Lompat ke isi

Jahmiyah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dibuat dengan menerjemahkan halaman "جهمية"
Tag: pranala ke halaman disambiguasi Terjemahan Konten Terjemahan Konten v2
 
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Short description|bidah Islam}}
 
{{hatnote|Untuk pemberontak Libya, lihat [[Fathi Eljahmi]]}}
{{aqidah|Other}}
'''Jahmiyah''' adalah istilah yang digunakan oleh para ulama Islam untuk menyebut para pengikut doktrin [[Jahm bin Shafwan]].<ref>{{cite journal|last=Hoover|first=J.|title=Perpetual Creativity in the Perfection of God: Ibn Taymiyya's Hadith Commentary on God's Creation of this World|journal=Journal of Islamic Studies|date=1 September 2004|volume=15|issue=3|pages=287–329|doi=10.1093/jis/15.3.287|doi-access=free}}</ref> Jahm dan orang-orang yang terkait dengan [[Aqidah|kredo]]-nya muncul sebagai bidah terkemuka dalam [[Heresiologi|heresiografi]] [[Islam Sunni]], dan frasa "Jahmiyah" kemudian digunakan sebagai penghinaan atau polemik yang dilakukan sebagian ulama Sunni.{{Sfn|Bunzel|2023|p=95}}{{Sfn|Bunzel|2023|p=100}}


Pandangan Jahm dan pengikutnya ditolak oleh empat [[mazhab]] dalam Islam Sunni{{Sfn|Crone|2016|p=196–197}} dan tidak diterima di seluruh spektrum pandangan dalam teologi Muslim abad pertengahan, dari [[Atsariyah|Ahlul Hadis]] hingga [[Mu'tazilah]].{{Sfn|Schock|2015|p=56}}
'''Jahmiyah''' atau '''Mu'attilah''' adalah sekte [[Ilmu kalam|teologis]] yang berafiliasi dengan [[Islam]]. Ini adalah salah satu sekte [[Murji'ah|Murji’ah]] ekstremis yang muncul sebagai tanggapan terhadap [[Khawarij|kaum Khawarij]] yang kafir terhadap dosa.<ref>{{Cite web|title=ما أقسام المرجئة؟ مع ذكر أقوالهم في مسائل الإيمان؟ - عبد العزيز بن عبد الله الراجحي|url=https://ar.islamway.net/fatwa/14194|website=ar.islamway.net|language=ar|access-date=2024-07-22}}</ref> Muncul pada kuartal pertama abad kedua Hijriah di tangan pendirinya, [[Jahm bin Safwan]] Al-Tirmidzi, yang berasal dari orang yang berpemahaman [[Jabariyah]] murni. Panggilannya muncul di Tirmidh, dan Sallam bin Ahwaz Al-Mazni membunuhnya di Maru pada akhir tahun Raja Bani Umayyah. [[Muktazilah|Kaum Mu'tazilah]] sepakat mengingkari sifat-sifat azliyah.


== Pembentukan ==
==Figur terkemuka==
Tokoh eponimus di balik Jahmiyah adalah [[Jahm bin Shafwan]]. Jahm lahir di [[Samarkand]]. Dia tinggal dan mengajar di timur laut [[Iran]] dan kemungkinan besar dia tidak pernah meninggalkan wilayah [[Khorasan Raya]]. Tokoh kedua yang paling sering diasosiasikan dengan kaum Jahmi adalah Ḍirār bin ʻAmr dari [[Kufah]]. Namun, meski berhubungan dengan Jahmiyah, ia mungkin belum pernah bertemu Jahm dan bahkan mengkritiknya dalam salah satu karyanya. Tidak ada tulisan dari kedua penulis yang bertahan, dan informasi tentang pandangan mereka bergantung pada ringkasan singkat yang dibuat oleh penulis lain, terutama penentang mereka.{{Sfn|Schock|2015|p=55}}
{{Main|Jahm bin Safwan}}
Jahm bin Safwan lahir di [[Kufah]] dan besar di sana, dan di sana dia menemani Al-Jaad bin Dirham setelah dia datang ke [[Kufah]], melarikan diri dari [[Damaskus]], dan terpengaruh oleh ajarannya. Setelah terbunuhnya Al-Jaad bin Dirham di tangan Khalid bin Abdullah Al-Qasri pada tahun 105 H, Jahm terus menyebarkan gagasannya dan memperoleh pengikut hingga ia diasingkan ke [[Termez|Tirmidh]] di [[Khorasan Raya|Khorasan]].


Pengkhotbah terkenal lain yang menganut pandangan Jahmi adalah [[Bisyr al-Marisi]], pada awal abad ke-9, kaum Jahmi bertindak di [[Nahawand]], tetapi beberapa dari mereka terpaksa menerima ajaran [[Asy'ariyah]].<ref>{{cite book|last=Prozorov|first=S.M.|title=al-Jahmiyya // Islam: Encyclopedic Dictionary |date=1991|page=64|publisher="Наука, " Глав. ред. восточной лит-ры |isbn=5-02-016941-2}}</ref>
Di [[Termez|Tirmidh,]] ia mulai menyebarkan doktrinnya, dan menyebar ke kota-kota [[Khorasan Raya|Khorasan]], khususnya di [[Balkh]] [[Termez|dan Tirmidh]]. Al-Jahm bin Safwan terbunuh pada tahun 128 H setelah ikut serta bersama Al-Harits bin Surayj Al-Tamimi dalam revolusi melawan [[Kekhalifahan Umayyah|negara Bani Umayyah]].


== Keyakinan ==
==Doktrin==
Pemahaman Jahm terhadap fisika dasar dan ontologi didasarkan pada perbedaannya antara jasmani, [[Tubuh fisik|tubuh]], dan yang tak berwujud, yang bukan merupakan tubuh.<ref name=":0">Morris S. Seale ''Muslim Theology A study of Origins with Reference to the Church Fathers'' Great Russel Street, London 1964 p. 62</ref> Menurut Jahm, Tuhan itu tidak berwujud, dan yang tidak berwujud dan tidak memiliki tubuh hadir di mana-mana dan dalam segala hal, dan Tuhan yang berwujud dan memiliki tubuh hadir di satu lokasi dan di dalam tubuhnya sendiri.<ref name=":0" /> Menurut Jahm, Tuhan, yang tidak diciptakan dan tentu saja ada, adalah satu-satunya penyebab yang tidak berwujud dan tidak berwujud. Lebih lanjut, menurut Jahm, benda-benda gabungan yang bersifat inkorporeal dan immaterial tidak ada.<ref name=":0" />


Dalam masalah [[takdir dalam Islam|takdir]], kaum Jahmi menganut keyakinan bahwa seseorang tidak memiliki kehendak bebas dan dipaksa melakukan tindakannya.{{Sfn|Salem|2016|p=29–30}} Kaum Jahmiyah memercayai hal ini karena mereka berpikir bahwa kehendak bebas manusia akan membatasi kekuasaan Tuhan, dan karenanya harus ditolak.{{Sfn|Salem|2016|p=29–30}} Mengenai pertanyaan tentang lokasi Tuhan, kaum Jahmi memosisikan diri sebagai [[panteisme|panteis]] dan mengatakan bahwa Dia ada di mana-mana dan di dalam segala sesuatu.<ref>{{Cite web |last=admin |date=2021-03-08 |title=The Creed Of Imam Bukhari and the Salaf Quoted in Khalq Af’al al-Ibad - Darul Tahqiq |url=https://www.darultahqiq.com/creed-imam-bukhari-salaf-quoted-khalq-afal-al-ibad/,%20https://www.darultahqiq.com/creed-imam-bukhari-salaf-quoted-khalq-afal-al-ibad/ |access-date=2024-07-23 |language=en-US}}</ref> Selain itu, mereka mengingkari kemungkinan umat Islam yang saleh melihat Allah di surga.<ref>{{Cite web |title=Their Denial of the Attributes of Allah – Mahajjah |url=https://mahajjah.com/their-denial-of-the-attributes-of-allah/ |access-date=2024-07-23 |language=en-US}}</ref>
# Menafsirkan Allah, mengingkari perumpamaan, dan menafsirkan ayat-ayat yang terasa seperti perumpamaan, sebagai alur Allah dan wajah-Nya, Maha Suci Dia. Diantara sifat-sifat yang mereka kaitkan dengan sifat ucapan, mereka biasa mengatakan bahwa ucapan Allah hanya ada pada diri-Nya – Maha Suci Dia – dan hal ini mengakibatkan pernyataan bahwa Al-Qur’an itu diciptakan di akhirat dan dijadikan bukti firman Yang Maha Kuasa: {Mata tidak dapat melihat-Nya}, dan mereka mengatakan bahwa sifat Allah lebih tinggi dari itu jika dilihat dengan mata manusia.
# Mereka mengingkari sifat-sifat kekal Allah , seperti kekuasaan, kehendak, dan pengetahuan, dan mengatakan bahwa sifat-sifat ini sama dengan hakikat-Nya, dan tidak terlepas dari-Nya. Artinya, Dia tidak mampu dengan kekuatan selain diri-Nya, dan Dia tidak rela dengan kehendak selain diri-Nya, dan Dia tidak berilmu dengan ilmu selain diri-Nya.
# Manusia tidak digambarkan mampu bertindak, melainkan dipaksa oleh tindakan yang Allah ciptakan, sama seperti apa yang Dia ciptakan pada semua benda mati, dan mengatribusikan tindakan kepadanya hanya melalui metafora, seperti yang dikatakan bahwa air mengalir, matahari terbit, dan langit menjadi mendung… dan seterusnya, dan karena itu dianggap fatalistik.
# Iman itu akad dalam hati, sekalipun seseorang mengucapkan kekafiran, dan keimanan itu tidak menimbulkan bahaya apa pun, dan oleh karena itu ia dianggap Murji'ah.
# Bahwa Allah itu ada di segala tempat. Ibnu Khuzaymah meriwayatkan dalam '''Tauhid''' dengan rantai risalahnya bahwa Al-Jahm bin Safwan suatu hari berada di jembatan Tirmidh dan dikatakan kepadanya: Jelaskan Allahmu untuk kami tidak pergi, kemudian dia keluar setelah beberapa hari dan berkata: Dia adalah udara dengan segalanya dan dalam segala hal dan tidak ada. Itu tanpa apa pun.
# Pernyataan tentang musnahnya surga dan neraka , sebagaimana mereka mengatakan bahwa pada mulanya tidak mungkin membayangkan pergerakan yang tak ada habisnya, demikian pula seseorang tidak dapat membayangkan pergerakan yang tak ada habisnya pada akhirnya, dan mereka menghubungkan firman Yang Maha Kuasa: {untuk kekal di dalamnya selama-lamanya} sebagai sebuah pernyataan yang dilebih-lebihkan, dan Al-Jahm ibn Safwan mengutip penghentian tersebut sebagai bukti firman Yang Mahakuasa: {kecuali apa yang Allahmu kehendaki}, Dia bersabda: ((Jika itu berlangsung terus-menerus tanpa gangguan, dia tidak akan dikecualikan)).


Jahm dan Jahmiyya juga berpendapat bahwa Tuhan bukanlah "sesuatu", hal ini bukan berarti bahwa Tuhan tidak ada, namun bahwa Tuhan tidak dapat secara logis didasarkan pada hal lain atau dijelaskan dengan mengacu pada sekumpulan atribut.{{Sfn|Schock|2015|p=56–58}} Kaum Jahmiyah percaya bahwa Tuhan tidak ada bandingannya dengan apa pun, sehingga manusia harus menghindari pemberian sifat atau kualitas apa pun kepada Tuhan karena hal ini berada di luar pengetahuan manusia dan klaim tersebut, pada kenyataannya, merupakan inovasi dalam masalah agama ([[Bid'ah]]) dan jadi harus ditolak.{{Sfn|Mehregan|2017|p=1552–1553}}
== Tanggapi mereka ==


==Kritik==
* [[Sunni|Kaum Sunni]] menanggapi pengingkaran mereka terhadap sifat-sifat Allah yang kekal, dan tafsir mereka terhadap sifat-sifat yang terasa serupa, dan mereka berkata: Perlunya beriman terhadap apa yang tercantum dalam Al-Qur'an dan Sunnah serta apa yang dilakukan para Sahabat dan orang-orang yang lain. setelah mereka seperti meyakini sifat-sifat yang sebenarnya, tanpa distorsi, pengkondisian, representasi, atau perumpamaan.
Sejak munculnya Jahmiyya, kecenderungan ini telah menjadi sasaran kritik dari banyak tokoh [[Islam Sunni]]. Beberapa kritikus yang paling menonjol termasuk [[Ahmad bin Hanbal]], [[Ibnu Qutaibah]], [[Ibnul Qayyim al-Jauziyyah]], [[Abu Hamid al-Ghazali]], [[Ibnu Hajar al-Asqalani]] dan [[Ibnu Taimiyah]]. [[Abu Ammar Yasir Qadhi|Yasir Qadhi]] menulis disertasi panjang lebar (dalam [[Arab]]) berjudul "Pendapat Teologis Jahm b. Ṣafwān dan Pengaruhnya terhadap Sekte Islam Lainnya."<ref>{{Cite book|last=Yasir Qadhi|url=http://archive.org/details/20201021_20201021_1147|title=مكتبة نور مقالات الجهم بن صفوان وأثرها في الفرق الإسلامية|date=2005}}</ref>
* [[Sunni|Kaum Sunni]] menanggapi pernyataan mereka bahwa (iman tidak menimbulkan kerugian dengan kemaksiatan) dalam apa yang disebut kaidah '''keimanan bertambah dan berkurang''', maka mereka berkata: bahwa keimanan bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
* [[Sunni|Kaum Sunni]] menanggapi perkataan mereka bahwa (Allah hadir di segala tempat), dengan mengatakan bahwa terbukti dalam Al-Qur'an dan Sunnah bahwa Allah itu di atas langit, dan mereka menjadikan dalil firman Allah Yang Maha Esa (Yang Maha Penyayang). ditegakkan di atas Arsy) dan firman-Nya (Dan Dialah Yang Menaklukkan hamba-hamba-Nya) dan firman-Nya (Apakah kamu merasa aman dari orang-orang yang di surga agar bumi tidak menelanmu bersamamu?)) Dan Nabi Muhammad berkata kepada budak perempuan itu, “Di manakah Allah?” Dia berkata, “Di langit.” Dia bertanya, “Siapakah aku?” dan dia berkata, “Bebaskan dia, karena dia adalah orang yang beriman.”
* Adapun pernyataan mereka tentang musnahnya surga dan neraka dianggap bertentangan dengan makna jelas [[Al-Qur'an|Al-Qur’an]] [[Modern|dan Hadits]].


[[Abdullah bin al-Mubarak|Ibnul Mubarak]] mengkritik penolakan Jahmiyya terhadap kehendak bebas dalam puisinya, dan puisi-puisi anti-Jahmiyahnya dikutip oleh [[Muhammad al-Bukhari|al-Bukhari]].{{Sfn|Salem|2016|p=29–30}} Secara khusus, ia berpendapat bahwa penolakan ini menyiratkan bahwa tokoh jahat tidak bisa disalahkan atas tindakan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, tindakan Firaun dan Haman tidak dapat dikaitkan dengan mereka. Tidak hanya itu, karakter moral dan tindakan mereka juga harus disejajarkan dengan tokoh-tokoh seperti [[Musa]], karena semua tindakan mereka telah ditentukan sebelumnya.


== Penggunaan istilah ==
Label "Jahmiyya" kemudian digunakan sebagai penghinaan karena konotasinya yang negatif. Misalnya, [[Abu Hanifah]] dan [[Muhammad asy-Syaibani]] dicap sebagai Jahmi secara hina oleh lawan-lawan mereka.{{Sfn|Brown|2007|p=364}} [[Ibnu Taimiyah]] menyematkan istilah tersebut pada [[Asy'ariyah|Asy'ari]] ''Mutakallimun'' (profesional di bidang ''[[Kalam]]'') pada masanya.{{Sfn|Bunzel|2023|p=104}} Ibnu Taimiyyah mencoreng [[Asy'ariyah|kaum Asy'ari]] dengan menuduh mereka menganut doktrin Jahmiyah dan malah menganjurkan teologi berdasarkan apa yang dianggapnya kembali ke pandangan [[Salaf|Salafus Shalih]].<ref>Daniel Lav ''Radical Islam and the Revival of Medieval Theology'' Cambridge University Press, 29.02.2012 p. 37</ref> Pada periode-periode selanjutnya, [[Wahhabisme|Wahhabi]] juga menggunakan istilah tersebut sebagai rujukan yang menghina para praktisi teologi Kalam, untuk secara tegas menyatakan bahwa mereka, seperti Jahm, mengingkari sifat-sifat Tuhan.{{Sfn|Bunzel|2023|p=299}} Secara khusus, tuduhan ini digunakan oleh kaum Wahhabi awal terhadap Muslim [[Maliki]] yang tinggal di [[Arab Timur]] (kadang-kadang disebutkan berlokasi di [[Dubai]] dan [[Abu Dhabi]]), yang mereka yakini menafsirkan sebagian sifat-sifat Tuhan dalam arti metaforis murni.{{Sfn|Bunzel|2023|p=299}}


== Berakhirnya ==
== Lihat pula ==
Jahmiyah terus berlanjut setelah terbunuhnya [[Jahm bin Shafwan|Jahm bin Safwan]] pada tahun 128 H, namun pada awal abad ketiga, aliran ini mulai menurun. Beberapa ulama [[Sejarawan|dan sejarawan]] berpendapat bahwa Jahmiyyah sebenarnya tidak berakhir, karena ada orang-orang yang sependapat dengan mereka dalam beberapa keyakinan yang datang setelah mereka. [[Muktazilah|Kaum Mu'tazilah]] sependapat dengan mereka dalam pengingkaran mereka terhadap sebagian sifat-sifat Allah yang kekal, penafsiran mereka terhadap sifat-sifat yang terasa serupa, pernyataan mereka bahwa Al-Qur'an itu diciptakan, dan pengingkaran mereka terhadap melihat Allah di akhirat.


* [[Jahm bin Shafwan]]
== Lihat juga ==
* [[Mu'tazilah]]
* [[Murji'ah]]


==Referensi==
* Al-Jaad bin Dirham
* Al-Jahm bin Safwan
* [[Muktazilah]]
* [[Murji'ah|Murjiah]]
* [[Jabariyah|Jabriyah]]
* Penciptaan Al-Qur'an
* Ar-Radd 'ala Az-Zanadiqah wa Al-Jahmiyah


== Tautan eksternal ==
=== Sitasi ===
{{Reflist}}


=== Sumber ===
* [http://ar.wikisource.org/wiki/%D8%A7%D9%84%D8%B1%D8%AF_%D8%B9%D9%84%D9%89_%D8%A7%D9%84%D8%AC%D9%87%D9%85%D9%8A%D8%A9_%D9%84%D9%84%D8%AF%D8%A7%D8%B1%D9%85%D9%8A] : Buku “Ar-Radd 'ala Al-Jahmiyah” [[Dharma (disambiguasi)|karya Al-Darimi]]
* [https://web.archive.org/web/20190212133640/http://shamela.ws/browse.php/book-13023 Ar-Radd Al-Jahmiyyah]
* [http://ar.wikisource.org/wiki/%D9%85%D8%AC%D9%85%D9%88%D8%B9_%D8%A7%D9%84%D9%81%D8%AA%D8%A7%D9%88%D9%89/%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%AC%D9%84%D8%AF_%D8%A7%D9%84%D8%B1%D8%A7%D8%A8%D8%B9_%D8%B9%D8%B4%D8%B1/%D9%81%D8%B5%D9%84_%D9%81%D9%8A_%D8%B0%D9%83%D8%B1_%D9%83%D9%84%D8%A7%D9%85_%D8%A7%D9%84%D8%AC%D9%87%D9%85%D9%8A%D8%A9] : Bab yang menyebutkan kata-kata Jahmiyah, dari kumpulan fatwa [[Ibnu Taimiyah]]
* [http://ar.wikisource.org/wiki/%D8%A7%D8%AC%D8%AA%D9%85%D8%A7%D8%B9_%D8%A7%D9%84%D8%AC%D9%8A%D9%88%D8%B4_%D8%A7%D9%84%D8%A5%D8%B3%D9%84%D8%A7%D9%85%D9%8A%D8%A9_%D8%B9%D9%84%D9%89_%D8%BA%D8%B2%D9%88_%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B9%D8%B7%D9%84%D8%A9_%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AC%D9%87%D9%85%D9%8A%D8%A9] : Buku [[Ibnul Qayyim al-Jauziyyah|Ibnu al-Qayyim]] Pertemuan Tentara Islam dalam Penaklukan al-Mu’tabilah dan al-Jahmiyyah


* {{Cite book |last=Brown |first=Jonathan |url=https://brill.com/display/title/12924 |title=The Canonization of al-Bukhārī and Muslim |date=2007 |publisher=Brill|ref=harv}}
== Sumber ==
* {{Cite book |last=Bunzel |first=Cole |title=Wahhābism: The History of a Militant Islamic Movement |date=2023 |publisher=Princeton University Press|ref=harv}}
<references responsive="1"></references>
* {{Cite book |last=Crone |first=Patricia |title=The Iranian Reception of Islam: The Non-Traditionalist Strands |date=2016 |publisher=Brill |pages=196–211 |chapter=Al-Jāḥiẓ on Aṣḥāb al-Jahālāt and the Jahmiyya |chapter-url=https://brill.com/display/book/edcoll/9789004319295/B9789004319295_009.xml|ref=harv}}
{{Reflist}}
* {{Cite book |last=Mehregan |first=Abbas |title=Islam: A Worldwide Encyclopedia |date=2017 |publisher=ABC-CLIO |editor-last=Çakmak |editor-first=Cenap |pages= |chapter=Tashbih (Anthropomorphism)|ref=harv}}
* {{Cite book |last=Salem |first=Feryal |url=https://brill.com/display/title/32718 |title=The Emergence of Early Sufi Piety and Sunnī Scholasticism |date=2016 |publisher=Brill|ref=harv}}
* {{Cite book |last=Schock |first=Cornelia |title=The Oxford Handbook of Islamic Theology |date=2016 |publisher=Oxford University Press |editor-last=Schmidtke |editor-first=Sabine |pages=55–80 |chapter=Jahm b. Ṣafwān (d. 128/745–6) and the 'Jahmiyya' and Ḍirār b. ʿAmr (d. 200/815) |chapter-url=https://academic.oup.com/edited-volume/34345/chapter-abstract/291394597|ref=harv}}


[[Category:cabang Islam]]
* [http://islamspedia.com/belief/الجهمية Al-Jahmiyyah - Ensiklopedia Islam ISLAMSPEDIA]
* Artikel Islamis, [[Abu al-Hasan al-Asy'ari|Abu Al-Hasan Al-Ash'ari]]
* Penjelasan [[Aqidah Thahawiyah|Syahadat Tahawi]], Ibnu Abi Al-Izz Al-Hanafi
* Penjelasan [[Lum’atul I’tiqad|Lam’at al-Iqidan]], [[Muhammad bin Shalih al-Utsaimin|Ibnu Utsaimin]]
* Fajar Islam, Ahmed Amin
* Duha Al-Islam, Ahmed Amin
* Bukti tauhid, Jamal al-Din al-Qasimi
* Ensiklopedia agama dan sekte yang mudah, Mani' Al-Juhani
{{طوائف إسلامية}}{{علم الكلام}}{{متكلمون مسلمون}}
{{Authority control}}{{Portal bar|علم الكلام|أعلام|الإسلام}}
[[Kategori:Ilmu kalam]]
[[Kategori:Cabang Islam]]
[[Kategori:Kehendak bebas]]

Revisi terkini sejak 25 Juli 2024 11.26

Jahmiyah adalah istilah yang digunakan oleh para ulama Islam untuk menyebut para pengikut doktrin Jahm bin Shafwan.[1] Jahm dan orang-orang yang terkait dengan kredo-nya muncul sebagai bidah terkemuka dalam heresiografi Islam Sunni, dan frasa "Jahmiyah" kemudian digunakan sebagai penghinaan atau polemik yang dilakukan sebagian ulama Sunni.[2][3]

Pandangan Jahm dan pengikutnya ditolak oleh empat mazhab dalam Islam Sunni[4] dan tidak diterima di seluruh spektrum pandangan dalam teologi Muslim abad pertengahan, dari Ahlul Hadis hingga Mu'tazilah.[5]

Figur terkemuka

[sunting | sunting sumber]

Tokoh eponimus di balik Jahmiyah adalah Jahm bin Shafwan. Jahm lahir di Samarkand. Dia tinggal dan mengajar di timur laut Iran dan kemungkinan besar dia tidak pernah meninggalkan wilayah Khorasan Raya. Tokoh kedua yang paling sering diasosiasikan dengan kaum Jahmi adalah Ḍirār bin ʻAmr dari Kufah. Namun, meski berhubungan dengan Jahmiyah, ia mungkin belum pernah bertemu Jahm dan bahkan mengkritiknya dalam salah satu karyanya. Tidak ada tulisan dari kedua penulis yang bertahan, dan informasi tentang pandangan mereka bergantung pada ringkasan singkat yang dibuat oleh penulis lain, terutama penentang mereka.[6]

Pengkhotbah terkenal lain yang menganut pandangan Jahmi adalah Bisyr al-Marisi, pada awal abad ke-9, kaum Jahmi bertindak di Nahawand, tetapi beberapa dari mereka terpaksa menerima ajaran Asy'ariyah.[7]

Pemahaman Jahm terhadap fisika dasar dan ontologi didasarkan pada perbedaannya antara jasmani, tubuh, dan yang tak berwujud, yang bukan merupakan tubuh.[8] Menurut Jahm, Tuhan itu tidak berwujud, dan yang tidak berwujud dan tidak memiliki tubuh hadir di mana-mana dan dalam segala hal, dan Tuhan yang berwujud dan memiliki tubuh hadir di satu lokasi dan di dalam tubuhnya sendiri.[8] Menurut Jahm, Tuhan, yang tidak diciptakan dan tentu saja ada, adalah satu-satunya penyebab yang tidak berwujud dan tidak berwujud. Lebih lanjut, menurut Jahm, benda-benda gabungan yang bersifat inkorporeal dan immaterial tidak ada.[8]

Dalam masalah takdir, kaum Jahmi menganut keyakinan bahwa seseorang tidak memiliki kehendak bebas dan dipaksa melakukan tindakannya.[9] Kaum Jahmiyah memercayai hal ini karena mereka berpikir bahwa kehendak bebas manusia akan membatasi kekuasaan Tuhan, dan karenanya harus ditolak.[9] Mengenai pertanyaan tentang lokasi Tuhan, kaum Jahmi memosisikan diri sebagai panteis dan mengatakan bahwa Dia ada di mana-mana dan di dalam segala sesuatu.[10] Selain itu, mereka mengingkari kemungkinan umat Islam yang saleh melihat Allah di surga.[11]

Jahm dan Jahmiyya juga berpendapat bahwa Tuhan bukanlah "sesuatu", hal ini bukan berarti bahwa Tuhan tidak ada, namun bahwa Tuhan tidak dapat secara logis didasarkan pada hal lain atau dijelaskan dengan mengacu pada sekumpulan atribut.[12] Kaum Jahmiyah percaya bahwa Tuhan tidak ada bandingannya dengan apa pun, sehingga manusia harus menghindari pemberian sifat atau kualitas apa pun kepada Tuhan karena hal ini berada di luar pengetahuan manusia dan klaim tersebut, pada kenyataannya, merupakan inovasi dalam masalah agama (Bid'ah) dan jadi harus ditolak.[13]

Sejak munculnya Jahmiyya, kecenderungan ini telah menjadi sasaran kritik dari banyak tokoh Islam Sunni. Beberapa kritikus yang paling menonjol termasuk Ahmad bin Hanbal, Ibnu Qutaibah, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Abu Hamid al-Ghazali, Ibnu Hajar al-Asqalani dan Ibnu Taimiyah. Yasir Qadhi menulis disertasi panjang lebar (dalam Arab) berjudul "Pendapat Teologis Jahm b. Ṣafwān dan Pengaruhnya terhadap Sekte Islam Lainnya."[14]

Ibnul Mubarak mengkritik penolakan Jahmiyya terhadap kehendak bebas dalam puisinya, dan puisi-puisi anti-Jahmiyahnya dikutip oleh al-Bukhari.[9] Secara khusus, ia berpendapat bahwa penolakan ini menyiratkan bahwa tokoh jahat tidak bisa disalahkan atas tindakan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, tindakan Firaun dan Haman tidak dapat dikaitkan dengan mereka. Tidak hanya itu, karakter moral dan tindakan mereka juga harus disejajarkan dengan tokoh-tokoh seperti Musa, karena semua tindakan mereka telah ditentukan sebelumnya.

Penggunaan istilah

[sunting | sunting sumber]

Label "Jahmiyya" kemudian digunakan sebagai penghinaan karena konotasinya yang negatif. Misalnya, Abu Hanifah dan Muhammad asy-Syaibani dicap sebagai Jahmi secara hina oleh lawan-lawan mereka.[15] Ibnu Taimiyah menyematkan istilah tersebut pada Asy'ari Mutakallimun (profesional di bidang Kalam) pada masanya.[16] Ibnu Taimiyyah mencoreng kaum Asy'ari dengan menuduh mereka menganut doktrin Jahmiyah dan malah menganjurkan teologi berdasarkan apa yang dianggapnya kembali ke pandangan Salafus Shalih.[17] Pada periode-periode selanjutnya, Wahhabi juga menggunakan istilah tersebut sebagai rujukan yang menghina para praktisi teologi Kalam, untuk secara tegas menyatakan bahwa mereka, seperti Jahm, mengingkari sifat-sifat Tuhan.[18] Secara khusus, tuduhan ini digunakan oleh kaum Wahhabi awal terhadap Muslim Maliki yang tinggal di Arab Timur (kadang-kadang disebutkan berlokasi di Dubai dan Abu Dhabi), yang mereka yakini menafsirkan sebagian sifat-sifat Tuhan dalam arti metaforis murni.[18]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Hoover, J. (1 September 2004). "Perpetual Creativity in the Perfection of God: Ibn Taymiyya's Hadith Commentary on God's Creation of this World". Journal of Islamic Studies. 15 (3): 287–329. doi:10.1093/jis/15.3.287alt=Dapat diakses gratis. 
  2. ^ Bunzel 2023, hlm. 95.
  3. ^ Bunzel 2023, hlm. 100.
  4. ^ Crone 2016, hlm. 196–197.
  5. ^ Schock 2015, hlm. 56.
  6. ^ Schock 2015, hlm. 55.
  7. ^ Prozorov, S.M. (1991). al-Jahmiyya // Islam: Encyclopedic Dictionary. "Наука, " Глав. ред. восточной лит-ры. hlm. 64. ISBN 5-02-016941-2. 
  8. ^ a b c Morris S. Seale Muslim Theology A study of Origins with Reference to the Church Fathers Great Russel Street, London 1964 p. 62
  9. ^ a b c Salem 2016, hlm. 29–30.
  10. ^ admin (2021-03-08). "The Creed Of Imam Bukhari and the Salaf Quoted in Khalq Af'al al-Ibad - Darul Tahqiq" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-07-23. 
  11. ^ "Their Denial of the Attributes of Allah – Mahajjah" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-07-23. 
  12. ^ Schock 2015, hlm. 56–58.
  13. ^ Mehregan 2017, hlm. 1552–1553.
  14. ^ Yasir Qadhi (2005). مكتبة نور مقالات الجهم بن صفوان وأثرها في الفرق الإسلامية. 
  15. ^ Brown 2007, hlm. 364.
  16. ^ Bunzel 2023, hlm. 104.
  17. ^ Daniel Lav Radical Islam and the Revival of Medieval Theology Cambridge University Press, 29.02.2012 p. 37
  18. ^ a b Bunzel 2023, hlm. 299.