Sangitan: Perbedaan antara revisi
k Bot: +{{Authority control}} |
k →top: tanpa takson -> klad + clean up |
||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{ |
{{Taxobox |
||
| color = {{tc2|tumbuhan}} |
|||
|name = Sangitan |
|name = Sangitan |
||
|image = Sambucus chinensis 1.JPG |
|image = Sambucus chinensis 1.JPG |
||
|image_caption = Sangitan |
|image_caption = Sangitan |
||
|regnum = [[Plantae]] |
|regnum = [[Plantae]] |
||
{{kladtb|[[Tumbuhan berpembuluh|Tracheophyta]]}} |
|||
|unranked_divisio = [[Angiospermae]] |
|||
{{kladtb|[[Tumbuhan berbunga|Angiospermae]]}} |
|||
|unranked_classis = [[Eudikotil]] |
|||
{{kladtb|[[Eudikotil]]}} |
|||
|unranked_ordo = [[Asteridae]] |
|||
{{kladtb|[[Asterid]]}} |
|||
|ordo = [[Dipsacales]] |
|ordo = [[Dipsacales]] |
||
|familia = [[Adoxaceae]] |
|familia = [[Adoxaceae]] |
||
Baris 45: | Baris 47: | ||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
{{Authority control}} |
{{Authority control}} |
||
{{Taxonbar|from=Q4117827}} |
|||
[[Kategori: |
[[Kategori:Tumbuhan obat]] |
||
[[Kategori:Pertanian]] |
[[Kategori:Pertanian]] |
||
[[Kategori:Tumbuhan]] |
[[Kategori:Tumbuhan]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Sambucus]] |
Revisi terkini sejak 29 Juni 2024 13.19
Sangitan | |
---|---|
Sangitan | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Asterid |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | S. javanica
|
Nama binomial | |
Sambucus javanica |
Sangitan (Latin: Sambucus Javanica Reinv / Sambuci Javanicae) adalah jenis tanaman herbal dalam keluarga Adoxaceae asli Asia dan merupakan tanaman subtropis dan tropis.[1][2] Sinonim nama ilmiahnya: Sambucus Chinensis Lindl., Simbucus Ebuloides Desc., Simbucus Thunbergiana BI., Phyteuma Bipinnata Lour., dan P. Cochinchinensis Lour.[1] Nama Sangitan atau Kelak Nasi diambil dari bahasa Melayu.[1][2]
Di Pulau Sumatera sendiri ia dikenal dalam beberapa sebutan, di Aceh ia disebut Abur, di Bengkulu ia dinamai Babalat.[1][2] Sedangkan di Pulau Jawa, di daerah Sunda disebut Kerak Nasi, di Jawa Tengah, orang menyebutnya sebagai tanaman Brobos Kebo.[1][2] Di Maluku, Sanitan disebut Halemaniri, yaitu di daerah Tidore.[1][2]
Asal usul Sangitan
[sunting | sunting sumber]Sangitan merupakan tanaman asli Indonesia.[3] Sangitan juga banyak dijumpai di Bhutan, Burma, Kamboja, Tiongkok (kecuali di utara), India, Jepang, Laos, Malaysia (di Sabah), Filipina, Thailand Selatan, dan Vietnam[4][5] Keberadaan Sangitan kurang diperhatikan orang bahkan terkadang dianggap sebagai gulma, padahal di Tiongkok, Sangitan sangat terkenal dan dimanfaatkan sebagai ramuan untuk menyembuhkan penyakit hepatitis.[6]
Karakteristi Tanaman Sangitan
[sunting | sunting sumber]Sangitan biasanya tumbuh di pinggir sawah dan di antara semak belukar di hutan bambu.[6] Rantingnya saling berdesakan dan membentuk perdu, tampak unik bagian daunnya.[6] Lebar daun berukuran 2–3 cm, ujungnya meruncing membuat daunnya semakin sempit dan helaiannya seperti menutup.[6] Bunganya berwarna putih agak krem di pucuk tanaman sehingga kelihatan menonjol.[6] Bentuk mahkota bunga seperti bintang, pertumbuhannya mengarah ke atas dan sekilas mirip payung.[6]
Rasa pohon atau daun Sangitan manis agak pahit.[7] Herba ini masuk dalam meridian hati (liver) dan berkasiat sebagai peluruh kencing (diretik).[7]
Kandungan Kimia
[sunting | sunting sumber]Sangitan kaya akan kandungan kimia, seperti minyak esensial, asam ursolik, beta sitosterol, alfa amyrin palmitat, KNO, dan tanin.[3][6][7] Kandungan tersebut menyebar di bagian akar, batang, dan daun.[3][6][7] Di samping itu, menurut data Departemen Kesehatan, tanaman ini mengandung sambunigran dan glukosida.[3][6][7]
Pemanfaatan Bagian Tanaman Sangitan
[sunting | sunting sumber]Bagian tanaman yang dapat digunakan adalah akar, daun, dan bunga.[2] Pemakaiannya Sangitan dapat dilakukan dengan mengolahnya ketika masih segar maupun dapat dilakukan dengan cara dijemur sampai kering jika akan disimpan.[2]
Akarnya digunakan untuk beberapa pengobatan penyakit, antara lain bengkak dan memar, tulang patah, reumatik, pegal linu, dan sakit kuning.[2] Daunnya digunakan untuk mengobati bengkak karena timbunan cairan pada penyakit ginjal, beri-beri, disentri, radang saluran napas kronis, eripelasi.[2] Seluruh tumbuhan digunakan untuk pengobatan sakit keram, nyeri tulang, memar, kulit terbakar, bercak hitam di wajah, untuk menghaluskan kulit dan merangsang saraf.[2] Penggunaannya sangat sederhana dan sifatnya masih lokal.[2] Daunnya bisa ditumbuk, direbus (airnya diminum atau untuk mencuci bagian tubuh yang sakit), atau diperas setelah ditumbuk.[2]
Contoh, penggunaan bagi penderita penyakit kuning: cuci 30-50 g akar sangitan kering atau 90 g akar sangitan segar, lalu potong seperlunya.[2] Tambahkan daging sapi yang jumlahnya sama banyak, setelah dingin, air diminum dan dagingnya dimakan.[2]
Efek Samping
[sunting | sunting sumber]Ibu hamil dilarang minum rebusan tumbuhan ini karena dapat menyebabkan kematian janin.[2]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f (Indonesia) Dewi Damayanti., Buku pintar tanaman obat: 431 jenis tanaman penggempur aneka penyakit (Google eBuku), Jakarta: AgroMedia, 2008, Hal. 215-216
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o (Indonesia) Setiawan Dalimarta., Atlas tumbuhan obat Indonesia, Volume 2, Jakarta: Trubus Agriwidya, 2000, Hal. 166-170
- ^ a b c d (Indonesia) Fauzi R. Kusuma & B. Muhammad Zaky., Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat, Jakarta: Agromedia, Hal. 48-49
- ^ Deyuan Hong, Qiner Yang, Valéry Malécot & David E. Boufford. "Sambucus javanica". Flora of China. Missouri Botanical Garden, St. Louis, MO & Harvard University Herbaria, Cambridge, MA. Diakses tanggal 21 March 2013.
- ^ USDA, ARS, National Genetic Resources Program (May 19, 2011). "Sambucus javanica at NPGS/GRIN". Germplasm Resources Information Network (GRIN). United States Department of Agriculture. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-11. Diakses tanggal 21 March 2013.
- ^ a b c d e f g h i (Indonesia)Tanaman Obat untuk mengatasi hepatitis, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2005, Hal. 40-41
- ^ a b c d e (Indonesia)Nurheti Yuliarti., Sehat, Cantik, Bugar dengan Herbal dan Obat Tradisional, Yogyakarta: Penerbit Andi, Hal. 72-73