Lompat ke isi

Raja Kecil dari Siak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
ArfanSulaiman (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{Infobox raja | name = Raja Kecil | title = Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah | image = Lambang Kerajaan Siak.jpg | caption = | succession = Pendiri dan Raja ke-1 Kesultanan Siak Sri Inderapura | reign = 17231740 | predecessor = Jabatan Baru | successor = Tengku Buwang Asmara | suc-type = | date of burial = | place of burial = Buantan, Siak | issue = {{Plainlist| * Sultan Alamuddin Syah *...'
Tag: tanpa kategori [ * ] tidak menyebut judul [ * ] VisualEditor
 
k Melindungi "Raja Kecil dari Siak": Menjadi sasaran perang suntingan/pindahan ataupun pengembalian berulang ([Sunting=Hanya untuk pengurus] (kedaluwarsa 20 Juli 2025 06.08 (UTC)) [Pindahkan=Hanya untuk pengurus] (kedaluwarsa 20 Juli 2025 06.08 (UTC)))
 
(10 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
#ALIH [[Abdul Jalil Syah dari Siak]]
{{Infobox raja
| name = Raja Kecil
| title = Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah
| image = Lambang Kerajaan Siak.jpg
| caption =
| succession = Pendiri dan Raja ke-1 [[Kesultanan Siak Sri Inderapura]]
| reign = [[1723]] – [[1740]]
| predecessor = Jabatan Baru
| successor = [[Tengku Buwang Asmara]]
| suc-type =
| date of burial =
| place of burial = Buantan, Siak
| issue = {{Plainlist|
* Sultan Alamuddin Syah
* Tengku Buwang Asmara
* Sultan Berkabat
}}
| full name =
| father = Sultan Mahmud Syah II dari Johor
| mother = Encik Pung binti Laksamana Paduka Raja Tun Abdul Jamil
| spouse 2 =
| spouse 1 = {{Plainlist|
* Tengku Kamariah binti Sultan Abdul Jalil Riayat Shah IV
* Putri Dipati Batu Kucing Palembang
}}
| spouse 3 =
| spouse 4 =
| spouse 5 =
| spouse 6 =
| spouse 7 =
| spouse 8 =
| spouse 9 =
| native_lang1 =
| native_lang1_name1 =
| royal house =
| dynasty = [[Mauli]]|
| othertitles =
| birth name =
| spouse 10 =
| royal anthem =
| date of birth =
| place of birth =
| date of death =
| place of death =
}}

'''Raja Kecil''' adalah putra Sultan Mahmud Syah II dari Johor yang mendirikan Kesultanan Siak Sri Indrapura.

Menurut Sejarah dan Hikayat Melayu diceritakan, kematian Sultan Mahmud Syah II ditengah perjalanan untuk menunaikan shalat Jum'at telah sampai keistana membuat Istri Sultan Mahmud Syah II, Encik Pung yang sedang hamil diselamatkan oleh ayahnya, Laksamana Paduka Raja Tun Abdul Jamil. Encik Pung dilarikan kedalam hutan bersama sejumlah pengawal setia raja, dari para hulubalang, dayang-dayang hingga prajurit kerajaan.

Dipengasingan, Encik Pung melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Raja Kecil. Tun Abdul Jamil menghubungi Raja Negara Selat, pimpinan Orang Laut Kepulauan Riau untuk menjelaskan jati diri sang cucu yang baru lahir. Tun Abdul Jamil mengabarkan kepada Temenggung Muar di Johor dan Laksemana Malim di Riau. Tun Abdul Jamil menyarankan agar mereka segera menyeberang ke Sumatera.

Mereka berlayar ke Jambi, menyusuri sungai Batang Hari, kemudian dilarikan lagi ke Indragiri, hingga akhirnya sampai ke Pagaruyung. Maharaja Pagaruyung Yam Tuan Sakti menerima penjelasan Laksemana Malim tentang bayi yang mereka bawa.

Raja Pagaruyung sangat tertarik karena ketampanan anak tersebut dan bersedia menjadikannya sebagai anak sendiri.

Setelah berumur 13 tahun, Raja Kecil meminta izin pergi ke Batanghari untuk mencari ilmu dan pengalaman. Dia sampai di Rawas dan tiba di Palembang, disambut dengan istimewa oleh Sultan Lumabang raja Palembang. Dijadikan pembawa Tapak Sirih Diraja.

Ketika Sultan Lumabang datang ke Johor, Raja Kecil juga ikut serta. Di Johor Raja Kecil menjadi pusat perhatian masyarakat karena wajahnya yang mirip dengan Sultan Mahmud Syah II. Dari Johor, Sultan Lumabang pergi ke Siantan, kemudian berangkat ke Bangka.

Raja Kecil minta izin kepada Sultan Lumabang dan mudik ke hulu yaitu ke Rawas, kemudian mengawini puteri Dipati Batu Kucing, dan mendapatkan seorang putra yang diberi nama Raja Alam atau Tengku Alamuddin.

Dari Rawas Raja Kecil berangkat ke Jambi dan berteman dengan Sultan Sri Maha Maharaja Batu. Raja Kecil ikut membantu Sultan Sri Maha Maharaja Batu dalam satu peperangan. Raja Kecil terluka pahanya pada waktu. Setelah sembuh Raja Kecil pulang ke Pagaruyung.

Pemerintah Pagaruyung mengerti, Raja Kecil berhak penuh atas takhta Johor dan ingin menuntut balas atas kematian ayahandanya. Dia dilepas setelah diuji dengan sebatang kayu yang berbalut teras tumbuhan jelatang dan dimahkotai oleh Yam Tuan Sakti sambil membacakan doa khusus kepada Allah Subhanahuwata'ala. Raja Kecil tidak merasakan apapun ketika memegang getah jelatang yang biasanya gatal bila disentuh langsung dan tidak kerna tulah mahkota.

Dengan demikian orang Pagaruyung meyakininya bahwa dia memang anak seorang raja. Raja Kecil dikaruniai gelar Yam Dipertuan Kecil dan nama pribadinya dikenal sebagai ''Rajo Baraliah'' (Raja Beralih).

Raja Pagaruyung membekali Raja Kecil berangkat ke Bukit Batu-Siak diikuti oleh 4 hulubalang : Datuk Lebinasi, Datuk Kerkaji, Raja Mandailing dan Sultan Pakadalian.

Raja Kecil juga dibekali dengan sebilah pedang Saurajabe hadiah Raja Kuantan, sekapur sirih, seuntai rambut yang panjangnya 30 kaki, dua kulit kupang dan sebuah cap. Cap itu menandakan bahwa beliau membawa titah Raja Pagaruyung bahwa semua orang Minangkabau diwajibkan mendukung Raja kecil.

Di Bukit Batu-Siak Raja Kecil berpura-pura berdagang telur dan ikan terubuk, untuk berlayar ke Melaka dan Johor. Setelah membaca situasi, tibalah saatnya untuk menghimpun kekuatan.

Dia mengeluarkan cap titah Raja Pagaruyung untuk meminta dukungan dari orang-orang Minangkabau, menghampiri petinggi suku Melayu di Riau yang memang tidak bersedia tunduk kepada pemerintahan Bendahara di Johor. Bagi mereka, raja sah Johor adalah Raja Kecil.

Di Batubara juga diminta bantuan yang sama. Termasuk kepada 5 Bugis Bersaudara. Daeng Perani setuju dengan syarat jika serangan ke Johor itu berhasil, dia minta kedudukan sebagai yang Dipertuan Muda. Untuk itu Daeng Perani pergi ke Langkat mengumpulkan sejumlah orang Bugis memperkuat angkatan perangnya.

Rencana Raja Kecil mendobrak Johor sudah tersebar luas. Orang Laut di bawah pimpinan Raja Negara Selat turut mendukung rencana serangan itu dan langsung menemui Raja Kecil di Bengkalis.

Pasukan Raja Kecil yang telah disiapkan bersama kapal-kapal Orang Laut berangkat menyeberang Johor tanpa diketahui 5 Bugis bersaudara. Di Johor ternyata pembesar-pembesarnya juga memberi dukungan atas saran Temenggung Muar, sehingga meriam-meriam Johor telah diisi dengan air.

Tidak ada perlawanan yang berarti. Raja Kecil berjanji tidak akan mengapa-apakan Sultan Alauddin Riayat Syah IV dan bersedia mengembalikan posisinya sebagai bendahara, asalkan segera menyerahkan takhta.  

Sultan Alauddin Riayat Syah IV menerima syarat tersebut. Raja Kecil dinobatkan menjadi Raja Johor dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rakhmat Syah pada tahun 1718.

Pada waktu Raja Kecil berkuasa di Johor, timbullah Isu baru yang mengatakan bahwa Raja Kecil bukan keturunan Sultan Mahmud Syah II , sebab ketika Encik Pong dipakai oleh Sultan itu, dia sudah hamil. Issue ini menyebabkan goyahnya kepercayaan sebagian orang Melayu terhadap Raja Kecil.

Namun kalau diteliti lebih dalam, secara subjektif orang Melayu yakin sekali bahwa Raja Kecil adalah Putra Sultan Mahmud Syah II . Keyakinan itu mereka nyatakan dalam perbuatan terutama pada masa persiapan dan masa penyerangan terhadap Johor.

== Rujukan ==
{{reflist}}

=== Daftar kepustakaan ===

* Donald James Goudie, Phillip Lee Thomas, Tenas Effendy, (1989), ''Syair Perang Siak: a court poem presenting the state policy of a Minangkabau Malay royal family in exile'', MBRAS.
* Christine E. Dobbin, (1983), ''Islamic revivalism in a changing peasant economy: central Sumatra, 1784-1847'', Curzon Press, ISBN 0-7007-0155-9.
* Journal of Southeast Asian studies, Volume 17, McGraw-Hill Far Eastern Publishers, 1986.
{{S-start}}
{{Succession box|before=-|title=[[Sultan Siak Sri Inderapura]]|years=1725 - 1746|after=[[Mahmud dari Siak|Sultan Mahmud]]}}
{{S-end}}{{Indo-bio-stub}}

Revisi terkini sejak 20 Juli 2024 06.08