Suku Tumi: Perbedaan antara revisi
RV Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan pranala ke halaman disambiguasi |
k Etnik |
||
(77 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
⚫ | |||
{{untuk|zaman sejarah sakala brak|Prasasti Hujung Langit}} |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
|native_name = Jeghema Tumi |
|||
⚫ | |||
| |
|image = |
||
| |
|caption = |
||
|caption = Tumbuhan Paku Sukha |
|||
|poptime = |
|poptime = |
||
|region = [[Lampung]] (historis) |
|region = [[Lampung]] (historis) |
||
|langs = Tumi |
|langs = [[Tumi (bahasa kuno)|Tumi]] {{small|(kemungkinan)}}<br>[[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]] |
||
|rels = [[Animisme]], [[ |
|rels = [[Animisme]], [[dinamisme]] {{small|(hingga abad ke-3)}}<br>Corak [[Hindu]] {{small|(abad ke-3 sampai abad ke-12)}}<br>[[Islam]] {{small|(setelah abad ke-13)}}<ref>https://lampung.viva.co.id/budaya/45-mengenal-asal-usul-ulun-lampung</ref> |
||
|related = [[Tamil]] {{small|(diyakini sebagai asal-usul orang Tumi)}}<br>[[Suku Lampung]] {{small|(diyakini sebagai keturunan |
|related = [[Suku Tamil|Tamil]] {{small|(diyakini sebagai asal-usul orang Tumi)}}<br>[[Suku Lampung|Lampung]] {{small|(diyakini sebagai keturunan orang Tumi)}}<br>Kenyangan dan Nekhima {{small|(dua suku lain yang mendiami Gunung Pesagi)}} |
||
|population = |
|population = |
||
|region1 = |
|||
|pop1 = |
|||
}} |
}} |
||
''' |
'''Suku Tumi''' ([[bahasa Lampung|Lampung]]: ''Jeghema Tumi'') adalah [[Manusia purba|suku purba]] yang diyakini merupakan [[nenek moyang]] dari [[orang Lampung]] saat ini. Orang Tumi kemungkinan berasal dari [[India Selatan]] yang datang ke [[Nusantara]] beberapa milenium [[Sebelum Masehi|SM]]. Suku Tumi dahulu bermukim di wilayah sekitar lereng [[Gunung Pesagi]] dan [[Danau Ranau]] di [[Kabupaten Lampung Barat]].<ref>https://identikpos.com/sejarah-tentang-suku-tumi-dan-kerajaan-sekala-brak/</ref> |
||
Pada [[Abad ke-12]] Masehi sampai dengan tahun 1288 Masehi Raja terahir suku negeri Kepaksian Sakala Brak Kuno yakni Ratu Sekekhumong sebelum di taklukkan oleh orang-orang saleh [[Bangsa Arab]] dahulu bermukim di wilayah tanjung menang sekitar lereng tengkuk puncak [[gunung Pesagi]], [[Bukit Barisan]] dan [[danau Ranau]] di [[Kabupaten Lampung Barat]] Sekarang<ref>https://identikpos.com/sejarah-tentang-suku-tumi-dan-kerajaan-sekala-brak/</ref><ref name="paksi"/>. |
|||
==Etimologi== |
==Etimologi== |
||
⚫ | Menurut Ahmad Safei, Saibatin Kepaksian Buay Belunguh, nama "Tumi" berasal dari kata ''[[Tamil]]'', yakni sebuah [[suku bangsa]] yang mendiami India bagian selatan dan diyakini orang Tumi merupakan bagian dari orang Tamil yang mendiami wilayah [[Lampung]] dahulu.<ref>https://www.medinaslampungnews.co.id/kerajaan-paksi-pak-sekala-brak/</ref> |
||
⚫ | |||
⚫ | Menurut Ahmad Safei, Saibatin Buay Belunguh, nama |
||
Dari hasil musyawarah yang dilakukan oleh para keturunan dari [[Kepaksian Sekala Brak]] pada tahun 2001, mengakui La Laula sebagai [[raja]] pertama kerajaan ini sejak awal abad ke-3 Masehi. La Laula bukanlah penduduk asli, ia bersama pengikutnya tiba di [[Sekala Brak]] dari daratan [[Indochina]] (antara [[Vietnam]] dan [[Kamboja]] saat ini) pada awal abad ke-3 Masehi dengan menggunakan [[kano|kapal kano]]. Meskipun demikian, Kepaksian Sekala Brak membenarkan eksistensi suku Tumi yang telah ada sebelum kedatangan La Laula yang mendirikan Kerajaan Sekala Brak.<ref>https://metropolis.co.id/2018/08/14/4-umpu-sekala-brak-lampung-anak-raja-pagaruyung-minangkabau/</ref> |
|||
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli arkeologi, Gunung pesagi tempat bermukimnya suku bangsa tumi yang menganut agama nanimisme, yang merupakan cikal bakal Kerajaan Sakala Brak Kuno, ''Kerajaan Sakala Brak'' adalah kerajaan tertua di tanah Lampung. Penduduk yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Sakala Bkhak inilah yang merupakan nenek moyang dari etnis asli Lampung<ref name="paksi"/>. penyebaran islam dimulai sejak abad ke-10 dan tahun 1101 Masehi<ref name="paksi"/>. Empat kekhalipahan suku bangsa Lampung menaklukkan keratuan sakala brak animisme dan mendirikan monarchi Islam yang di sebut Kepaksian Paksi Pak Sakala Brak di Abad ke-13 tahun 1289 Masehi atau 688 Mujarrad Rasulullah silam<ref name="paksi"/>. Yang hingga kini terus berjalan pemerintahan adatnya<ref name="paksi"/>. |
|||
La Laula tiba di sebuah negeri yang dipenuhi [[Sekala Brak|pohon sekala]] di mana, di sana telah berdiam suatu [[etnis|entitas masyarakat]] yang dikenal sebagai orang Tumi. Suku Tumi merasa terdesak dengan kehadiran La Laula yang lambat laun berhasil menarik pengikut dari kalangan masyarakat lokal. Setelah melalui pertempuran yang cukup lama, La Laula dan pengikutnya berhasil menaklukkan suku Tumi serta menyatakan dirinya sebagai Raja pertama [[Kepaksian Sekala Brak|Kerajaan Sekala Brak]]. Menurut [[Profesor|Prof.]] [[Doktor|Dr.]] Sujarwo, dijelaskan bahwa terdapat dua suku yang bermukim di puncak gunung Pesagi yang memiliki sikap berbeda dengan suku Tumi, kedua suku ini merupakan kelompok yang membuka diri terhadap masuknya ajaran Islam, yakni suku Kenyangan dan Nekhima.<ref name='Tim Advis'/> |
|||
Masingmasing kepaksian tersebut memiliki wilayah, Masyarakat, dan adat istiadatnya sendiri<ref name="paksi"/><ref>https://drive.google.com/file/d/1F8pUn88pxnrs2_GVU8XdDyrr9eT8KI8p/view?usp=sharing</ref>. Struktur adatnya meneruskan dan melestarikan tradisi kerajaan sejak zaman sakala brak kuno hingga kini secara legitimate terhadap masyarakat, wilayah, pemerintahan adat tetap bersinergi dengan pemerintahan hingga kini<ref name="paksi"/>. Pada Jaman inilah, kemudian menyebar keturunan mereka mengarungi wilayah di Lampung<ref name="paksi"/>. Dari penyebaran itulah (salah satu alasannya ngehuma: mencari lahan pertanian baru), mereka membentuk keluarga tersendiri, bahkan ada beberapa yang meminta izin untuk menjadi para raja jukuan paksi, bandar, marga, dan lainnya<ref name="paksi"/>. |
|||
Paksi Pak, mereka juga masingmasing menyatakan cicca, yaitu tentang karakter dan watak dari masyarakatnya yang mereka pimpin sampai ke keturunan-keturunannya kelak<ref name="paksi"/>. Cicca Kepaksian Pernong "Mucalak Mucakhagil" artinya cerdik dan tangkas lazim dikatakan lihai<ref>https://drive.google.com/file/d/1_E7UnpZpvCiLS8kAI6PCzjCBjlBH9hoQ/view?usp=sharing</ref>. Cicca Belunguh "pakusukha lom lungup, lamon bakak khebbu bulung" artinya memiliki kekayaan yang berlimpah<ref name="paksi"/>. Cicca Nyerupa "mok bangsa lamon nyawa" artinya memiliki rakyat yang banyak dan tersebar di manamana. Cicca Bejalan Diway "sai tukhuk puluh" artinya satu lawan sepuluh yang berarti pemberani<ref name="paksi"/>. |
|||
Dengan berdirinya tonggak awal kepemimpinan di Kepaksian Paksi Pak Sakala Brak tersebut, keempat umpu sepakat mengangkat seseorang untuk menjadi saudara angkat mereka<ref name="paksi"/>. saudara angkat mereka itu bernama Si Bulan kemudian diberi julukan Putri Indarwati oleh keempat umpu sakala brak. Putri indar wati ditempatkan di suatu wilayah yang berada di Cenggikhing Batu Brak<ref name="paksi"/>. Putri Indarwati menerima kedudukannya dan pemberian keempat umpu tersebut dengan senang hati<ref name="paksi"/>. lalu, tempat yang ia tempati di daerah cenggikhing ia beri nama way Nekhima yang berarti bahwa Putri Indarwati menerima kedudukannya sebagai suku besar di bawah kepemimpinan kepaksian Paksi Pak<ref name="paksi"/>. Karena Paksi Pak tidak diperbolehkan dari empat kepaksian maka Putri indarwati memohon izin kepada empat Sultan Sakala Brak untuk meninggalkan bumi sakala brak dan mendirikan negeri yang baru di luar bumi sakala brak, yaitu di daerah Tulangbawang<ref name="paksi"/>. Maka Buay Bulan yang berada didaerah tulang bawang adalah merupakan negeri baru bentukan dari Si Bulan dengan julukan Putri Indarwati yang berasal dari [[Sakala Brak]]<ref name="paksi"/>. |
|||
⚫ | |||
[[Adat]] dan [[Budaya]] tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni Penaklukan keberadaan Suku Tumi di tengkuk [[Gunung Pesagi]] oleh sidang saleh, penyebar syiar Islam yang di bawah oleh 4 orang-orang saleh keturunan dari Umpu Ngegalang Paksi/Sultan Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat putranya, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa<ref>https://pringsewu.site/nenek-moyang-orang-margakaya/</ref><ref name="paksi"/><ref>https://drive.google.com/file/d/1U0oTvyYU8OBvN8P3XXq8UEh90bLIh68r/view?usp=sharing</ref><ref>https://drive.google.com/file/d/14UHvuXDD3hug2osHokzdG41buGJDrcvz/view?usp=sharing</ref><ref>https://drive.google.com/file/d/1c85o3VxiVOf8r5YJjr78QrJn55-zUaLu/view?usp=sharing</ref>. |
|||
[[Prasasti Hujung Langit]] dan [[Batu Brak]] ialah peninggalan zaman sejarah dan jaman sejarah pra-Islam. Suku Tumi yang beragama [[Animisme]] memiliki seperangkat [[adat]] dan [[budaya]]. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para Umpu yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari [[Islam]].<ref>https://tirto.id/mengenal-kerajaan-sekala-brak-sebagai-leluhur-lampung-czon</ref> Keempat umpu yang mengalahkan seorang laki-laki yang bernama Ratu Sekekhumong, pemimpin terakhir suku Tumi.<ref>https://www.medianasional.id/sekura-topeng-1000-wajah/</ref><ref name="paksi"/> Ke empat umpu ini lalu membagi [[wilayah]] kebesaran, [[rakyat]], senjata-senjata Umpu Belunguh bertahta di Lamban Gedung, Umpu Pernong bertahta di [[Gedung Dalom]], Umpu nyerupa bertahta di Gedung Pakuoh, Umpu bejalan diway bertahta di Lamban Dalom<ref name="tum"/>. Paksi Pak artinya 4 (empat) tertinggi, Sakala artinya titisan Brak artinya Dewa<ref name="tum"/>. |
|||
Kepaksian Paksi Pak Sakala Brak yang artinya empat pemegang tertinggi di Kepaksian Sakala Brak<ref name="tum"/><ref name="paksi"/>. Kepaksian adalah Empat pemegang pucuk tertinggi di dalam adat<ref name="tum"/>. Kepaksian Sakala Brak adalah sebuah kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam<ref name="tum"/><ref name="paksi"/>. Didalam perkembangan sejarah dan sebutan terminology sekarang struktur kepaksian, struktur yang di pegang oleh Sultan Saibatin raja adat di kepaksian<ref name="tum"/><ref name="paksi"/>. |
|||
Ciri dari Kepaksian Sakala Brak adalah Cambai Mak Bejunjungan, Pohon daun sirih berdiri tegak tampa sandaran<ref name="tum"/><ref name="paksi"/>. Wilayah Kerajaan Adat Paksi Pak Sakala Brak meliputi [[Kabupaten Lampung Barat]], [[Kabupaten Pesisir Barat]] dan sebagian dari wilayah [[Kabupaten Ogan Komering Ulu]] (OKU), penyebaran sumbai-sumbai [[Suku Komering]], [[Suku Daya]], [[Suku Abung]], [[Suku Sungkai]], [[Suku Pubian]], Kerajaan Paksi Pak Sakala Brak memiliki trah yang mendiami sepanjang pesisit tanah Lampung mulai dari tanah [[ranau]], tanjung sakti sampai tanjung tuha pesisir [[Kalianda]] Lampung Selatan dan mulai sepanjang way suluh melintas tanjung cina terus meretas pesisir semaka melewati [[Tanggamus]], [[Pringsewu]], [[Pesawaran]] dan masuk pesisir teluk betung hingga way handak yang di pegang lima saibatin makhga kerabat sakala brak di way handak, Kepaksian sakala brak adalah nama asli dari pada Struktur Organisasi yang berdiri sejak rabu 24 Agustus [[1289]] masehi [[Abad ke-13]] masehi<ref name="tum"/><ref name="paksi"/>. |
|||
Kerajaan Adat Paksi Pak Sakala Brak sebuah struktur organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bagian daripada pilar-pilar Penguat Kekokohan [[NKRI]], yang terus dipertahankan oleh masyarakat disana, Adat dan Budaya-nya serta kebiasaan-kebiasan yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi masih berjalan hingga sekarang<ref name="tum">https://harianmomentum.com/read/27725/paksi-pak-sekala-brak-simbol-eksistensi-budaya-lampung</ref><ref name="paksi">https://drive.google.com/file/d/13pMBaXV2ZppK1Pc9v74aljflDG6nCBxt/view?usp=sharing</ref><ref>https://drive.google.com/file/d/1mDVvSF6a6qiiOgRjFElVgaJoWaF9GWa-/view?usp=sharing</ref>. |
|||
=== Keyakinan === |
|||
''Sejarah Daerah Lampung, Depdikbud (1997)'' menyebut bahwa dahulu masyarakat Suku Tumi masih menganut kepercayaan [[Animisme]] atau [[Dinamisme]] sebelum kedatangan [[agama Hindu]] dari daratan [[India]]<ref name="paksi"/> Sebelum kedatangan orang-orang saleh (sidang saleh), kepercayaan [[suku]] disana ada dua kepercayaan yang di anut sebagian masih mempertahankan dengan kepercayaan animisme sebagian pula memilih mengikuti kepercayaan yang dibawa dari luar nusantara yaitu kepercayaan Hindu dan Buddha, Masuknya [[agama]] Hindu dan Buddha ke [[Indonesia]] berawal melalui jalur perdagangan pada zaman tersebut, sebelum jaman [[Portugis]], [[Inggeris]], [[Belanda]] dan [[Jepang]] datang ke Nusantara, Wilayah [[Hukum adat Indonesia]] melakukan teransaksi perdagangan dengan bangsa asing, terutama [[Tiongkok]] dan India yang merupakan pusat agama Hindu dan Buddha tersebar di [[Asia]]<ref>https://mediaindonesia.com/humaniora/447731/ini-teori-masuknya-agama-hindu-dan-budha-ke-indonesia#:~:text=Masuknya%20agama%20Hindu%20dan%20Buddha,dan%20Buddha%20terbesar%20di%20Asia.</ref>. |
|||
=== Pengembangan suku bangsa === |
|||
Menurut ahli sejarah J.R Logan pada abad ke-19 Masehi yang melakukan penelitian sejak tahun 1848 hingga 1900 bahwa "Pengembangan suku bangsa Indonesia berasal dari Assam yang terletak di India selatan itu dalam pengungsian-nya bergerak menyebrangi laut Andaman untuk kemudian berpencar dalam beberapa kelompok"<ref name="paksi"/>. |
|||
#Kelompok kesatu bergerak ketimur melalui jawa dan kalimantan dan ada yang terus ke utara Filipina, yang kemudian melahirkan suku bangsa Igorot dan lain-lain, |
|||
#Kelompok kedua mencapai ujung utara sumatra menyusuri pantai barat dan mendarat di Singkel, Barus, dan Sibolga, kemudian melahirkan cikal bakal Batak Karo, Batak Toba, Dairi, dan Alas, |
|||
#Kelompok ketiga meneruskan pelayaran menelusuri pantai barat Sumatra terus ke selatan yang akhirnya melalui pantai krui menuju kedaerah pegunungan, kembali sebagai Mountain People di tengkuk dan gunung pesagi, bukit barisan dan seminung<ref name="paksi"/>. |
|||
Seorang ahli sejarah pula Lawrence Palmer Bringgs, dalam jurnalnya di abad ke-19 Masehi, tahun 1950, menyebut bahwa sebelum abad ke-7 Masehi sekitar tahun 683 Masehi, yang berlangsung sejak tahun 501 Sebelum Masehi (SM) hingga 600 Masehi (M) Ibu Kota Sriwijaya (Srivijaya) terletak di Daerah pegunungan jauh dari Palembang<ref name="paksi"/>. Tempat itu dipayungi oleh dua gunung dan dilatari sebuah danau, itulah sebabnya Sailendra dan keluarganya disebut Family of the King of the Mountains (Sailendravarmsa)<ref name="paksi"/>. |
|||
Sementara penelitian [[UIN Raden Intan]] [[Lampung]] Safari Daud (Disampaikan dalam kelompok diskusi Terpumpun 'Budaya Sakala Brak mendorong Harmonisasi Masyarakat Lampung' di Hotel Emersia Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung pada tanggal 18 Desember 2018), mengatakan Kerajaan Sakala Brak bermula dari Kerajaan Sakala Brak Kuno dengan penduduk suku tumi, suku ini dianggap kanibal. Akan tetapi, setelah dilakukan penelitian, hal itu tidak terbukti<ref name="paksi"/>. |
|||
== Tang-5 Dinasti berdasarkan analisis Keramik-keramik == |
|||
Sebuah catatan Cina dari [[Abad ke-3]] Masehi menyebut suatu tempat sebagai Pu Luo Zhong terdengan seperti bahasa melayu untuk ''pulau di ujung semenanjung'' raja pertama singapura yang melarikan diri [[Parameswara]] sedangkan raja di hakha kuning pada [[Abad ke-9]] M hingga mendekati [[Abad ke-13]] Masehi dengan nama lengkap ''Parameswara Haji Yuwa Rajya Punku Syri Haridewa''. Gelar Pu yang bersanding dalam kata DA-PUN-TA diperuntukkan bagi orang yang amat tinggi tertulis dalam buku sriwijaya oleh Prof. Dr. Slamat Muljana. |
|||
==Budaya== |
|||
Referensi awal untuk nama Temasek (atau Tumasik) ditemukan di Nagarakretagama, sebuah pidato bahasa jawa yang ditulis pada tahun [[1365]] Masehi, dan sumber [[Vietnam]] dari periode waktu yang sama. Namanya mungkin berarti ''Kota Laut'', yang berasal dari bahasa melayu, yang berarti ''Laut'' atau '''Danau''' |
|||
[[Budaya Lampung|Kebudayaan Lampung]] tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni keberadaan suku Tumi di Gunung Pesagi dan kedatangan penyebar Islam di bawah perintah Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat putranya, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa.<ref>https://pringsewu.site/nenek-moyang-orang-margakaya/</ref> Suku Tumi yang beragama [[Bhairawa|Hindu Bhairawa]] datang membawa seperangkat adat dan budaya. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para ''umpu'' yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari [[Islam|ajaran Islam]].<ref>https://tirto.id/mengenal-kerajaan-sekala-brak-sebagai-leluhur-lampung-czon</ref> Keempat ''umpu'' yang mengalahkan [[Ratu Sekekhumong]], pemimpin terakhir suku Tumi, seperti para [[Walisongo]] di [[Pulau Jawa]], penyebaran agama Islam di Lampung dilakukan dengan melakukan akulturasi kebudayaan yang telah ada sebelumnya.<ref>https://www.medianasional.id/sekura-topeng-1000-wajah/</ref> Penduduk suku Tumi yang saat itu belum memeluk agama Islam memilih untuk mengungsi ke pesisir atau menyebrang ke Pulau Jawa dan sebagian lainnya mengungsi ke [[Kepulauan Sunda Kecil]].<ref>https://arrahim.id/alvina/jejak-islam-di-tanah-sang-bumi-ruwai-jurai-lampung/</ref> |
|||
Pengelana Cina Wang Dayuan mengunjungi sebuah tempat sekitar tahun [[1330]] Masehi bersama Danmaxi Tam ma siak, tergantung pengucapannya. Danmaxi mungkin merupakan transkripsi dari Temasek (Tumasik), atau mungkin kombinasi dari bahasa Melayu tanah yang berarti ''tanah'' dan bahasa Cina Xi yang berarti ''timah'', yang diperdagangkan di pulau itu. |
|||
==Kepercayaan== |
|||
Beberapa dynasti berdasarkan analisis kronologi relatifnya Keramik-keramik di Prasasti Hujung Langit Tang-5 Dinasty (10 Masehi), Song Selatan (11-13 Masehi) Yuan (13-14) dan Ming (16-17 Masehi). Keramikkeramik ini pada masa lampau merupakan komuditas perdagangan yang terkenal pada masanya<ref>https://radarsemarang.jawapos.com/features/2021/10/30/museum-ranggawarsita-tambah-koleksi-benda-bersejarah-yang-tertua-berupa-keramik-china-abad-10-masehi/</ref>. |
|||
Dalam buku ''Sejarah Daerah Lampung'' (1997), disebutkan bahwa dahulu masyarakat suku Tumi masih menganut kepercayaan [[animisme]] atau [[dinamisme]] sebelum kedatangan agama [[Hindu]] dari daratan [[India]] sejak abad ke-3 Masehi. Beberapa kelompok masyarakat dari suku ini tidak mau menerima Islam sebagai agama mereka karena sebagian dari mereka tidak menerima ajaran tentang asal-usul manusia dan mengaku bukan keturunan [[Adam]], namun ada tiga anak perempuan dari suku tersebut yang kemudian menikah dengan para ''umpu'' penyebar Islam.<ref name='Tim Advis'/> Menurut mereka tuhan menurunkan mereka melalui seorang bernama Ratu Pesagi yang saat itu sudah berada di Gunung Pesagi.<ref name='Tim Advis'>{{cite book |last1=Sudjarwo |first1=Prof. Dr. |title=KPL Menjawab Sejarah |date=5 |publisher=Masa Kini Mandiri |location=Lampung |isbn=9786025270529 |pages=13 |edition=1 |ref=SKB |language=id |date= |url=}}</ref> |
|||
== |
==Peninggalan== |
||
[[Berkas:Batu kepampang purba.jpg|ka|jmpl|285px|Batu kepampang, tempat eksekusi mati peninggalan suku Tumi.]] |
|||
<gallery> |
|||
Keberadaan Kepaksian Sekala Brak yang dihuni oleh suku Tumi dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah peninggalan, seperti [[prasasti]], [[punden berundak|batu-batu]], [[jejak|tapak kaki]], [[altar|altar upacara]], hingga tempat untuk eksekusi mati yang disebut ''batu kepampang''.<ref>https://penaberlian.com/selayang-pandang-tentang-kerajaan-sekala-brak-ranji-pasai/</ref> [[Louis-Charles Damais]] (1995) dalam ''Epigrafi dan Sejarah Nusantara'' menyimpulkan, prasasti tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Sekala Brak pada era suku Tumi.<ref>https://www.sekitarlampung.com/kerajaan-sekala-brak-lampung-barat/</ref> |
|||
Keramik 01.jpg|''Yuan'' |
|||
Kramik 02.jpg|''Song Selatan'' |
|||
Kramik 11.jpg|''Song Selatan'' |
|||
Kramik 09.jpg|''Yuan'' |
|||
Kramik 08.jpg|''Tang-5 Dinasti'' |
|||
Kramik 07.jpg|''Yuan'' |
|||
Kramik 06.jpg|''Yuan'' |
|||
Keramik 05.jpg|''Song Selatan'' |
|||
Keramik 03.jpg|''Song Selatan'' |
|||
Kramik 10.jpg|''Yuan'' |
|||
</gallery> |
|||
==Referensi== |
==Referensi== |
||
{{Reflist}} |
{{Reflist}} |
||
{{ |
{{Suku-stub}} |
||
{{Portal|History|Indonesia}} |
|||
{{Ilmu sosial}} |
|||
{{topik dunia}} |
|||
{{authority control}} |
|||
[[Kategori:Lampung]] |
[[Kategori:Lampung]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Sekala Brak]] |
||
[[Kategori:Bangsa Arab]] |
Revisi terkini sejak 12 Juli 2024 11.12
Jeghema Tumi | |
---|---|
Bahasa | |
Tumi (kemungkinan) Sanskerta | |
Agama | |
Animisme, dinamisme (hingga abad ke-3) Corak Hindu (abad ke-3 sampai abad ke-12) Islam (setelah abad ke-13)[1] | |
Kelompok etnik terkait | |
Tamil (diyakini sebagai asal-usul orang Tumi) Lampung (diyakini sebagai keturunan orang Tumi) Kenyangan dan Nekhima (dua suku lain yang mendiami Gunung Pesagi) |
Suku Tumi (Lampung: Jeghema Tumi) adalah suku purba yang diyakini merupakan nenek moyang dari orang Lampung saat ini. Orang Tumi kemungkinan berasal dari India Selatan yang datang ke Nusantara beberapa milenium SM. Suku Tumi dahulu bermukim di wilayah sekitar lereng Gunung Pesagi dan Danau Ranau di Kabupaten Lampung Barat.[2]
Etimologi
Menurut Ahmad Safei, Saibatin Kepaksian Buay Belunguh, nama "Tumi" berasal dari kata Tamil, yakni sebuah suku bangsa yang mendiami India bagian selatan dan diyakini orang Tumi merupakan bagian dari orang Tamil yang mendiami wilayah Lampung dahulu.[3]
Sejarah
Dari hasil musyawarah yang dilakukan oleh para keturunan dari Kepaksian Sekala Brak pada tahun 2001, mengakui La Laula sebagai raja pertama kerajaan ini sejak awal abad ke-3 Masehi. La Laula bukanlah penduduk asli, ia bersama pengikutnya tiba di Sekala Brak dari daratan Indochina (antara Vietnam dan Kamboja saat ini) pada awal abad ke-3 Masehi dengan menggunakan kapal kano. Meskipun demikian, Kepaksian Sekala Brak membenarkan eksistensi suku Tumi yang telah ada sebelum kedatangan La Laula yang mendirikan Kerajaan Sekala Brak.[4]
La Laula tiba di sebuah negeri yang dipenuhi pohon sekala di mana, di sana telah berdiam suatu entitas masyarakat yang dikenal sebagai orang Tumi. Suku Tumi merasa terdesak dengan kehadiran La Laula yang lambat laun berhasil menarik pengikut dari kalangan masyarakat lokal. Setelah melalui pertempuran yang cukup lama, La Laula dan pengikutnya berhasil menaklukkan suku Tumi serta menyatakan dirinya sebagai Raja pertama Kerajaan Sekala Brak. Menurut Prof. Dr. Sujarwo, dijelaskan bahwa terdapat dua suku yang bermukim di puncak gunung Pesagi yang memiliki sikap berbeda dengan suku Tumi, kedua suku ini merupakan kelompok yang membuka diri terhadap masuknya ajaran Islam, yakni suku Kenyangan dan Nekhima.[5]
Budaya
Kebudayaan Lampung tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni keberadaan suku Tumi di Gunung Pesagi dan kedatangan penyebar Islam di bawah perintah Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat putranya, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa.[6] Suku Tumi yang beragama Hindu Bhairawa datang membawa seperangkat adat dan budaya. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para umpu yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari ajaran Islam.[7] Keempat umpu yang mengalahkan Ratu Sekekhumong, pemimpin terakhir suku Tumi, seperti para Walisongo di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam di Lampung dilakukan dengan melakukan akulturasi kebudayaan yang telah ada sebelumnya.[8] Penduduk suku Tumi yang saat itu belum memeluk agama Islam memilih untuk mengungsi ke pesisir atau menyebrang ke Pulau Jawa dan sebagian lainnya mengungsi ke Kepulauan Sunda Kecil.[9]
Kepercayaan
Dalam buku Sejarah Daerah Lampung (1997), disebutkan bahwa dahulu masyarakat suku Tumi masih menganut kepercayaan animisme atau dinamisme sebelum kedatangan agama Hindu dari daratan India sejak abad ke-3 Masehi. Beberapa kelompok masyarakat dari suku ini tidak mau menerima Islam sebagai agama mereka karena sebagian dari mereka tidak menerima ajaran tentang asal-usul manusia dan mengaku bukan keturunan Adam, namun ada tiga anak perempuan dari suku tersebut yang kemudian menikah dengan para umpu penyebar Islam.[5] Menurut mereka tuhan menurunkan mereka melalui seorang bernama Ratu Pesagi yang saat itu sudah berada di Gunung Pesagi.[5]
Peninggalan
Keberadaan Kepaksian Sekala Brak yang dihuni oleh suku Tumi dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah peninggalan, seperti prasasti, batu-batu, tapak kaki, altar upacara, hingga tempat untuk eksekusi mati yang disebut batu kepampang.[10] Louis-Charles Damais (1995) dalam Epigrafi dan Sejarah Nusantara menyimpulkan, prasasti tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Sekala Brak pada era suku Tumi.[11]
Referensi
- ^ https://lampung.viva.co.id/budaya/45-mengenal-asal-usul-ulun-lampung
- ^ https://identikpos.com/sejarah-tentang-suku-tumi-dan-kerajaan-sekala-brak/
- ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/kerajaan-paksi-pak-sekala-brak/
- ^ https://metropolis.co.id/2018/08/14/4-umpu-sekala-brak-lampung-anak-raja-pagaruyung-minangkabau/
- ^ a b c Sudjarwo, Prof. Dr. KPL Menjawab Sejarah (edisi ke-1). Lampung: Masa Kini Mandiri. hlm. 13. ISBN 9786025270529.
- ^ https://pringsewu.site/nenek-moyang-orang-margakaya/
- ^ https://tirto.id/mengenal-kerajaan-sekala-brak-sebagai-leluhur-lampung-czon
- ^ https://www.medianasional.id/sekura-topeng-1000-wajah/
- ^ https://arrahim.id/alvina/jejak-islam-di-tanah-sang-bumi-ruwai-jurai-lampung/
- ^ https://penaberlian.com/selayang-pandang-tentang-kerajaan-sekala-brak-ranji-pasai/
- ^ https://www.sekitarlampung.com/kerajaan-sekala-brak-lampung-barat/