Lompat ke isi

Keledang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Mitgatvm Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: tanpa takson -> klad + clean up
 
(33 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{taxobox
{{Taxobox
| color = lightgreen
| image=buah-keledang.jpg
| name = Keledang
|regnum = [[Plantae]]
| image = Keledang.jpg
| phylum = [[Tracheobionta]]
| image_width = 240px
| classis = [[Magnoliopsida]]
| image_caption = Buah keledang, ''Artocarpus lanceifolius''
|unranked_ordo = [[Rosids]]
|ordo = [[Urticales]]
| regnum = [[Plantae]]
{{kladtb|[[Tumbuhan berpembuluh|Tracheophyta]]}}
{{kladtb|[[Tumbuhan berbunga|Angiospermae]]}}
{{kladtb|[[Eudikotil]]}}
{{kladtb|[[Rosid]]}}
|ordo = [[Rosales]]
|familia = [[Moraceae]]
|familia = [[Moraceae]]
|genus = ''[[Artocarpus]]''
|genus = ''[[Artocarpus]]''
|species = '''''Keledang'''''
|species = '''''A. lanceifolius'''''
|binomial = ''Artocarpus lancifolius Roxb''
|binomial = ''Artocarpus lanceifolius''
|binomial_authority =
|binomial_authority = [[William Roxburgh|Roxb.]]
|}}
|}}
'''Keledang''' (''Artocarpus lancifolius Roxb'') termasuk [[buah]] langka bumi Kalimantan. Keledang merupakan buah yang mulai terlupakan seiring dengan habisnya hutan-hutan alami. Pohonnya dapat menjulang tinggi mencapai 30 meter dan berdaun lebar dan sedikit berbulu. Pohon keledang dapat berbuah sejak 5 tahun setelah tanam. Tumbuh diberbagai jenis tanah dan umumnya dihutan tropis dan penuh dengan humus. Buah Keledang termasuk Famili Moraceae (suku nangka-nangkaan). Kerabat dekatnya adalah buah [[Mentawa, [[Kluwih]], [[Pintau]], [[Cempedak]], [[Sukun]], [[Selanking]], [[Benda (pohon)|Benda]], dan [[Nangka]].
'''Keledang''' ('''''Artocarpus lanceifolius''''') termasuk [[buah]] langka bumi [[Kalimantan]]. Keledang merupakan buah yang mulai terlupakan seiring dengan habisnya hutan-hutan alami.<ref name="viva">Vivaborneo: [http://www.vivaborneo.com/buah-keledang-yang-terlupakan.htm Buah Keledang yang Terlupakan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120311000736/http://www.vivaborneo.com/buah-keledang-yang-terlupakan.htm |date=2012-03-11 }}</ref> Tumbuhan ini termasuk [[familia|suku]] Moraceae (nangka-nangkaan), berkerabat dengan [[mentawa]], [[kluwih]], [[pintau]], [[cempedak]], [[sukun]], [[selanking]], [[Benda (pohon)|benda]], dan [[nangka]].


Nama-nama lainnya, di antaranya ''papuan'' ([[bahasa Ma'anyan]]), ''kĕledang'' ([[bahasa Melayu|Mly.]]), ''simar naka'' ([[bahasa Batak|Bat.]]), ''bangsal'' ([[bahasa Dayak|Dy.]]), dan ''khanun-pa'' ([[Thailand|Thai]]).<ref name="pros5"/> Di pelbagai tempat di Borneo, pohon ini dikenal dengan berbagai sebutan seperti ''bangsal, binturung, bunon, kayu dadak, emputu, kakian, sedah, tempunang''.<ref name="argent"/> Ada juga yang menyebutnya ''kateh, keledang, kledang, paribalek, peruput, pudu, tarap hutan, katebung, tiwadak banyu,'' dan lain-lain.
Buah Keledang rasanya manis dan daging buahnya terpisah dari bijinya seperti nangka. Sensasi rasanya merupakan campuran antara [[nangka]] dan [[manggis]]. Warna kulit buahnya jingga kemerahan dan bentuk buahnya seperti [[cempedak]]. Buah keledang termasuk salah satu buah buahan eksotis hutan [[Kalimantan]] yg tumbuh merata di seluruh daratan pulau ini.
Hingga pada [[Desember]] [[2009]] di [[Kota Samarinda]], masih banyak penjaja buah dipinggir jalan yang menjualnya. Buah sebesar genggaman tangan orang dewasa dijual dengan harga Rp2.500,00 per buahnya. Sungguh harga yang murah untuk buah yang sudah jarang ditemukan ini.
Pelestarian Pohon Keledang belum mendapat perhatian, begitupun dengan buah buah eksotis hutan Kalimantan lainnya. Padahal potensi tumbuhnya sangat mudah dengan perbanyakan melalui biji yang disemai.


== Pengenalan ==
{{buah-stub}}
[[Berkas:Keledang (2).jpg|jmpl|kiri|Buah keledang, dibuka untuk memperlihatkan isinya]]
[[Pohon]] berukuran sedang; tinggi mencapai 36 [[meter|m]] dengan batang lurus; batang bebas cabang bisa mencapai 25 m dan gemang batang hingga 275 [[sentimeter|cm]]; ber[[banir]] pendek. [[Pepagan]] halus, kelabu-pucat sampai hampir hitam, bagian dalamnya cokelat kekuningan; [[lateks]]nya berwarna putih pucat, kental.<ref name="argent"/><ref name="tfm">{{aut|Kochummen, K.M.}} 1978. Moraceae. In Ng, F.S.P. (ed.) ''Tree Flora of Malaya'' vol. '''3''': 129. Longman.</ref>


Ranting-ranting tebalnya 6-8 [[milimeter|mm]], berambut atau gundul. [[Daun penumpu]] membungkus ujung ranting, 1,5-4,5&nbsp;cm, berambut pendek, meninggalkan bekas luka bentuk cincin di ranting. [[Daun|Daun-daun]] kaku menjangat, bundar telur lanset hingga bundar telur jorong, 10-35 × 5–20&nbsp;cm; gundul di kedua sisi; ujungnya membundar hingga runcing berekor, ekor hingga 12&nbsp;mm; bertepi rata hingga menggelombang; pangkalnya menyempit, agak tak simetris; bertangkai 1–3&nbsp;cm, gundul, beralur dangkal atau dalam di sisi atas. Daun pada anak pohon berbeda bentuk, berbagi atau bercangap.<ref name="argent">{{aut|Argent, G. ''et al.''}}. t.t. ''Manual of the Larger and More Important Non-Dipterocarp Trees of Central Kalimantan, Indonesia''. Vol. '''2''': 436. Forest Institute, Samarinda.</ref>

[[Bunga majemuk|Perbungaan]] dalam [[bongkol]] di ketiak, yang betina soliter, yang jantan berpasangan. Bongkol jantan berbentuk gelendong atau serupa jari, 30-60 × 12–18&nbsp;mm, halus; bertangkai 25–70&nbsp;mm. [[Buah#Pembentukan buah|Buah semu]] (''syncarp'') cokelat [[zaitun]] hingga cokelat [[berangan]] kusam; membulat, lk. 8 × 7&nbsp;cm, tertutup oleh tonjolan-tonjolan serupa duri pendek yang tumpul; bertangkai 4&nbsp;cm. [[Biji|Biji-biji]] elipsoid, 12-15 × 8&nbsp;mm, terbungkus ‘daging buah’ (sebetulnya perkembangan tenda bunga) berwarna keputihan<ref name="argent"/> atau jingga terang.<ref name="tfm"/>

== Anak jenis dan penyebaran ==
Keledang menyebar mulai dari [[Thailand]], [[Semenanjung Malaya]], [[Sumatra]], [[Bangka]], [[Kepulauan Lingga]] dan [[Kepulauan Riau|Riau]], dan [[Borneo]]. Ada dua anak jenisnya, yakni ''A. l. lanceifolius'' dan ''A. l. clementis'' (Merr.) Jarrett; yang terakhir ini [[endemik]] di Borneo bagian timur laut.<ref name="pros5">{{aut|Djarwaningsih, T., D.S. Alonzo, S. Sudo, and M.S.M. Sosef.}} 1995. ''Artocarpus'' J.R. Forster & J.G. Forster. in R.M.H.J. Lemmens, I. Soerianegara and W.C. Wong (eds.). ''Timber Trees: minor commercial timber''. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) '''5'''(2): 67-68.</ref>

Tumbuhan ini tidak melimpah, tetapi cukup umum ditemukan di [[hutan hujan tropika]] dataran rendah dan perbukitan hingga ketinggian 600(-1100) m dpl.<ref name="pros5"/><ref name="tfm"/>

== Manfaat ==
''A. lanceifolius'' adalah salah satu penghasil [[kayu keledang]] yang penting; kayunya yang berat (densitasnya pada kadar air 15% antara 510 – 855 [[kilogram|kg]]/[[meter|m]]<sup>3</sup>) dimanfaatkan untuk [[konstruksi]] berat, [[furnitur]], pembuatan [[perahu]], perkakas rumah tangga, [[peti mati]], dan lain-lain. Tumbuhan ini juga menghasilkan bahan pewarna, dan buahnya dapat dimakan.<ref name="pros5"/>

Buah keledang rasanya manis dan daging buahnya terpisah dari bijinya seperti nangka. Sensasi rasanya merupakan campuran antara [[nangka]] dan [[manggis]]. Warna kulit buahnya jingga kemerahan dan bentuk buahnya seperti [[cempedak]]. Buah keledang termasuk salah satu buah-buahan eksotis hutan [[Kalimantan]] yang tumbuh merata di seluruh daratan pulau ini.<ref name="viva"/>

''A. lanceifolius'' merupakan sumber metabolit sekunder turunan [[fenol]], terutama golongan [[flavonoid]], yang kemungkinan dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan karena bersifat sitotoksik. Beberapa senyawa flavonoid terprenilasi yang baru, di antaranya jenis-jenis dari kelompok ''artoindonesianin'', telah berhasil diisolasi dari pepagan dan kayu keledang.<ref>{{aut|Syah, Yana M., S.A. Achmad, E.L. Ghisalberti, E.H. Hakim, L. Makmur, D. Mujahidin}}. 2001. Artoindonesianins G-I, three new isoprenylated flavones from Artocarpus lanceifolius ([http://www.researchgate.net/publication/11675847_Artoindonesianins_G-I_three_new_isoprenylated_flavones_from_Artocarpus_lanceifolius abstract]). ''Fitoterapia'' '''72'''(7):765-73 (Dec 2001).</ref><ref>{{aut|Hakim, E.H., Asnizar, Yurnawilis, N. Aimi, M. Kitajima, H. Takayama.}} 2002. Artoindonesianin P, a new prenylated flavone with cytotoxic activity from Artocarpus lanceifolius ([http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12490227 abstract]). ''Fitoterapia'' '''73'''(7-8):668-73 (Dec 2002).</ref><ref>{{aut|Syah, Yana M., Sjamsul A. Achmad, Norio Aimi, Euis H. Hakim, Lia D. Juliawaty, and Hiromitsu Takayama}}. 2006. [http://www.znaturforsch.com/ab/v61b/s61b1134.pdf Two Prenylated Flavones from the Tree Bark of Artocarpus lanceifolius]. Verlag der Zeitschrift fűr Naturforschung, Tűbingen.</ref>

== Referensi ==
{{reflist|2}}

== Pranala luar ==
{{commonscat|Artocarpus lanceifolius}}
* {{en}} Asian Plant: [http://www.asianplant.net/Moraceae/Artocarpus_lanceifolius.htm ''Artocarpus lanceifolius''] (uraian ringkas, foto-foto herbarium)
* {{en}} Digital Nature Archive: [http://rmbr.nus.edu.sg/dna/organisms/details/455 ''Artocarpus lanceifolius''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140330072435/http://rmbr.nus.edu.sg/dna/organisms/details/455 |date=2014-03-30 }} (uraian ringkas)
* {{en}} ICRAF: [http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Products/AFDbases/WD/asps/DisplayDetail.asp?SpecID=335 ''Artocarpus lanceifolius''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20031102001302/http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Products/AFDbases/WD/asps/DisplayDetail.asp?SpecID=335 |date=2003-11-02 }} (uraian ringkas, sifat-sifat kayu)
* {{en}} ZipCodeZoo: [http://zipcodezoo.com/Plants/A/Artocarpus_lanceifolius/ ''Artocarpus lanceifolius''] (uraian ringkas taksonomi)

{{Taxonbar|from=Q14933185}}

[[Kategori:Artocarpus|Keledang]]
[[Kategori:Buah-buahan]]
[[Kategori:Buah-buahan]]
[[Kategori:Pohon buah]]
[[Kategori:Pohon buah]]
[[Kategori:Pohon kayu]]
[[Kategori:Tumbuhan obat]]
[[Kategori:Tumbuhan pewarna]]
[[Kategori:Flora Indonesia]]

Revisi terkini sejak 29 Juni 2024 13.03

Keledang
Buah keledang, Artocarpus lanceifolius
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. lanceifolius
Nama binomial
Artocarpus lanceifolius

Keledang (Artocarpus lanceifolius) termasuk buah langka bumi Kalimantan. Keledang merupakan buah yang mulai terlupakan seiring dengan habisnya hutan-hutan alami.[1] Tumbuhan ini termasuk suku Moraceae (nangka-nangkaan), berkerabat dengan mentawa, kluwih, pintau, cempedak, sukun, selanking, benda, dan nangka.

Nama-nama lainnya, di antaranya papuan (bahasa Ma'anyan), kĕledang (Mly.), simar naka (Bat.), bangsal (Dy.), dan khanun-pa (Thai).[2] Di pelbagai tempat di Borneo, pohon ini dikenal dengan berbagai sebutan seperti bangsal, binturung, bunon, kayu dadak, emputu, kakian, sedah, tempunang.[3] Ada juga yang menyebutnya kateh, keledang, kledang, paribalek, peruput, pudu, tarap hutan, katebung, tiwadak banyu, dan lain-lain.

Pengenalan

[sunting | sunting sumber]
Buah keledang, dibuka untuk memperlihatkan isinya

Pohon berukuran sedang; tinggi mencapai 36 m dengan batang lurus; batang bebas cabang bisa mencapai 25 m dan gemang batang hingga 275 cm; berbanir pendek. Pepagan halus, kelabu-pucat sampai hampir hitam, bagian dalamnya cokelat kekuningan; lateksnya berwarna putih pucat, kental.[3][4]

Ranting-ranting tebalnya 6-8 mm, berambut atau gundul. Daun penumpu membungkus ujung ranting, 1,5-4,5 cm, berambut pendek, meninggalkan bekas luka bentuk cincin di ranting. Daun-daun kaku menjangat, bundar telur lanset hingga bundar telur jorong, 10-35 × 5–20 cm; gundul di kedua sisi; ujungnya membundar hingga runcing berekor, ekor hingga 12 mm; bertepi rata hingga menggelombang; pangkalnya menyempit, agak tak simetris; bertangkai 1–3 cm, gundul, beralur dangkal atau dalam di sisi atas. Daun pada anak pohon berbeda bentuk, berbagi atau bercangap.[3]

Perbungaan dalam bongkol di ketiak, yang betina soliter, yang jantan berpasangan. Bongkol jantan berbentuk gelendong atau serupa jari, 30-60 × 12–18 mm, halus; bertangkai 25–70 mm. Buah semu (syncarp) cokelat zaitun hingga cokelat berangan kusam; membulat, lk. 8 × 7 cm, tertutup oleh tonjolan-tonjolan serupa duri pendek yang tumpul; bertangkai 4 cm. Biji-biji elipsoid, 12-15 × 8 mm, terbungkus ‘daging buah’ (sebetulnya perkembangan tenda bunga) berwarna keputihan[3] atau jingga terang.[4]

Anak jenis dan penyebaran

[sunting | sunting sumber]

Keledang menyebar mulai dari Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Bangka, Kepulauan Lingga dan Riau, dan Borneo. Ada dua anak jenisnya, yakni A. l. lanceifolius dan A. l. clementis (Merr.) Jarrett; yang terakhir ini endemik di Borneo bagian timur laut.[2]

Tumbuhan ini tidak melimpah, tetapi cukup umum ditemukan di hutan hujan tropika dataran rendah dan perbukitan hingga ketinggian 600(-1100) m dpl.[2][4]

A. lanceifolius adalah salah satu penghasil kayu keledang yang penting; kayunya yang berat (densitasnya pada kadar air 15% antara 510 – 855 kg/m3) dimanfaatkan untuk konstruksi berat, furnitur, pembuatan perahu, perkakas rumah tangga, peti mati, dan lain-lain. Tumbuhan ini juga menghasilkan bahan pewarna, dan buahnya dapat dimakan.[2]

Buah keledang rasanya manis dan daging buahnya terpisah dari bijinya seperti nangka. Sensasi rasanya merupakan campuran antara nangka dan manggis. Warna kulit buahnya jingga kemerahan dan bentuk buahnya seperti cempedak. Buah keledang termasuk salah satu buah-buahan eksotis hutan Kalimantan yang tumbuh merata di seluruh daratan pulau ini.[1]

A. lanceifolius merupakan sumber metabolit sekunder turunan fenol, terutama golongan flavonoid, yang kemungkinan dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan karena bersifat sitotoksik. Beberapa senyawa flavonoid terprenilasi yang baru, di antaranya jenis-jenis dari kelompok artoindonesianin, telah berhasil diisolasi dari pepagan dan kayu keledang.[5][6][7]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Vivaborneo: Buah Keledang yang Terlupakan Diarsipkan 2012-03-11 di Wayback Machine.
  2. ^ a b c d Djarwaningsih, T., D.S. Alonzo, S. Sudo, and M.S.M. Sosef. 1995. Artocarpus J.R. Forster & J.G. Forster. in R.M.H.J. Lemmens, I. Soerianegara and W.C. Wong (eds.). Timber Trees: minor commercial timber. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) 5(2): 67-68.
  3. ^ a b c d Argent, G. et al.. t.t. Manual of the Larger and More Important Non-Dipterocarp Trees of Central Kalimantan, Indonesia. Vol. 2: 436. Forest Institute, Samarinda.
  4. ^ a b c Kochummen, K.M. 1978. Moraceae. In Ng, F.S.P. (ed.) Tree Flora of Malaya vol. 3: 129. Longman.
  5. ^ Syah, Yana M., S.A. Achmad, E.L. Ghisalberti, E.H. Hakim, L. Makmur, D. Mujahidin. 2001. Artoindonesianins G-I, three new isoprenylated flavones from Artocarpus lanceifolius (abstract). Fitoterapia 72(7):765-73 (Dec 2001).
  6. ^ Hakim, E.H., Asnizar, Yurnawilis, N. Aimi, M. Kitajima, H. Takayama. 2002. Artoindonesianin P, a new prenylated flavone with cytotoxic activity from Artocarpus lanceifolius (abstract). Fitoterapia 73(7-8):668-73 (Dec 2002).
  7. ^ Syah, Yana M., Sjamsul A. Achmad, Norio Aimi, Euis H. Hakim, Lia D. Juliawaty, and Hiromitsu Takayama. 2006. Two Prenylated Flavones from the Tree Bark of Artocarpus lanceifolius. Verlag der Zeitschrift fűr Naturforschung, Tűbingen.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]