Lompat ke isi

Zaman es: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh 2001:448A:11A5:1BD9:ACCA:B6C5:9F2D:5682 (bicara) ke revisi terakhir oleh Cun Cun
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
TheKrakenz (bicara | kontrib)
Mengubah Artikel Lama ke Baru
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android App full source
 
Baris 1: Baris 1:
{{unreferenced|date=Juli 2018}}
{{unreferenced|date=Juli 2018}}
[[Berkas:Pleistocene north ice map.jpg|jmpl|Penyebaran es di belahan bumi utara pada masa [[Pleistosen]].]]
[[Berkas:Pleistocene north ice map.jpg|jmpl|Penyebaran es di belahan bumi utara pada masa [[Pleistosen]].]]
'''Zaman Es''', atau yang dikenal juga sebagai era glasial, adalah periode dalam sejarah [[Bumi]] di mana suhu global menurun secara signifikan, menyebabkan pembentukan lapisan es besar di permukaan bumi, terutama di [[kutub]] dan daerah pegunungan tinggi. Selama Zaman Es, wilayah-wilayah luas di bumi tertutupi oleh es tebal, membentang dari kutub hingga ke lintang-lintang lebih rendah yang sebelumnya tidak tertutup oleh es. Dalam sejarah geologi [[Bumi]], terdapat beberapa periode Zaman Es, dan saat ini [[Bumi]] masih berada dalam apa yang disebut sebagai siklus antarglasial dari periode Zaman Es Kuarter.
'''Zaman es''' adalah suatu waktu di mana suhu iklim [[bumi]] turun menyebabkan peningkatan jumlah pembentukan [[es]] di kutub dan [[gletser]] gunung.


Zaman Es tidak terjadi secara terus-menerus, melainkan dalam siklus yang ditandai oleh dua fase utama: ''fase glasial'' dan ''fase interglasial''. Pada fase glasial, suhu global turun drastis, menyebabkan ekspansi besar lapisan es. Selama fase ini, es menyelimuti sebagian besar wilayah [[Bumi]], bahkan mencapai wilayah yang sekarang beriklim sedang. Sebaliknya, pada fase interglasial, suhu [[Bumi]] meningkat, menyebabkan pencairan sebagian besar lapisan es dan menyebabkan kenaikan permukaan laut.
== Definisi ==
'''Zaman es''' adalah waktu suhu menurun dalam jangka waktu yang lama dalam iklim [[bumi]], menyebabkan peningkatan dalam keluasan es di kawasan kutub dan gletser gunung. Secara geologis, ''zaman es'' sering digunakan untuk merujuk kepada waktu lapisan es di belahan bumi utara dan selatan; dengan denifisi ini kita masih dalam zaman es. Secara awam, dan untuk waktu 4 juta tahun kebelakangan, definisi ''zaman es'' digunakan untuk merujuk kepada waktu yang lebih dingin dengan tutupan es yang luas di seluruh benua [[Amerika Utara]] dan [[Eropa]].


Siklus Zaman Es ini dipengaruhi oleh beberapa faktor alami, seperti variasi orbit [[Bumi]] ([[siklus Milankovitch]]), aktivitas vulkanik, perubahan konsentrasi [[gas rumah kaca]] di atmosfer, dan pergerakan benua akibat lempeng tektonik. Ketika kondisi [[Bumi]] memungkinkan, seperti posisi orbit yang lebih jauh dari [[Matahari]], konsentrasi gas rumah kaca yang rendah, dan perubahan sirkulasi laut, maka Zaman Es dapat terjadi.
Penyebab terjadinya zaman es salah satunya adalah akibat terjadinya proses pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi. Letusan [[gunung Krakatau]] adalah salah satu contohnya dalam skala kecil sedangkan salah satu teori kepunahan [[dinosaurus]] ([[tumbukan Chicxulub]]) adalah salah satu contoh skala besar.

Tahun 2007 disimpulkan pemicu dimulainya zaman es akibat meletusnya gunung Toba 75 ribu tahun yang lalu yang menyebabkan atmosfer dipenuhi debu sulfur vulkanik dalam jumlah besar, dan bumi mengalami penurunan suhu yang ekstrem.Kesimpulan tersebut didasarkan pada penelitian tentang lapisan es di kutub utara yang memiliki kadar sulfur yang tinggi pada lapisan masa 75 ribu tahun yang lalu, penelitian fosil binatang laut pada masa yang sama juga menunjukkan lonjakan kadar sulfur yang sangat tinggi,dan hasil kecocokan forensik dari debu vulkanik gunung Toba yang terdapat pada lapisan es dan fosil tersebut.
Penelitian terhadap lapisan es purba, sedimen laut, dan fosil telah memberikan banyak informasi mengenai bagaimana siklus Zaman Es berlangsung. Dari data tersebut, diketahui bahwa Zaman Es berlangsung selama ratusan ribu hingga jutaan tahun, dan selama fase glasial, temperatur global dapat turun beberapa derajat lebih rendah dibandingkan dengan saat ini. Di era modern, manusia sedang berada di fase interglasial dalam siklus Zaman Es Kuarter yang dimulai sekitar 2,6 juta tahun yang lalu.

Siklus Zaman Es memiliki dampak signifikan pada evolusi kehidupan di [[Bumi]], khususnya pada penyebaran dan perkembangan spesies, termasuk manusia purba. Adaptasi terhadap lingkungan yang dingin, perubahan cara hidup, serta migrasi besar-besaran merupakan beberapa respons terhadap kondisi keras selama Zaman Es. Fenomena ini juga berperan penting dalam pembentukan dan perubahan lanskap global, seperti terbentuknya lembah-lembah glasial, [[fjord]], dan danau besar di berbagai belahan dunia.


== Zaman Es Terakhir ==
== Zaman Es Terakhir ==

Revisi terkini sejak 10 September 2024 18.31

Penyebaran es di belahan bumi utara pada masa Pleistosen.

Zaman Es, atau yang dikenal juga sebagai era glasial, adalah periode dalam sejarah Bumi di mana suhu global menurun secara signifikan, menyebabkan pembentukan lapisan es besar di permukaan bumi, terutama di kutub dan daerah pegunungan tinggi. Selama Zaman Es, wilayah-wilayah luas di bumi tertutupi oleh es tebal, membentang dari kutub hingga ke lintang-lintang lebih rendah yang sebelumnya tidak tertutup oleh es. Dalam sejarah geologi Bumi, terdapat beberapa periode Zaman Es, dan saat ini Bumi masih berada dalam apa yang disebut sebagai siklus antarglasial dari periode Zaman Es Kuarter.

Zaman Es tidak terjadi secara terus-menerus, melainkan dalam siklus yang ditandai oleh dua fase utama: fase glasial dan fase interglasial. Pada fase glasial, suhu global turun drastis, menyebabkan ekspansi besar lapisan es. Selama fase ini, es menyelimuti sebagian besar wilayah Bumi, bahkan mencapai wilayah yang sekarang beriklim sedang. Sebaliknya, pada fase interglasial, suhu Bumi meningkat, menyebabkan pencairan sebagian besar lapisan es dan menyebabkan kenaikan permukaan laut.

Siklus Zaman Es ini dipengaruhi oleh beberapa faktor alami, seperti variasi orbit Bumi (siklus Milankovitch), aktivitas vulkanik, perubahan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan pergerakan benua akibat lempeng tektonik. Ketika kondisi Bumi memungkinkan, seperti posisi orbit yang lebih jauh dari Matahari, konsentrasi gas rumah kaca yang rendah, dan perubahan sirkulasi laut, maka Zaman Es dapat terjadi.

Penelitian terhadap lapisan es purba, sedimen laut, dan fosil telah memberikan banyak informasi mengenai bagaimana siklus Zaman Es berlangsung. Dari data tersebut, diketahui bahwa Zaman Es berlangsung selama ratusan ribu hingga jutaan tahun, dan selama fase glasial, temperatur global dapat turun beberapa derajat lebih rendah dibandingkan dengan saat ini. Di era modern, manusia sedang berada di fase interglasial dalam siklus Zaman Es Kuarter yang dimulai sekitar 2,6 juta tahun yang lalu.

Siklus Zaman Es memiliki dampak signifikan pada evolusi kehidupan di Bumi, khususnya pada penyebaran dan perkembangan spesies, termasuk manusia purba. Adaptasi terhadap lingkungan yang dingin, perubahan cara hidup, serta migrasi besar-besaran merupakan beberapa respons terhadap kondisi keras selama Zaman Es. Fenomena ini juga berperan penting dalam pembentukan dan perubahan lanskap global, seperti terbentuknya lembah-lembah glasial, fjord, dan danau besar di berbagai belahan dunia.

Zaman Es Terakhir

[sunting | sunting sumber]

Dari segi pandang sudut di atas, zaman es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan es pada zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.

Zaman Es di Nusantara

[sunting | sunting sumber]

Ketika zaman es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, karena banyak air yang membeku di daerah kutub. Kala itu Laut China Selatan kering, sehingga kepulauan Nusantara barat tergabung dengan daratan Asia Tenggara. Sementara itu pulau Papua juga tergabung dengan benua Australia. Setelah peristiwa pelelehan es tersebut, gelombang migrasi manusia ke Nusantara mulai terjadi.