Lompat ke isi

Devi Dja: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibrahimmusa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Mengganti kategori Wanita Indonesia dengan Perempuan Indonesia
 
(31 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox artis indonesia
{{Infobox person
| name = Devi Dja
| name = Devi Dja
| image = Ibu Devi Dja Assan.jpg
| image = Devi Dja in 1938.jpg
| caption = Devi pada tahun 1938
| imagesize = 250px
| caption =
| alt =
| birth_name =
| birthdate = {{birth date|1914|8|1}}
| birth_date = {{birth date|1914|8|1}}
| birthplace = {{negara|Belanda}} [[Yogyakarta]], [[Hindia Belanda]]
| birth_place = {{negara|Belanda}} [[Besuki Situbondo]], [[Hindia Belanda]]
| birthname =
| baptised =
| othername = Miss Dja<br />"The Pavlova of the Orient"
| disappeared_date =
| deathdate = {{death date and age|1989|1|19|1914|8|1}}
| disappeared_place =
| deathplace = {{negara|Amerika}} [[California]], [[Amerika]]
| yearsactive =
| disappeared_status =
| death_date = {{death date and age|1989|1|19|1914|8|1}}
| occupation = Penari, [[Aktris]]
| death_place = {{negara|Amerika}} [[California]], [[Amerika]]
| spouse = Willy Klimanoff<br />Acee Blue Eagle<br />Ali Assan
| partner =
| death_cause =
| children =
| body_discovered =
| parents =
| resting_place =
| resting_place_coordinates =
| influences =
| influenced =
| burial_place =
| website =
| burial_coordinates =
| monuments =
| nationality =
| other_names = Miss Dja<br />"The Pavlova of the Orient"<br />"Bintang dari Timur"
| siglum =
| citizenship =
| education =
| alma_mater =
| occupation = Penari, [[Aktris]]
| years_active =
| era =
| employer =
| organization =
| agent = <!-- Discouraged in most cases, specifically when promotional, and requiring a reliable source -->
| known_for =
| notable_works = <!-- produces label "Notable work"; may be overridden by |credits=, which produces label "Notable credit(s)"; or by |works=, which produces label "Works"; or by |label_name=, which produces label "Label(s)" -->
| style =
| net_worth = <!-- Net worth should be supported with a citation from a reliable source -->
| height = <!-- "X cm", "X m" or "X ft Y in" plus optional reference (conversions are automatic) -->
| television =
| title = <!-- Formal/awarded/job title. The parameter |office=may be used as an alternative when the label is better rendered as "Office" (e.g. public office or appointments) -->
| term =
| predecessor =
| successor =
| party =
| movement =
| opponents =
| boards =
| criminal_charges = <!-- Criminality parameters should be supported with citations from reliable sources -->
| criminal_penalty =
| criminal_status =
| spouse = Willy Klimanoff<br />Acee Blue Eagle<br />Ali Assan
| partner =
| children =
| parents =
| mother = <!-- may be used (optionally with father parameter) in place of parents parameter (displays "Parent(s)" as label) -->
| father = <!-- may be used (optionally with mother parameter) in place of parents parameter (displays "Parent(s)" as label) -->
| relatives =
| family =
| callsign =
| awards =
| website =
| module =
| module2 =
| module3 =
| module4 =
| module5 =
| module6 =
| signature =
| signature_size =
| signature_alt =
| footnotes =
}}
}}
{{#if:Ibu Devi Dja Assan.jpg||
'''Devi Dja''' terkenal dengan nama ('''Miss Dja''') ({{lahirmati|[[Sentul]], [[Yogyakarta]]|1|8|1914|Forest Lawn Memorial Park (Hollywood Hills), [[Los Angeles]]|19|1|1989}}) yang memiliki nama asli '''Misri''' dan kemudian menjadi '''Soetidjah''', adalah seorang pemain [[Sandiwara]] dan pemain [[film]] [[Indonesia]] yang terkenal di era [[1940|1940-an]]. Dia tergabung pada kelompok [[Opera]] [[Dardanella]], namun pada sekitar tahun [[1940]] dia hijrah ke [[Amerika]] bersama suaminya Willy Klimanoff (pendiri kelompok [[Dardanella]]). Hingga masa akhir hidupnya ia memilih berkarir di [[Amerika Serikat]] sebagai entertainer [[profesional]] dan dikuburkan di sana. [[Sastrawan]] [[Ramadhan KH]] pernah menulis tentang biografi hidupnya dalam buku yang berjudul ''Devi Dja dari Dardanella (1982)'' yang diterbitkan pada tahun [[1982]].
}}
'''Devi Dja''' terkenal dengan nama ('''Miss Dja''') ({{lahirmati|[[Sentul]], [[Yogyakarta]]|1|8|1914|Forest Lawn Memorial Park (Hollywood Hills), [[Los Angeles]]|19|1|1989}}) yang memiliki nama asli '''Misri''' dan kemudian menjadi '''Soetidjah''', adalah seorang penari, pemain [[Sandiwara]] dan pemain [[film]] [[Indonesia]] yang terkenal di era [[1940|1940-an]]. Dia tergabung pada kelompok [[Opera]] [[Dardanella]], tetapi pada sekitar tahun [[1940]] dia hijrah ke [[Amerika]] bersama suaminya Willy Klimanoff (pendiri kelompok [[Dardanella]]). Hingga masa akhir hidupnya ia memilih berkarier di [[Amerika Serikat]] sebagai entertainer [[profesional]] dan dikuburkan di sana. [[Sastrawan]] [[Ramadhan KH]] pernah menulis tentang biografi hidupnya dalam buku yang berjudul ''Gelombang Hidupku: Devi Dja dari Dardanella (1982)'' yang diterbitkan pada tahun [[1982]].


== Biografi ==
== Biografi ==
'''Devi Dja''' memang memiliki minat [[seni]] sejak kecil, pada masa itu ia sering menguntit kakeknya Satiran, dan Neneknya yang bernama Sriatun, mengamen berkeliling dari kampung keluar kampung memetik siter. Devi Dja berangkat dari keluarga [[Jawa]] yang miskin di awal [[abad 20]]. Pada suatu saat, ketika mereka sedang ngamen di daerah [[Banyuwangi]], [[Jawa Timur]], di waktu yang bersamaan kelompok [[Dardanella]] juga sedang mengadakan pertunjukan di kota tersebut. Kemudian di suatu tempat, tanpa disengaja Piedro melihat Devi Dja sedang mengamen bersama kakek dan neneknya. Piedro mengaku tertarik dengan Soetidjah dan langsung melamarnya. Piedro tertarik pada Soetidjah ketika ia menyanyikan lagu ''Kopi Soesoe'' yang memang sedang populer ketika itu.<ref name="bio">[http://prov.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/337 Devi Dja di Jakarta go.id], Jakarta go.id, diakses 24 April 2011</ref><ref name="du">[http://www.dunia-unik.info/2011/03/kisah-devi-dja-wanita-jawa-yang-menembus-hollywood.html Devi Dja di dunia unik], dunia-unik.info. diakses 24 April 2011</ref>
'''Devi Dja''' memang memiliki minat [[seni]] sejak kecil, pada masa itu ia sering menguntit kakeknya Satiran, dan Neneknya yang bernama Sriatun, mengamen berkeliling dari kampung keluar kampung memetik siter. Devi Dja berangkat dari keluarga [[Jawa]] yang miskin di awal [[abad 20]]. Pada suatu saat, ketika mereka sedang ngamen di daerah [[Banyuwangi]], [[Jawa Timur]], di waktu yang bersamaan kelompok [[Dardanella]] juga sedang mengadakan pertunjukan di kota tersebut. Kemudian di suatu tempat, tanpa disengaja Piedro melihat Devi Dja sedang mengamen bersama kakek dan neneknya. Piedro mengaku tertarik dengan Soetidjah dan langsung melamarnya. Piedro tertarik pada Soetidjah ketika ia menyanyikan lagu ''Kopi Soesoe'' yang memang sedang populer ketika itu.<ref name="bio">[http://prov.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/337 Devi Dja di Jakarta go.id]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, Jakarta go.id, diakses 24 April 2011</ref><ref name="du">[http://www.dunia-unik.info/2011/03/kisah-devi-dja-wanita-jawa-yang-menembus-hollywood.html Devi Dja di dunia unik]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, dunia-unik.info. diakses 24 April 2011</ref>


Meski keluarga Soetidjah keberatan, namun akhirnya Soetidjah memilih untuk menerima pinangan Pedro dan bergabung sebagai pemain pada rombongan [[sandiwara]] Dardanella. Pada awal tahun ia mulai bergabung, Soetidjah hanya dapat peran-peran kecil dan lebih sering menjadi penari yang tampil dalam pergantian antara babak. Mungkin karena Soetidjah tak penah mengenyam pendidikan sebelumnya, ia baru mulai belajar membaca dan menulis latin ketika bergabung pada kelompok [[Dardanella]] tersebut, di saat usianya 14 tahun. Dua tahun kemudian, di usianya yang ke 16, Soetidjah mulai bersinar sebagai bintang, ketika itu pemeran utama wanita [[Dardanella]], Miss Riboet II jatuh sakit. Soetidjah pun didaulat memerankan tokoh ''Soekaesih'', sebuah peran yang selama ini dipegang oleh [[Miss Riboet]] II dalam lakon ''“Dokter Syamsi”''. Akting Soetidjah cukup meyakinkan, hingga kemudian ia dipanggil dengan julukan Erni oleh kawan-kawannya.<ref name="bio" />
Meski keluarga Soetidjah keberatan, namun akhirnya Soetidjah memilih untuk menerima pinangan Pedro dan bergabung sebagai pemain pada rombongan [[sandiwara]] Dardanella. Pada awal tahun ia mulai bergabung, Soetidjah hanya dapat peran-peran kecil dan lebih sering menjadi penari yang tampil dalam pergantian antara babak. Mungkin karena Soetidjah tak penah mengenyam pendidikan sebelumnya, ia baru mulai belajar membaca dan menulis latin ketika bergabung pada kelompok [[Dardanella]] tersebut, di saat usianya 14 tahun. Dua tahun kemudian, di usianya yang ke 16, Soetidjah mulai bersinar sebagai bintang, ketika itu pemeran utama wanita [[Dardanella]], Miss Riboet II jatuh sakit. Soetidjah pun didaulat memerankan tokoh ''Soekaesih'', sebuah peran yang selama ini dipegang oleh [[Miss Riboet]] II dalam lakon ''“Dokter Syamsi”''. Akting Soetidjah cukup meyakinkan, hingga kemudian ia dipanggil dengan julukan Erni oleh kawan-kawannya.<ref name="bio" />

=== Bermain di Luar Negeri ===
=== Bermain di Luar Negeri ===
Menurut catatan [[Ramadhan KH]], saat [[Dardanella]] pertama kali mentas di luar negeri, Devi Dja baru 17 tahun. [[Dardanella]] adalah rombongan teater [[Indonesia]] pertama yang menyeberang ke luar negeri. Waktu berlayar ke [[Singapura]] sebelum Perang Kemerdekaan, beranggotakan 150 orang, antara lain seperti [[Tan Tjeng Bok]], Hemy L. Duarte, Riboet II, Astaman, Subadi dan lain-lain. Jumlah yang sangat besar sekali bahkan untuk hitungan saat ini. [[Dardanella]] berkali-kali berganti nama, namun hanya [[Dardanella]] yang tetap terkenal dan menjadi buah bibir di masyarakat. Menjelang [[Perang Dunia II]], mereka mendarat di [[China]] dan bermain di beberapa kota. Kemudian berlayar ke [[India]]. Di [[Rangoon]]. Pada bulan [[Mei]] tahun [[1937]] Devi Dja menari disaksikan [[Jawaharlal Nehru]], sebagaimana tersimpan dalam tulisan pendeknya. Melanjutkan perlawatannya ke sebelah barat, dengan jumlah anggota yang mengecil dan rontok di tengah jalan, Dardanella tampil di [[Turki]], [[Paris]], lalu ke [[Maroko]] dan terakhir di [[Jerman]]. Dengan kapal laut terakhir ''"Rotterdam"'' dari [[Belanda]], mereka menuju ke Benua [[Amerika]]. Mendarat di [[New York]] dengan pemain yang tinggal beberapa saja diantaranya Ferry Kock, Eddy Kock dan lainnya. Di sini rombongan berganti nama ''"Devi Dja's Bali and Java Cultural Dancers"'', dan manggung di beberapa tempat antara lain di restoran-restoran di [[New York]].<ref name="bio" />
Menurut catatan [[Ramadhan KH]], saat [[Dardanella]] pertama kali mentas di luar negeri, Devi Dja baru 17 tahun. [[Dardanella]] adalah rombongan teater [[Indonesia]] pertama yang menyeberang ke luar negeri. Waktu berlayar ke [[Singapura]] sebelum Perang Kemerdekaan, beranggotakan 150 orang, antara lain seperti [[Tan Tjeng Bok]], Hemy L. Duarte, Riboet II, Astaman, Subadi dan lain-lain. Jumlah yang sangat besar sekali bahkan untuk hitungan saat ini. [[Dardanella]] berkali-kali berganti nama, tetapi hanya [[Dardanella]] yang tetap terkenal dan menjadi buah bibir di masyarakat. Menjelang [[Perang Dunia II]], mereka mendarat di [[China]] dan bermain di beberapa kota. Kemudian berlayar ke [[India]]. Di [[Rangoon]]. Pada bulan [[Mei]] tahun [[1937]] Devi Dja menari disaksikan [[Jawaharlal Nehru]], sebagaimana tersimpan dalam tulisan pendeknya. Melanjutkan perlawatannya ke sebelah barat, dengan jumlah anggota yang mengecil dan rontok di tengah jalan, Dardanella tampil di [[Turki]], [[Paris]], lalu ke [[Maroko]] dan terakhir di [[Jerman]]. Dengan kapal laut terakhir ''"Rotterdam"'' dari [[Belanda]], mereka menuju ke Benua [[Amerika]]. Mendarat di [[New York]] dengan pemain yang tinggal beberapa saja diantaranya Ferry Kock, Eddy Kock dan lainnya. Di sini rombongan berganti nama ''"Devi Dja's Bali and Java Cultural Dancers"'', dan manggung di beberapa tempat antara lain di restoran-restoran di [[New York]].<ref name="bio" />


Pengalaman Devi Dja dari [[Dardanella]], bukan hanya pengalaman hilir mudik tampil di atas panggung di pelbagai kota di [[Indonesia]] dari bagian [[Barat]] hingga ke [[Timur]], melainkan pengalaman hidup mereka menjadi anak panggung dan kehidupan itu sendiri. Suatu ketika rombongan ini sedang bermain di luar negeri dan terjadi percekcokan yang akhirnya menyebabkan Devi Dja memutuskan untuk meninggalkan [[Dardanella]] dan menetap di [[Amerika Serikat]]. Hal ini justru memberikan kesempatan yang berharga, karena kontribusinya sebagai seniwati [[Indonesia]] dalam usaha-usahanya mengumpulkan dana bagi perjuangan pada masa revolusi fisik pasca kemerdekaan. Bersama-sama dengan ''"The Indonesian Association"'' di kota [[San Fransisco]], Devi Dja dengan grupnya, mengadakan pertunjukan seni [[Indonesia]] yang hasilnya disumbangkan kepada perjuangan [[RI]].
Pengalaman Devi Dja dari [[Dardanella]], bukan hanya pengalaman hilir mudik tampil di atas panggung di pelbagai kota di [[Indonesia]] dari bagian [[Barat]] hingga ke [[Timur]], melainkan pengalaman hidup mereka menjadi anak panggung dan kehidupan itu sendiri. Suatu ketika rombongan ini sedang bermain di luar negeri dan terjadi percekcokan yang akhirnya menyebabkan Devi Dja memutuskan untuk meninggalkan [[Dardanella]] dan menetap di [[Amerika Serikat]]. Hal ini justru memberikan kesempatan yang berharga, karena kontribusinya sebagai seniwati [[Indonesia]] dalam usaha-usahanya mengumpulkan dana bagi perjuangan pada masa revolusi fisik pasca kemerdekaan. Bersama-sama dengan ''"The Indonesian Association"'' di kota [[San Fransisco]], Devi Dja dengan grupnya, mengadakan pertunjukan seni [[Indonesia]] yang hasilnya disumbangkan kepada perjuangan [[RI]].


=== Devi Dja di sebuah harian Amerika ===
=== Devi Dja di sebuah harian Amerika ===
[[Berkas:Marie-hansen-balinese-dancer-devi-dja-performing-n-3593428-0.jpg|kiri|jmpl|250px|Foto Devi Dja di Galerie-Creation.com]]
Setelah merasa cukup lama tinggal di [[Amerika]] mereka bermaksud kembali ke tanah air, tapi [[Perang Dunia II]] terlanjur pecah dan [[Indonesia]] diduduki oleh [[Jepang]]. Akhirnya mereka tertahan di [[Amerika]] tidak bisa pulang. Kemudian setelah [[PD II]] usai, anggota rombongan ini tinggal belasan orang, sebab sebagian berusaha pulang dan semangat pun mulai luntur. Demi bertahan hidup di [[Amerika]], Piedro dan Devi Dja membuka sebuah niteclub yang bernama Sarong Room di [[Chicago]], namun sangat disayangkan niteclub tersebut terbakar habis pada tahun [[1946]]. Piedro akhirnya merasa tak tahan dan meninggal dunia di [[Chicago]] pada tahun [[1952]].<ref name="du" />

Setelah merasa cukup lama tinggal di [[Amerika]] mereka bermaksud kembali ke tanah air, tetapi [[Perang Dunia II]] terlanjur pecah dan [[Indonesia]] diduduki oleh [[Jepang]]. Akhirnya mereka tertahan di [[Amerika]] tidak bisa pulang. Kemudian setelah [[PD II]] usai, anggota rombongan ini tinggal belasan orang, sebab sebagian berusaha pulang dan semangat pun mulai luntur. Demi bertahan hidup di [[Amerika]], Piedro dan Devi Dja membuka sebuah niteclub yang bernama Sarong Room di [[Chicago]], tetapi sangat disayangkan niteclub tersebut terbakar habis pada tahun [[1946]]. Piedro akhirnya merasa tak tahan dan meninggal dunia di [[Chicago]] pada tahun [[1952]].<ref name="du" />


Di masa awal kemerdekaan [[Indonesia]], Devi Dja sempat bertemu [[Sutan Syahrir]] yang tengah memimpin delegasi [[RI]] untuk memperjuangkan pengakuan [[Internasional]] terhadap kemerdekaan [[Indonesia]] di markas [[PBB]], di [[New York]] pada tahun [[1947]]. Oleh [[Sutan Syahrir]], dia sempat diperkenalkan sebagai duta kebudayaan [[Indonesia]] kepada masyarakat [[Amerika]]. Namanya pun makin dikenal di [[Amerika]], oleh sebab itu tak sulit baginya mendapatkan kewarganegaraan [[Amerika]].<ref name="du" />
Di masa awal kemerdekaan [[Indonesia]], Devi Dja sempat bertemu [[Sutan Syahrir]] yang tengah memimpin delegasi [[RI]] untuk memperjuangkan pengakuan [[Internasional]] terhadap kemerdekaan [[Indonesia]] di markas [[PBB]], di [[New York]] pada tahun [[1947]]. Oleh [[Sutan Syahrir]], dia sempat diperkenalkan sebagai duta kebudayaan [[Indonesia]] kepada masyarakat [[Amerika]]. Namanya pun makin dikenal di [[Amerika]], oleh sebab itu tak sulit baginya mendapatkan kewarganegaraan [[Amerika]].<ref name="du" />


Pada tahun [[1951]] Devi resmi menjadi warga negara [[Amerika]]. Sepeninggal Piedro, Devi masih sempat mementaskan kebolehannya dari panggung ke panggung bersama anggota kelompok yang tersisa. Kemudian Devi menikah dengan seorang seniman berdarah [[Indian]] bernama Acee Blue Eagle. Namun pernikahan itu hanya berlangsung sebentar, Acce tidak suka Devi Dja bergaul dengan sesama masyarakat [[Indonesia]] yang tinggal di [[Amerika]], sementara itu adalah juga dunianya. Apalagi kemudian setelah terbetik kabar, bahwa [[Indonesia]] telah memproklamirkan kemerdekaannya. Setelah Devi bercerai, ia kemudian hijrah ke [[Los Angeles]], kesempatan karir terbentang di sana. Devi Dja sempat menari di depan Claudette Colbert yang takjub oleh gerak tangan dan kerling mata Devi Dja.<ref name="du" />
Pada tahun [[1951]] Devi resmi menjadi warga negara [[Amerika]]. Sepeninggal Piedro, Devi masih sempat mementaskan kebolehannya dari panggung ke panggung bersama anggota kelompok yang tersisa. Kemudian Devi menikah dengan seorang seniman berdarah [[Indian]] bernama Acee Blue Eagle. Namun pernikahan itu hanya berlangsung sebentar, Acce tidak suka Devi Dja bergaul dengan sesama masyarakat [[Indonesia]] yang tinggal di [[Amerika]], sementara itu adalah juga dunianya. Apalagi kemudian setelah terbetik kabar, bahwa [[Indonesia]] telah memproklamirkan kemerdekaannya. Setelah Devi bercerai, ia kemudian hijrah ke [[Los Angeles]], kesempatan karier terbentang di sana. Devi Dja sempat menari di depan Claudette Colbert yang takjub oleh gerak tangan dan kerling mata Devi Dja.<ref name="du" />
Beberapa waktu kemudian ia menikah lagi dengan seseorang [[Indonesia]] asal [[Gresik]] yang menetap di [[Amerika]] bernama Ali Assan. Dari Ali Assan ini Devi memperoleh satu anak perempuan yang diberi nama Ratna Assan. Tapi usia pernikahan mereka pun tak lama, akhirnya mereka bercerai. Di samping sering menggelar pertunjukan Dvi juga menyibukan diri mengajarkan tari-tarian daerah<ref>[http://www.art.com/products/p15052001-sa-i3453937/marie-hansen-balinese-dancer-devi-dja-performing.htm Devi Dja di Art.com], art.com, diakses 24 April 2011</ref> kepada penari-penari [[Amerika]]. Devi mengaku meski namanya sudah terkenal sebagai penari, tapi kehidupan kala itu sangatlah susah, mengingat dunia habis dicabik-cabik perang. Namun Devi mengaku beruntung berteman dengan para pesohor dunia sekelas [[Hollywood]] yang banyak menjadi teman akrabnya. Ia akrab dengan Greta Garbo, Carry Cooper, Bob Hope, Dorothy Lamour, dan Bing Crosby. Merekalah yang banyak membantu Devi dalam memberikan kesempatan.<ref name="du" />


Beberapa waktu kemudian ia menikah lagi dengan seseorang [[Indonesia]] asal [[Gresik]] yang menetap di [[Amerika]] bernama Ali Assan. Dari Ali Assan ini Devi memperoleh satu anak perempuan yang diberi nama Ratna Assan. Tapi usia pernikahan mereka pun tak lama, akhirnya mereka bercerai. Di samping sering menggelar pertunjukan Dvi juga menyibukan diri mengajarkan tari-tarian daerah<ref>[http://www.art.com/products/p15052001-sa-i3453937/marie-hansen-balinese-dancer-devi-dja-performing.htm Devi Dja di Art.com]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, art.com, diakses 24 April 2011</ref> kepada penari-penari [[Amerika]]. Devi mengaku meski namanya sudah terkenal sebagai penari, tetapi kehidupan kala itu sangatlah susah, mengingat dunia habis dicabik-cabik perang. Namun Devi mengaku beruntung berteman dengan para pesohor dunia sekelas [[Hollywood]] yang banyak menjadi teman akrabnya. Ia akrab dengan Greta Garbo, Carry Cooper, Bob Hope, Dorothy Lamour, dan Bing Crosby. Merekalah yang banyak membantu Devi dalam memberikan kesempatan.<ref name="du" />
Di [[Los Angeles]] Dewi juga rutin mengisi salah satu acara televisi lokal. Anaknya, Ratna Assan sempat bermain sebagai pemeran pendukung dalam [[film]] ''Papillon (1973)'' yang dibintangi Steve Mc Quin dan [[Dustin Hoffman]]. Tapi Ratna Assan kemudian tidak melanjutkan karir aktingnya di [[Hollywood]], sesuatu yang amat disesali Devi Dja<ref>[http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,762762,00.html Devi Dja di majalh Time], time.com, diakses 24 April 2011</ref> mengingat anaknya itu fasih berbahasa Inggris, tidak seperti dirinya.

Di [[Los Angeles]] Dewi juga rutin mengisi salah satu acara televisi lokal. Anaknya, Ratna Assan sempat bermain sebagai pemeran pendukung dalam [[film]] ''Papillon (1973)'' yang dibintangi Steve Mc Quin dan [[Dustin Hoffman]]. Tapi Ratna Assan kemudian tidak melanjutkan karier aktingnya di [[Hollywood]], sesuatu yang amat disesali Devi Dja<ref>[http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,762762,00.html Devi Dja di majalh Time] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110427222132/http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,762762,00.html |date=2011-04-27 }}, time.com, diakses 24 April 2011</ref> mengingat anaknya itu fasih berbahasa Inggris, tidak seperti dirinya.

Devi juga sempat bermain dalam beberapa [[film]] [[Hollywood]], antara lain ''The Moon And Sixpence'', yang menceritakan riwayat hidup seorang pelukis Prancis Paul Gaugin. Dia juga membintangi atau menjadi koreografer film Road to Singapore (1940), ''Road to Morocco (1942)'',<ref>[http://www.imdb.com/title/tt0035262/fullcredits#cast Devi Dja Road to Morocco IMDB], IMDB, dikases 24 April 2011</ref> ''The Picture of Dorian Gray (1945)''<ref>[http://www.imdb.com/title/tt0037988/fullcredits# Devi Dja di Picture of Dorian Gray IMDB], IMDB diakses 24 April 2011</ref> di film ini, ia berperan sebagai Penari Bali, ''Three Came Home (1950)''<ref>[http://www.imdb.com/title/tt0043041/fullcredits#cast Devi Dja di Three Came Home IMDB], IMDB diakses 24 April 2011</ref> dan ''Road to Bali (1952)<ref>[http://www.imdb.com/title/tt0045094/fullcredits#cast Devi Dja Road to Bali], IMDB, diakses 24 April 2011</ref>''.


Devi juga sempat bermain dalam beberapa [[film]] [[Hollywood]], antara lain ''The Moon And Sixpence'', yang menceritakan riwayat hidup seorang pelukis Prancis Paul Gaugin. Dia juga membintangi atau menjadi koreografer film Road to Singapore (1940), ''Road to Morocco (1942)''<ref>[http://www.imdb.com/title/tt0035262/fullcredits#cast Devi Dja Road to Morocco IMDB], IMDB, dikases 24 April 2011</ref>, ''The Picture of Dorian Gray (1945)''<ref>[http://www.imdb.com/title/tt0037988/fullcredits# Devi Dja di Picture of Dorian Gray IMDB], IMDB di akses 24 April 2011</ref> di film ini, ia berperan sebagai Penari Bali, ''Three Came Home (1950)''<ref>[http://www.imdb.com/title/tt0043041/fullcredits#cast Devi Dja di Three Came Home IMDB], IMDB diakses 24 April 2011</ref> dan ''Road to Bali (1952)''.
=== Hari-Hari Terakhir ===
=== Hari-Hari Terakhir ===
Sewaktu Presiden [[Soekarno]] bersama putranya Guntur Soekarno Putra melawat ke [[Amerika]], Devi Dja sempat menjemputnya. Oleh sebab itu saat Devi Dja mendapat kesempatan pulang ke [[Indonesia]], ia diterima oleh Presiden [[Soekarno]] di [[Istana Negara]]. Soekarno sempat menganjurkan supaya Devi melepaskan kewarganegaraan [[Amerika]]nya, tetapi halangan besar adalah pekerjaannya. Di hati Devi Dja, tanah airnya tetaplah [[Indonesia]], hal ini dibuktikan dengan berjuang terus memperkenalkan budaya [[Indonesia]], dengan menari dan memperkenalkan makanan khas [[Indonesia]].<ref>[http://prov.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/337 Devi Dja di Jakarta go.id]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, Jakarta go.id, diakses 25 April 2011</ref>
[[Ramadhan KH]] dalam bukunya menulis, bahwa Devi Dja pernah memimpin float Indonesia (float “Indonesian Holiday”, dengan sponsor Union Oil) dalam “Rose Parade” di [[Pasadena]], tahun [[1970]]. Ia menjadi orang [[Indonesia]] pertama yang memimpin rombongan [[Indonesia]] yang turut serta dalam Rose Parade di [[Pasadena]] waktu itu. Sewaktu tanda penghargaan disematkan padanya, ia memanggil putrinya:


[[Ramadhan KH]] dalam bukunya menulis, bahwa Devi Dja pernah memimpin float Indonesia (float “Indonesian Holiday”, dengan sponsor Union Oil) dalam “Rose Parade” di [[Pasadena]], tahun [[1970]]. Ia menjadi orang [[Indonesia]] pertama yang memimpin rombongan [[Indonesia]] yang turut serta dalam Rose Parade di [[Pasadena]] waktu itu. Sewaktu tanda penghargaan disematkan padanya, ia memanggil putrinya: Ratna “Ini Ratna, bacalah!” Penghargaan bagi kalian, bagi kita. “Ya Mamah. Lain kali kita harus mempertunjukkan sesuatu yang lebih bagus lagi”
{{Cquote2|''Ratna “Ini Ratna, bacalah!” Penghargaan bagi kalian, bagi kita.”''
''“Ya Mamah. Lain kali kita harus mempertunjukkan sesuatu yang lebih bagus lagi”''
''“Air matanya menetes lagi''.|}}


{{Cquote2|''Air mataku menetes lagi, kata Devi Dja. Entah mengapa. Barangkali karena cintaku sedemikian besar kepada sesuatu yang jauh
Entah mengapa, mungkin karena cintanya sedemikian besar kepada sesuatu yang jauh dari padanya. Ia tidak bisa melepaskannya. Tidak bisa! Seluruh hatinya tercurah baginya. Indonesiaku, engkau jauh di mata, tetapi senantiasa dekat di hatiku, bahkan menggelepar hidup di dalam jantungku.” kata Devi dalam sebuah catatan di buku itu.
''daripadaku''.
[[Berkas:Devidja-1.jpg|right|thumb|250px|Makam Miss Devi Dja di Holywood Hills]]
''Aku tidak bisa melepaskannya. Tidak bisa! Seluruh hatiku tercurah baginya''. ''Indonesiaku, engkau jauh di mata, tetapi senantiasa dekat di hatiku'', ''bahkan menggelepar hidup di dalam jantungku''.|personquoted= Devi Dja}}
Devi Dja pernah tampil membela pemuda-pemuda [[Indonesia]] di pengadilan [[Los Angeles]] ketika maraknya berita tentang ''“Perbudakan di [[Los Angeles]]”''. Devi tampil sebagai pembela pemuda-pemudi [[Indonesia]] yang dirantai dan dihadapkan ke pengadilan [[Amerika]] di [[Los Angeles]]. Namun berkat campur tangan Devi Dja bersama staf [[KBRI]] di [[Los Angeles]], Pruistin Tines Ramadhan, dan Joop Ave, waktu itu sebagai Dirjen Protokol Konsuler di Deplu Pejambon, persoalan “budak-budak” dari [[Indonesia]] itu terselesaikan dan tidak sampai ada yang tertahan. Di [[Los Angeles]] Devi Dja tinggal di kawasan Mission Hill, San Fernando Valley, 22 km di Utara [[Los Angeles]]. Di rumah berkamar tiga di pinggiran kota itu ia tinggal bersama putri satu-satunya, Ratna Assan. Semasa pensiun Devi Dja mendapat sedikit uang pensiun dari Union Arts, tempat dimana dia dulu bergabung.<ref name="du" />


[[Berkas:Devidja-1.jpg|ka|jmpl|250px|Makam Miss Devi Dja di Holywood Hills]]
Tahun [[1982]] saat berusia 68 tahun, Devi Dja pernah pulang ke [[Indonesia]] atas undangan Panitia [[Festival Film Indonesia]]. Ia sempat menjenguk teman lamanya [[Tan Tjeng Bok]] yang tergolek lemah di rumah sakit. Devi Dja kemudian meninggal di [[Los Angeles]] pada tanggal [[19 Januari]] [[1989]] dan dimakamkan di Hollywood Hills, [[Los Angeles]]. Catatan tentang Devi Dja sempat ditulis dalam beberapa buku, diantaranya Standing Ovations: ''Devi Dja, Woman of Java'' karya Leona Mayer Merrin, terbitan tahun [[1989]] dan dalam buku memoar mantan suaminya, ''"Lumhee Holot-Tee: The Art and Life of Acee Blue Eagle"'' karya Tamara Liegerot Elder.<ref name="du" />
Devi Dja pernah tampil membela pemuda-pemuda [[Indonesia]] di pengadilan [[Los Angeles]] ketika maraknya berita tentang ''“Perbudakan di [[Los Angeles]]”''. Devi tampil sebagai pembela pemuda-pemudi [[Indonesia]] yang dirantai dan dihadapkan ke pengadilan [[Amerika]] di [[Los Angeles]]. Namun berkat campur tangan Devi Dja bersama staf [[KBRI]] di [[Los Angeles]], Pruistin Tines Ramadhan, dan [[Joop Ave]], waktu itu sebagai Dirjen Protokol Konsuler di Deplu Pejambon, persoalan “budak-budak” dari [[Indonesia]] itu terselesaikan dan tidak sampai ada yang tertahan. Di [[Los Angeles]] Devi Dja tinggal di kawasan Mission Hill, San Fernando Valley, 22&nbsp;km di Utara [[Los Angeles]]. Di rumah berkamar tiga di pinggiran kota itu ia tinggal bersama putri satu-satunya, Ratna Assan. Semasa pensiun Devi Dja mendapat sedikit uang pensiun dari Union Arts, tempat di mana dia dulu bergabung.<ref name="du" />

Tahun [[1982]] saat berusia 68 tahun, Devi Dja pernah pulang ke [[Indonesia]] atas undangan Panitia [[Festival Film Indonesia]]. Ia sempat menjenguk teman lamanya [[Tan Tjeng Bok]] yang tergolek lemah di rumah sakit. Devi Dja kemudian meninggal di [[Los Angeles]] pada tanggal [[19 Januari]] [[1989]] dan dimakamkan di Hollywood Hills, [[Los Angeles]]. Catatan tentang Devi Dja sempat ditulis dalam beberapa buku, diantaranya Standing Ovations: ''Devi Dja, Woman of Java'' karya Leona Mayer Merrin, terbitan tahun [[1989]] dan dalam buku memoar mantan suaminya, ''"Lumhee Holot-Tee: The Art and Life of Acee Blue Eagle"'' karya Tamara Liegerot Elder.<ref name="du" />


== Referensi ==
== Referensi ==

{{Reflist}}
{{Reflist}}


== Pranala Luar ==
== Pranala luar ==
* {{IMDB|0229055}}
* [http://prov.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/337 Devi Dja di Jakarta go.id]
* {{id}}[http://prov.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/337 Devi Dja di Jakarta go.id]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{en}}[http://articles.latimes.com/1989-01-24/news/mn-734_1_devi-dja Artikel tentang Devi Dja (meninggal tanggal 24 Januari 1989)]
{{lifetime|1914|1989|}}


{{Authority control}}
{{indo-bio-stub}}


{{DEFAULTSORT:Dja, Devi}}
{{DEFAULTSORT:Dja, Devi}}
[[Kategori:Artikel artis Indonesia yang perlu diberi gambar|{{PAGENAME}}]]
{{lifetime|1914|1989|}}

[[Kategori:Seniman Indonesia]]
[[Kategori:Seniman Indonesia]]
[[Kategori:Penari Indonesia]]
[[Kategori:Perempuan Indonesia]]

Revisi terkini sejak 18 Juli 2024 22.56

Devi Dja
Devi pada tahun 1938
Lahir(1914-08-01)1 Agustus 1914
Belanda Besuki Situbondo, Hindia Belanda
Meninggal19 Januari 1989(1989-01-19) (umur 74)
Amerika Serikat California, Amerika
Nama lainMiss Dja
"The Pavlova of the Orient"
"Bintang dari Timur"
PekerjaanPenari, Aktris
Suami/istriWilly Klimanoff
Acee Blue Eagle
Ali Assan
IMDB: nm0229055 Modifica els identificadors a Wikidata

Devi Dja terkenal dengan nama (Miss Dja) (1 Agustus 1914 – 19 Januari 1989) yang memiliki nama asli Misri dan kemudian menjadi Soetidjah, adalah seorang penari, pemain Sandiwara dan pemain film Indonesia yang terkenal di era 1940-an. Dia tergabung pada kelompok Opera Dardanella, tetapi pada sekitar tahun 1940 dia hijrah ke Amerika bersama suaminya Willy Klimanoff (pendiri kelompok Dardanella). Hingga masa akhir hidupnya ia memilih berkarier di Amerika Serikat sebagai entertainer profesional dan dikuburkan di sana. Sastrawan Ramadhan KH pernah menulis tentang biografi hidupnya dalam buku yang berjudul Gelombang Hidupku: Devi Dja dari Dardanella (1982) yang diterbitkan pada tahun 1982.

Devi Dja memang memiliki minat seni sejak kecil, pada masa itu ia sering menguntit kakeknya Satiran, dan Neneknya yang bernama Sriatun, mengamen berkeliling dari kampung keluar kampung memetik siter. Devi Dja berangkat dari keluarga Jawa yang miskin di awal abad 20. Pada suatu saat, ketika mereka sedang ngamen di daerah Banyuwangi, Jawa Timur, di waktu yang bersamaan kelompok Dardanella juga sedang mengadakan pertunjukan di kota tersebut. Kemudian di suatu tempat, tanpa disengaja Piedro melihat Devi Dja sedang mengamen bersama kakek dan neneknya. Piedro mengaku tertarik dengan Soetidjah dan langsung melamarnya. Piedro tertarik pada Soetidjah ketika ia menyanyikan lagu Kopi Soesoe yang memang sedang populer ketika itu.[1][2]

Meski keluarga Soetidjah keberatan, namun akhirnya Soetidjah memilih untuk menerima pinangan Pedro dan bergabung sebagai pemain pada rombongan sandiwara Dardanella. Pada awal tahun ia mulai bergabung, Soetidjah hanya dapat peran-peran kecil dan lebih sering menjadi penari yang tampil dalam pergantian antara babak. Mungkin karena Soetidjah tak penah mengenyam pendidikan sebelumnya, ia baru mulai belajar membaca dan menulis latin ketika bergabung pada kelompok Dardanella tersebut, di saat usianya 14 tahun. Dua tahun kemudian, di usianya yang ke 16, Soetidjah mulai bersinar sebagai bintang, ketika itu pemeran utama wanita Dardanella, Miss Riboet II jatuh sakit. Soetidjah pun didaulat memerankan tokoh Soekaesih, sebuah peran yang selama ini dipegang oleh Miss Riboet II dalam lakon “Dokter Syamsi”. Akting Soetidjah cukup meyakinkan, hingga kemudian ia dipanggil dengan julukan Erni oleh kawan-kawannya.[1]

Bermain di Luar Negeri

[sunting | sunting sumber]

Menurut catatan Ramadhan KH, saat Dardanella pertama kali mentas di luar negeri, Devi Dja baru 17 tahun. Dardanella adalah rombongan teater Indonesia pertama yang menyeberang ke luar negeri. Waktu berlayar ke Singapura sebelum Perang Kemerdekaan, beranggotakan 150 orang, antara lain seperti Tan Tjeng Bok, Hemy L. Duarte, Riboet II, Astaman, Subadi dan lain-lain. Jumlah yang sangat besar sekali bahkan untuk hitungan saat ini. Dardanella berkali-kali berganti nama, tetapi hanya Dardanella yang tetap terkenal dan menjadi buah bibir di masyarakat. Menjelang Perang Dunia II, mereka mendarat di China dan bermain di beberapa kota. Kemudian berlayar ke India. Di Rangoon. Pada bulan Mei tahun 1937 Devi Dja menari disaksikan Jawaharlal Nehru, sebagaimana tersimpan dalam tulisan pendeknya. Melanjutkan perlawatannya ke sebelah barat, dengan jumlah anggota yang mengecil dan rontok di tengah jalan, Dardanella tampil di Turki, Paris, lalu ke Maroko dan terakhir di Jerman. Dengan kapal laut terakhir "Rotterdam" dari Belanda, mereka menuju ke Benua Amerika. Mendarat di New York dengan pemain yang tinggal beberapa saja diantaranya Ferry Kock, Eddy Kock dan lainnya. Di sini rombongan berganti nama "Devi Dja's Bali and Java Cultural Dancers", dan manggung di beberapa tempat antara lain di restoran-restoran di New York.[1]

Pengalaman Devi Dja dari Dardanella, bukan hanya pengalaman hilir mudik tampil di atas panggung di pelbagai kota di Indonesia dari bagian Barat hingga ke Timur, melainkan pengalaman hidup mereka menjadi anak panggung dan kehidupan itu sendiri. Suatu ketika rombongan ini sedang bermain di luar negeri dan terjadi percekcokan yang akhirnya menyebabkan Devi Dja memutuskan untuk meninggalkan Dardanella dan menetap di Amerika Serikat. Hal ini justru memberikan kesempatan yang berharga, karena kontribusinya sebagai seniwati Indonesia dalam usaha-usahanya mengumpulkan dana bagi perjuangan pada masa revolusi fisik pasca kemerdekaan. Bersama-sama dengan "The Indonesian Association" di kota San Fransisco, Devi Dja dengan grupnya, mengadakan pertunjukan seni Indonesia yang hasilnya disumbangkan kepada perjuangan RI.

Devi Dja di sebuah harian Amerika

[sunting | sunting sumber]
Foto Devi Dja di Galerie-Creation.com

Setelah merasa cukup lama tinggal di Amerika mereka bermaksud kembali ke tanah air, tetapi Perang Dunia II terlanjur pecah dan Indonesia diduduki oleh Jepang. Akhirnya mereka tertahan di Amerika tidak bisa pulang. Kemudian setelah PD II usai, anggota rombongan ini tinggal belasan orang, sebab sebagian berusaha pulang dan semangat pun mulai luntur. Demi bertahan hidup di Amerika, Piedro dan Devi Dja membuka sebuah niteclub yang bernama Sarong Room di Chicago, tetapi sangat disayangkan niteclub tersebut terbakar habis pada tahun 1946. Piedro akhirnya merasa tak tahan dan meninggal dunia di Chicago pada tahun 1952.[2]

Di masa awal kemerdekaan Indonesia, Devi Dja sempat bertemu Sutan Syahrir yang tengah memimpin delegasi RI untuk memperjuangkan pengakuan Internasional terhadap kemerdekaan Indonesia di markas PBB, di New York pada tahun 1947. Oleh Sutan Syahrir, dia sempat diperkenalkan sebagai duta kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Amerika. Namanya pun makin dikenal di Amerika, oleh sebab itu tak sulit baginya mendapatkan kewarganegaraan Amerika.[2]

Pada tahun 1951 Devi resmi menjadi warga negara Amerika. Sepeninggal Piedro, Devi masih sempat mementaskan kebolehannya dari panggung ke panggung bersama anggota kelompok yang tersisa. Kemudian Devi menikah dengan seorang seniman berdarah Indian bernama Acee Blue Eagle. Namun pernikahan itu hanya berlangsung sebentar, Acce tidak suka Devi Dja bergaul dengan sesama masyarakat Indonesia yang tinggal di Amerika, sementara itu adalah juga dunianya. Apalagi kemudian setelah terbetik kabar, bahwa Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya. Setelah Devi bercerai, ia kemudian hijrah ke Los Angeles, kesempatan karier terbentang di sana. Devi Dja sempat menari di depan Claudette Colbert yang takjub oleh gerak tangan dan kerling mata Devi Dja.[2]

Beberapa waktu kemudian ia menikah lagi dengan seseorang Indonesia asal Gresik yang menetap di Amerika bernama Ali Assan. Dari Ali Assan ini Devi memperoleh satu anak perempuan yang diberi nama Ratna Assan. Tapi usia pernikahan mereka pun tak lama, akhirnya mereka bercerai. Di samping sering menggelar pertunjukan Dvi juga menyibukan diri mengajarkan tari-tarian daerah[3] kepada penari-penari Amerika. Devi mengaku meski namanya sudah terkenal sebagai penari, tetapi kehidupan kala itu sangatlah susah, mengingat dunia habis dicabik-cabik perang. Namun Devi mengaku beruntung berteman dengan para pesohor dunia sekelas Hollywood yang banyak menjadi teman akrabnya. Ia akrab dengan Greta Garbo, Carry Cooper, Bob Hope, Dorothy Lamour, dan Bing Crosby. Merekalah yang banyak membantu Devi dalam memberikan kesempatan.[2]

Di Los Angeles Dewi juga rutin mengisi salah satu acara televisi lokal. Anaknya, Ratna Assan sempat bermain sebagai pemeran pendukung dalam film Papillon (1973) yang dibintangi Steve Mc Quin dan Dustin Hoffman. Tapi Ratna Assan kemudian tidak melanjutkan karier aktingnya di Hollywood, sesuatu yang amat disesali Devi Dja[4] mengingat anaknya itu fasih berbahasa Inggris, tidak seperti dirinya.

Devi juga sempat bermain dalam beberapa film Hollywood, antara lain The Moon And Sixpence, yang menceritakan riwayat hidup seorang pelukis Prancis Paul Gaugin. Dia juga membintangi atau menjadi koreografer film Road to Singapore (1940), Road to Morocco (1942),[5] The Picture of Dorian Gray (1945)[6] di film ini, ia berperan sebagai Penari Bali, Three Came Home (1950)[7] dan Road to Bali (1952)[8].

Hari-Hari Terakhir

[sunting | sunting sumber]

Sewaktu Presiden Soekarno bersama putranya Guntur Soekarno Putra melawat ke Amerika, Devi Dja sempat menjemputnya. Oleh sebab itu saat Devi Dja mendapat kesempatan pulang ke Indonesia, ia diterima oleh Presiden Soekarno di Istana Negara. Soekarno sempat menganjurkan supaya Devi melepaskan kewarganegaraan Amerikanya, tetapi halangan besar adalah pekerjaannya. Di hati Devi Dja, tanah airnya tetaplah Indonesia, hal ini dibuktikan dengan berjuang terus memperkenalkan budaya Indonesia, dengan menari dan memperkenalkan makanan khas Indonesia.[9]

Ramadhan KH dalam bukunya menulis, bahwa Devi Dja pernah memimpin float Indonesia (float “Indonesian Holiday”, dengan sponsor Union Oil) dalam “Rose Parade” di Pasadena, tahun 1970. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang memimpin rombongan Indonesia yang turut serta dalam Rose Parade di Pasadena waktu itu. Sewaktu tanda penghargaan disematkan padanya, ia memanggil putrinya: Ratna “Ini Ratna, bacalah!” Penghargaan bagi kalian, bagi kita. “Ya Mamah. Lain kali kita harus mempertunjukkan sesuatu yang lebih bagus lagi”

Air mataku menetes lagi, kata Devi Dja. Entah mengapa. Barangkali karena cintaku sedemikian besar kepada sesuatu yang jauh

daripadaku.

Aku tidak bisa melepaskannya. Tidak bisa! Seluruh hatiku tercurah baginya. Indonesiaku, engkau jauh di mata, tetapi senantiasa dekat di hatiku, bahkan menggelepar hidup di dalam jantungku.

— Devi Dja
Makam Miss Devi Dja di Holywood Hills

Devi Dja pernah tampil membela pemuda-pemuda Indonesia di pengadilan Los Angeles ketika maraknya berita tentang “Perbudakan di Los Angeles. Devi tampil sebagai pembela pemuda-pemudi Indonesia yang dirantai dan dihadapkan ke pengadilan Amerika di Los Angeles. Namun berkat campur tangan Devi Dja bersama staf KBRI di Los Angeles, Pruistin Tines Ramadhan, dan Joop Ave, waktu itu sebagai Dirjen Protokol Konsuler di Deplu Pejambon, persoalan “budak-budak” dari Indonesia itu terselesaikan dan tidak sampai ada yang tertahan. Di Los Angeles Devi Dja tinggal di kawasan Mission Hill, San Fernando Valley, 22 km di Utara Los Angeles. Di rumah berkamar tiga di pinggiran kota itu ia tinggal bersama putri satu-satunya, Ratna Assan. Semasa pensiun Devi Dja mendapat sedikit uang pensiun dari Union Arts, tempat di mana dia dulu bergabung.[2]

Tahun 1982 saat berusia 68 tahun, Devi Dja pernah pulang ke Indonesia atas undangan Panitia Festival Film Indonesia. Ia sempat menjenguk teman lamanya Tan Tjeng Bok yang tergolek lemah di rumah sakit. Devi Dja kemudian meninggal di Los Angeles pada tanggal 19 Januari 1989 dan dimakamkan di Hollywood Hills, Los Angeles. Catatan tentang Devi Dja sempat ditulis dalam beberapa buku, diantaranya Standing Ovations: Devi Dja, Woman of Java karya Leona Mayer Merrin, terbitan tahun 1989 dan dalam buku memoar mantan suaminya, "Lumhee Holot-Tee: The Art and Life of Acee Blue Eagle" karya Tamara Liegerot Elder.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Devi Dja di Jakarta go.id[pranala nonaktif permanen], Jakarta go.id, diakses 24 April 2011
  2. ^ a b c d e f g Devi Dja di dunia unik[pranala nonaktif permanen], dunia-unik.info. diakses 24 April 2011
  3. ^ Devi Dja di Art.com[pranala nonaktif permanen], art.com, diakses 24 April 2011
  4. ^ Devi Dja di majalh Time Diarsipkan 2011-04-27 di Wayback Machine., time.com, diakses 24 April 2011
  5. ^ Devi Dja Road to Morocco IMDB, IMDB, dikases 24 April 2011
  6. ^ Devi Dja di Picture of Dorian Gray IMDB, IMDB diakses 24 April 2011
  7. ^ Devi Dja di Three Came Home IMDB, IMDB diakses 24 April 2011
  8. ^ Devi Dja Road to Bali, IMDB, diakses 24 April 2011
  9. ^ Devi Dja di Jakarta go.id[pranala nonaktif permanen], Jakarta go.id, diakses 25 April 2011

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]