Lompat ke isi

Nyai Ageng Ngerang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diluar +di luar)
Wadaihangit (bicara | kontrib)
melengkapi halaman dengan foto #WPWP
 
(43 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{noref}}{{Infobox orang}}


'''Nyai Ageng Ngerang''' adalah seorang tokoh [[ulama]] wanita [[wali]] nukbah yang semasa dengan Dewan [[Walisongo]] yang menyebarkan agama [[islam]] di daerah [[Juwana]] dan daerah lereng pegunungan Kendeng Pati Selatan sampai akhir hayatnya dimakamkan di Pedukuhan Ngerang Desa [[Tambakromo,Pati]],Jawa Tengah,makamnya dari kota Pati ke arah Selatan sekitar [[17]] km.
'''Nyai Ageng Ngerang''' adalah seorang tokoh [[ulama]] wanita [[wali]] nukbah yang semasa dengan Dewan [[Walisongo]] yang menyebarkan agama [[islam]] di daerah [[Juwana]] dan daerah lereng pegunungan Kendeng Pati Selatan sampai akhir hayatnya dimakamkan di Pedukuhan Ngerang Desa [[Tambakromo,Pati]],Jawa Tengah,makamnya dari kota Pati ke arah Selatan sekitar [[17]] km.


==Kelahiran==
== Kelahiran ==
''Nyai Ageng Ngerang'' diperkirakan lahir sebelum tahun [[1478]] M. Nama kecilnya adalah '''Dewi Roro Kasihan''' dan nama lengkapnya bernama Nyai Siti Rohmah Roro Kasihan. Di Juwana, ia mempunyai nama lain Nyai Juminah. Masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan (gelar) ''Nyai Ageng Ngerang'' karena ia menjadi istri [[Kyai Ageng Ngerang]] I (Sunan Ngerang I atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin) yang mempunyai wilayah kekuasaan di Ngerang Juwana.
''Nyai Ageng Ngerang'' diperkirakan lahir sebelum tahun [[1478]] M. Nama kecilnya adalah '''Dewi Roro Kasihan''' dan nama lengkapnya bernama Nyai Siti Rohmah Roro Kasihan. Di Juwana, ia mempunyai nama lain Nyai Juminah. Masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan (gelar) ''Nyai Ageng Ngerang'' karena ia menjadi istri [[Kyai Ageng Ngerang]] I ((syekh Raden Ronggo Joyo)Sunan Ngerang I atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin)) yang mempunyai wilayah kekuasaan di Ngerang Juwana.


==Silsilah==
== Silsilah ==
''Nyai Ageng Ngerang'' merupakan salah satu keturunan bangsawan kerajaan [[Majapahit]] [[Prabu]] Kertabumi [[Brawijaya V]] dan mempunyai nasab sampai dengan [[Nabi Muhammad]] SAW generasi ke [[25]] dari keluarga [[Bani Alawi]] Hadramaut. Menurut beberapa catatan [[Babad Tanah Jawi]], Serat Centhini, berbagai sumber buku, dan juga dari [[Keraton Surakarta Hadiningrat]], silsilah Nyai Ageng Ngerang adalah sebagai berikut:
''Nyai Ageng Ngerang'' merupakan salah satu keturunan bangsawan kerajaan [[Majapahit]] [[Prabu]] Kertabumi [[Brawijaya V]] dan mempunyai nasab sampai dengan [[Nabi Muhammad]] SAW generasi ke [[25]] dari keluarga Sunan Giri ( Trah Syaikh Abdul Qadir Jailani - Baghdad). Menurut beberapa catatan [[Babad Tanah Jawi]], Serat Centhini, berbagai sumber buku, dan juga dari [[Keraton Surakarta Hadiningrat]], silsilah Nyai Ageng Ngerang adalah sebagai berikut:
* Suami: Ki Ageng Ngerang I /Sunan Ngerang (Raden Syekh Ronggo Joyo) atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin Makam Desa Trimulyo Juwana Kab.Pati, dari sesuai data serat Sajarah Dalêm Keraton Pangiwa lan Panêngên, Padmasusastra, 1902 ,Halaman 315 Ki Ageng Ngerang I /Sunan Ngerang (Raden Syekh Ronggo Joyo) atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin (makam Trimulyo Juwana Kab.Pati) ialah putra dari Sunan Ngadipala atau Syekh Maulana Maghribi atau di Sebut Sunan Gresik, didalam Buku Serat Sariné Basa Jawa, Padmasukaca, 1967, #139 Halaman 17 menyatakan Maulana Mahgribi utawa Malik Ibrahim asal saka Pèrsi, dêdalêm ing Desa Loron Gresik (6 km saka Grêsik) dan dimakamkan di desa sukolilo, bedilan Kab.Gresik.
* Suami : Ki Ageng Ngerang I /Sunan Ngerang atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin ialah putra Ki Ageng Jabung trah [[Sunan Ngudung]] ayah dari [[Sunan Kudus]]
* Ayah : [[Raden Bondan Kejawan]] Aryo Lembu Peteng, Ki Ageng Tarub II adalah putra dari [[Prabu]] [[Brawijaya V]]
* Ayah: Raden [[Bondan Kejawan]], Aryo Lembu Peteng, Ki Ageng Tarub II adalah putra dari [[Prabu]] [[Brawijaya V]]
* Ibu : Dewi Retno Nawangsih
* Ibu: Dewi Retno Nawangsih
* Kakek nenek ayah: Prabu kertabumi Brawijaya V dan Putri Wandan kuning
* Kakek nenek ayah: Prabu kertabumi Brawijaya V dan Putri Wandan kuning
* Kakek nenek ibu: [[Ki Ageng Tarub]] atau [[Jaka Tarub]] dan Dewi Nawang Wulan,seorang bidadari kahyangan.
* Kakek nenek ibu: [[Ki Ageng Tarub]] atau [[Jaka Tarub]] dan Dewi Nawang Wulan,seorang bidadari kahyangan.
* Saudara Kandung:
* Saudara Kandung:
#Ki Ageng Wonosobo atau Syeh Abibdullah. Makamnya berada di Plobangan Selo merto [[Wonosobo]].
# Ki Ageng Wonosobo atau Syeh Abibdullah. Makamnya berada di Plobangan Selo merto [[Wonosobo]].
#Ki Ageng Getas Pendawa atau R.Depok atau Syeh Ngabdullah. Makamnya berada di Kahuripan Purwodadi Grobogan.
# Ki Ageng Getas Pendawa atau R.Depok atau Syeh Ngabdullah. Makamnya berada di Kahuripan Purwodadi Grobogan.


===Keturunan Nyai Ageng Ngerang===
=== Keturunan Nyai Ageng Ngerang ===
1. Nyi Ageng Selo II atau Roro Kinasih.
1. Nyi Ageng Selo II
Nyi Ageng Selo II atau Roro Kinasih.
Roro Kinasih menikah dengan Ki Ageng Selo,seorang legendaris yang mempunyai karomah dapat menangkap petir. [[Ki Ageng Sela]] adalah keponakan sekaligus menantu Nyai Ageng Ngerang. Keduanya mempunyai 6 putri dan 1 putra, Ki Ageng Henis.
Roro Kinasih menikah dengan Ki Ageng Selo,seorang legendaris yang mempunyai karomah dapat menangkap petir. [[Ki Ageng Sela]] adalah keponakan sekaligus menantu Nyai Ageng Ngerang. Keduanya mempunyai 6 putri dan 1 putra, Ki Ageng Henis.


2. Ki Ageng Ngerang II / Kyai Ageng Bodo ing Pajang (Makam Desa Butuh (Pajang),Sragen, Komplek Makam Kesultanan Pajang).
2. Ki Ageng Ngerang II.

Ki Ageng Ngerang II ini mempunyai putra yakni:
Ki Ageng Ngerang II ini mempunyai putra yakni:
Ki Ageng Ngerang III(Kyai Ageng Buyut Pati Makam Komplek Kesultanan Mataram "Laweyan Surakarta/Solo Suami Raden Ayu Panengah Putri Sunan Kalijaga Berputra Ki Panjawi), Ki Ageng Ngerang IV, Pangeran Kalijenar dan Panembahan Agung/Kyai Ageng Panenggak/Kyai Ageng Pakar/Pangeran Hadi Kusumo Suami Raden Ayu Panenggak Putri Sunan Kalijaga Berputra Panembahan Pangulu Kadilangu).
Ki Ageng Ngerang III,Ki Ageng Ngerang IV dan Pangeran Kalijenar.

2.1. Ki Ageng Ngerang III (Kyai Ageng Buyut Pati Makam Komplek Kesultanan Mataram "Laweyan Surakarta/Solo)


2.1. Ki Ageng Ngerang III
Ki Ageng Ngerang III menikah dengan Raden Ayu Panengah atau Nyi Ageng Ngerang III, salahsatu putri Sunan Kalijaga makamnya berada di Laweyan Solo dan mempunyai putra yang bernama Ki Ageng Penjawi yang juga disebut Ki Ageng Pati karena mendapat hadiah dari Raja Pajang yang berupa tanah perdikan yang sudah berbentuk wilayah dan berpenduduk banyak yang sebelumnya Pati vakum pemimpin.
Ki Ageng Ngerang III menikah dengan Raden Ayu Panengah atau Nyi Ageng Ngerang III, salahsatu putri Sunan Kalijaga makamnya berada di Laweyan Solo dan mempunyai putra yang bernama Ki Ageng Penjawi yang juga disebut Ki Ageng Pati karena mendapat hadiah dari Raja Pajang yang berupa tanah perdikan yang sudah berbentuk wilayah dan berpenduduk banyak yang sebelumnya Pati vakum pemimpin.


2.2 Ki Ageng Penjawi
2.2 Ki Ageng Penjawi

Ki Ageng Penjawi mempunyai putri bernama Waskita Jawi atau Roro Sari yang menjadi permaisuri Panembahan Senopati Sutawijaya yang bergelar [[Ratu]] Mas.Dan yang satu lagi bernama Wasis Joyo Kusumo yang bergelar Adipati Pragola [[Pati]].
Ki Ageng Penjawi/Ki Ageng Pati mempunyai putri bernama Waskita Jawi atau Roro Sari yang menjadi permaisuri Panembahan Senopati Sutawijaya yang bergelar [[Ratu]] Mas.
* 2.18 Sinuhun Sunan [[Pakubuwono XII]].
Dan memiliki putra yang satu lagi bernama Wasis Joyo Kusumo yang bergelar Adipati Pragola I/Adipati Pathi Seda Ing Biting Taji (Perang Ing Taji Prambanan Yogyakarta Nglurug Mataram Panembahan Senopati) Seda Sumare Makam Gunung Pati Kota Semarang Berputra Adipati Pragola II/Adipati Pathi Seda Kadhaton Makam Sendang Sani Kab.Pati (Perang Ing Kedhaton Pati, Sultan Agung Hanyokrokusumo nglurug Kedhaton Pati) kedhaton artinya keraton/istana/kadipaten Pati.
* 2.18 Sunan [[Pakubuwono XII]].
* 2.18 [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]].
* 2.18 [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]].
* 2.19 Sinuhun [[Pakubuwono XIII]] dan patih Tedjowulan.
* 2.19 Sunan [[Pakubuwono XIII]] dan patih Tedjowulan.
* 2.19 [[Sri Sultan Hamengkubuwono X]].
* 2.19 [[Sri Sultan Hamengkubuwono X]].
* 2.20 [[Mangkunegara]].
Sinuhun Pakubuwono XIII dan
* 2.21 [[Pakualaman]].
Sultan Hamengkubuwono X adalah Keturunan Nyai Ageng Ngerang generasi ke [[19]].
(Catur Sagotra) Sunan Pakubuwono XIII, Sultan Hamengkubuwono X, Mangkunegaran dan Pakualaman adalah Keturunan Nyai Ageng Ngerang generasi ke [[19]] melalui ratu mas Jawi putri Ki Ageng Panjawi.


3.Roro Nyono
3.Roro Nyono / Roro Noyorono
Roro Nyono menikah dengan Sunan Muria.[[Sunan Muria]] merupakan salah satu murid Sunan Ngerang,suami dari Nyai Ageng Ngerang .Kisah cerita kehidupannya menjadi legenda masyarakat [[Pati]].
Roro Nyono / Roro Noyorono menikah dengan [[Sunan Muria]] di karuniai 3 orang anak yaitu Sunan Nyamplungan, Raden Ayu Nasiki dan Pangeran Santri. [[Sunan Muria]] merupakan salah satu murid Sunan Ngerang,suami dari Nyai Ageng Ngerang .Kisah cerita kehidupannya [[Sunan Muria]] dan Dewi Roro Noyorono menjadi legenda masyarakat [[Pati]].


4.Roro Pujiwat
4.Roro Pujiwat
Roro Pujiwat terkenal akan kecantikan dan kesolehannya.Namun kisah hidupnya sangat tragis karena terbunuh oleh seorang pemuda yang ditolak cintanya karena tak bisa memenuhi persyaratannya untuk mengambil pintu kaputren [[kerajaan]] [[Majapahit]] dalam semalam.
Roro Pujiwat terkenal akan kecantikan dan kesolehannya.Namun kisah hidupnya sangat tragis karena terbunuh oleh seorang pemuda yang ditolak cintanya karena tak bisa memenuhi persyaratannya untuk mengambil pintu kaputren [[kerajaan]] [[Majapahit]] dalam semalam.


==Riwayat==
== Riwayat ==
''Nyai Ageng Ngerang'' dilahirkan oleh sang ibu Dewi Nawangsih di padepokan Tarub daerah Purwodadi.Diasuh dan dibimbing oleh kedua orangtuanya di padepokan Tarub.Dari semenjak kecil dia sudah belajar agama dengan tekun.Dikisahkan beliau sempat belajar dan berguru pada Sunan Kalijaga yang sering datang ke padepokan Tarub.
''Nyai Ageng Ngerang'' dilahirkan oleh sang ibu Dewi Nawangsih di padepokan Tarub daerah Purwodadi.Diasuh dan dibimbing oleh kedua orangtuanya di padepokan Tarub.Dari semenjak kecil dia sudah belajar agama dengan tekun.Dikisahkan ia sempat belajar dan berguru pada Sunan Kalijaga yang sering datang ke padepokan Tarub.
Menginjak dewasa Dewi Roro Kasihan menikah dengan Raden Ronggo Joyo atau lebih dikenal Kyai Ageng Ngerang I/Sunan Ngerang dan kemudian tinggal di Ngerang Juwana.Semenjak itulah beliau terkenal dengan nama Nyai Ageng Ngerang.
Menginjak dewasa Dewi Roro Kasihan menikah dengan Raden Ronggo Joyo atau lebih dikenal Kyai Ageng Ngerang I/Sunan Ngerang dan kemudian tinggal di Ngerang Juwana.Semenjak itulah ia terkenal dengan nama Nyai Ageng Ngerang.


Ki Ageng Ngerang mendirikan padepokan pesantren di Ngerang Juwana dan muridnya datang dari berbagai daerah. Nyai Ageng Ngerang sendiri ikut membantu sang suami mengajar santri wanita.
Ki Ageng Ngerang mendirikan padepokan pesantren di Ngerang Juwana dan muridnya datang dari berbagai daerah. Nyai Ageng Ngerang sendiri ikut membantu sang suami mengajar santri wanita.


Ki Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang mempunyai kedekatan dengan [[Siti Jenar|Syeh Siti Jenar]], ulama tarekat dan sufi.Nyai Ageng Ngerang pun menuntut ilmu dari Syeh Siti Jenar.Karena pengaruh konflik politik kerajaan Demak dengan Syeh Siti Jenar maka siapspun yang pernah dekat dengan Syeh Siti Jenar akan diburu prajurit kerajaan Demak.Maka demi keselamatan para santrinya Kyai Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang meninggalkan padepokan Ngerang Juwana pergi ke arah selatan menyusuri lereng pegunungan kendeng.Dan kemudian membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan mendirikan padepokan untuk menyebarkan islam di daerah lereng pegunungan kendeng ini.
Ki Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang mempunyai kedekatan dengan [[Siti Jenar|Syeh Siti Jenar]], ulama tarekat dan sufi.Nyai Ageng Ngerang pun menuntut ilmu dari Syeh Siti Jenar.Karena pengaruh konflik politik kerajaan Demak dengan Syeh Siti Jenar maka siapapun yang pernah dekat dengan Syeh Siti Jenar akan diburu prajurit kerajaan Demak.Maka demi keselamatan para santrinya Kyai Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang meninggalkan padepokan Ngerang Juwana pergi ke arah selatan menyusuri lereng pegunungan kendeng.Dan kemudian membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan mendirikan padepokan untuk menyebarkan islam di daerah lereng pegunungan kendeng ini.

<br />
== Nyi Ageng Ngerang sebagai Perintis Kesultanan Mataram ==
== Nyi Ageng Ngerang sebagai Perintis Kesultanan Mataram ==
Perkembangan sejarah masuknya Agama Islam di Surakarta, tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Ki Ageng Henis. Mulanya Laweyan merupakan perkampungan masyarakat yang beragama Hindu Jawa. Ki Ageng Beluk, sahabat Ki Ageng Henis, adalah tokoh masyarakat Laweyan saat itu. Ia menganut agama Hindu, tetapi karena dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk menjadi masuk Islam. Ki Ageng Beluk kemudian menyerahkan bangunan pura Hindu miliknya kepada Ki Ageng Henis untuk diubah menjadi Masjid Laweyan.
Perkembangan sejarah masuknya Agama Islam di Surakarta, tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Ki Ageng Henis. Mulanya Laweyan merupakan perkampungan masyarakat yang beragama Hindu Jawa. Ki Ageng Beluk, sahabat Ki Ageng Henis, adalah tokoh masyarakat Laweyan saat itu. Ia menganut agama Hindu, tetapi karena dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk menjadi masuk Islam. Ki Ageng Beluk kemudian menyerahkan bangunan pura Hindu miliknya kepada Ki Ageng Henis untuk diubah menjadi Masjid Laweyan.


Kerajaan Mataram Islam dirintis oleh tokoh-tokoh keturunan [[Bondan Kejawan|Raden Bondan Kejawan]] putra [[Bhre Kertabhumi]]. Tokoh utama Perintis Kesultanan Mataram adalah '''[[Ki Ageng Pamanahan]], [[Ki Juru Martani]]''' dan '''[[Ki Panjawi]]''' mereka bertiga dikenal dengan '''"Tiga Serangkai Mataram"''' atau istilah lainnya adalah '''"Three Musketeers from Mataram"'''. Disamping itu banyak perintis lainnya yang dianggap berjasa besar terhadap terbentuknya Kesultanan Mataram seperti : [[Bondan Kejawan]], [[Ki Ageng Wonosobo]], [[Ki Ageng Getas Pandawa]], [[Nyai Ageng Ngerang]] dan [[Ki Ageng Ngerang]], [[Ki Ageng Made Pandan]], [[Ki Ageng Saba]], [[Ki Ageng Pakringan]], [[Ki Ageng Sela]], [[Ki Ageng Enis]] dan tokoh lainnya dari keturunanan masing-masing. Mereka berperan sebagai leluhur Raja-raja Mataram yang mewarisi nama besar keluarga keturunan [[Brawijaya]] majapahit yang keturunannya menduduki tempat terhormat dimata masyarakat dengan menyandang nama '''Ki, Ki Gede, Ki Ageng' Nyai Gede, Nyai Ageng''' yang memiliki arti : ''tokoh besar keagamaan dan pemerintahan yang dihormati yang memiliki kelebihan, kemampuan dan sifat-sifat kepemimpinan masyarakat''.
Kesultanan Mataram dirintis oleh tokoh-tokoh keturunan [[Bondan Kejawan|Raden Bondan Kejawan]] putra [[Bhre Kertabhumi]]. Tokoh utama Perintis Kesultanan Mataram adalah '''[[Ki Ageng Pamanahan]], [[Ki Juru Martani]]''' dan '''[[Ki Panjawi]]''' mereka bertiga dikenal dengan '''"Tiga Serangkai Mataram"''' atau istilah lainnya adalah '''"Three Musketeers from Mataram"'''. Disamping itu banyak perintis lainnya yang dianggap berjasa besar terhadap terbentuknya Kesultanan Mataram seperti: [[Bondan Kejawan]], [[Ki Ageng Wonosobo]], [[Ki Ageng Getas Pandawa]], Nyai Ageng Ngerang dan [[Ki Ageng Ngerang]], [[Ki Ageng Made Pandan]], [[Ki Ageng Saba]], [[Ki Ageng Pakringan]], [[Ki Ageng Sela]], [[Ki Ageng Enis]] dan tokoh lainnya dari keturunanan masing-masing. Mereka berperan sebagai leluhur Raja-raja Mataram yang mewarisi nama besar keluarga keturunan [[Brawijaya]] majapahit yang keturunannya menduduki tempat terhormat dimata masyarakat dengan menyandang nama '''Ki, Ki Gede, Ki Ageng' Nyai Gede, Nyai Ageng''' yang memiliki arti: ''tokoh besar keagamaan dan pemerintahan yang dihormati yang memiliki kelebihan, kemampuan dan sifat-sifat kepemimpinan masyarakat''.

Ada beberapa fakta yang menguatkan mereka dianggap sebagai perintis Kesultanan Mataram yaitu:

* '''Fakta 1''': Tokoh-tokoh perintis tersebut adalah keturunan ke 1 sampai dengan ke 6 raja Majapahit terakhir '''[[Bhre Kertabhumi]] yang bergelar [[Brawijaya]] V''', yang sudah dapat dipastikan masih memiliki pengaruh baik dan kuat terhadap Kerajaan yang memerintah maupun terhadap masyarakat luas;
* '''Fakta 2''': Tokoh-tokoh tersebut adalah keturunan Silang/Campuran dari Walisongo beserta leluhurnya yang terhubung langsung kepada Imam '''[[Husain bin Ali]]''' bin '''[[Abu Thalib]]''', yang sudah dapat dipastikan mendapatkan bimbingan ilmu keagamaan (Islam) berikut ilmu pemerintahan ala [[khilafah]] / kekhalifahan islam jajirah Arab. Hal ini terbukti dalam aktivitas keseharian mereka juga sering berdakwah dari daerah satu ke daerah lainnya dengan mendirikan banyak Masjid, Surau dan Pesantren;
* '''Fakta 3''': Para perintis tersebut pada dasarnya adalah '''"Misi"''' yang dipersiapkan oleh para Seikh dan para Wali (Wali-7 dan Wali-9) termasuk '''para Al-Maghrobi''' yang bertujuan "mengislamkan Tanah Jawa" secara sistematis dan berkelanjutan dengan cara menyatu dengan garis keturunan kerajaan.
* '''Fakta 4''': Suksesi [[Kesultanan Demak]] ke [[Kesultanan Pajang]] kemudian menjadi [[Kesultanan Mataram]] pada dasarnya adalah kesinambungan dari "Misi" sesuai Fakta 3, seperti juga yang terjadi dengan Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Sumedang Larang, Kerajaan Talaga Majalengka dan Kerajaan Sarosoan Banten, di luar adanya perebutan kekuasaan.


Ada beberapa fakta yang menguatkan mereka dianggap sebagai perintis Kesultanan Mataram yaitu :
<br />
* '''Fakta 1''' : Tokoh-tokoh perintis tersebut adalah keturunan ke 1 sampai dengan ke 6 raja Majapahit terakhir '''[[Bhre Kertabhumi]] yang bergelar [[Brawijaya]] V''', yang sudah dapat dipastikan masih memiliki pengaruh baik dan kuat terhadap Kerajaan yang memerintah maupun terhadap masyarakat luas;
<br />
* '''Fakta 2''' : Tokoh-tokoh tersebut adalah keturunan Silang/Campuran dari Walisongo beserta leluhurnya yang terhubung langsung kepada Imam '''[[Husain bin Ali]]''' bin '''[[Abu Thalib]]''', yang sudah dapat dipastikan mendapatkan bimbingan ilmu keagamaan (Islam) berikut ilmu pemerintahan ala [[khilafah]] / kekhalifahan islam jajirah Arab. Hal ini terbukti dalam aktivitas keseharian mereka juga sering berdakwah dari daerah satu ke daerah lainnya dengan mendirikan banyak Masjid, Surau dan Pesantren;
<br />
* '''Fakta 3''' : Para perintis tersebut pada dasarnya adalah '''"Misi"''' yang dipersiapkan oleh para Seikh dan para Wali (Wali-7 dan Wali-9) termasuk '''para Al-Maghrobi''' yang bertujuan "mengislamkan Tanah Jawa" secara sistematis dan berkelanjutan dengan cara menyatu dengan garis keturunan kerajaan.
<br />
* '''Fakta 4''' : Suksesi [[Kesultanan Demak]] ke [[Kesultanan Pajang]] kemudian menjadi [[Kesultanan Mataram]] pada dasarnya adalah kesinambungan dari "Misi" sesuai Fakta 3, seperti juga yang terjadi dengan Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Sumedang Larang, Kerajaan Talaga Majalengka dan Kerajaan Sarosoan Banten, di luar adanya perebutan kekuasaan.
<br />
Dengan demikian dari keempat fafta di atas, jelas sudah bahwa terbentuknya Kesultanan Mataram pada khususnya dan Kesultanan Islam di Jawa pada umumnya merupakan strategi yang dipersiapkan oleh para Syeikh dan para Wali untuk mempercepat menyebarnya Islam di Tanah Jawa, sehingga salah satu persyaratan pembentukan Kesultanan Islam baik di Jawa maupun di daerah lainnya harus mendapatkan "Legitimasi/Pengesahan" dari Mekah dan/atau Turki, jalur untuk keperluan tersebut dimiliki oleh para "Ahlul Bait" seperti para Seikh dan para Wali.
Dengan demikian dari keempat fafta di atas, jelas sudah bahwa terbentuknya Kesultanan Mataram pada khususnya dan Kesultanan Islam di Jawa pada umumnya merupakan strategi yang dipersiapkan oleh para Syeikh dan para Wali untuk mempercepat menyebarnya Islam di Tanah Jawa, sehingga salah satu persyaratan pembentukan Kesultanan Islam baik di Jawa maupun di daerah lainnya harus mendapatkan "Legitimasi/Pengesahan" dari Mekah dan/atau Turki, jalur untuk keperluan tersebut dimiliki oleh para "Ahlul Bait" seperti para Seikh dan para Wali.


==Wafat==
== Wafat ==
Makam Nyai Ageng Ngerang di Ngerang,Tambakromo kabupaten Pati Jawa Tengah didekat lereng pegunungan Kendeng. Ketika Nyai Ageng Ngerang pindah ke daerah Tambakromo lereng pegunungan kendeng ini beliau sudah berumur senja dan sampai akhir hayatnya beliau dimakamkan disini.Umur beliau diperkirakan hampir [[100]] tahun.
Makam Nyai Ageng Ngerang di Ngerang,Tambakromo kabupaten Pati Jawa Tengah didekat lereng pegunungan Kendeng. Ketika Nyai Ageng Ngerang pindah ke daerah Tambakromo lereng pegunungan kendeng ini ia sudah berumur senja dan sampai akhir hayatnya ia dimakamkan disini.Umur ia diperkirakan hampir [[100]] tahun.


Beliau seorang wanita yg sabar dan kuat dalam menghadapi rintangan,sifatnya welas asih kepada setiap orang bahkan kepada orang yang membenci dan menentang ajarannya,suka membela kebenaran dan suka menolong kepada orang yang lemah.
Ia seorang wanita yg sabar dan kuat dalam menghadapi rintangan,sifatnya welas asih kepada setiap orang bahkan kepada orang yang membenci dan menentang ajarannya,suka membela kebenaran dan suka menolong kepada orang yang lemah.


Tak ada catatan yang pasti tarikh wafatnya beliau.Namun sudah menjadi tradisi setiap [[1]] [[Suro]] dilaksanakan Haul wafatnya.Acara haul selalu dihadiri kerabat [[Keraton Surakarta Hadiningrat]].
Tak ada catatan yang pasti tarikh wafatnya. Namun sudah menjadi tradisi setiap [[1]] [[Suro]] dilaksanakan Haul wafatnya.Acara haul selalu dihadiri kerabat [[Kasunanan Surakarta Hadiningrat]].


==Referensi==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


==Bacaan lanjutan==
== Bacaan lanjutan ==
* ''The Centhini Story: The Javanese Journey of Live'', oleh Suwito Santoso dan Kestity Pringharjono, hal 141 dari 399 hal. Penerbit Marshall Cavendish 2006.
* ''The Centhini Story: The Javanese Journey of Live'', oleh Suwito Santoso dan Kestity Pringharjono, hal 141 dari 399 hal. Penerbit Marshall Cavendish 2006.
*[http://www.nyaiagengngerang.blogspot.com Blog Nyai Ageng Ngerang]


{{islam-bio-stub}}
<br />
{{start box}}
{{start box}}
{{s-ach}}
{{s-ach}}
Baris 92: Baris 92:
after=[[Ki Panjawi]]<br />[[Ki Ageng Pamanahan]]<br />[[Ki Juru Martani]]}}
after=[[Ki Panjawi]]<br />[[Ki Ageng Pamanahan]]<br />[[Ki Juru Martani]]}}
{{end box}}
{{end box}}
{{islam-bio-stub}}


[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Kesultanan Mataram]]
[[Kategori:Tokoh Mataram]]
[[Kategori: Tokoh Kesultanan Mataram]]

[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Islam di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 3 Agustus 2024 07.45

Infobox orangNyai Ageng Ngerang

Edit nilai pada Wikidata

Nyai Ageng Ngerang adalah seorang tokoh ulama wanita wali nukbah yang semasa dengan Dewan Walisongo yang menyebarkan agama islam di daerah Juwana dan daerah lereng pegunungan Kendeng Pati Selatan sampai akhir hayatnya dimakamkan di Pedukuhan Ngerang Desa Tambakromo,Pati,Jawa Tengah,makamnya dari kota Pati ke arah Selatan sekitar 17 km.

Kelahiran

[sunting | sunting sumber]

Nyai Ageng Ngerang diperkirakan lahir sebelum tahun 1478 M. Nama kecilnya adalah Dewi Roro Kasihan dan nama lengkapnya bernama Nyai Siti Rohmah Roro Kasihan. Di Juwana, ia mempunyai nama lain Nyai Juminah. Masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan (gelar) Nyai Ageng Ngerang karena ia menjadi istri Kyai Ageng Ngerang I ((syekh Raden Ronggo Joyo)Sunan Ngerang I atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin)) yang mempunyai wilayah kekuasaan di Ngerang Juwana.

Nyai Ageng Ngerang merupakan salah satu keturunan bangsawan kerajaan Majapahit Prabu Kertabumi Brawijaya V dan mempunyai nasab sampai dengan Nabi Muhammad SAW generasi ke 25 dari keluarga Sunan Giri ( Trah Syaikh Abdul Qadir Jailani - Baghdad). Menurut beberapa catatan Babad Tanah Jawi, Serat Centhini, berbagai sumber buku, dan juga dari Keraton Surakarta Hadiningrat, silsilah Nyai Ageng Ngerang adalah sebagai berikut:

  • Suami: Ki Ageng Ngerang I /Sunan Ngerang (Raden Syekh Ronggo Joyo) atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin Makam Desa Trimulyo Juwana Kab.Pati, dari sesuai data serat Sajarah Dalêm Keraton Pangiwa lan Panêngên, Padmasusastra, 1902 ,Halaman 315 Ki Ageng Ngerang I /Sunan Ngerang (Raden Syekh Ronggo Joyo) atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin (makam Trimulyo Juwana Kab.Pati) ialah putra dari Sunan Ngadipala atau Syekh Maulana Maghribi atau di Sebut Sunan Gresik, didalam Buku Serat Sariné Basa Jawa, Padmasukaca, 1967, #139 Halaman 17 menyatakan Maulana Mahgribi utawa Malik Ibrahim asal saka Pèrsi, dêdalêm ing Desa Loron Gresik (6 km saka Grêsik) dan dimakamkan di desa sukolilo, bedilan Kab.Gresik.
  • Ayah: Raden Bondan Kejawan, Aryo Lembu Peteng, Ki Ageng Tarub II adalah putra dari Prabu Brawijaya V
  • Ibu: Dewi Retno Nawangsih
  • Kakek nenek ayah: Prabu kertabumi Brawijaya V dan Putri Wandan kuning
  • Kakek nenek ibu: Ki Ageng Tarub atau Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan,seorang bidadari kahyangan.
  • Saudara Kandung:
  1. Ki Ageng Wonosobo atau Syeh Abibdullah. Makamnya berada di Plobangan Selo merto Wonosobo.
  2. Ki Ageng Getas Pendawa atau R.Depok atau Syeh Ngabdullah. Makamnya berada di Kahuripan Purwodadi Grobogan.

Keturunan Nyai Ageng Ngerang

[sunting | sunting sumber]

1. Nyi Ageng Selo II

Nyi Ageng Selo II atau Roro Kinasih. Roro Kinasih menikah dengan Ki Ageng Selo,seorang legendaris yang mempunyai karomah dapat menangkap petir. Ki Ageng Sela adalah keponakan sekaligus menantu Nyai Ageng Ngerang. Keduanya mempunyai 6 putri dan 1 putra, Ki Ageng Henis.

2. Ki Ageng Ngerang II / Kyai Ageng Bodo ing Pajang (Makam Desa Butuh (Pajang),Sragen, Komplek Makam Kesultanan Pajang).

Ki Ageng Ngerang II ini mempunyai putra yakni: Ki Ageng Ngerang III(Kyai Ageng Buyut Pati Makam Komplek Kesultanan Mataram "Laweyan Surakarta/Solo Suami Raden Ayu Panengah Putri Sunan Kalijaga Berputra Ki Panjawi), Ki Ageng Ngerang IV, Pangeran Kalijenar dan Panembahan Agung/Kyai Ageng Panenggak/Kyai Ageng Pakar/Pangeran Hadi Kusumo Suami Raden Ayu Panenggak Putri Sunan Kalijaga Berputra Panembahan Pangulu Kadilangu).

2.1. Ki Ageng Ngerang III (Kyai Ageng Buyut Pati Makam Komplek Kesultanan Mataram "Laweyan Surakarta/Solo)

Ki Ageng Ngerang III menikah dengan Raden Ayu Panengah atau Nyi Ageng Ngerang III, salahsatu putri Sunan Kalijaga makamnya berada di Laweyan Solo dan mempunyai putra yang bernama Ki Ageng Penjawi yang juga disebut Ki Ageng Pati karena mendapat hadiah dari Raja Pajang yang berupa tanah perdikan yang sudah berbentuk wilayah dan berpenduduk banyak yang sebelumnya Pati vakum pemimpin.

2.2 Ki Ageng Penjawi

Ki Ageng Penjawi/Ki Ageng Pati mempunyai putri bernama Waskita Jawi atau Roro Sari yang menjadi permaisuri Panembahan Senopati Sutawijaya yang bergelar Ratu Mas. Dan memiliki putra yang satu lagi bernama Wasis Joyo Kusumo yang bergelar Adipati Pragola I/Adipati Pathi Seda Ing Biting Taji (Perang Ing Taji Prambanan Yogyakarta Nglurug Mataram Panembahan Senopati) Seda Sumare Makam Gunung Pati Kota Semarang Berputra Adipati Pragola II/Adipati Pathi Seda Kadhaton Makam Sendang Sani Kab.Pati (Perang Ing Kedhaton Pati, Sultan Agung Hanyokrokusumo nglurug Kedhaton Pati) kedhaton artinya keraton/istana/kadipaten Pati.

(Catur Sagotra) Sunan Pakubuwono XIII, Sultan Hamengkubuwono X, Mangkunegaran dan Pakualaman adalah Keturunan Nyai Ageng Ngerang generasi ke 19 melalui ratu mas Jawi putri Ki Ageng Panjawi.

3.Roro Nyono / Roro Noyorono Roro Nyono / Roro Noyorono menikah dengan Sunan Muria di karuniai 3 orang anak yaitu Sunan Nyamplungan, Raden Ayu Nasiki dan Pangeran Santri. Sunan Muria merupakan salah satu murid Sunan Ngerang,suami dari Nyai Ageng Ngerang .Kisah cerita kehidupannya Sunan Muria dan Dewi Roro Noyorono menjadi legenda masyarakat Pati.

4.Roro Pujiwat Roro Pujiwat terkenal akan kecantikan dan kesolehannya.Namun kisah hidupnya sangat tragis karena terbunuh oleh seorang pemuda yang ditolak cintanya karena tak bisa memenuhi persyaratannya untuk mengambil pintu kaputren kerajaan Majapahit dalam semalam.

Nyai Ageng Ngerang dilahirkan oleh sang ibu Dewi Nawangsih di padepokan Tarub daerah Purwodadi.Diasuh dan dibimbing oleh kedua orangtuanya di padepokan Tarub.Dari semenjak kecil dia sudah belajar agama dengan tekun.Dikisahkan ia sempat belajar dan berguru pada Sunan Kalijaga yang sering datang ke padepokan Tarub. Menginjak dewasa Dewi Roro Kasihan menikah dengan Raden Ronggo Joyo atau lebih dikenal Kyai Ageng Ngerang I/Sunan Ngerang dan kemudian tinggal di Ngerang Juwana.Semenjak itulah ia terkenal dengan nama Nyai Ageng Ngerang.

Ki Ageng Ngerang mendirikan padepokan pesantren di Ngerang Juwana dan muridnya datang dari berbagai daerah. Nyai Ageng Ngerang sendiri ikut membantu sang suami mengajar santri wanita.

Ki Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang mempunyai kedekatan dengan Syeh Siti Jenar, ulama tarekat dan sufi.Nyai Ageng Ngerang pun menuntut ilmu dari Syeh Siti Jenar.Karena pengaruh konflik politik kerajaan Demak dengan Syeh Siti Jenar maka siapapun yang pernah dekat dengan Syeh Siti Jenar akan diburu prajurit kerajaan Demak.Maka demi keselamatan para santrinya Kyai Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang meninggalkan padepokan Ngerang Juwana pergi ke arah selatan menyusuri lereng pegunungan kendeng.Dan kemudian membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan mendirikan padepokan untuk menyebarkan islam di daerah lereng pegunungan kendeng ini.

Nyi Ageng Ngerang sebagai Perintis Kesultanan Mataram

[sunting | sunting sumber]

Perkembangan sejarah masuknya Agama Islam di Surakarta, tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Ki Ageng Henis. Mulanya Laweyan merupakan perkampungan masyarakat yang beragama Hindu Jawa. Ki Ageng Beluk, sahabat Ki Ageng Henis, adalah tokoh masyarakat Laweyan saat itu. Ia menganut agama Hindu, tetapi karena dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk menjadi masuk Islam. Ki Ageng Beluk kemudian menyerahkan bangunan pura Hindu miliknya kepada Ki Ageng Henis untuk diubah menjadi Masjid Laweyan.

Kesultanan Mataram dirintis oleh tokoh-tokoh keturunan Raden Bondan Kejawan putra Bhre Kertabhumi. Tokoh utama Perintis Kesultanan Mataram adalah Ki Ageng Pamanahan, Ki Juru Martani dan Ki Panjawi mereka bertiga dikenal dengan "Tiga Serangkai Mataram" atau istilah lainnya adalah "Three Musketeers from Mataram". Disamping itu banyak perintis lainnya yang dianggap berjasa besar terhadap terbentuknya Kesultanan Mataram seperti: Bondan Kejawan, Ki Ageng Wonosobo, Ki Ageng Getas Pandawa, Nyai Ageng Ngerang dan Ki Ageng Ngerang, Ki Ageng Made Pandan, Ki Ageng Saba, Ki Ageng Pakringan, Ki Ageng Sela, Ki Ageng Enis dan tokoh lainnya dari keturunanan masing-masing. Mereka berperan sebagai leluhur Raja-raja Mataram yang mewarisi nama besar keluarga keturunan Brawijaya majapahit yang keturunannya menduduki tempat terhormat dimata masyarakat dengan menyandang nama Ki, Ki Gede, Ki Ageng' Nyai Gede, Nyai Ageng yang memiliki arti: tokoh besar keagamaan dan pemerintahan yang dihormati yang memiliki kelebihan, kemampuan dan sifat-sifat kepemimpinan masyarakat.

Ada beberapa fakta yang menguatkan mereka dianggap sebagai perintis Kesultanan Mataram yaitu:

  • Fakta 1: Tokoh-tokoh perintis tersebut adalah keturunan ke 1 sampai dengan ke 6 raja Majapahit terakhir Bhre Kertabhumi yang bergelar Brawijaya V, yang sudah dapat dipastikan masih memiliki pengaruh baik dan kuat terhadap Kerajaan yang memerintah maupun terhadap masyarakat luas;
  • Fakta 2: Tokoh-tokoh tersebut adalah keturunan Silang/Campuran dari Walisongo beserta leluhurnya yang terhubung langsung kepada Imam Husain bin Ali bin Abu Thalib, yang sudah dapat dipastikan mendapatkan bimbingan ilmu keagamaan (Islam) berikut ilmu pemerintahan ala khilafah / kekhalifahan islam jajirah Arab. Hal ini terbukti dalam aktivitas keseharian mereka juga sering berdakwah dari daerah satu ke daerah lainnya dengan mendirikan banyak Masjid, Surau dan Pesantren;
  • Fakta 3: Para perintis tersebut pada dasarnya adalah "Misi" yang dipersiapkan oleh para Seikh dan para Wali (Wali-7 dan Wali-9) termasuk para Al-Maghrobi yang bertujuan "mengislamkan Tanah Jawa" secara sistematis dan berkelanjutan dengan cara menyatu dengan garis keturunan kerajaan.
  • Fakta 4: Suksesi Kesultanan Demak ke Kesultanan Pajang kemudian menjadi Kesultanan Mataram pada dasarnya adalah kesinambungan dari "Misi" sesuai Fakta 3, seperti juga yang terjadi dengan Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Sumedang Larang, Kerajaan Talaga Majalengka dan Kerajaan Sarosoan Banten, di luar adanya perebutan kekuasaan.

Dengan demikian dari keempat fafta di atas, jelas sudah bahwa terbentuknya Kesultanan Mataram pada khususnya dan Kesultanan Islam di Jawa pada umumnya merupakan strategi yang dipersiapkan oleh para Syeikh dan para Wali untuk mempercepat menyebarnya Islam di Tanah Jawa, sehingga salah satu persyaratan pembentukan Kesultanan Islam baik di Jawa maupun di daerah lainnya harus mendapatkan "Legitimasi/Pengesahan" dari Mekah dan/atau Turki, jalur untuk keperluan tersebut dimiliki oleh para "Ahlul Bait" seperti para Seikh dan para Wali.

Makam Nyai Ageng Ngerang di Ngerang,Tambakromo kabupaten Pati Jawa Tengah didekat lereng pegunungan Kendeng. Ketika Nyai Ageng Ngerang pindah ke daerah Tambakromo lereng pegunungan kendeng ini ia sudah berumur senja dan sampai akhir hayatnya ia dimakamkan disini.Umur ia diperkirakan hampir 100 tahun.

Ia seorang wanita yg sabar dan kuat dalam menghadapi rintangan,sifatnya welas asih kepada setiap orang bahkan kepada orang yang membenci dan menentang ajarannya,suka membela kebenaran dan suka menolong kepada orang yang lemah.

Tak ada catatan yang pasti tarikh wafatnya. Namun sudah menjadi tradisi setiap 1 Suro dilaksanakan Haul wafatnya.Acara haul selalu dihadiri kerabat Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • The Centhini Story: The Javanese Journey of Live, oleh Suwito Santoso dan Kestity Pringharjono, hal 141 dari 399 hal. Penerbit Marshall Cavendish 2006.
Penghargaan dan prestasi
Didahului oleh:
Raden Bondan Kejawan
Perintis Kesultanan Mataram
1478-1587
Diteruskan oleh:
Ki Panjawi
Ki Ageng Pamanahan
Ki Juru Martani