Lompat ke isi

Lungsir: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q6994970
Mitgatvm Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: tanpa takson -> klad + clean up
 
(12 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 5: Baris 5:
| image_caption =
| image_caption =
| regnum = [[Plantae]]
| regnum = [[Plantae]]
{{kladtb|[[Tumbuhan berpembuluh|Tracheophyta]]}}
| divisio = [[Flowering plant|Magnoliophyta]]
{{kladtb|[[Tumbuhan berbunga|Angiospermae]]}}
| classis = [[Dicotyledon|Magnoliopsida]]
{{kladtb|[[Eudikotil]]}}
{{kladtb|[[Rosid]]}}
| ordo = [[Sapindales]]
| ordo = [[Sapindales]]
| familia = [[Sapindaceae]]
| familia = [[Sapindaceae]]
Baris 16: Baris 18:
'''Lungsir''' merupakan kerabat dekat [[rambutan]] yang mempunyai potensi sebagai tanamn buah dan tanaman peneduh pekarangan. Nama lainnya adalah '''rambutan hutan''' dan '''rambutan pecat'''. Perilaku fisiologi mirip dengan rambutan. [[Buah]]nya relatif lebih kecil namun [[salut biji]]nya manis dan mudah terlepas dari biji sehingga memiliki potensi sebagai buah meja seperti rambutan. Selain itu, lungsir dapat dipertimbangkan sebagai [[okulasi|batang bawah]] rambutan.
'''Lungsir''' merupakan kerabat dekat [[rambutan]] yang mempunyai potensi sebagai tanamn buah dan tanaman peneduh pekarangan. Nama lainnya adalah '''rambutan hutan''' dan '''rambutan pecat'''. Perilaku fisiologi mirip dengan rambutan. [[Buah]]nya relatif lebih kecil namun [[salut biji]]nya manis dan mudah terlepas dari biji sehingga memiliki potensi sebagai buah meja seperti rambutan. Selain itu, lungsir dapat dipertimbangkan sebagai [[okulasi|batang bawah]] rambutan.


Tumbuhan ini asli dari Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Lowland forest.To 30m tall, 3-7 prs leaflets. Fruits slightly flattened ellipsoid. Lat. leaves like the walnut Juglands.
Tumbuhan ini asli dari Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Dapat ditemukan tumbuh liar di hutan dataran rendah, tinggi hingga 30 m, dengan 3–7 per helai anak daun. Buahnya agak lonjong dan gepeng.


== Pemerian ==
== Pemerian ==
'''Pohon'''
Pohon yang menyukai alam basah dan terbuka. Umumnya tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 650m (Lenthouts,1986). Tumbuhan dapat mencapai usia lebih dari 80 tahun dan masih berbuah. Ketinggian pohon dapat mencapai 30m.


Pohon yang menyukai alam basah dan terbuka. Umumnya tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 650 m (Lenthouts,1986). Tumbuhan dapat mencapai usia lebih dari 80 tahun dan masih berbuah. Ketinggian pohon dapat mencapai 30 m.
;Batang
Batang pohon dewasa bagian luarnya kasar dan kecoklatan bila dikelupas batang kayunya kuning. Kayu cukup keras dan berbatang lurus menjulang, dapat digunakan sebagai bahan bangunan.


'''Batang'''
;Daun
Daun tersusun majemuk yang helainya tersusun berpasangan. Banyak pasangan daun rata-rata 3-7 pasang dalam satu tangkai daun. Bentuk anak daun bulat telur, helainya tebal dan berbulu halus. Warna daun hijau muda dan tidak licin.


;
;Buah
Batang pohon dewasa bagian luarnya kasar dan kecokelatan bila dikelupas batang kayunya kuning. Kayu cukup keras dan berbatang lurus menjulang, dapat digunakan sebagai bahan bangunan.
[[Buah]] bertipe buah batu (''drupa''). Bentuk agak gepeng, elipsoid.


'''Daun'''
;Bunga
Pem[[bunga]]an terjadi pada pertengahan musim penghujan (Februari hingga April). Tumbuhan berumah tunggal, meskipun ada yang berumah dua (monodioecious), sehingga terdapat pohon banci, jantan, dan betina. Perbungaan majemuk, dengan tandan bunga berbentuk kerucut, terletak pseudoterminal. Bunga mekar dimulai pada bagian pangkal dan berikutnya menuju ke bagian ujung. Serangga penyerbuk terutama lebah. Benang sarinya berjumlah 7-8 dan kepala putik terbelah dua. Menurut Van der Ham (1990), serbuk sarinya kecil dengan ukuran diameter ekuatorial (E) 26 milimikron dan tinggi secara polar (P) 25 mili-mikron (1 mikron = 0,001 mm).


;
;Biji
Daun tersusun majemuk yang helainya tersusun berpasangan. Banyak pasangan daun rata-rata 3–7 pasang dalam satu tangkai daun. Bentuk anak daun bulat telur, helainya tebal dan berbulu halus. Warna daun hijau muda dan tidak licin.
[[Biji]] terlindung oleh kulit biji,sisa-sisa nukleus, dan [[endosperma]] (Sutopo,1988). Kulit biji mengalami modifikasi membentuk salut biji ([[sarcotesta]]) yang berkembang dari ujung biji. Daging buah ini bewarna putih agak jernih. Rasanya asam hingga manis dan berair. Tebal daging buah antara 2-4 mm dilindungi oleh kulit buah yang berbingkul-bingkul. Pada waktu masih muda,kulit buah ini bewarna hijau muda kemudian menjelang masak berubah menjadi merah dan selanjutnya merah tua pada saat masak. Buah berbentuk lonjong. Ukurannya setelah masak panjang 3,5-4 cm dan diameter 2,5-3 cm. Kulit buah agak bergetah dan lengket, tebal 3-5 mm.

'''Buah'''

;
[[Buah]] bertipe buah batu (''drupa''). Bentuk agak gepeng, elipsoid.

'''Bunga'''

;
Pem[[bunga]]an terjadi pada pertengahan musim penghujan (Februari hingga April). Tumbuhan berumah tunggal, meskipun ada yang berumah dua (monodioecious), sehingga terdapat pohon banci, jantan, dan betina. Perbungaan majemuk, dengan tandan bunga berbentuk kerucut, terletak pseudoterminal. Bunga mekar dimulai pada bagian pangkal dan berikutnya menuju ke bagian ujung. Serangga penyerbuk terutama lebah. Benang sarinya berjumlah 7–8 dan kepala putik terbelah dua. Menurut Van der Ham (1990), serbuk sarinya kecil dengan ukuran diameter ekuatorial (E) 26 milimikron dan tinggi secara polar (P) 25 mili-mikron (1 mikron = 0,001 mm).

'''Biji'''

;
[[Biji]] terlindung oleh kulit biji, sisa-sisa nukleus, dan [[endosperma]] (Sutopo,1988). Kulit biji mengalami modifikasi membentuk salut biji ([[sarcotesta]]) yang berkembang dari ujung biji. Daging buah ini bewarna putih agak jernih. Rasanya asam hingga manis dan berair. Tebal daging buah antara 2–4 mm dilindungi oleh kulit buah yang berbingkul-bingkul. Pada waktu masih muda, kulit buah ini bewarna hijau muda kemudian menjelang masak berubah menjadi merah dan selanjutnya merah tua pada saat masak. Buah berbentuk lonjong. Ukurannya setelah masak panjang 3,5–4 cm dan diameter 2,5–3 cm. Kulit buah agak bergetah dan lengket, tebal 3–5 mm.
Biji tidak tahan lama disimpan karena tergolong rekalsitran, tidak mampu bertahan hidup pada kadar air rendah.
Biji tidak tahan lama disimpan karena tergolong rekalsitran, tidak mampu bertahan hidup pada kadar air rendah.


<!-- Perbenihan
<!-- Perbenihan
Yaitu dengan melakukan penanaman biji. Biji lungsir dari buah sudah masak dibersihkan. Karena daging buah pada biji umumnya sulit dikelupas, maka untuk membersihkannya lebih baik dikeringkan selama 1-2 hari hingga daging buahnya menjadi lunak. Daging buah tersebut dibersihkan dengan air yang mengalir hingga bersih lalu dikeringkan lagi selama 12 jam. Biji bersifat rekalsitran oleh karena itu harus segera ditanam.
Yaitu dengan melakukan penanaman biji. Biji lungsir dari buah sudah masak dibersihkan. Karena daging buah pada biji umumnya sulit dikelupas, maka untuk membersihkannya lebih baik dikeringkan selama 1-2 hari hingga daging buahnya menjadi lunak. Daging buah tersebut dibersihkan dengan air yang mengalir hingga bersih lalu dikeringkan lagi selama 12 jam. Biji bersifat rekalsitran oleh karena itu harus segera ditanam.
Biji lungsir yang dibenamkan dalam pasir akan tumbuh sesdah 16-19 hari setelah tanam. Pola pertumbuhan lungsir diawali dengan pecahnya dinding kotiledon. Selanjutnya diikuti plumula. Pada lungsir, hipokotil memanjang keatas namun kotiledon tetap berada didalam pasir (semi-hypogeal). Pada hari ke-6 hipokotil mencapai panjang 1 cm. Radikel akan muncul pada hipokotil dan diikuti dengan akar lateral. Sedangkan plumula terus memanjang hingga hari ke-8. Pada hari ke-14, kecambah membentuk daun dua pasang diikuti dengan pertumbuhan akar.
Biji lungsir yang dibenamkan dalam pasir akan tumbuh sesdah 16-19 hari setelah tanam. Pola pertumbuhan lungsir diawali dengan pecahnya dinding kotiledon. Selanjutnya diikuti plumula. Pada lungsir, hipokotil memanjang keatas namun kotiledon tetap berada didalam pasir (semi-hypogeal). Pada hari ke-6 hipokotil mencapai panjang 1 cm. Radikel akan muncul pada hipokotil dan diikuti dengan akar lateral. Sedangkan plumula terus memanjang hingga hari ke-8. Pada hari ke-14, kecambah membentuk daun dua pasang diikuti dengan pertumbuhan akar.


'''USAHA PELESTARIAN'''
'''USAHA PELESTARIAN'''


Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu yang pertama,melalui konservasi di habitat asalnya (in situ). Cara kedua yaitu secara ex-situ misalnya dengan eksplorasi tumbuhan ini dihutan-hutan daerah penyebaran lungsir dan selanjutnya dikembangbiakkan melalui pencangkokkan, okulasi dan perbanyakan generatif dan ditanam di Kebun Raya. Perbanyakan generatif merupakan cara yang umum dilakukan. Namun keturunan yang berasal dari biji dikhawatirkan berubah dengan terjadinya penyerbukan dari serbuk sari lain jenis. Perakaran tumbuhan yang berasal dari biji cukup kuat dibandingkan dengan yang berasal dari pencangkokkan dan okulasi.
Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu yang pertama,melalui konservasi di habitat asalnya (in situ). Cara kedua yaitu secara ex-situ misalnya dengan eksplorasi tumbuhan ini dihutan-hutan daerah penyebaran lungsir dan selanjutnya dikembangbiakkan melalui pencangkokkan, okulasi dan perbanyakan generatif dan ditanam di Kebun Raya. Perbanyakan generatif merupakan cara yang umum dilakukan. Namun keturunan yang berasal dari biji dikhawatirkan berubah dengan terjadinya penyerbukan dari serbuk sari lain jenis. Perakaran tumbuhan yang berasal dari biji cukup kuat dibandingkan dengan yang berasal dari pencangkokkan dan okulasi.
Untuk mempercepat perkecambahan dan menghindari tumbuhnya jamur dibagian kulit biji,sebaiknya biji dibersihkan terlebih dahulu dari daging buahnya. Jamur dapat mengakibatkan busuknya kotiledon. Biji ditanam pada media pasir untuk mempermudah pencabutan akar. Setelah akar cukup kuat, bibit dapat dipindahkan kedalam kantong plastik yang berdiameter 15 cm dengan media tanah yang kompos. Setelah usianya 1-2 tahun (batang sudah sebesar jari kelingking) bibit dapat dipindahkan kelubang tanam yang sudah disiapkan di kebun.Cara penanamannya yaitu :
Untuk mempercepat perkecambahan dan menghindari tumbuhnya jamur dibagian kulit biji,sebaiknya biji dibersihkan terlebih dahulu dari daging buahnya. Jamur dapat mengakibatkan busuknya kotiledon. Biji ditanam pada media pasir untuk mempermudah pencabutan akar. Setelah akar cukup kuat, bibit dapat dipindahkan kedalam kantong plastik yang berdiameter 15 cm dengan media tanah yang kompos. Setelah usianya 1-2 tahun (batang sudah sebesar jari kelingking) bibit dapat dipindahkan kelubang tanam yang sudah disiapkan di kebun.Cara penanamannya yaitu:
~ Lubang dibiarkan selama 2 minggu dan diberi kompos pada bagian bawahnya
~ Lubang dibiarkan selama 2 minggu dan diberi kompos pada bagian bawahnya
~ Bibit lungsir ditanam beserta medianya dan kantong plastiknya dibuang
~ Bibit lungsir ditanam beserta medianya dan kantong plastiknya dibuang
Baris 50: Baris 64:
~ Tumbuhan disiram setiap hari, pagi dan sore,agar pertumbuhannya cepat,bila perlu diberi naungan
~ Tumbuhan disiram setiap hari, pagi dan sore,agar pertumbuhannya cepat,bila perlu diberi naungan
-->
-->
== Rujukan ==
== Referensi ==


* Leenhouts, P. 1986. Blumea 31:415.
* Leenhouts, P. 1986. Blumea 31:415.
Baris 56: Baris 70:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.rimbundahan.org/environment/plant_lists/sapindaceae/ Situs rimbundahan.org]. Foto lungsir muda.
* [http://www.rimbundahan.org/environment/plant_lists/sapindaceae/ Situs rimbundahan.org] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080604005000/http://www.rimbundahan.org/environment/plant_lists/sapindaceae/ |date=2008-06-04 }}. Foto lungsir muda.
{{Taxonbar|from=Q6994970}}


[[Kategori:Sapindaceae]]
[[Kategori:Sapindaceae]]
[[Kategori:Tanaman buah]]
[[Kategori:Pohon buah]]
[[Kategori:Tumbuhan peneduh]]
[[Kategori:Tanaman peneduh]]
[[Kategori:Nephelium]]
[[Kategori:Buah]]
[[Kategori:Buah-buahan]]


{{Buah-stub}}

Revisi terkini sejak 29 Juni 2024 12.47

Lungsir
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
N. juglandifolium
Nama binomial
Nephelium juglandifolium

Lungsir merupakan kerabat dekat rambutan yang mempunyai potensi sebagai tanamn buah dan tanaman peneduh pekarangan. Nama lainnya adalah rambutan hutan dan rambutan pecat. Perilaku fisiologi mirip dengan rambutan. Buahnya relatif lebih kecil namun salut bijinya manis dan mudah terlepas dari biji sehingga memiliki potensi sebagai buah meja seperti rambutan. Selain itu, lungsir dapat dipertimbangkan sebagai batang bawah rambutan.

Tumbuhan ini asli dari Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Dapat ditemukan tumbuh liar di hutan dataran rendah, tinggi hingga 30 m, dengan 3–7 per helai anak daun. Buahnya agak lonjong dan gepeng.

Pohon

Pohon yang menyukai alam basah dan terbuka. Umumnya tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 650 m (Lenthouts,1986). Tumbuhan dapat mencapai usia lebih dari 80 tahun dan masih berbuah. Ketinggian pohon dapat mencapai 30 m.

Batang

Batang pohon dewasa bagian luarnya kasar dan kecokelatan bila dikelupas batang kayunya kuning. Kayu cukup keras dan berbatang lurus menjulang, dapat digunakan sebagai bahan bangunan.

Daun

Daun tersusun majemuk yang helainya tersusun berpasangan. Banyak pasangan daun rata-rata 3–7 pasang dalam satu tangkai daun. Bentuk anak daun bulat telur, helainya tebal dan berbulu halus. Warna daun hijau muda dan tidak licin.

Buah

Buah bertipe buah batu (drupa). Bentuk agak gepeng, elipsoid.

Bunga

Pembungaan terjadi pada pertengahan musim penghujan (Februari hingga April). Tumbuhan berumah tunggal, meskipun ada yang berumah dua (monodioecious), sehingga terdapat pohon banci, jantan, dan betina. Perbungaan majemuk, dengan tandan bunga berbentuk kerucut, terletak pseudoterminal. Bunga mekar dimulai pada bagian pangkal dan berikutnya menuju ke bagian ujung. Serangga penyerbuk terutama lebah. Benang sarinya berjumlah 7–8 dan kepala putik terbelah dua. Menurut Van der Ham (1990), serbuk sarinya kecil dengan ukuran diameter ekuatorial (E) 26 milimikron dan tinggi secara polar (P) 25 mili-mikron (1 mikron = 0,001 mm).

Biji

Biji terlindung oleh kulit biji, sisa-sisa nukleus, dan endosperma (Sutopo,1988). Kulit biji mengalami modifikasi membentuk salut biji (sarcotesta) yang berkembang dari ujung biji. Daging buah ini bewarna putih agak jernih. Rasanya asam hingga manis dan berair. Tebal daging buah antara 2–4 mm dilindungi oleh kulit buah yang berbingkul-bingkul. Pada waktu masih muda, kulit buah ini bewarna hijau muda kemudian menjelang masak berubah menjadi merah dan selanjutnya merah tua pada saat masak. Buah berbentuk lonjong. Ukurannya setelah masak panjang 3,5–4 cm dan diameter 2,5–3 cm. Kulit buah agak bergetah dan lengket, tebal 3–5 mm. Biji tidak tahan lama disimpan karena tergolong rekalsitran, tidak mampu bertahan hidup pada kadar air rendah.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Leenhouts, P. 1986. Blumea 31:415.
  • Ham, R.W.J.M. van der 1990. Nephelieae Pollen (Sapindaceae). Form, Function, and Evolution. (Leiden Bot.Series,13). 61 plates (SEM & TEM - micrographs). 21 textfigures. 255pp.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]