Lompat ke isi

Tonsea: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
ITPROVJTG (bicara | kontrib)
k kata pada frasa (Sekarang Minahasa) diubah menjadi (sekarang Minahasa)
 
(12 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}
{{rapikan}}
'''Tonsea''' adalah suatu kata yang mengacu pada sub-etnis Minahasa yang ada di Tanah Malesung (sekarang disebut Minahasa). Sebagai suatu etnis Tonsea mempunyai bahasa sendiri dan masuk dalam rumpun bahasa Minahasa. [[Bahasa Tonsea]] digunakan oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Salah satu pemimpin dari Suku Tonsea adalah [[Xaverius Dotulong]].
'''Tonsea''' Menurut fakta- fakta penyelidikan kebudayaan dunia dan benda- benda purbakala yang terdapat di Eropa, Afrika, Asia, Amerika, maka manusia diperkirakan mulai menyebar hingga ke pelosok di muka bumi sejak 35 ribu tahun lalu.

Di tanah Minahasa sendiri kaum pendatang mempunyai ciri seperti

Kaum Kuritis yang berambut keriting, Kaum Lawangirung (berhidung pesek)

Kaum Malesung/ Minahasa yang menurunkan

suku-suku :Tonsea, Tombulu, Tompakewa, Tolour, Suku Bantenan (Pasan,Ratahan),Tonsawang, Suku Bantik masuk tanah minahasa sekitar tahun 1590 .

Suku Minahasa atau Malesung mempunyai pertalian dengan suku bangsa Filipina dan Jepang, yang berakar pada bangsa Mongol didataran dekat Cina. Hal ini nyata tampak dalam bentuk fisik seperti mata, rambut, tulang paras, bentuk mata, dll. Dalam bahasa, Bahasa Minahasa termasuk rumpun bahasa Filipina Tetua- tetua Minahasa menurunkan sejarah kepada turunannya melalui cerita turun temurun (biasanya dilafalkan oleh Tonaas saat kegiatan upacara membersihkan daerah dari hal- hal yang tidak baik bagi masyarakat setempat saat memulai tahun yang baru

Dan dari hal kegiatan tersebut diketahui bahwa Opo Toar dan Opo Lumimuut adalah nenek moyang masyarakat Minahasa, meskipun banyak versi tentang riwayat kedua orang tersebut.Keluarga Toar Lumimuut sampai ketanah Minahasa dan berdiam disekitar gunung Wulur Mahatus, dan berpindah ke Watuniutakan (dekat Tompaso Baru sekarang dan dengan kehidupan pertanian yang sarat dengan usaha bersama dengan saudara sekeluarga/ taranak tampak dari berbagai versi tarian Maengket) Sampai pada suatu saat keluarga bertambah jumlahnya maka perlu diatur mengenai interaksi sosial didalam komunitas tersebut, yang melalui kebiasaan peraturan dalam keturunannya nantinya menjadi kebudayaan Minahasa. Demikian juga dengan isme atau kepercayaan akan sesuatu yang lebih berkuasa atas manusia sudah dijalankan diMinahasa sejak awal

Tingkatan atau status sosial diatur sbb

Golongan Makasiow (pengatur ibadah yang disebut Walian/ Tonaas) hingga saat ini istilah yang dipakai adalah 2 X 9 ( 9 orang tonaas yang menempati posisi antara Sang penguasa dengan Surga dan Bumi, Baik tidak Baik, dan semua hal tentang keseimbangan Golongan Makatelu pitu (pengatur/ pemerintah dengan gelar Patu’an atau 3 X 7 Teterusan/ kepala desa dan pengawal desa disebut Waranei ( 7 orang pengatur/ pemerintah)

Golongan Makasiow Telu 9 x 9

Seiring waktu, jumlah penduduk bertambah, tempat tinggal mulai padat dan lahan terbatas, maka keturunan Toarlumimuut berpencar tumani (membuka lahan baru)untuk kelangsungan taranak mereka serta Golongan Pasiyowan Telu (rakyat)

Sejak awal bangsa Minahasa tiada pernah terbentuk kerajaan atau mengangkat seorang raja sebagai kepala pemerintahan

Kepala pemerintah adalah kepala keluarga yang gelarnya adalah Paedon Tu’a atau Patu’an yang sekarang kita kenal dengan sebutan Hukum Tua. Kata ini berasal dari Ukung Tua.yang berarti Orang tua yang melindungi.Ukung artinya kungkung = lindung = jaga. Tua : dewasa dalam usia, berpikir, serta didalam mengambil Kehidupan demokrasi dan kerakyatan terjamin

Ukung Tua tidak boleh memerintah rakyat dengan sewenang-wenang karena rakyat itu adalah anak-anak dan cucu-cucunya, keluarganya sendiri Sebelum membuka perkebunan, berunding dahulu dan setelah itu dilakukan harus dengan mapalus Didalam bekerja terdapat pengatur atau pengawas yang di Tonsea disebut Mopongkol atau Rumarantong, di Tolour disebut Sumesuweng

Di Minahasa tidak dikenal sistim perbudakan, sebagaimana lasimnya di daerah lain pada saman itu, seperti di kerajaan Bolaang,Sangir, Tobelo, Tidore dll. Hal ini membuat beberapa dari golongan Walian Makaruwa Siyow (eksekutif ingin diperlakukan sebagai raja. seperti raja Bolaang, raja Ternate, raja Sanger yang mereka dengar dan temui disaat barter bahan bahan keperluan rumah tangga. Setelah cara tersebut dicoba diterapkan dimasyarakat Minahasa oleh beberapa walian/hukum tua timbul perlawanan yang memicu terjadinya pemberontakan serentak di seluruh Minahasa oleh golongan rakyat /Pasiyowan Telu, Alasannya karena, bukanlah adat pemerintahan yang diturunkan Opo Toar Lumimuut, dimana kekuasaan dijalankan dengan sewenang-wenang

Akibat pemberontakkan itu, Tatanan kehidupan di Minahasa menjadi tidak menentu, peraturan tidak diindahkan Adat istiadat rusak, Perebutan tanah pertanian antar keluarga Hal ini membuat golongan makarua/makadua siow (tonaas) merasa perlu mengambil tindakan pencegahan dengan mengupayakan musyawarah raya yang dimotori oleh Tonaas-tonaas senior dari seluruh Minahasa di Watu Pinabetengan

Luas Minahasa pada jaman ini adalah dari pantai likupang, Bitung sampai ke muara sungai Ranoyapo ke gunung Soputan, gunung Kawatak dan sungai Rumbia Wilayah setelah sungai Ranoyapo dan Poigar, Tonsawang, Ratahan, Ponosakan adalah termasuk wilayah kerajaan Bolaang Mongondow, sampai kira-kira abad ke 14

Dalam musyawarah yang dihadiri oleh seluruh keturunan Toar Lumimuut, memilihTonaas Kopero dari Tompakewa sebagai ketua yang dibantu anggota Tonaas Muntuuntu dari Tombulu dan Tonaas Mandey dari Tonsea.mereka bertugas untuk konsolidasi ketiga golongan Minahasa tsb. Hasil-hasil musyawarah tsb, pada sebagian orang dikaitkan dengan nama tempat berlangsung musyawarah yang dikenal saat sekarang dengan Watu Pinawetengan ( batu tempat dimana mereka bersatu untuk kemudian membagi) bertujuan untuk mengembalikan adat yang diwariskan Toar Lumimuut. 9 pokok hasil musyawarah yaitu:

Kepala pemerintahan dipilih dari yang tua, jujur, berani, wibawa, kuat dan berani maju dalam segala hal

Segala usaha harus dimusyawarahkan

Dewan tua-tua (Patuosan) yang mengawasi jalannya pemerintahan oleh Hukum Tua

Mempertahankan kebiasaan yang sudah baik.( Kenaramen

Memperketat wibawa orang tua kepada anak-anak

Perempuan dan laki-laki sama kedudukannya

Pesan tua-tua jangan diremehkan. (Taar

Sejak saat itu pemerintahan di Minahasa dipegang oleh Rakyat (Pasiowan Telu) karena demokrasi mulai diterapkan

Keputusan penting yang lain adalah membagai wilayah Minahasa menjadi 4 wilayah Tontewoh, Tombulu, Tompakewa, Tolour

Istilah Tontewoh diganti Tonsea pada tahun 1679 sedangkan istilah Tompakewa diganti Tontemboan pada tahun 1875

Setelah selesai musyawarah di Watu Pinabetengan, setiap anak suku Tanah Malesung/ Minahasa yaitu 4 anak suku yang merdeka dan dipimpin tonaas masing masing kembali dengan para walak( pemerintahan otonom) kumpulan beberapa desa/ wanua. Suku Tonsea dipimpin Tonaas Walalangi dan Tonaas Rogi berangkat menuju ke arah Timur Laut disebelah Timur Tenggari.

Suku Tombulu ke Utara dipimpin Tonaas Walian Mapumpun, Tonaas Belung dan Tonaas Kekeman ke Majesu.

Suku Tolour berangkat ke Timur ke Atep dipimpin Tonaas Singal.

Suku Tontemboan berangkat ke Barat Laut menempati Kaiwasian sekitar Tombasian.

Anak suku Tonsea

Dari Niaranan, suku Tonsea pindah ke Kembuan. Di daerah tersebut banyak tumbuh kayu sea yang digunakan sebagai obat. Itulah sebabnya mereka menyebut suku mereka Tou un sea atau Tonsea. Keluarga dari Kembuan sebagai berikut:

Keluarga Tonaas Rurugala menempati daerah Walantakan

Keluarga Tonaas Wenas menempati daerah Sinalahan.

Keluarga Tonaas Roringtudus menempati daerah Tiwoho.

Keluarga Tonaas Maramis menempati daerah Kinarepuan

Keluarga Tonaas Roringwailan menempati daerah Kuhun.

Keluarga Tonaas Sigarlaki dan Tonaas Maidangkai menempati daerah Maandon.

Keluarga Tonaas Runtukahu, menempati daerah Kumelembuai.

Keluarga Tonaas Kapongoan dan Tonaas Dotulung menempati daerah Kema.

Abad ke-15 Tonaas Dotulung, Tonaas Tidajoh, Tonaas Koagou menguasai daerah Dimembe. Salah satu hal yang menonjol di Tonsea adalah tetap adanya satu walak/ anak suku Tonsea. Tonsea tetap utuh satu dibawah Tonaas Dotulung yang kemudian namanya dirubah menjadi Dotulong.


== Tokoh dari Tonsea ==
== Tokoh dari Tonsea ==
Sejumlah tokoh terkenal dari Tonsea:
Sejumlah tokoh terkenal dari Tonsea:
* [[Maria Walanda Maramis]], Pahlawan nasional Indonesia
* [[Olly Dondokambey]], Gubernur Sulawesi Utara, Politisi PDI Perjuangan
* [[Olly Dondokambey]], Gubernur Sulawesi Utara, Politisi PDI Perjuangan
* [[Carlos Michael Kodoati]], Jurnalis nasional, Penyiar berita
* [[Carlos Michael Kodoati]], Jurnalis nasional, Penyiar berita
* [[Ronny Franky Sompie]], Mantan Kadivhumas Polri, Mantan Kapolda Bali, Dirjen Imigrasi
* [[Ronny Franky Sompie]], Mantan Kadivhumas Polri, Mantan Kapolda Bali, Dirjen Imigrasi
* Jorry Soleman Koloay, Marsma TNI
* H.B.L Mantiri Mantan KASUM ABRI
* FRITS Mantiri
* Frits Mantiri, Laksda TNI Purn
* Herman B.L Mantiri, Letjen TNI Purn
* Wenas
* Ivan Pelealu, Mayjen TNi
* Tangkudung
* Lodewyk Pusung, Mayjen TNI Purn
* Royke Lumowa Kakorlantas POLRI
* Mgr.Rolly Untu Uskup Keuskupan Manado
* Joshua P. Pangkerego, Ketua Kwarcab Manado
* joune ganda SE,MM,MSi,bupati minut
*
* Benny Tengker
*
* Leo Dumais
*
* Reiner Wetik
* Makadada
* H.V Worang
* Sendy Luntungan
* Alfred Sundah
* James Sundah
* Dessy Albert Mamahit
* Benedictus Rolly Untu
* Petrus Golosa
* Benny Mokalu
* Aaron S. Tangka
* S.Y ,Wenas
* Ramoy luntungan

== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [https://malesung.com/ Tokoh Malesung]
* [http://www.kkk.or.id/berbahasa_minahasa.html Software Kamus Bahasa Tonsea]
* [http://www.kkk.or.id/berbahasa_minahasa.html Software Kamus Bahasa Tonsea]
* [http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/language.php?id=496 Tonsea Basic Vocabulary]
* [http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/language.php?id=496 Tonsea Basic Vocabulary] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081014231218/http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/language.php?id=496 |date=2008-10-14 }}


[[Kategori:Suku Minahasa]]
[[Kategori:Suku Minahasa]]

Revisi terkini sejak 19 September 2024 07.45

Tonsea adalah suatu kata yang mengacu pada sub-etnis Minahasa yang ada di Tanah Malesung (sekarang disebut Minahasa). Sebagai suatu etnis Tonsea mempunyai bahasa sendiri dan masuk dalam rumpun bahasa Minahasa. Bahasa Tonsea digunakan oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Salah satu pemimpin dari Suku Tonsea adalah Xaverius Dotulong.

Tokoh dari Tonsea

[sunting | sunting sumber]

Sejumlah tokoh terkenal dari Tonsea:

  • Maria Walanda Maramis, Pahlawan nasional Indonesia
  • Olly Dondokambey, Gubernur Sulawesi Utara, Politisi PDI Perjuangan
  • Carlos Michael Kodoati, Jurnalis nasional, Penyiar berita
  • Ronny Franky Sompie, Mantan Kadivhumas Polri, Mantan Kapolda Bali, Dirjen Imigrasi
  • Jorry Soleman Koloay, Marsma TNI
  • Frits Mantiri, Laksda TNI Purn
  • Herman B.L Mantiri, Letjen TNI Purn
  • Ivan Pelealu, Mayjen TNi
  • Lodewyk Pusung, Mayjen TNI Purn
  • Joshua P. Pangkerego, Ketua Kwarcab Manado
  • joune ganda SE,MM,MSi,bupati minut
  • Benny Tengker
  • Leo Dumais
  • Reiner Wetik
  • Makadada
  • H.V Worang
  • Sendy Luntungan
  • Alfred Sundah
  • James Sundah
  • Dessy Albert Mamahit
  • Benedictus Rolly Untu
  • Petrus Golosa
  • Benny Mokalu
  • Aaron S. Tangka
  • S.Y ,Wenas
  • Ramoy luntungan

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]