Lompat ke isi

Suku Sabu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Bellabintarii (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Faldi00 (bicara | kontrib)
Menambahkan Riwu Ga
 
(23 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{ethnic group|
{{ethnic group
|group=Suku Sabu
|group = Sabu
|image = COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_Radja_van_Liae_met_gezin_Sawoe_TMnr_10006075.jpg
|image=
|image_upright = 1.0
|poptime=± 135.000 jiwa (2000)<ref>{{cite web|url=http://www.peoplegroups.org/explore/GroupDetails.aspx?peid=22746 |title=Sabu in Indonesia |publisher=PeopleGroup.org |accessdate=2014-09-24}}</ref>
|caption = Raja Liae bersama dengan sukunya, sekitar tahun 1900-an.
|popplace= 135.000 jiwa ([[pulau Sawu]])
|langs=[[bahasa Sabu]] dan [[bahasa Indonesia]].
|popplace = [[Pulau Sawu|Sawu]] dan [[Pulau Raijua|Raijua]]
|related = [[Suku Sumba|Sumba]] dan [[Suku Dhao|Dhao]]
|rels=[[Kristen]], dan Jingi Tiu (agama tradisional)
|native_name = Dou Hawu
|related= [[Suku Sumba]]
|religions = [[Kekristenan]] (terutama [[Protestan]]) dan [[Jingi Tiu]]
|languages = [[Bahasa Sabu|Sabu]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|population=135.000 (2000)<ref>{{cite web|url=http://www.peoplegroups.org/explore/GroupDetails.aspx?peid=22746|title=Sabu in Indonesia|publisher=PeopleGroup.org|accessdate=2014-09-24}}</ref>
}}
}}
'''Suku Sabu''' (''Dou Hawu''; juga dikenal sebagai '''Savu''', '''Sawu''', atau '''Hawu''') adalah [[kelompok etnis]] yang mendiami [[Pulau Sawu]] dan [[Pulau Raijua]] di [[Nusa Tenggara Timur]]. Mereka masih memiliki keterkaitan dengan masyarakat [[Suku Sumba|Sumba]] di sebelah barat laut.<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia|last=Melalatoa|first=M. Junus.|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|year=1995|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>


== Asal-usul ==
Suku Sabu (juga dikenal sebagai Savu Sawu atau Hawu) adalah suku bangsa yang mendiami [[pulau Sawu]] dan [[pulau Raijua]] di [[Nusa Tenggara Timur]].
Menurut syair-syair kuno masyarakat Sabu, suku ini berasal dari daerah bernama Hura yang berada di negeri jauh sebelah barat [[Pulau Sawu]]. Pendatang-pendatang ini kemudian juga mendiami [[Pulau Raijua]]. Kelompok ini datang dibawah kepemimpinan Kika Ga dan Hawu Ga. keturunan Kika Ga kemudian menjadi suku Sabu.<ref>{{Cite web|url=http://opd.saburaijuakab.go.id/halaman/sejarah|title=Website Portal OPD- Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua|website=opd.saburaijuakab.go.id|access-date=2020-05-02}}</ref>


==Budaya==
Daerah pulau Sabu dan sekitarnya ini setiap tahunnya dipengaruhi oleh musim kemarau yang panjang, antara bulan Maret sampai Nopember. Musim hujan hanya antara bulan Desember sampai Pebruari, yang rata-rata 35 hari pertahun dengan curah hujan yang relatif kecil.
[[File:Girl from Melolo, Wanita di Indonesia p26 (Kon Luchtvaart Mij).jpg|thumb|Seorang gadis Sabu dari Melolo, sekitar tahun 1950-an.]]
Masyarakat Sabu mengukur waktu dalam satuan yang berkisar antara enam hingga 49 tahun, bergantung pada domainnya.


Masyarakat Sabu juga dikenal sangat mementingkan silsilah mereka, dan nama dipilih untuk menghindari pengulangan nama dalam silsilah yang dibacakan selama pertunjukan ritual seperti pada pemakaman, di mana hubungan orang yang meninggal dengan leluhurnya dikenang. Penghafalan silsilah juga telah diamati dalam budaya tetangga, di [[Suku Rote|Rote]] dan [[Suku Kedang|Kedang]].
<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia|last=Melalatoa|first=M. Junus.|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|year=1995|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>


Seperti di banyak daerah lain di Indonesia, [[sirih]] sangat populer, begitu pula [[tuak]] yang dibuat dari [[sawit]], serta getahnya, diminum langsung dari pohonnya.<ref>http://www.thejakartaglobe.com/travel/history-and-lethargy-on-sabu-island/378141</ref> Pohon palem diperlakukan dengan sangat hormat, dan pendeta ''apu lodo'' yang dianggap keturunan matahari mengawasi musim penyadapan palem.
'''Asal-usul.''' Apabila orang Sabu bicara tentang asal-usulnya, maka pembicaraan akan dimulai dengan asal-usul alam semesta. Menurut mereka, alam semesta berasal dari ''Deo Ama'', pangkal dari segala sesuatu, menurunkan segala benda alam termasuk manusia itu sendiri.


===Arsitektur===
'''Demografi.''' Sumber data tahun 1979 mencatat jumlah penduduk kedua kecamatan tersebut di atas adalah 53.716 jiwa. Hampir seluruhnya adalah orang Sabu, karena jumlah pendatang hanya sekitar 2 persen.
Rumah masyarakat Sabu dibangun di atas tiang,<ref>{{cite web|url=https://www.panoramio.com/photo/43276353 |title=Rumah Adat Sawu or Savu |publisher=Panoramio |access-date=2015-01-21}}</ref> dan dirancang menyerupai perahu, dengan balok depan menyerupai [[Busur (kapal)|busur]]. Ada juga unsur [[antropomorfik]] dalam terminologi yang digunakan untuk menyebut bagian-bagian rumah.<ref>{{Cite web |url=http://kitlv.library.uu.nl/index.php/btlv/article/viewFile/1785/2546 |title=Archived copy |access-date=2010-11-07 |archive-date=2011-07-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110724172317/http://kitlv.library.uu.nl/index.php/btlv/article/viewFile/1785/2546 |url-status=dead }}</ref>


===Musik===
'''Pola Perkampungan.
Musik Sabu didasarkan pada [[gong]],<ref>{{Cite web |url=http://www.kab-kupang.go.id/tour/esabuculture.htm |title=::Welcome to Tourism Web of Kupang Regency:: |access-date=2010-11-07 |archive-date=2011-07-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110721120853/http://www.kab-kupang.go.id/tour/esabuculture.htm |url-status=dead }}</ref> dan biasanya mengiringi tarian tradisional. Tarian ''dho'a'' yang dikenal dengan sebutan ''padho'a'' dalam [[bahasa Melayu Kupang]] dibawakan secara melingkar, berpegangan tangan, dengan penari memutar kaki searah jarum jam, mengenakan ''kedhu'e'' (kacang yang dibungkus dengan daun lontar untuk membuat mainan kerincingan). ''padho'a'' berasal dari bahasa Sabu "''pe dheja dho'a''". Tarian ''ledo hawu'' dibawakan secara berpasangan, laki-lakinya memakai genta.
'''
Perkampungan asli orang Sabu ini berpola mengelompok padat yang dibangun di puncakatau lereng bukit. Sebuah kampung biasanya diberi pagar batu atau karang dengan bentuk elips atau empat persegi panjang dengan keempat sudutnya melengkung. Kampung itu membujur dengan arah timur barat. Seperti disebutkan di atas pulau Sabu dianggap barat.


==Agama==
===Jingi Tiu===
Agama tradisional masyarakat Sabu disebut Jingi Tiu. Masing-masing wilayah Sabu dipimpin oleh Dewan Pendeta Jingi Tiu. Jingi Tiu adalah agama politeistik, dengan dewa bumi, laut, dan langit, serta banyak roh kecil lainnya.


===Protestantisme===
Penginjilan dimulai pada tahun 1854, dan semakin berkembang setelah tahun 1861, ketika Esser, seorang residen Belanda di [[Kupang]], memanggil sekolah dan guru Kristen dari [[Kota Ambon|Ambon]] di Sabu.<ref>Catholics in Indonesia: 1808 - 1942 : a documented history</ref> Sejak tahun 1970an, ketika bangsa Indonesia mendorong masyarakat di seluruh Indonesia untuk memeluk agama Islam atau Kristen, Protestantisme sedang naik daun, dengan 80% masyarakat Sabu kini menjadi Protestan, dan Jingi Tiu mengalami kemunduran. Meskipun demikian, banyak aspek kepercayaan Jingi Tiu yang masih mempengaruhi ibadah Kristen di Sabu.


== Tokoh terkenal ==
*[[Riwu Ga]] (1918-1996), pelayan Soekarno


== Lihat juga ==

{{Commonscat|Savu}}
= Pranala luar ==
* [[Ammu Pe]]
* [https://web.archive.org/web/20121104193027/http://www.panoramio.com/photo/43276353 gambar rumah adat Sabu]
* [[Suku Sumba]]


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}
{{Commonscat|Savu}}


[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Sabu]]
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Sabu]]
[[Kategori:Suku bangsa di Nusa Tenggara Timur]]
[[Kategori:Suku bangsa di Nusa Tenggara Timur]]

Revisi terkini sejak 17 Agustus 2024 03.12

Sabu
Dou Hawu
Raja Liae bersama dengan sukunya, sekitar tahun 1900-an.
Jumlah populasi
135.000 (2000)[1]
Daerah dengan populasi signifikan
Sawu dan Raijua
Bahasa
Sabu, Indonesia
Agama
Kekristenan (terutama Protestan) dan Jingi Tiu
Kelompok etnik terkait
Sumba dan Dhao

Suku Sabu (Dou Hawu; juga dikenal sebagai Savu, Sawu, atau Hawu) adalah kelompok etnis yang mendiami Pulau Sawu dan Pulau Raijua di Nusa Tenggara Timur. Mereka masih memiliki keterkaitan dengan masyarakat Sumba di sebelah barat laut.[2]

Asal-usul

Menurut syair-syair kuno masyarakat Sabu, suku ini berasal dari daerah bernama Hura yang berada di negeri jauh sebelah barat Pulau Sawu. Pendatang-pendatang ini kemudian juga mendiami Pulau Raijua. Kelompok ini datang dibawah kepemimpinan Kika Ga dan Hawu Ga. keturunan Kika Ga kemudian menjadi suku Sabu.[3]

Budaya

Seorang gadis Sabu dari Melolo, sekitar tahun 1950-an.

Masyarakat Sabu mengukur waktu dalam satuan yang berkisar antara enam hingga 49 tahun, bergantung pada domainnya.

Masyarakat Sabu juga dikenal sangat mementingkan silsilah mereka, dan nama dipilih untuk menghindari pengulangan nama dalam silsilah yang dibacakan selama pertunjukan ritual seperti pada pemakaman, di mana hubungan orang yang meninggal dengan leluhurnya dikenang. Penghafalan silsilah juga telah diamati dalam budaya tetangga, di Rote dan Kedang.

Seperti di banyak daerah lain di Indonesia, sirih sangat populer, begitu pula tuak yang dibuat dari sawit, serta getahnya, diminum langsung dari pohonnya.[4] Pohon palem diperlakukan dengan sangat hormat, dan pendeta apu lodo yang dianggap keturunan matahari mengawasi musim penyadapan palem.

Arsitektur

Rumah masyarakat Sabu dibangun di atas tiang,[5] dan dirancang menyerupai perahu, dengan balok depan menyerupai busur. Ada juga unsur antropomorfik dalam terminologi yang digunakan untuk menyebut bagian-bagian rumah.[6]

Musik

Musik Sabu didasarkan pada gong,[7] dan biasanya mengiringi tarian tradisional. Tarian dho'a yang dikenal dengan sebutan padho'a dalam bahasa Melayu Kupang dibawakan secara melingkar, berpegangan tangan, dengan penari memutar kaki searah jarum jam, mengenakan kedhu'e (kacang yang dibungkus dengan daun lontar untuk membuat mainan kerincingan). padho'a berasal dari bahasa Sabu "pe dheja dho'a". Tarian ledo hawu dibawakan secara berpasangan, laki-lakinya memakai genta.

Agama

Jingi Tiu

Agama tradisional masyarakat Sabu disebut Jingi Tiu. Masing-masing wilayah Sabu dipimpin oleh Dewan Pendeta Jingi Tiu. Jingi Tiu adalah agama politeistik, dengan dewa bumi, laut, dan langit, serta banyak roh kecil lainnya.

Protestantisme

Penginjilan dimulai pada tahun 1854, dan semakin berkembang setelah tahun 1861, ketika Esser, seorang residen Belanda di Kupang, memanggil sekolah dan guru Kristen dari Ambon di Sabu.[8] Sejak tahun 1970an, ketika bangsa Indonesia mendorong masyarakat di seluruh Indonesia untuk memeluk agama Islam atau Kristen, Protestantisme sedang naik daun, dengan 80% masyarakat Sabu kini menjadi Protestan, dan Jingi Tiu mengalami kemunduran. Meskipun demikian, banyak aspek kepercayaan Jingi Tiu yang masih mempengaruhi ibadah Kristen di Sabu.

Tokoh terkenal

  • Riwu Ga (1918-1996), pelayan Soekarno

Lihat juga

Referensi

  1. ^ "Sabu in Indonesia". PeopleGroup.org. Diakses tanggal 2014-09-24. 
  2. ^ Melalatoa, M. Junus. (1995). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 
  3. ^ "Website Portal OPD- Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua". opd.saburaijuakab.go.id. Diakses tanggal 2020-05-02. 
  4. ^ http://www.thejakartaglobe.com/travel/history-and-lethargy-on-sabu-island/378141
  5. ^ "Rumah Adat Sawu or Savu". Panoramio. Diakses tanggal 2015-01-21. 
  6. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-24. Diakses tanggal 2010-11-07. 
  7. ^ "::Welcome to Tourism Web of Kupang Regency::". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-21. Diakses tanggal 2010-11-07. 
  8. ^ Catholics in Indonesia: 1808 - 1942 : a documented history