Lompat ke isi

Muhamad Musa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(9 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox person
{{Infobox person
|name = Raden Hadji Moehamad Moesa
|name = Raden Hadji Moehamad Moesa
|image = Berkas:Raden Hadji Moehamad Moesa (foto dokumen Semangat Baru, 2013).jpg
|image = Portrait of Moehamad Moesa.jpg
|imagesize=280px
|imagesize=280px
|alt =
|alt = Potret Muhamad Musa
|caption =
|caption =
|birth_name =
|birth_name =
|birth_date = [[1822]]
|birth_date = [[1822]]
|birth_place = {{negara|Belanda}} [[Garut]], [[Hindia Belanda]]
|birth_place = [[Garut]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = [[1886]]
|death_date = [[1886]]
|death_place = {{negara|Belanda}} [[Garut]], [[Hindia Belanda]]
|death_place = [[Garut]], [[Hindia Belanda]]
|nationality =
|nationality =
|other_names = Raden Haji Muhamad Musa
|other_names = Raden Haji Muhamad Musa
|known_for = Pengarang, pelopor kesustraan cetak Sunda, ulama dan [[Tokoh Sunda]] [[abad ke-19]].
|known_for = Pengarang, pelopor kesusastraan cetak Sunda, ulama dan [[Tokoh Sunda]] [[abad ke-19]].
|religion = [[Islam]]
|religion = [[Islam]]
|parents=Raden Rangga Suryadikusumah
|parents=Raden Rangga Suryadikusumah
Baris 24: Baris 24:
|occupation = Sastrawan, Penghulu, Ulama
|occupation = Sastrawan, Penghulu, Ulama
}}
}}
[[Berkas:Teks “Ayang-ayang gung” karya Raden Hadji Moehamad Moesa versi Poeradiredja, dalam Moriyama (2013).jpg|thumb|left|280px|Pada fragmen hidupnya HoofdPenghoeloe (Kepala Penghulu) Limbangan (Garoet) ini merasa khawatir karier anaknya akan dikalahkan oleh salah satu lawan politiknya, kepala distrik (Wedana) Soetji, seorang lelaki bernama “Tanoe”. Moesa yang memang dikenal juga sebagai seorang sastrawan Sunda terkemuka, kemudian menggubah sebuah lagu (kawih). Dalam kawih itu kemampuan Tanoe dipertanyakan, kelicikannya diejek. Dan mengetahui bahwa rumor dapat menjadi senjata tajam, maka ia berupaya agar lagu itu menjadi lebih dikenal luas. Alhasil, seantero tanah Sunda memang akhirnya mengenal kawih: “Ayang-ayang gung…”. <br/> <br/>Teks ''Ayang-ayang gung'' versi Poeradiredja, dalam Moriyama (2013).
[[Berkas:Teks “Ayang-ayang gung” karya Raden Hadji Moehamad Moesa versi Poeradiredja, dalam Moriyama (2013).jpg|jmpl|kiri|280px|Pada fragmen hidupnya HoofdPenghoeloe (Kepala Penghulu) Limbangan (Garoet) ini merasa khawatir karier anaknya akan dikalahkan oleh salah satu lawan politiknya, kepala distrik (Wedana) Soetji, seorang lelaki bernama “Tanoe”. Moesa yang memang dikenal juga sebagai seorang sastrawan Sunda terkemuka, kemudian menggubah sebuah lagu (kawih). Dalam kawih itu kemampuan Tanoe dipertanyakan, kelicikannya diejek. Dan mengetahui bahwa rumor dapat menjadi senjata tajam, maka ia berupaya agar lagu itu menjadi lebih dikenal luas. Alhasil, seantero tanah Sunda memang akhirnya mengenal kawih: “Ayang-ayang gung…”.
Teks ''Ayang-ayang gung'' versi Poeradiredja, dalam Moriyama (2013).
{{cquote|<big>Ajang-ajang goeng – goeng,
{{cquote|<big>Ajang-ajang goeng – goeng,
<br/>
<br/>
Baris 51: Baris 53:
ngadoe pipi djeung noe ompong.</big>}}
ngadoe pipi djeung noe ompong.</big>}}
]]
]]
[[Berkas:Teks “Ayang-ayang gung” karya Raden Hadji Moehamad Moesa pada artikel Soendasche Kinderliederen En Spelen dalam majalah tigamingguan “Djawa” dari Java-Instituut edisi No. 1 Januari-April 1921..jpg|thumb|left|280px|Teks ''Ayang-ayang gung'' pada artikel ''Soendasche Kinderliederen En Spelen'' dalam majalah tigamingguan ''[[Djawa]]'' dari Java-Instituut edisi No. 1 Januari-April [[1921]].]]
[[Berkas:Teks “Ayang-ayang gung” karya Raden Hadji Moehamad Moesa pada artikel Soendasche Kinderliederen En Spelen dalam majalah tigamingguan “Djawa” dari Java-Instituut edisi No. 1 Januari-April 1921..jpg|jmpl|kiri|280px|Teks ''Ayang-ayang gung'' pada artikel ''Soendasche Kinderliederen En Spelen'' dalam majalah tigamingguan ''[[Djawa]]'' dari Java-Instituut edisi No. 1 Januari-April [[1921]].]]
[[Berkas:Wawacan Pandji Woeloeng karya Moehamad Moesa terbitan pertama kali, Tahun 1871. Sumber Semangat Baru (2013).jpg|thumb|left|280px|Wawacan Pandji Woeloeng terbitan pertama kali, Tahun 1871. Sumber: Semangat Baru (2013).]]
[[Berkas:Wawacan Pandji Woeloeng karya Moehamad Moesa terbitan pertama kali, Tahun 1871. Sumber Semangat Baru (2013).jpg|jmpl|kiri|280px|Wawacan Pandji Woeloeng terbitan pertama kali, Tahun 1871. Sumber: Semangat Baru (2013).]]
[[Berkas:Naskah Wawacan Pandji Woeloeng, koleksi K.F. Holle. (Sumber Semangat Baru (2013).jpg|thumb|right|280px|Naskah Wawacan Pandji Woeloeng, koleksi K.F. Holle. (Sumber: Semangat Baru (2013).]]
[[Berkas:Naskah Wawacan Pandji Woeloeng, koleksi K.F. Holle. (Sumber Semangat Baru (2013).jpg|jmpl|ka|280px|Naskah Wawacan Pandji Woeloeng, koleksi K.F. Holle. (Sumber: Semangat Baru (2013).]]


'''Muhamad Musa''', atau '''Raden Hadji Moehamad Moesa''' ([[1822]] – [[10 Agustus]] [[1886]]) adalah pengarang, pelopor kesustraan cetak Sunda, ulama dan tokoh [[Sunda]] [[abad ke-19]].
'''Muhamad Musa''', atau '''Raden Hadji Moehamad Moesa''' ([[1822]] – [[10 Agustus]] [[1886]]) adalah pengarang, pelopor kesustraan cetak Sunda, ulama dan tokoh [[Sunda]] [[abad ke-19]].

Raden Hadji Moehamad Moesa, salah satu karya tahun 1906 yaitu sejarah Abdoerahman en abdoerahim tahun 1906.


== Biografi ==
== Biografi ==
Baris 77: Baris 81:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==


* {{cite web|url=https://naratasgaroet.wordpress.com/2015/08/30/ayang-ayang-gung-black-campaign-ala-menak-garoet/|title=“Ayang-ayang Gung”: ‘Black Campaign’ Ala Menak Garoet|publisher=Naratas Garoet|date= 30/08/2015|accessdate=8 Oktober 2015|archiveurl=https://archive.is/wE8hO|archivedate=7 Oct 2015 17:26:10 UTC}}
* {{cite web|url=https://naratasgaroet.wordpress.com/2015/08/30/ayang-ayang-gung-black-campaign-ala-menak-garoet/|title=“Ayang-ayang Gung”: ‘Black Campaign’ Ala Menak Garoet|publisher=Naratas Garoet|date=30/08/2015|accessdate=8 Oktober 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20160305053645/https://naratasgaroet.wordpress.com/2015/08/30/ayang-ayang-gung-black-campaign-ala-menak-garoet/|archivedate=2016-03-05|dead-url=unfit}}


== Lihat juga ==
== Lihat juga ==
Baris 91: Baris 95:


{{lifetime|1822|1886|Musa, Muhamad}}
{{lifetime|1822|1886|Musa, Muhamad}}
{{Indo-bio-stub}}


[[Kategori:Sastrawan Sunda]]
[[Kategori:Sastrawan Sunda]]

Revisi per 19 Juli 2024 11.36

Raden Hadji Moehamad Moesa
Potret Muhamad Musa
Lahir1822
Garut, Hindia Belanda
Meninggal1886
Garut, Hindia Belanda
Nama lainRaden Haji Muhamad Musa
PekerjaanSastrawan, Penghulu, Ulama
Dikenal atasPengarang, pelopor kesusastraan cetak Sunda, ulama dan Tokoh Sunda abad ke-19.
Suami/istriRaden Ayu Ria
Anak
Orang tuaRaden Rangga Suryadikusumah
KerabatRaden Tumenggung Suria Angga Kartalegawa (cucu)
Berkas:Teks “Ayang-ayang gung” karya Raden Hadji Moehamad Moesa versi Poeradiredja, dalam Moriyama (2013).jpg
Pada fragmen hidupnya HoofdPenghoeloe (Kepala Penghulu) Limbangan (Garoet) ini merasa khawatir karier anaknya akan dikalahkan oleh salah satu lawan politiknya, kepala distrik (Wedana) Soetji, seorang lelaki bernama “Tanoe”. Moesa yang memang dikenal juga sebagai seorang sastrawan Sunda terkemuka, kemudian menggubah sebuah lagu (kawih). Dalam kawih itu kemampuan Tanoe dipertanyakan, kelicikannya diejek. Dan mengetahui bahwa rumor dapat menjadi senjata tajam, maka ia berupaya agar lagu itu menjadi lebih dikenal luas. Alhasil, seantero tanah Sunda memang akhirnya mengenal kawih: “Ayang-ayang gung…”. Teks Ayang-ayang gung versi Poeradiredja, dalam Moriyama (2013).

Ajang-ajang goeng – goeng,
goeng goongna ramè – mè,
mènak Ki Mas Tanoe – noe
noe djadi Wadana – na
naha mana kitoe – toe
toekang olo olo – lo
loba anoe giroek – roek
roeket ka koempeni – ni
niat djadi pangkat – kat
katon kagorèngan – ngan
ngantos Kandjeng Dalem – lem
lempa lempi lempong,
ngadoe pipi djeung noe ompong.

Teks Ayang-ayang gung pada artikel Soendasche Kinderliederen En Spelen dalam majalah tigamingguan Djawa dari Java-Instituut edisi No. 1 Januari-April 1921.
Wawacan Pandji Woeloeng terbitan pertama kali, Tahun 1871. Sumber: Semangat Baru (2013).
Berkas:Naskah Wawacan Pandji Woeloeng, koleksi K.F. Holle. (Sumber Semangat Baru (2013).jpg
Naskah Wawacan Pandji Woeloeng, koleksi K.F. Holle. (Sumber: Semangat Baru (2013).

Muhamad Musa, atau Raden Hadji Moehamad Moesa (182210 Agustus 1886) adalah pengarang, pelopor kesustraan cetak Sunda, ulama dan tokoh Sunda abad ke-19.

Raden Hadji Moehamad Moesa, salah satu karya tahun 1906 yaitu sejarah Abdoerahman en abdoerahim tahun 1906.

Biografi

Muhamad Musa dilahirkan di Garut sebagai keturunan bangsawan, putra Raden Rangga Suryadikusumah, Patih Kabupaten Limbangan. Ia kemudian dilepas untuk mengikuti pendidikan formal di sebuah pesantren di Purwakarta dan diajak ikut oleh ayahnya untuk berangkat haji ke Makkah saat masih muda. Ia menolak tawaran Pemerintah Hindia Belanda yang akan menjadikannya sebagai kepala gudang, karena ia lebih suka memilih bidang keagamaan. Setelah menjadi penghulu, pada tahun 1864 ia diangkat menjadi Penghulu Besar (Belanda: Hoofdpanghoeloe) di kabupaten Limbangan sampai wafatnya.

Muhamad Musa bersahabat erat dengan K. F. Holle, pengusaha perkebunan teh bangsa Belanda di Cikajang, yang merupakan penasehat Pemerintah Hindia Belanda mengenai bangsa pribumi (terutamanya di Priangan). Oleh Pemerintah Hindia Belanda ia sangat dipercayai.

Eratnya hubungan Musa dengan Holle menguntungkan kedua pihak. Bagi Musa, ia beruntung terutama karena mempermudah pergaulannya dengan bangsa Belanda. Musa oleh Pemerintah Hindia Belanda sangat dipercayai, sehingga oleh karena jasa-jasanya ia pernah dijanjikan jabatan tinggi hingga sampai tujuh turunan. Berkat eratnya persahabatan dengan Holle, Musa juga bisa mengembangkan bakat/minat menulis dan mengarangnya sehingga karya-karyanya (baik karangan sendiri maupun saduran atau terjemahan) bisa dicetak sampai ribuan eksemplar di Batavia. Di antara para putranya, yang mewarisi bakat menulisnya adalah Raden Ayu Lasminingrat dan Raden Karta Winata.

Karya-karyanya

Karya Muhamad Musa yang paling terkenal adalah Wawacan Panji Wulung yang terbit pada tahun 1871. Karya-karya lainnya yang dicetak di antaranya,

  • 1862: Wawacan Raja Sudibya, Wawacan Wulang Krama, Wawacan Dongéng-dongéng, Wawacan Wulang Tani;
  • 1863: Carita Abdurahman jeung Abdurahim, Wawacan Seca Nala;
  • 1864: Ali Muhtar, Élmu Nyawah;
  • 1865: Wawacan Wulang Murid, Wawacan Wulang Guru;
  • 1866: Dongéng-dongéng nu Aranéh;
  • 1867: Dongéng-dongéng Pieunteungeun;
  • 1872: Wawacan Lampah Sekar;
  • 1881: Santri Gagal, Hibat.

Pranala luar

Lihat juga

Rujukan

  • Mikihiro Moriyama. 2005. Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 979-9100-23-2.
  • Ajip Rosidi. 2000. Ensiklopedia Sunda. 2000. Pustaka Jaya, Jakarta.
  • Terrarum, O. (2006). West Meets East: Images of China and Japan, 1570 to 1920, Special Collections, De Beer Gallery, Central Library of the University of Otago, 10 February to 26 May 2006. New Zealand Journal of Asian Studies, 8, 122-179.