukan labuhan atau melarung sesaji ke laut, warga akan menggelar pertunjukan [[wayang kulit]] pada malam hari.<ref name=":1" />


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 16: Baris 26:
{{commons category|Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri}}
{{commons category|Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri}}
* [https://parangtritis.bantulkab.go.id/first/artikel/90-Kampung-KB-Pedukuhan-Mancingan Pedukuhan Mancingan, Kalurahan Parangtritis, Kapanéwon Kretek, Kabupaten Bantul].
* [https://parangtritis.bantulkab.go.id/first/artikel/90-Kampung-KB-Pedukuhan-Mancingan Pedukuhan Mancingan, Kalurahan Parangtritis, Kapanéwon Kretek, Kabupaten Bantul].
* [https://youtu.be/uZsX88RnWoc?si=ZSMMe4oXcl0NwhUu Upacara Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri Mancingan].


[[Kategori:Kabupaten Bantul]]
[[Kategori:Kabupaten Bantul]]

Revisi per 23 Juni 2024 02.17

Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri.

Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri adalah tradisi yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Pedukuhan Mancingan, Kalurahan Parangtritis, Kapanéwon Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sejak tahun 1989. Upacara ini dilakukan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang harmonis, sejahtera, dan berkeadilan. Ritual tersebut juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.

Asal-usul

Tradisi ini berlangsung turun-temurun secara sederhana sejak tahun 1989 di kawasan Pantai Parangtritis. Namun, penyelenggaraannya semakin semarak seiring berjalannya waktu. Ritual ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.[1]

Jika dilihat dari bahasa Jawa, bekti berarti "berbakti", pertiwi berarti "bumi", pisungsung berarti "persembahan", dan jaladri berarti "samudra". Secara keseluruhan, tradisi ini dianggap sebagai "bakti kepada ibu pertiwi" atau "ungkapan syukur atas berkah dari alam semesta".[2] Sementara itu, Abdul Halim Muslih (Bupati Bantul ke-31), menyebutkan jika leluhur telah mewariskan kepada generasi saat ini tentang nilai-nilai kehidupan dalam upacara adat ini, yaitu, greget, nyawiji, sengguh ora mingkuh, mangasah mingising budi, memasuh malaning bumi, dan hamemayu hayuning bawana.[3]

Ketika upacara digelar, warga Mancingan sepakat untuk tidak membuka toko, kios, dan warung. Begitu pula dengan para petani dan nelayan, mereka kompak meliburkan diri agar bisa fokus mengikuti jalannya upacara persembahan.[2] Masyarakat setempat menggelar upacara ini sebagai rasa syukur atas berbagai macam hasil panen, laut, dan dagang. Mereka akan melarung ubarampe (kelengkapan hajatan) ke Pantai Selatan.[1]

Tata cara

Upacara diawali dengan berkumpulnya masyarakat Mancingan di area Joglo Pariwisata yang berada di Pantai Parangtritis. Selanjutnya, mereka melakukan kirab budaya dan membawa ubarampe menuju cepuri yang terletak di Pantai Parangkusumo dengan mengenakan pakaian adat Yogyakarta lengkap. Setelah sampai cepuri, para abdi dalem melafalkan doa bersama dan dilanjutkan melarung ubarampe. Usai melakukan labuhan atau melarung sesaji ke laut, warga akan menggelar pertunjukan wayang kulit pada malam hari.[2]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ a b "Upacara Adat Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri Parangtritis". Pemerintah Kalurahan Parangtritis, Kapanéwon Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses tanggal 23 Juni 2024. 
  2. ^ a b c "Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Ritual Adat Tahunan di Pantai Parangtritis". Good News from Indonesia. Diakses tanggal 23 Juni 2024. 
  3. ^ "Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Upacara Adat Warisan Budaya Nasional". Pemerintah Kabupaten Bantul. Diakses tanggal 23 Juni 2024. 

Pranala luar