Lompat ke isi

Sukun (pohon): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Mitgatvm Bot (bicara | kontrib)
k tanpa takson -> klad + clean up
(15 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{untuk|kegunaan lain|dukun (disambiguasi)}}
{{disambiginfo|Sukun (disambiguasi)}}{{bukanlah|kluwih|keluih}}
{{Speciesbox}}
{{Speciesbox}}
{{SpeciesTitle
{{SpeciesTitle
Baris 6: Baris 6:
| 2=ketimbul
| 2=ketimbul
| 3=kulur
| 3=kulur
| 4=keluih


| ref = <ref name = 'KBBID sukun'>
| ref = <ref name = 'KBBID sukun'>
Baris 15: Baris 14:
|title=Arti kata sukun pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
|title=Arti kata sukun pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
|accessdate=2019-10-23
|accessdate=2019-10-23
}}</ref>
}}</ref>


| ref1 = <ref name = 'KBBID timbul'>
| ref1 = <ref name = 'KBBID timbul'>
Baris 24: Baris 23:
|title=Arti kata timbul pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
|title=Arti kata timbul pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
|accessdate=2019-10-23
|accessdate=2019-10-23
}}</ref>
}}</ref>

|ref4=<ref name = 'KBBID keluih'>
{{id}}
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia
{{cite web
|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/{{urlencode: keluih|WIKI}}
|title=Arti kata keluih pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
|accessdate=2019-10-23
}}</ref>


| ref3=<ref name = 'KBBID kulur'>
| ref3=<ref name = 'KBBID kulur'>
Baris 42: Baris 32:
|title=Arti kata kulur pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
|title=Arti kata kulur pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
|accessdate=2019-10-23
|accessdate=2019-10-23
}}</ref>
}}</ref>


|ref2=<ref name = 'KBBID ketimbul'>
|ref2=<ref name = 'KBBID ketimbul'>
Baris 52: Baris 42:
|accessdate=2019-10-23
|accessdate=2019-10-23
}}</ref>
}}</ref>
}} adalah nama sejenis pohon yang ber[[buah]]. Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip [[roti]] setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai "buah roti" ([[bahasa Inggris|Ingg.]]: ''breadfruit''; [[bahasa Belanda|Bld.]]: ''broodvrucht'', dll.).
}} adalah nama sejenis pohon yang ber[[buah]]. Buah '''sukun''' tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip [[roti]] setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai "buah roti" ([[bahasa Inggris|Ingg.]]: ''breadfruit''; [[bahasa Belanda|Bld.]]: ''broodvrucht'', dll.).


Sukun sesungguhnya adalah [[kultivar]] yang terseleksi sehingga tak berbiji. Kata "sukun" dalam [[bahasa Jawa]] berarti "tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti [[jambu klutuk]] dan [[durian]]. "Moyangnya" yang berbiji (dan karenanya dianggap setengah liar) dikenal sebagai '''timbul''', '''kulur''' ([[bahasa Sunda]]), atau '''kluwih''' (bahasa Jawa), '''kulu''' (bahasa Aceh), '''kalawi''' (bahasa Minang), '''bakara'''' (bahasa Makassar). Di daerah Pasifik, kulur dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai nama, seperti ''kuru'', ''ulu'', atau ''uru''. Nama ilmiahnya adalah ''Artocarpus altilis''.
Sukun sesungguhnya adalah [[kultivar]] yang terseleksi sehingga tak berbiji. Kata "sukun" dalam [[bahasa Jawa]] berarti "tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti [[jambu klutuk]] dan [[durian]]. "Moyangnya" yang berbiji (dan karenanya dianggap setengah liar) dikenal sebagai '''''gomasi''''' ([[Bahasa Makassar|Makassar]]), '''''amakir''''', '''''umare''''' ([[Bahasa Ambon|Ambon]]), '''''sukunutan''''' ([[Bahasa Banda (Maluku)|Banda]]),<ref>{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|date=2017|title=Sejarah Kepulauan Nusantara: Kajian Budaya, Agama, Politik, Hukum dan Ekonomi|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Ombak|isbn=9786022584698|volume=1|pages=312|translator-last=Zara|translator-first=Muhammad Yuanda|url-status=live}}</ref> '''timbul''', '''kulur''' ([[bahasa Sunda]]), atau '''kluwih''' (bahasa Jawa), '''kulu''' (bahasa Aceh), '''kalawi''' (bahasa Minang), '''bakara'''' (bahasa Makassar). Di daerah Pasifik, kulur dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai nama, seperti ''kuru'', ''ulu'', atau ''uru''. Nama ilmiahnya adalah ''Artocarpus altilis''.


== Pemerian ==
== Pemerian ==
Baris 67: Baris 57:
== Hasil dan kegunaan ==
== Hasil dan kegunaan ==


Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat di pelbagai kepulauan di daerah tropik, terutama di [[Pasifik]] dan [[Asia Tenggara]]. Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama.
Buah sukun (tak berbiji) adalah bahan pangan penting sumber karbohidrat di berbagai kepulauan di daerah tropik, terutama di [[Pasifik]] dan [[Asia Tenggara]]. Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama.


Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan ber[[fermentasi]] beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan digoreng.
Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan ber[[fermentasi]] beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan digoreng.
Baris 74: Baris 64:


* [[Daging]] buah yang telah dikeringkan dapat dijadikan [[tepung]] dengan kandungan [[pati]] sampai 75%, 31% [[gula]], 5% [[protein]], dan sekitar 2% [[lemak]].
* [[Daging]] buah yang telah dikeringkan dapat dijadikan [[tepung]] dengan kandungan [[pati]] sampai 75%, 31% [[gula]], 5% [[protein]], dan sekitar 2% [[lemak]].

* [[Daun]]nya dapat dijadikan [[pakan]] ternak. Kulit batangnya menghasilkan serat yang bagus yang pada masa lalu pernah digunakan sebagai bahan pakaian lokal.
* [[Daun]]nya dapat dijadikan [[pakan]] ternak. Kulit batangnya menghasilkan serat yang bagus yang pada masa lalu pernah digunakan sebagai bahan pakaian lokal.
* [[Getah]]nya digunakan untuk menjerat [[burung]], menambal (memakal) [[perahu]], dan sebagai bahan dasar [[permen karet]].
* [[Getah]]nya digunakan untuk menjerat [[burung]], menambal (memakal) [[perahu]], dan sebagai bahan dasar [[permen karet]].
Baris 84: Baris 73:
Asal usul sukun diperkirakan dari kepulauan [[Nusantara]] sampai [[Papua]]. Mengikuti migrasi suku-suku Austronesia sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, tanaman ini kemudian turut menyebar ke pulau-pulau di Pasifik. Diperkirakan pada masa perdagangan rempah di akhir zaman [[Majapahit]], sukun menyebar ke [[Jawa]] dari [[Maluku]]. Karena pengaruh kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, sukun ini lalu menyebar ke barat antara tahun-tahun 1750-1800 ke [[Malaysia]], [[India]], [[Srilangka]], [[Mauritius]], dan pada 1899 tiba di [[Afrika]]. Kini sukun telah menyebar luas di berbagai belahan dunia terutama di lingkar tropis.
Asal usul sukun diperkirakan dari kepulauan [[Nusantara]] sampai [[Papua]]. Mengikuti migrasi suku-suku Austronesia sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, tanaman ini kemudian turut menyebar ke pulau-pulau di Pasifik. Diperkirakan pada masa perdagangan rempah di akhir zaman [[Majapahit]], sukun menyebar ke [[Jawa]] dari [[Maluku]]. Karena pengaruh kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, sukun ini lalu menyebar ke barat antara tahun-tahun 1750-1800 ke [[Malaysia]], [[India]], [[Srilangka]], [[Mauritius]], dan pada 1899 tiba di [[Afrika]]. Kini sukun telah menyebar luas di berbagai belahan dunia terutama di lingkar tropis.


Sukun menyukai iklim tropis: suhu panas (20-40˚C), banyak hujan (2000–3000&nbsp;mm pertahun) dan lembap (lengas nisbi 70-90%), dan lebih cocok di dataran rendah, di bawah 600 m dpl., meski dijumpai sampai sekitar 1500 m dpl. Anakan pohon lebih baik tumbuh di bawah naungan, tetapi kemudian membutuhkan matahari penuh untuk tumbuh besar. Meskipun kebanyakan kultivarnya akan tumbuh dengan baik pada tanah-tanah aluvial yang subur, dalam dan berdrainase baik, akan tetapi variasi kemampuannya sangat besar. Maka ada varietas-varietas yang tumbuh baik di tanah berawa, tanah kapur, tanah payau dan lain-lain.
Sukun menyukai iklim tropis: suhu panas (20-40˚C), banyak hujan (2000–3000&nbsp;mm pertahun) dan lembap (lengas nisbi 70-90%), dan lebih cocok di dataran rendah, di bawah 600 mdpl, meski dijumpai sampai sekitar 1500 m dpl. Anakan pohon lebih baik tumbuh di bawah naungan, tetapi kemudian membutuhkan matahari penuh untuk tumbuh besar. Meskipun kebanyakan kultivarnya akan tumbuh dengan baik pada tanah-tanah aluvial yang subur, dalam dan berdrainase baik, akan tetapi variasi kemampuannya sangat besar. Maka ada varietas-varietas yang tumbuh baik di tanah berawa, tanah kapur, tanah payau dan lain-lain.


Ada yang mengatakan bahwa daun sukun yang telah tua dan gugur, dapat digunakan untuk pengobatan tradisional pembesaran prostat, menurunkan gula darah, serta pengobatan gagal ginjal. Namun hal ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut.
Ada yang mengatakan bahwa daun sukun yang telah tua dan gugur, dapat digunakan untuk pengobatan tradisional pembesaran prostat, menurunkan gula darah, serta pengobatan gagal ginjal. Namun hal ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut.
Baris 96: Baris 85:
== Bahan bacaan ==
== Bahan bacaan ==
* Smith, N.J.H, J.T. Williams, D.L. Plucknett, and J.P. Talbot. 1992. ''Tropical Forest and Their Crops''. Cornell Univ., Ithaca. ISBN 0-8014-8058-2.
* Smith, N.J.H, J.T. Williams, D.L. Plucknett, and J.P. Talbot. 1992. ''Tropical Forest and Their Crops''. Cornell Univ., Ithaca. ISBN 0-8014-8058-2.
* Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. ''Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan''. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2.
* Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. ''Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan''. PROSEA–Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2.


== Galeri ==
== Galeri ==
<gallery mode="packed" >+ꦱꦸꦏꦸꦤ꧀ꦢꦶꦧꦼꦭꦃ+sukun dibelah-2019.jpg|Sukun dibelah
<gallery mode="packed">+ꦱꦸꦏꦸꦤ꧀ꦢꦶꦧꦼꦭꦃ+sukun dibelah-2019.jpg|Sukun dibelah
Berkas:Buah Sukun.jpg|Buah Sukun Muda
Berkas:Buah Sukun.jpg|Buah Sukun Muda
Berkas:ꦏꦿꦶꦥꦶꦏ꧀ ꦱꦸꦏꦸꦤ꧀ ꦥꦶꦭꦁꦱꦫꦶ - keripik sukun - pilangsari 2019 01.jpg|Keripik sukun
Berkas:ꦏꦿꦶꦥꦶꦏ꧀ ꦱꦸꦏꦸꦤ꧀ ꦥꦶꦭꦁꦱꦫꦶ - keripik sukun - pilangsari 2019 01.jpg|Keripik sukun
Baris 106: Baris 95:
Berkas:Arto commun 070509 0128 ltn.jpg|Buah timbul muda untuk sayuran.
Berkas:Arto commun 070509 0128 ltn.jpg|Buah timbul muda untuk sayuran.
Berkas:-ꦱꦸꦏꦸꦤ꧀ ꦉꦧꦸꦱ꧀-Sukun Rebus-2019.jpg|Sukun rebus
Berkas:-ꦱꦸꦏꦸꦤ꧀ ꦉꦧꦸꦱ꧀-Sukun Rebus-2019.jpg|Sukun rebus
"+arya+"_Artocarpus_altilis_tree_ꦮꦸꦠ꧀_ꦱꦸꦏꦸꦤ꧀_krucuk_2019_01.jpg|Pohon sukun


"+arya+"_Artocarpus_altilis_tree_ꦮꦸꦠ꧀_ꦱꦸꦏꦸꦤ꧀_krucuk_2019_01_0.jpg|Pohon sukun di samping jembatan kereta api Cirebon
"+arya+"_Artocarpus_altilis_tree_ꦮꦸꦠ꧀_ꦱꦸꦏꦸꦤ꧀_krucuk_2019_01_0.jpg|Pohon sukun di samping jembatan kereta api Cirebon
File:Artocarpus altilis 麵包樹 20210412100900 01.jpg
</gallery>
</gallery>


Baris 117: Baris 106:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{commons|Artocarpus altilis|Sukun}}
{{commons|Artocarpus altilis|Sukun}}
* {{id}} [http://clubbing.kapanlagi.com/showthread.php?t=19462 Manfaat daun sukun untuk penyakit ginjal]
* {{id}} [http://clubbing.kapanlagi.com/showthread.php?t=19462 Manfaat daun sukun untuk penyakit ginjal]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{id}} [http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1823111-khasiat-buah-dan-daun-sukun/ Khasiat buah dan daun sukun]
* {{id}} [http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1823111-khasiat-buah-dan-daun-sukun/ Khasiat buah dan daun sukun] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101027124812/http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1823111-khasiat-buah-dan-daun-sukun/ |date=2010-10-27 }}
* {{id}} [http://www.plantamor.com/index.php?plant=147 Taksonomi sukun]
* {{id}} [http://www.plantamor.com/index.php?plant=147 Taksonomi sukun]
* {{en}} [http://www.montosogardens.com/artocarpus_altilis.htm Artocarpus altilis] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070205051509/http://www.montosogardens.com/artocarpus_altilis.htm |date=2007-02-05 }}
* {{en}} [http://www.montosogardens.com/artocarpus_altilis.htm Artocarpus altilis] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070205051509/http://www.montosogardens.com/artocarpus_altilis.htm |date=2007-02-05 }}
{{Taxonbar|from=Q14677}}


[[Kategori:Artocarpus|altilis]]
[[Kategori:Artocarpus|altilis]]
Baris 129: Baris 119:
[[Kategori:Pertanian tropis]]
[[Kategori:Pertanian tropis]]
[[Kategori:Makanan pokok]]
[[Kategori:Makanan pokok]]
[[Kategori:Buah tropis]]
[[Kategori:Buah yang dapat dimakan]]
[[Kategori:Hidangan Hawaii]]
[[Kategori:Tumbuhan obat]]

Revisi per 29 Juni 2024 12.29

Sukun
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Takson tak dikenal (perbaiki): Sukun
Spesies:
Nama binomial
Template:Taxonomy/SukunSukun (pohon)

Sukun,[1] kulur,[2] ketimbul[3] atau timbul[4] (Artocarpus altilis) adalah nama sejenis pohon yang berbuah. Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai "buah roti" (Ingg.: breadfruit; Bld.: broodvrucht, dll.).

Sukun sesungguhnya adalah kultivar yang terseleksi sehingga tak berbiji. Kata "sukun" dalam bahasa Jawa berarti "tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti jambu klutuk dan durian. "Moyangnya" yang berbiji (dan karenanya dianggap setengah liar) dikenal sebagai gomasi (Makassar), amakir, umare (Ambon), sukunutan (Banda),[5] timbul, kulur (bahasa Sunda), atau kluwih (bahasa Jawa), kulu (bahasa Aceh), kalawi (bahasa Minang), bakara' (bahasa Makassar). Di daerah Pasifik, kulur dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai nama, seperti kuru, ulu, atau uru. Nama ilmiahnya adalah Artocarpus altilis.

Pemerian

Pohon sukun (atau pohon timbul) umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang.

Bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling; lembar daun 20-40 × 20–60 cm, berbagi menyirip dalam, liat agak keras seperti kulit, hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Semua bagian pohon mengeluarkan getah putih (lateks) apabila dilukai.

Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan dalam bulir berbentuk gada panjang yang menggantung, 15–25 cm, hijau muda dan menguning bila masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan angin. Bunga majemuk betina berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 × 8–10 cm, hijau. Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk, dengan diameter 10–30 cm. Forma berbiji (timbul) dengan duri-duri lunak dan pendek, hijau tua. Forma tak berbiji (sukun) biasanya memiliki kulit buah hijau kekuningan, dengan duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata faset segi-4 atau segi-6 di kulitnya.

Biji timbul berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi 'daging buah' sukun.

Hasil dan kegunaan

Buah sukun (tak berbiji) adalah bahan pangan penting sumber karbohidrat di berbagai kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama.

Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan berfermentasi beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan digoreng.

Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah per pohon per tahun. Masing-masing buah beratnya antara 400-1200 gr, tetapi ada pula varietas yang buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak mengherankan bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan makanan murah bagi para budak di sana.

  • Daging buah yang telah dikeringkan dapat dijadikan tepung dengan kandungan pati sampai 75%, 31% gula, 5% protein, dan sekitar 2% lemak.
  • Daunnya dapat dijadikan pakan ternak. Kulit batangnya menghasilkan serat yang bagus yang pada masa lalu pernah digunakan sebagai bahan pakaian lokal.
  • Getahnya digunakan untuk menjerat burung, menambal (memakal) perahu, dan sebagai bahan dasar permen karet.
  • Kayu sukun atau timbul berpola bagus, ringan dan cukup kuat, sehingga kerap digunakan sebagai bahan alat rumah tangga, konstruksi ringan, dan membuat perahu.

Timbul, kulur, atau kluwih (yang berbiji) lebih banyak dipetik tatkala muda, untuk dijadikan sayur lodeh, sayur asam, atau ditumis dengan cabai. Biji timbul yang tua juga kerap direbus, digoreng, atau disangrai untuk dijadikan camilan.

Penyebaran dan ekologi

Asal usul sukun diperkirakan dari kepulauan Nusantara sampai Papua. Mengikuti migrasi suku-suku Austronesia sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, tanaman ini kemudian turut menyebar ke pulau-pulau di Pasifik. Diperkirakan pada masa perdagangan rempah di akhir zaman Majapahit, sukun menyebar ke Jawa dari Maluku. Karena pengaruh kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, sukun ini lalu menyebar ke barat antara tahun-tahun 1750-1800 ke Malaysia, India, Srilangka, Mauritius, dan pada 1899 tiba di Afrika. Kini sukun telah menyebar luas di berbagai belahan dunia terutama di lingkar tropis.

Sukun menyukai iklim tropis: suhu panas (20-40˚C), banyak hujan (2000–3000 mm pertahun) dan lembap (lengas nisbi 70-90%), dan lebih cocok di dataran rendah, di bawah 600 mdpl, meski dijumpai sampai sekitar 1500 m dpl. Anakan pohon lebih baik tumbuh di bawah naungan, tetapi kemudian membutuhkan matahari penuh untuk tumbuh besar. Meskipun kebanyakan kultivarnya akan tumbuh dengan baik pada tanah-tanah aluvial yang subur, dalam dan berdrainase baik, akan tetapi variasi kemampuannya sangat besar. Maka ada varietas-varietas yang tumbuh baik di tanah berawa, tanah kapur, tanah payau dan lain-lain.

Ada yang mengatakan bahwa daun sukun yang telah tua dan gugur, dapat digunakan untuk pengobatan tradisional pembesaran prostat, menurunkan gula darah, serta pengobatan gagal ginjal. Namun hal ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut.

Lihat pula

Bahan bacaan

  • Smith, N.J.H, J.T. Williams, D.L. Plucknett, and J.P. Talbot. 1992. Tropical Forest and Their Crops. Cornell Univ., Ithaca. ISBN 0-8014-8058-2.
  • Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA–Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2.

Galeri

Referensi

  1. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata sukun pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-10-23. 
  2. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata kulur pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-10-23. 
  3. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata ketimbul pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-10-23. 
  4. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata timbul pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-10-23. 
  5. ^ Crawfurd, John (2017). Sejarah Kepulauan Nusantara: Kajian Budaya, Agama, Politik, Hukum dan Ekonomi. 1. Diterjemahkan oleh Zara, Muhammad Yuanda. Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 312. ISBN 9786022584698. 

Pranala luar