Air wadi: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
membuat halaman baru |
k Menambah Kategori:Najis menggunakan HotCat |
||
Baris 16: | Baris 16: | ||
* {{Cite book|last=Abror|first=Khoirul|date=2019|url=http://repository.radenintan.ac.id/12664/1/Fiqh%20Ibadah.pdf|title=Fiqh Ibadah|location=Yogyakarta|publisher=Phoenix Publisher|isbn=978-602-0713-81-6|editor-last=Selfietera|ref={{sfnref|Abror|2019}}|url-status=live}} |
* {{Cite book|last=Abror|first=Khoirul|date=2019|url=http://repository.radenintan.ac.id/12664/1/Fiqh%20Ibadah.pdf|title=Fiqh Ibadah|location=Yogyakarta|publisher=Phoenix Publisher|isbn=978-602-0713-81-6|editor-last=Selfietera|ref={{sfnref|Abror|2019}}|url-status=live}} |
||
* {{Cite book|last=Basri, R., dan Rasna|date=2022|url=http://repository.iainpare.ac.id/id/eprint/4725/1/Adaptasi%20Fiqhi%20Ibadah%20dalam%20Perkembangan%20Sains.pdf|title=Adaptasi Fiqih Ibadah dalam Perkembangan Sains|location=Parepare|publisher=IAIN Parepare Nusantara Press|isbn=978-623-8092-10-9|editor-last=Syatar, A., dan Ilham, M.|ref={{sfnref|Basri dan Rasna|2022}}|url-status=live}} |
* {{Cite book|last=Basri, R., dan Rasna|date=2022|url=http://repository.iainpare.ac.id/id/eprint/4725/1/Adaptasi%20Fiqhi%20Ibadah%20dalam%20Perkembangan%20Sains.pdf|title=Adaptasi Fiqih Ibadah dalam Perkembangan Sains|location=Parepare|publisher=IAIN Parepare Nusantara Press|isbn=978-623-8092-10-9|editor-last=Syatar, A., dan Ilham, M.|ref={{sfnref|Basri dan Rasna|2022}}|url-status=live}} |
||
[[Kategori:Najis]] |
Revisi terkini sejak 9 Juli 2024 09.34
Air wadi adalah cairan kental berwarna putih yang keluar setelah buang air kecil. Penyebab keluarnya ialah membawa beban yang terlalu berat. Status air wadi adalah najis yang dapat membatalkan wudu.
Penyebab kemunculan
[sunting | sunting sumber]Air wadi berbentuk cairan berwarna putih yang kental.[1] Keluarnya air wadi terjadi setelah buang air kecil.[2] Kondisi yang menyebabkannya ialah membawa barang yang sangat berat.[3]
Kenajisan
[sunting | sunting sumber]Kenajisan air wadi didasari oleh hadis periwayatan Imam Baihaqi dari Abdullah bin Abbas. Dalam hadis ini disebutkan cara penyucian wadi pada alat kelamin dengan membasuhnya saja dan melakukan wudu.[4] Keluarnya air wadi saat buang air kecil membuat wudu menjadi batal.[5] Sebabnya ialah bahwa air wadi merupakan kotoran yang keluar dari lubang tubuh manusia.[6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Basri dan Rasna 2022, hlm. 40.
- ^ Basri dan Rasna 2022, hlm. 50.
- ^ Abror 2019, hlm. 25.
- ^ Hambali, Muhammad (2017). Rusdianto, ed. Panduan Muslim Kaffah: Dari Kandungan hingga Kematian. Yogyakarta: Laksana. hlm. 43. ISBN 978-602-407-185-1.
- ^ Abror 2019, hlm. 43.
- ^ Basri dan Rasna 2022, hlm. 138.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Abror, Khoirul (2019). Selfietera, ed. Fiqh Ibadah (PDF). Yogyakarta: Phoenix Publisher. ISBN 978-602-0713-81-6.
- Basri, R., dan Rasna (2022). Syatar, A., dan Ilham, M., ed. Adaptasi Fiqih Ibadah dalam Perkembangan Sains (PDF). Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press. ISBN 978-623-8092-10-9.