Lompat ke isi

Perang Johor Jambi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Johasoz7889 (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Perang Johor-Jambi''' adalah sebuah perang ketika Melaka jatuh ditangan Belanda dan Kesultanan Aceh mengalami penolakan. Perang berlangsung selama 13 Tahun. Dan kedua pihak mengalami kerugian yang sangat besar. {{Infobox military conflict | conflict = Perang Johor-Jambi | partof = | date = 1666-1679 | place = Jambi dan Johor | result = Kemenangan Johor<br>•Johor mengalami kerugian yang sangat besar setelah perang usai | com...'
Tag: tanpa kategori [ * ] tidak menyebut judul [ * ] Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Faldi00 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(7 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Perang Johor-Jambi''' adalah sebuah perang ketika Melaka jatuh ditangan Belanda dan Kesultanan Aceh mengalami penolakan. Perang berlangsung selama 13 Tahun. Dan kedua pihak mengalami kerugian yang sangat besar.

{{Infobox military conflict
{{Infobox military conflict
| conflict = Perang Johor-Jambi
| conflict = Perang Johor-Jambi
Baris 7: Baris 5:
| place = [[Jambi]] dan [[Johor]]
| place = [[Jambi]] dan [[Johor]]
| result = Kemenangan Johor<br>•Johor mengalami kerugian yang sangat besar setelah perang usai
| result = Kemenangan Johor<br>•Johor mengalami kerugian yang sangat besar setelah perang usai
| combatant1 = Kesultanan Johor
| combatant1 = [[Kesultanan Johor]]
| combatant2 = Kesultanan Jambi
| combatant2 = [[Kesultanan Jambi]]
| commander1 = Laksamana Abdul Jamil<br>Sultan Abdul Jalil Shah III<br>Sultan Ibrahim Shah
| commander1 = Laksamana Abdul Jamil<br>Sultan Abdul Jalil Shah III<br>Sultan Ibrahim Shah
| commander2 = Unknown
| commander2 = Unknown
Baris 16: Baris 14:
| casualties2 = Sebagian Pasukan milik Jambi Terbunuh<br>Kota Penting milik Jambi dibakar oleh Johor
| casualties2 = Sebagian Pasukan milik Jambi Terbunuh<br>Kota Penting milik Jambi dibakar oleh Johor
}}
}}
'''Perang Johor-Jambi''' adalah sebuah perang ketika Melaka jatuh ditangan Belanda dan Kesultanan Aceh mengalami penolakan. Perang berlangsung selama 13 Tahun. Dan kedua pihak mengalami kerugian yang sangat besar.<ref>{{Cite book|last=Ricklefs|first=author|date=2010|url=https://books.google.com/books/about/A_New_History_of_Southeast_Asia.html?id=xGjwRwAACAAJ|title=A New History of Southeast Asia|location=Bloomsmburry|publisher=Bloomsburry Academic|isbn=9780230212138|url-status=live}}</ref>

==Latar Belakang==
Perang dilatarbelakangi setelah kejatuhan melaka portugis dan penolakan kesultanan Aceh. Johor memantapkan kembali sebagai kekuatan di sepanjang selat melaka di bawah pemerintahan Sultan Abdul Jalil Shah III (1623-1677). Pengaruh nya meluas ke daerah-daerah seperti Pahang,Sungei Ujong,Malaka,Klang,dan Kepulauan Riau.<ref>{{Cite book|last=Tan Ding|first=Eing|date=1978|title=A Potrait of Malaysia and Singapore|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-580722-6|pages=22|url-status=live}}</ref>Pada saat Perang Segitiga Jambi menjadi kawasan di Sumatera yang menjadi kekuatan politik dan ekonomi terbesar di Sumatera. Jambi dan Johor pada saat itu sudah mulai masuk dalam tahap perang dan satu kota milik jambi terbakar akan tetapi Anak Raja Jambi menikahi anak perempuan dari laksaman Abdul Jamil sehingga mereka damai.<ref>{{Cite book|last=Jim|first=Baker|date=2014-09-07|title=Crossroads:A Popular History of Malaysia and Singapore|publisher=Marshall Cavendish|isbn=978-981-4516-02-0|pages=64|url-status=live}}</ref>

==Perang==
Lalu perang meletus dan perang ini menghabiskan waktu sekitar 13 Tahun. Pasukan Johor sukses untuk menjarah Batu Sawar Ibukota dari Kesultanan Johor. Lalu Sultan Abdul Jalil Shah III pergi ke Pahang dan 4 Tahun kemudian meninggal disana<ref>{{Cite book|last=Jim|first=Baker|date=2014-09-07|title=Crossroads:A Popular History of Malaysia and Singapore|publisher=Marshall Cavendish|isbn=978-981-4516-02-0|pages=65|url-status=live}}</ref>. Walau Johor memenangkan perang ini akan tetapi mereka mengalami kerugian dimana banyak orang bugis dan padang yang meninggalkan wilayah Johor dan kembali ke kampung mereka<ref>{{Cite book|last=Tan Ding|first=Eing|date=1978|title=A Potrait of Malaysia and Singapore|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-580722-6|pages=22|url-status=live}}</ref>.
Setelah Penjarahan Batu Sawar di 1673 Ibukota dari Kesultanan Johor dipindahkan guna terhindar dari serangan kesultanan Johor. Lalu pada 1564 Ibukota Kesultanan Johor yang bernama Johor Lama (Kota Batu) kemudian dijarah oleh Aceh. Lalu pada 1587 Portugis menjarah Johor Lama, Batu Sawar,dan Lingga. Lalu pada pemerintahan Sultan Abdul Jalil Shah III ibukota Kesultanan Johor dipindahkan ke Batu Sawar di tahun 1640. Setelah Batu Sawar dijarah oleh Jambi ibukota Johor dipindahkan ke [[Kota Tinggi]],Riau,dan Pancur.<ref>{{Cite book|last=John N|first=Miksic|date=2013-11-15|title=Singapore and the Silk Road of the Sea|publisher=NUS Press|isbn=978-9971-69-574|pages=204-207|url-status=live}}</ref>

==Referensi==

Revisi terkini sejak 25 Juni 2024 01.33

Perang Johor-Jambi
Tanggal1666-1679
LokasiJambi dan Johor
Hasil Kemenangan Johor
•Johor mengalami kerugian yang sangat besar setelah perang usai
Pihak terlibat
Kesultanan Johor Kesultanan Jambi
Tokoh dan pemimpin
Laksamana Abdul Jamil
Sultan Abdul Jalil Shah III
Sultan Ibrahim Shah
Unknown
Korban
Kerugian Berat
Setengah Pasukan milik Johor Terbunuh
Sebagian Pasukan milik Jambi Terbunuh
Kota Penting milik Jambi dibakar oleh Johor

Perang Johor-Jambi adalah sebuah perang ketika Melaka jatuh ditangan Belanda dan Kesultanan Aceh mengalami penolakan. Perang berlangsung selama 13 Tahun. Dan kedua pihak mengalami kerugian yang sangat besar.[1]

Latar Belakang

[sunting | sunting sumber]

Perang dilatarbelakangi setelah kejatuhan melaka portugis dan penolakan kesultanan Aceh. Johor memantapkan kembali sebagai kekuatan di sepanjang selat melaka di bawah pemerintahan Sultan Abdul Jalil Shah III (1623-1677). Pengaruh nya meluas ke daerah-daerah seperti Pahang,Sungei Ujong,Malaka,Klang,dan Kepulauan Riau.[2]Pada saat Perang Segitiga Jambi menjadi kawasan di Sumatera yang menjadi kekuatan politik dan ekonomi terbesar di Sumatera. Jambi dan Johor pada saat itu sudah mulai masuk dalam tahap perang dan satu kota milik jambi terbakar akan tetapi Anak Raja Jambi menikahi anak perempuan dari laksaman Abdul Jamil sehingga mereka damai.[3]

Lalu perang meletus dan perang ini menghabiskan waktu sekitar 13 Tahun. Pasukan Johor sukses untuk menjarah Batu Sawar Ibukota dari Kesultanan Johor. Lalu Sultan Abdul Jalil Shah III pergi ke Pahang dan 4 Tahun kemudian meninggal disana[4]. Walau Johor memenangkan perang ini akan tetapi mereka mengalami kerugian dimana banyak orang bugis dan padang yang meninggalkan wilayah Johor dan kembali ke kampung mereka[5]. Setelah Penjarahan Batu Sawar di 1673 Ibukota dari Kesultanan Johor dipindahkan guna terhindar dari serangan kesultanan Johor. Lalu pada 1564 Ibukota Kesultanan Johor yang bernama Johor Lama (Kota Batu) kemudian dijarah oleh Aceh. Lalu pada 1587 Portugis menjarah Johor Lama, Batu Sawar,dan Lingga. Lalu pada pemerintahan Sultan Abdul Jalil Shah III ibukota Kesultanan Johor dipindahkan ke Batu Sawar di tahun 1640. Setelah Batu Sawar dijarah oleh Jambi ibukota Johor dipindahkan ke Kota Tinggi,Riau,dan Pancur.[6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ricklefs, author (2010). A New History of Southeast Asia. Bloomsmburry: Bloomsburry Academic. ISBN 9780230212138. 
  2. ^ Tan Ding, Eing (1978). A Potrait of Malaysia and Singapore. Oxford University Press. hlm. 22. ISBN 978-0-19-580722-6. 
  3. ^ Jim, Baker (2014-09-07). Crossroads:A Popular History of Malaysia and Singapore. Marshall Cavendish. hlm. 64. ISBN 978-981-4516-02-0. 
  4. ^ Jim, Baker (2014-09-07). Crossroads:A Popular History of Malaysia and Singapore. Marshall Cavendish. hlm. 65. ISBN 978-981-4516-02-0. 
  5. ^ Tan Ding, Eing (1978). A Potrait of Malaysia and Singapore. Oxford University Press. hlm. 22. ISBN 978-0-19-580722-6. 
  6. ^ John N, Miksic (2013-11-15). Singapore and the Silk Road of the Sea. NUS Press. hlm. 204–207. ISBN 978-9971-69-574 Periksa nilai: length |isbn= (bantuan).