Lompat ke isi

Urtikaria: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
22Kartika (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Turmadan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(46 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{penyangkalan medis}}
{{Infobox Disease
{{Infobox Disease
|Name = Urticaria
|Name = Urticaria
Baris 13: Baris 14:
|MeshID = D014581
|MeshID = D014581
}}
}}
'''Urtikaria''' atau dikenal juga dengan “hives/ gatal-gatal” adalah kondisi kelainan kulit berupa reaksi vaskular terhadap bermacam-macam sebab, biasanya disebabkan oleh suatu reaksi alergi, yang mempunyai karakteristik gambaran kulit kemerahan (eritema) dengan sedikit oedem atau penonjolan (elevasi) kulit berbatas tegas yang timbul secara cepat setelah dicetuskan oleh faktor presipitasi dan menghilang perlahan-lahan. Dalam istilah awam lebih dikenal dengan istilah “kaligata” atau “biduran”. Meskipun pada umumnya penyebab urtikaria diketahui karena rekasi alergi terhadap alergen tertentu, tetapi pada kondisi lain dimana tidak diketahui penyebabnya secara signifikan, maka dikenal istilah urtikaria idiopatik. Urtikaria adalah gangguan [[dermatologi]] yang paling sering terlihat di UGD. Eritema berbatas tegas dan edema yang melibatkan [[dermis]] dan [[epidermis]] yang sangat gatal. [[Urtikaria]] dapat bersifat akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) atau kronis (lebih dari 6 minggu). Berbagai macam varian urtikaria antara lain imunoglobulin E akut (IgE)-dimediasi urtikaria, kimia-induced urticaria (non-IgE-mediated), vaskulitis urtikaria, urtikaria autoimun, urtikaria kolinergik, urtikaria dingin, mastositosis, Muckle-Wells syndrome, dan banyak lainnya.
'''Urtikaria''' ([[bahasa Inggris]]: ''hives'') dikenal juga dengan '''kaligata''' atau '''biduran''' adalah kondisi kelainan kulit berupa reaksi [[vaskular]] terhadap bermacam-macam sebab, biasanya disebabkan oleh suatu reaksi [[alergi]], yang mempunyai ciri-ciri berupa kulit kemerahan ([[eritema]]) dengan sedikit [[oedem]] atau penonjolan ([[elevasi]]) kulit berbatas tegas yang timbul secara cepat setelah dicetuskan oleh faktor [[presipitasi]] dan menghilang perlahan-lahan.
<ref name="Urticaria : a review">{{cite book|author=Poonawalla T, Kelly B.|title=Urticaria : a review|publisher= Am J Clin Dermatol;10(1):9-21|year=2009}} </ref>


Meskipun pada umumnya penyebab urtikaria diketahui karena rekasi alergi terhadap [[alergen]] tertentu, tetapi pada kondisi lain dimana tidak diketahui penyebabnya secara signifikan, maka dikenal istilah [[urtikaria idiopatik]]. Urtikaria adalah gangguan [[dermatologi]] yang paling sering terlihat di [[UGD]]. Eritema berbatas tegas dan edema yang melibatkan [[dermis]] dan [[epidermis]] yang sangat [[gatal]]. Urtikaria dapat bersifat [[akut]] (berlangsung kurang dari 6 minggu) atau [[kronis]] (lebih dari 6 minggu). Berbagai macam varian urtikaria antara lain imunoglobulin E akut (IgE)-dimediasi urtikaria, kimia-induced urticaria (non-IgE-mediated), vaskulitis urtikaria, urtikaria autoimun, urtikaria kolinergik, urtikaria dingin, mastositosis, Muckle-Wells syndrome, dan banyak lainnya.
Urtikaria mungkin memiliki kemiripan dengan berbagai penyakit kulit lain yang serupa dalam penampilan antara lain pruritus termasuk dermatitis atopik (eksim), erupsi obat makulopapular, dermatitis kontak, gigitan serangga, eritema multiforme, pityriasis rosea, dan lainnya Biasanya, Namun, dokter yang berpengalaman mampu membedakan ini dari urtikaria karena penampilannya yang khas (lihat gambar).
<ref name="Acute urticaria and angioedema: diagnostic and treatment considerations.">{{cite book|author=Frigas E, Park MA.|title=Acute urticaria and angioedema: diagnostic and treatment considerations.|publisher= Am J Clin Dermatol;10(4):239-50.|year=2009}} </ref>
<ref name="Urticaria: a review">{{cite book|author=Poonawalla T, Kelly B.|title=Urticaria : a review|publisher= Am J Clin Dermatol;10(1):9-21|year=2009}}</ref>


Urtikaria mungkin memiliki kemiripan dengan berbagai [[penyakit kulit]] lain yang serupa dalam penampilan antara lain [[pruritus]] termasuk [[dermatitis]] atopik ([[eksem]]), [[erupsi]] [[obat]] [[makulopapular]], dermatitis kontak, gigitan [[serangga]], eritema multiforme, [[pityriasis rosea]], dan lainnya biasanya. Namun, [[dokter]] yang berpengalaman mampu membedakan ini dari urtikaria karena penampilannya yang khas (lihat gambar).
Sejumlah faktor, baik imunologik dan nonimunologik, dapat terlibat dalam patogenesis terjadinya urtikaria. Urtikaria dihasilkan dari pelepasan histamin dari jaringan sel-sel mast dan dari sirkulasi basofil. Faktor-faktor nonimunologik yang dapat melepaskan histamin dari sel-sel tersebut meliputi bahan-bahan kimia, beberapa obat-obatan (termasuk morfin dan kodein), makan makanan laut seperti lobster, kerang, dan makanan-makanan lain, toksin bakteri, serta agen fisik. Mekanisme imunologik kemungkinan terlibat lebih sering pada urtikaria akut daripada urtikaria kronik. Mekanisme yang paling sering adalah reaksi hipersensitivitas tipe I yang distimulasi oleh antigen polivalen yang mempertemukan dua molekul Ig E spesifik yang mengikat sel mast atau permukaan basofil.
<ref name="Acute urticaria and angioedema: diagnostic and treatment considerations.">{{cite book|author=Frigas E, Park MA.|title=Acute urticaria and angioedema: diagnostic and treatment considerations.|publisher= Am J Clin Dermatol;10(4):239-50.|year=2009}}</ref>

Sejumlah faktor, baik [[imunologik|imunologi]] dan nonimunologik, dapat terlibat dalam [[patogenesis]] terjadinya urtikaria. Urtikaria dihasilkan dari pelepasan [[histamin]] dari jaringan [[sel-sel|sel mast]] dan dari sirkulasi [[basofil]]. Faktor-faktor nonimunologik yang dapat melepaskan histamin dari [[sel-sel|sel]] tersebut meliputi bahan-bahan kimia, beberapa obat-obatan (termasuk [[morfin]] dan [[kodein]]), makan makanan [[laut]] seperti [[lobster]], [[kerang]], dan makanan-makanan lain, [[toksin]] [[bakteri]], serta agen fisik. Mekanisme imunologik kemungkinan terlibat lebih sering pada urtikaria akut daripada urtikaria kronik. Mekanisme yang paling sering adalah reaksi [[hipersensitivitas]] tipe I yang distimulasi oleh [[antigen]] [[polivalen]] yang mempertemukan dua [[molekul]] Ig E spesifik yang mengikat sel mast atau permukaan basofil.


== Etiologi ==
== Etiologi ==
Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, diantaranya : [[obat]], [[makanan]], gigitan/ sengatan [[serangga]], bahkan foto sensitizer, [[inhalan]], [[kontaktan]], trauma fisik, infeksi dan investasi [[parasit]], [[psikis]], [[genetik]], dan penyakit sistemik.
Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, diantaranya: obat, [[makanan]], gigitan/ sengatan serangga, bahkan foto sensitizer, [[inhalan]], [[kontaktan]], [[trauma fisik]], [[infeksi]], dan investasi [[parasit]], [[psikis]], [[genetik]], dan [[penyakit]] sistemik.
# Obat
# Obat
Bermacam- macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun nonimunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II. Contohnya ialah obat-obat golongan [[penisilin]], [[sulfonamid]], [[analgesik]], [[pencahar]], [[hormon]], dan [[diuretik]]. Ada pula obat yang secara nonimunologik langsung merangsang sel mas untuk melepaskan [[histamin]], misalnya [[kodein]], [[opium]], dan zat kontras. [[Aspirin]] menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis [[prostaglandin]] dari [[asam arakidonat]].
Bermacam- macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun nonimunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II. Contohnya ialah obat-obat golongan [[penisilin]], [[sulfonamid]], [[analgesik]], [[pencahar]], [[hormon]], dan [[diuretik]]. Ada pula obat yang secara nonimunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan [[histamin]], misalnya kodein, [[opium]], dan zat kontras. [[Aspirin]] menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis [[prostaglandin]] dari [[asam arakidonat]].


2. Makanan
2. Makanan


Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnya akibat reaksi imunologik. Makanan berupa protein atau bahan lain yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika.
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnya akibat reaksi imunologik. Makanan berupa [[protein]] atau bahan lain yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat [[warna]], [[penyedap rasa]], atau bahan [[pengawet]], sering menimbulkan urtikaria alergika.
Contoh makanan yang sering menimbulkan urtikaria ialah, [[telur]], [[ikan]], [[kacang]], [[udang]], [[cokelat]], [[tomat]], [[arbei]], [[babi]], [[keju]], [[bawang]], dan [[semangka]]. Bahan yang dicampurkan seperti [[asam nitrat]],[[asam benzoat]], [[ragi]], [[salisilat]], dan [[penisilin]]. CHAMPION 1969 melaporkan +-2% urtikaria kronik disebabkan sensitisasi terhadap makanan.
Contoh makanan yang sering menimbulkan urtikaria ialah, [[telur]], [[ikan]], [[kacang]], [[udang]], [[cokelat]], [[tomat]], [[arbei]], [[babi]], [[keju]], [[bawang]], dan [[semangka]]. Bahan yang dicampurkan seperti [[asam nitrat]],[[asam benzoat]], [[ragi]], [[salisilat]], dan [[penisilin]]. CHAMPION 1969 melaporkan +-2% urtikaria kronik disebabkan [[sensitisasi]] terhadap makanan.


3. Gigitan/ sengatan serangga
3. Gigitan/sengatan serangga


Gigitan/ sengatan serangga dapat menyebabkan urtikaria setempat, agaknya hal ini lebih banyak diperantarai oleh [[IgE]] (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi [[venom]] dan toksin [[bakteri]], biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinding, dan serangga lainnya, menimbulkan urtika bentuk [[papular]] di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari, minggu, atau bulan.
Gigitan/[[sengatan|sengat]] serangga dapat menyebabkan urtikaria setempat, agaknya hal ini lebih banyak diperantarai oleh [[IgE]] (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi [[venom]] dan toksin [[bakteri]], biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. [[Nyamuk]], [[kepinding]], dan serangga lainnya, menimbulkan urtika bentuk [[papular]] di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari, minggu, atau bulan.


4. Bahan ''fotosensitizer''
4. Bahan ''fotosensitizer''


Bahan semacam ini, misalnya [[griseofulvin]], [[fenotiazin]], [[sulfonamid]], bahan kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.
Bahan semacam ini, misalnya [[griseofulvin]], [[fenotiazin]], [[sulfonamid]], bahan [[kosmetik]], dan [[sabun]] [[germisid]]a sering menimbulkan urtikaria.


5. Inhalan
5. Inhalan


Inhalan berupa serbuk sari bunga (''polen''), spora jamur, debu, bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I). Reaksi ini sering dijumpai pada penderita [[atopi]] dan disertai gangguan napas.
[[Inhalan]] berupa [[serbuk sari]] [[bunga]] (''[[polen]]''), [[spora]] [[jamur]], [[debu]], [[bulu]] [[binatang]], dan [[aerosol]], umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I). Reaksi ini sering dijumpai pada penderita [[atopi]] dan disertai [[gangguan napas]].


6. Kontaktan
6. Kontaktan


Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kuku binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya ''insect repellent'' (penangkis serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria.
[[Kontaktan]] yang sering menimbulkan urtikaria ialah [[kuku]] binatang, serbuk [[tekstil]], air [[liur]] binatang, [[tumbuh-tumbuhan|tumbuhan]], [[buah-buahan|buah]], bahan kimia, misalnya ''insect repellent'' (penangkis serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus [[kulit]] dan menimbulkan urtikaria.


7. Trauma fisik
7. Trauma fisik


Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin. Faktor panas misalnya sinar matahari, [[sinar UV]], radiasi, dan panas pembakaran. Faktor tekanan yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air, vibrasi dan tekanan berulang-ulang contohnya pijatan, keringat, benda berat, demam, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik baik secara imunologik maupun nonimunologik.
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin. Faktor panas misalnya [[sinar]] [[matahari]], [[sinar UV]], [[radiasi]], dan panas pembakaran. Faktor tekanan yaitu goresan, [[pakaian]] ketat, [[ikat pinggang]], [[air]] yang menetes atau semprotan air, [[vibrasi]], dan tekanan berulang-ulang contohnya [[pijatan|pijat]], [[keringat]], benda berat, [[demam]], dan [[emosi]] menyebabkan urtikaria fisik baik secara imunologik maupun nonimunologik.


8. Infeksi dan infestasi
8. Infeksi dan infestasi


Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamurr, maupun infestasi parasit. Infeksi oleh bakteri, contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi, dan [[sinusitis]]. Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksin bakteri atau oleh sensitisasi. Infeksi virus hepatitis, mononukleosis, dan infeksi virus ''Cosackie'' pernah dilaporkan sebagai penyebab. Infeksi jamur [[kandida]]dan dermatofit sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria. Infeksi [[cacing pita]], [[cacing tambang]], [[cacing gelang]] juga ''Schistosoma'' atau ''Echinococcus'' dapat menyebabkan urtikaria.
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi [[bakteri]], [[virus]], [[jamur]], maupun infestasi [[parasit]]. Infeksi oleh bakteri, contohnya pada infeksi [[tonsil]], infeksi [[gigi]], dan [[sinusitis]]. Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksin bakteri atau oleh sensitisasi. Infeksi virus [[hepatitis]], [[mononukleosis]], dan infeksi virus ''[[Cosackie]]'' pernah dilaporkan sebagai penyebab. Infeksi jamur [[kandida]] dan [[dermatofit]] sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria. Infeksi [[cacing pita]], [[cacing tambang]], [[cacing gelang]] juga ''[[Schistosoma]]'' atau ''[[Echinococcus]]'' dapat menyebabkan urtikaria.


9. [[Psikis]]
9. [[Psikis]]


Tekanan jiwa dapat memacu sel mas atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapilar. Ternyata hampir 11,5% penderita urtikaria menunjukkan gangguan psikis.
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan [[permeabilitas]] dan [[vasodilatasi kapilar]]. Ternyata hampir 11,5% penderita urtikaria menunjukkan [[gangguan psikis]].


10. [[Genetik]]
10. [[Genetik]]


Faktor [[genetik]] ternyata berperan pada urtikaria dan [[angiodema]], walaupun jarang menunjukkan penurunan autosomal dominan.
Faktor [[genetik]] ternyata berperan pada urtikaria dan [[angiodema]], walaupun jarang menunjukkan penurunan [[autosomal]] dominan. Diantaranya ialah [[angineurotik edema herediter]], ''[[familial cold urticaria]]'', ''[[familial localized heat urticaria]]'', ''[[vibratory angiodema]]'', ''[[heredo-familial syndrome of urticaria deafness and amyloidosis]]'', dan ''[[erythropoietic protoporphyria]]''.
Diantaranya ialah angineurotik edema herediter, ''familial cold urticaria'', ''familial localized heat urticaria'', ''vibratory angiodema'', ''heredo-familial syndrome of urticaria deafness and amyloidosis'', dan ''erythropoietic protoporphyria''.


11. Penyakit sistemik
11. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi. Penyakit vesiko-bulosa, misalnya pemfigus dan dermatitis herpetiformis Duhring, sering menimbulkan urtikaria. Beberapa penyakit sistemik dapat mengalami urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid, hepatitis, urtikaria pigmentosa, artritis pada demam reumatik, dan artritis reumatoid juvenilis. <ref name="Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin"> {{cite book | author=Siti Aisah | title= Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin | publisher= Balai Penerbit FKUI | year=2008 | id=ISBN 978-979-496-415-6}}</ref><br /><br />
Beberapa penyakit [[kolagen]] dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks [[antigen]]-[[antibodi]]. Penyakit [[vesiko-bulosa]], misalnya [[pemfigus]] dan [[dermatitis herpetiformis Duhring]], sering menimbulkan urtikaria. Beberapa penyakit sistemik dapat mengalami urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid, hepatitis, [[urtikaria pigmentosa]], [[artritis]] pada demam [[reumatik]], dan [[artritis reumatoid juvenilis]].<ref name="Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin">{{cite book|author=Siti Aisah|title= Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin|publisher= Balai Penerbit FKUI|year=2008|id=ISBN 978-979-496-415-6}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
<references />
{{Authority control}}


[[Kategori:Penyakit kulit]]
[[ace:Geulaseuë]]
[[ar:شرى]]
[[Kategori:Alergi]]
[[roa-rup:Urticaria]]
[[bg:Уртикария]]
[[ca:Urticària]]
[[da:Nældefeber]]
[[de:Nesselsucht]]
[[el:Κνίδωση]]
[[en:Urticaria]]
[[es:Urticaria]]
[[eo:Urtikario]]
[[eu:Urtikaria]]
[[fa:کهیر]]
[[fr:Urticaire]]
[[ko:두드러기]]
[[io:Urtikario]]
[[it:Orticaria]]
[[he:סרפדת]]
[[kk:Есекжем]]
[[ky:Бөрү жатыш]]
[[lb:Nesselsucht]]
[[lt:Dilgėlinė]]
[[nl:Netelroos]]
[[ja:蕁麻疹]]
[[no:Elveblest]]
[[pl:Pokrzywka]]
[[pt:Urticária]]
[[ru:Крапивница]]
[[sr:Koprivnjača]]
[[fi:Nokkosihottuma]]
[[sv:Urtikaria]]
[[tr:Ürtiker]]
[[vi:Phong ngứa]]
[[zh:荨麻疹]]

Revisi terkini sejak 17 Agustus 2024 13.53

Urtikaria
Urtikaria pada lengan
Informasi umum
SpesialisasiDermatologi, allergology Sunting ini di Wikidata

Urtikaria (bahasa Inggris: hives) dikenal juga dengan kaligata atau biduran adalah kondisi kelainan kulit berupa reaksi vaskular terhadap bermacam-macam sebab, biasanya disebabkan oleh suatu reaksi alergi, yang mempunyai ciri-ciri berupa kulit kemerahan (eritema) dengan sedikit oedem atau penonjolan (elevasi) kulit berbatas tegas yang timbul secara cepat setelah dicetuskan oleh faktor presipitasi dan menghilang perlahan-lahan.

Meskipun pada umumnya penyebab urtikaria diketahui karena rekasi alergi terhadap alergen tertentu, tetapi pada kondisi lain dimana tidak diketahui penyebabnya secara signifikan, maka dikenal istilah urtikaria idiopatik. Urtikaria adalah gangguan dermatologi yang paling sering terlihat di UGD. Eritema berbatas tegas dan edema yang melibatkan dermis dan epidermis yang sangat gatal. Urtikaria dapat bersifat akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) atau kronis (lebih dari 6 minggu). Berbagai macam varian urtikaria antara lain imunoglobulin E akut (IgE)-dimediasi urtikaria, kimia-induced urticaria (non-IgE-mediated), vaskulitis urtikaria, urtikaria autoimun, urtikaria kolinergik, urtikaria dingin, mastositosis, Muckle-Wells syndrome, dan banyak lainnya. [1]

Urtikaria mungkin memiliki kemiripan dengan berbagai penyakit kulit lain yang serupa dalam penampilan antara lain pruritus termasuk dermatitis atopik (eksem), erupsi obat makulopapular, dermatitis kontak, gigitan serangga, eritema multiforme, pityriasis rosea, dan lainnya biasanya. Namun, dokter yang berpengalaman mampu membedakan ini dari urtikaria karena penampilannya yang khas (lihat gambar). [2]

Sejumlah faktor, baik imunologi dan nonimunologik, dapat terlibat dalam patogenesis terjadinya urtikaria. Urtikaria dihasilkan dari pelepasan histamin dari jaringan sel mast dan dari sirkulasi basofil. Faktor-faktor nonimunologik yang dapat melepaskan histamin dari sel tersebut meliputi bahan-bahan kimia, beberapa obat-obatan (termasuk morfin dan kodein), makan makanan laut seperti lobster, kerang, dan makanan-makanan lain, toksin bakteri, serta agen fisik. Mekanisme imunologik kemungkinan terlibat lebih sering pada urtikaria akut daripada urtikaria kronik. Mekanisme yang paling sering adalah reaksi hipersensitivitas tipe I yang distimulasi oleh antigen polivalen yang mempertemukan dua molekul Ig E spesifik yang mengikat sel mast atau permukaan basofil.

Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, diantaranya: obat, makanan, gigitan/ sengatan serangga, bahkan foto sensitizer, inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi, dan investasi parasit, psikis, genetik, dan penyakit sistemik.

  1. Obat

Bermacam- macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun nonimunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II. Contohnya ialah obat-obat golongan penisilin, sulfonamid, analgesik, pencahar, hormon, dan diuretik. Ada pula obat yang secara nonimunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya kodein, opium, dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakidonat.

2. Makanan

Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnya akibat reaksi imunologik. Makanan berupa protein atau bahan lain yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika. Contoh makanan yang sering menimbulkan urtikaria ialah, telur, ikan, kacang, udang, cokelat, tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka. Bahan yang dicampurkan seperti asam nitrat,asam benzoat, ragi, salisilat, dan penisilin. CHAMPION 1969 melaporkan +-2% urtikaria kronik disebabkan sensitisasi terhadap makanan.

3. Gigitan/sengatan serangga

Gigitan/sengat serangga dapat menyebabkan urtikaria setempat, agaknya hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri, biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinding, dan serangga lainnya, menimbulkan urtika bentuk papular di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari, minggu, atau bulan.

4. Bahan fotosensitizer

Bahan semacam ini, misalnya griseofulvin, fenotiazin, sulfonamid, bahan kosmetik, dan sabun germisida sering menimbulkan urtikaria.

5. Inhalan

Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I). Reaksi ini sering dijumpai pada penderita atopi dan disertai gangguan napas.

6. Kontaktan

Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kuku binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuhan, buah, bahan kimia, misalnya insect repellent (penangkis serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria.

7. Trauma fisik

Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin. Faktor panas misalnya sinar matahari, sinar UV, radiasi, dan panas pembakaran. Faktor tekanan yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air, vibrasi, dan tekanan berulang-ulang contohnya pijat, keringat, benda berat, demam, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik baik secara imunologik maupun nonimunologik.

8. Infeksi dan infestasi

Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit. Infeksi oleh bakteri, contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi, dan sinusitis. Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksin bakteri atau oleh sensitisasi. Infeksi virus hepatitis, mononukleosis, dan infeksi virus Cosackie pernah dilaporkan sebagai penyebab. Infeksi jamur kandida dan dermatofit sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria. Infeksi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang juga Schistosoma atau Echinococcus dapat menyebabkan urtikaria.

9. Psikis

Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapilar. Ternyata hampir 11,5% penderita urtikaria menunjukkan gangguan psikis.

10. Genetik

Faktor genetik ternyata berperan pada urtikaria dan angiodema, walaupun jarang menunjukkan penurunan autosomal dominan. Diantaranya ialah angineurotik edema herediter, familial cold urticaria, familial localized heat urticaria, vibratory angiodema, heredo-familial syndrome of urticaria deafness and amyloidosis, dan erythropoietic protoporphyria.

11. Penyakit sistemik Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi. Penyakit vesiko-bulosa, misalnya pemfigus dan dermatitis herpetiformis Duhring, sering menimbulkan urtikaria. Beberapa penyakit sistemik dapat mengalami urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid, hepatitis, urtikaria pigmentosa, artritis pada demam reumatik, dan artritis reumatoid juvenilis.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Poonawalla T, Kelly B. (2009). Urticaria : a review. Am J Clin Dermatol;10(1):9-21. 
  2. ^ Frigas E, Park MA. (2009). Acute urticaria and angioedema: diagnostic and treatment considerations. Am J Clin Dermatol;10(4):239-50. 
  3. ^ Siti Aisah (2008). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI. ISBN 978-979-496-415-6.