Lompat ke isi

Busana tradisional Badui: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Syf.Ed77 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(27 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{sedang ditulis}}'''Pakaian adat suku Badui''' adalah pakaian adat suku badui yang biasa digunakan oleh [[suku Badui]] di [[desa Kanekes]], [[kecamatan Leuwidamar,]] kabupaten lebak Banten, [[Banten|provinsi Banten]]. Suku badui selama ini hidup dalam aturan adat yang kuat. Aturan ini mencakup semua kegiatan, tingkah laku, serta barang yang digunakan. Begitu juga dengan pakaian yang melekat pada masyarakat suku Badui. Pakaian atau baju adat ini telah menjadi ciri khas masyarakat karena warna dan desainnya yang sederhana. Pakaian adat ini juga di dominasi warna alam yaitu hitam dan putih, bahan yang diperoleh juga diperoleh dari alam. Proses dimulai dari menanam biji kapas hingga panen. Selanjutnya, proses memintal kapas hingga menjadi benang. Kapas yang telah menjadi benang selanjutnya ditenun oleh kaum perempuan suku badui hingga menjadi bahan kain. Bahan kain inilah yang nantinya akan dibuat menjadi baju adat dengan jahitan tangan dan dipakai sehari-hari untuk beraktivitas.<ref>{{Cite web|url=https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/jamang-sangsang-pakaian-alam-suku-baduy|title=Jamang Sangsang, Pakaian Alam Suku Baduy - Situs Budaya Indonesia|last=Kaya|first=Indonesia|website=IndonesiaKaya|language=Indonesia|access-date=2019-04-11}}</ref>
'''Busana tradisional Badui''' adalah busana tradisional yang dikenakan oleh [[suku Badui]] di [[Kanekes, Leuwidamar, Lebak|Desa Kanekes]], [[Leuwidamar, Lebak|Kecamatan Leuwidamar]], [[Kabupaten Lebak]], [[Banten|provinsi Banten]]. Suku Badui adalah salah satu suku di Indonesia yang masih memegang dan menjaga kemurnian adat dan tradisinya, kearifan lokal yang menjadi kekuatan masyarakat adat, posisi penghargaan yang tinggi pada kepala suku sebagai pimpinan menjadikan suku Badui masih terus bertahan hingga kini. Adat dan tradisi yang bersinergi dengan alam, mulai dari sikap dan tingkah laku, tata cara bekerja, berkegiatan sehari-hari, mencari nafkah kehidupan hingga momentum kelahiran kematian dan pernikahan bahkan menebang pohon juga diatur sesuai keputusan adat. Begitu juga dengan pakaian yang melekat pada suku Badui. Pakaian suku adat Badui ini telah menjadi ciri yang dibedakan atas warna dan desainnya. Kesederhanaan terlihat dari warna pakaiannya yaitu hanya warna alam yaitu hitam dan putih. Bahan untuk membuat baju juga di lakukan sendiri oleh suku Badui di lahan bersama, yaitu dengan menanam tanaman kapas. Kemudian kapas di proses hingga menjadi benang, para wanita suku Badui kemudian menenun bahan benang yang telah dipintal, sehingga menghasilkan selembar kain yang kemudian di bentuk dan dijahit sendiri dengan tangan. Bagi suku Badui dalam ada ketentuan tidak boleh baju dijahit dengan mesin. Namun bagi suku Badui luar, sudah diperbolehkan menjahit baju dengan mesin.<ref>{{Cite web|url=https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/jamang-sangsang-pakaian-alam-suku-baduy|title=Jamang Sangsang, Pakaian Alam Suku Baduy - Situs Budaya Indonesia|last=Kaya|first=Indonesia|website=IndonesiaKaya|language=Indonesia|access-date=2019-04-11}}</ref>
[[Berkas:Raiyani muharramah- Wanita suku badui luar DSCF2861.jpg|jmpl|Wanita suku badui luar sedang bertenun untuk membuat kain]]


== Jenis Pakaian ==
== Jenis Pakaian ==
[[Berkas:Raiyani Muharramah-Pakaian badui luar DSCF2964.jpg|jmpl|Pakain wanita suku badui luar dengan kain motif batik berwarna biru]]Perempuan suku Badui sehari-hari lebih banyak melakukan kegiatan di rumah, mengurus keluarga, anak, memasak, mencuci dan kemudian membantu suami di ladang, apabila ada waktu luang para perempuan Badui berkegiatan dengan memintal benang dan menenun benang menjadi kain serta ada yang memiliki keahlian khusus menjahit baju-baju untuk warga Suku Badui. Pakaian perempuan badui hampir sama warna dan coraknya, suku Badui dalam, hanya berwarna hitam atau putih saja, dengan sarung berwarna hitam, sedangkan untuk perempuan suku Badui luar, baju biasanya hitam atau putih dan mengenakan kain sarung bercorak batik berwarna biru. Perbedaan paling penting yang bisa diamati adalah antara perempuan yang sudah menikah atau belum, bagi perempuan yang sudah menikah biasanya baju bagian dada lebih terbuka, sedangkan bagi perempuan yang belum menikah lebih tertutup hingga batas dada.<ref name=":0" />
Untuk kaum perempuan suku badui, pakaian adatnya hanya berupa kain atau semacam sarung bewarna biru kehitam-hitaman. Kain ini berupa kebaya dengan motif batik yang dipakai dari tumit hingga ke dada. Perbedaan yang paling mencolok terlihat jika pakaian ini dipakai oleh perempuan yang sudah menikah dan belum. Jika yang sudah menikah baju terlihat terbuka di bagian dada sedangkan untuk perempuan yang belum menikah maka bagian dada akan tertutup


=== Badui dalam ===
=== Badui dalam ===
Pakaian untuk laki-laki suku badui dalam disebut dengan [[jamang sangsang]]. Baju ini berlengan panjang dengan cara pakai hanya disangsangkan atau hanya dilekatkan pada tubuh. Desain baju sangsang berlubang pada bagian leher sampai dada serta tidak menggunakan kerah, kancing, dan kantong. Kaum pria suku badui dalam yang disebut kejeroan biasa mengenakan kemeja putih yang disebut [[jamang]]'','' bersarung loreng hitam yang disebut [[samping aros]] yang berfungsi seperti celana dan mengenakan ikat kepala warna putih yang disebut telekung. Di pinggangnya melilit [[sabuk]] putih dan pada pergelangan tangannya biasa mengenakan [[gelang kanteh]] yang terbuat dari benang kapas. Baju adat ini didominasi dengan warna putih dan tidak boleh dijahit menggunakan mesin jahit. Warna putih pada baju diartikan dengan kehidupan mereka yang suci dan tidak terpengaruh budaya luar. Warna ini hanya dikhususkan bagi suku badui dalam .<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.kabar-banten.com/mengenal-pakaian-dan-aksesoris-adat-suku-baduy/|title=Mengenal Pakaian dan Aksesoris Adat Suku Baduy|last=Banten|first=Kabar|language=id-ID|access-date=2019-04-11}}</ref>
[[Berkas:Raiyani Muharramah Pakaian anak badui dalamDSCF2604.jpg|jmpl|Pakaian suku badui dalam berwarna hitam atau putih dengan menggunakan ikat kepala yang disebut telekung]]Pakaian untuk laki-laki suku badui dalam bentuk nya lebih sederhana, tidak memiliki kantong, tidak berkancing, biasanya leher juga polos tanpa kerah, dan yang paling penting adalah dijahit dengan tangan. Sungguh sebuah keterampilan luar biasa yang dilakukan oleh para perempuan suku Badui dalam secara turun temurun, keahlian menjahit inipun sudah diajarkan sejak kecil oleh para ibu ke anak-anak perempuannya. Baju polos berleher tanpa kerah tanpa kantong dan kancing, berwarna putih ini biasa disebut dengan pakaian [[jamang sangsang]]. ''Jamang'' artinya putih dan S''angsang'' artinya dikenakan dengan cara di sangsang. Putih dipilih sebagai pakaian untuk melambangkan bahwa suku Badui dalam itu masih suci dan tidak terpengaruh oleh budaya luar. Laki-laki suku Badui tidak menggunakan celana seperti biasanya seorang laki-laki, mereka hanya menggunakan sarung bersalur hitam yang diikatkan sedemkian rupa ke pinggang diatas lutut atau hingga batas lutut. Sarung loreng hitam yang ini disebut dengan istilah ''samping aros'' yang berfungsi seperti celana. Bagian kepala dililitkan selembar kain putih yang juga tidak dijahit bagian belakang ada ujung kain yang muncul, kain putih pengikat kepala ini dikenal dengan sebutan telekung. Bagian pinggang juga ada kain putih dililt sebagai pengikat sarung, dipergelangan tangan biasa mereka mengenakan [[gelang kanteh]] yaitu gelang yang dipilin dan anyam terbuat dari benang kapas .<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.kabar-banten.com/mengenal-pakaian-dan-aksesoris-adat-suku-baduy/|title=Mengenal Pakaian dan Aksesoris Adat Suku Baduy|last=Banten|first=Kabar|language=id-ID|access-date=2019-04-11}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://budayajawa.id/pakaian-adat-baduy/|title=Pakaian Adat Baduy|date=2017-10-04|website=Informasi Budaya Jawa|language=id-ID|access-date=2019-04-15}}</ref>


=== Badui luar ===
=== Badui luar ===
Berbeda dengan suku badui dalam. Suku badui luar menggunakan baju kampret bewarna hitam atau biru tua. Baju adat masyarakat badui luar sudah terpengaruh budaya luar, hal ini terlihat dengan hadirnya jahitan mesin, bentuk kantong dan kancing yang digunakan dalam mendesain baju. Badui luar yang disebut penamping selalu mengenakan kemeja kampret dua rangkap, warna putih di dalam dan warna hitam di luar. Bersarung poleng hideung dengan ikat pinggang adu mancung. Ikat kepalanya terbuat dari kain merong yang bermotif batik warna biru gelap yang disebut lomar.
Perbedaan pakaian yang paling terlihat dari Suku badui luar adalah dari warna, bentuk dan cara menjahitnya. Orang Badui sering menyenbutnya dengan baju kampret, warnanya biru gelap atau hitam. Baju sudah boleh dijahit dengan mesin jahit, bahannya sudah boleh dari pabrik, bisa menggunakan kantong dan kancing, bahkan ada yang menggunakan kerah baju. hal ini karena suku Badui luar yang dikenal dengan ''penamping'' sudah menerima pengaruh budaya dari luar Suku Badui. Model baju kampret biasanya dengan mengenakan baju putih dibagian dalam dan ditutup dengan baju lengan panjang bewarna hitam di bagian luar. Bagian bawah terkadang sudah menggunakan celana seperti halnya pakaian laki-laki pada umumnya, Namun masih ada juga yang menggunakan sarung ''poleng hideung'' dengan ikat pinggang ''adu mancung''. Sama dengan suku Badui dalam, laki-lakinya juga memakai Ikat kain lomar dengan motif batik berwarna biru.<ref name=":1">https://sipadu.isi-ska.ac.id/mhsw/laporan/laporan_4231151210112010.pdf</ref>

Celana laki-laki suku badui hanya menggunakan kain bewarna biru kehitaman yang dililitkan pada bagian pinggang. Celana ini diikat dengan selembar kain yang berfungsi sebagai ikat pinggang. Sedangkan di bagian atas, kain ikat kepala digunakan sebagai penutup. Ikat kepala nya berwarna biru tua motif batik. Umumnya suku badui dalam ataupun luar selalu membawa bedog atau golok, tas koja dalam kesehariannya.


== Aksesoris ==
== Aksesoris ==
* '''Gelang''', bagi kebanyakan suku tradisional dianggap sebagai penolak bala. Bentuknya bermacam-macam, ada yang terbuat dari logam, rotan dan akar pohon. Melekat di tangan hingga pemiliknya meninggal dunia.
* '''Gelang''', gelang tak hanya sekadar penghias tangan, gelang bagi Suku Badui adalah penolak bala. Bahan yang digunakan ada yang dari logam, akar rotan atau akar pohon. Biasanya terus melekat di tangan hingga pengunanya meninggal dunia<ref name=":0" />
* '''Bedog''', adalah senjata tajam yang sering dibawa, bukan untuk berkelahi namun biasanya untuk menebas ranting atau halangan dijalan, membelah kelapa untuk diminum dan keperluan berladang<ref name=":1" />
* '''Bedog''', Jika keluar rumah atau bepergian jauh, mereka selalu menyandang bedog. Benda logam yang lazim disebut golok itu selalu terselip di pinggangnya. Tak ketinggalan
* '''Tas koja''' atau jarog yaitu tas yang terbuat dari kulit kayu pohon terep yang selalu disangkutkan di bahunya, di dalam tas rajutan hasil karya sendiri, biasanya berisi pisau, sirih sepenginangan, menyan putih dan batu api. Kadang-kadang dalam tas berisi pula timbel kejo, nasi putih dengan sedikit garam sebagai bekal diperjalanan.<ref name=":0" />
* '''Tas koja''' atau ''jarog'' adalah tas yang dianyam dari kulit kayu [[pohon terep]] yang selalu digantung dibahu, isi tas biasanya berisi pisau, sirih pinang, kemenyan putih dan batu api. Namun saat ini lebih sering diisi kebutuhan bekal dalam perjalanan, misal nasi timbel serta garam untuk bekal Suku Badui melakukan perjalanan jauh.<ref name=":0" />


== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Budaya]]

[[Kategori:Pakaian adat]]
[[Kategori:Busana tradisional Indonesia|Badui]]
[[Kategori:Suku Badui]]
[[Kategori:Suku Badui]]
[[Kategori:Suku Baduy]]

Revisi terkini sejak 1 November 2024 11.44

Busana tradisional Badui adalah busana tradisional yang dikenakan oleh suku Badui di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, provinsi Banten. Suku Badui adalah salah satu suku di Indonesia yang masih memegang dan menjaga kemurnian adat dan tradisinya, kearifan lokal yang menjadi kekuatan masyarakat adat, posisi penghargaan yang tinggi pada kepala suku sebagai pimpinan menjadikan suku Badui masih terus bertahan hingga kini. Adat dan tradisi yang bersinergi dengan alam, mulai dari sikap dan tingkah laku, tata cara bekerja, berkegiatan sehari-hari, mencari nafkah kehidupan hingga momentum kelahiran kematian dan pernikahan bahkan menebang pohon juga diatur sesuai keputusan adat. Begitu juga dengan pakaian yang melekat pada suku Badui. Pakaian suku adat Badui ini telah menjadi ciri yang dibedakan atas warna dan desainnya. Kesederhanaan terlihat dari warna pakaiannya yaitu hanya warna alam yaitu hitam dan putih. Bahan untuk membuat baju juga di lakukan sendiri oleh suku Badui di lahan bersama, yaitu dengan menanam tanaman kapas. Kemudian kapas di proses hingga menjadi benang, para wanita suku Badui kemudian menenun bahan benang yang telah dipintal, sehingga menghasilkan selembar kain yang kemudian di bentuk dan dijahit sendiri dengan tangan. Bagi suku Badui dalam ada ketentuan tidak boleh baju dijahit dengan mesin. Namun bagi suku Badui luar, sudah diperbolehkan menjahit baju dengan mesin.[1]

Wanita suku badui luar sedang bertenun untuk membuat kain

Jenis Pakaian

[sunting | sunting sumber]
Pakain wanita suku badui luar dengan kain motif batik berwarna biru

Perempuan suku Badui sehari-hari lebih banyak melakukan kegiatan di rumah, mengurus keluarga, anak, memasak, mencuci dan kemudian membantu suami di ladang, apabila ada waktu luang para perempuan Badui berkegiatan dengan memintal benang dan menenun benang menjadi kain serta ada yang memiliki keahlian khusus menjahit baju-baju untuk warga Suku Badui. Pakaian perempuan badui hampir sama warna dan coraknya, suku Badui dalam, hanya berwarna hitam atau putih saja, dengan sarung berwarna hitam, sedangkan untuk perempuan suku Badui luar, baju biasanya hitam atau putih dan mengenakan kain sarung bercorak batik berwarna biru. Perbedaan paling penting yang bisa diamati adalah antara perempuan yang sudah menikah atau belum, bagi perempuan yang sudah menikah biasanya baju bagian dada lebih terbuka, sedangkan bagi perempuan yang belum menikah lebih tertutup hingga batas dada.[2]

Badui dalam

[sunting | sunting sumber]
Pakaian suku badui dalam berwarna hitam atau putih dengan menggunakan ikat kepala yang disebut telekung

Pakaian untuk laki-laki suku badui dalam bentuk nya lebih sederhana, tidak memiliki kantong, tidak berkancing, biasanya leher juga polos tanpa kerah, dan yang paling penting adalah dijahit dengan tangan. Sungguh sebuah keterampilan luar biasa yang dilakukan oleh para perempuan suku Badui dalam secara turun temurun, keahlian menjahit inipun sudah diajarkan sejak kecil oleh para ibu ke anak-anak perempuannya. Baju polos berleher tanpa kerah tanpa kantong dan kancing, berwarna putih ini biasa disebut dengan pakaian jamang sangsang. Jamang artinya putih dan Sangsang artinya dikenakan dengan cara di sangsang. Putih dipilih sebagai pakaian untuk melambangkan bahwa suku Badui dalam itu masih suci dan tidak terpengaruh oleh budaya luar. Laki-laki suku Badui tidak menggunakan celana seperti biasanya seorang laki-laki, mereka hanya menggunakan sarung bersalur hitam yang diikatkan sedemkian rupa ke pinggang diatas lutut atau hingga batas lutut. Sarung loreng hitam yang ini disebut dengan istilah samping aros yang berfungsi seperti celana. Bagian kepala dililitkan selembar kain putih yang juga tidak dijahit bagian belakang ada ujung kain yang muncul, kain putih pengikat kepala ini dikenal dengan sebutan telekung. Bagian pinggang juga ada kain putih dililt sebagai pengikat sarung, dipergelangan tangan biasa mereka mengenakan gelang kanteh yaitu gelang yang dipilin dan anyam terbuat dari benang kapas .[2][3]

Badui luar

[sunting | sunting sumber]

Perbedaan pakaian yang paling terlihat dari Suku badui luar adalah dari warna, bentuk dan cara menjahitnya. Orang Badui sering menyenbutnya dengan baju kampret, warnanya biru gelap atau hitam. Baju sudah boleh dijahit dengan mesin jahit, bahannya sudah boleh dari pabrik, bisa menggunakan kantong dan kancing, bahkan ada yang menggunakan kerah baju. hal ini karena suku Badui luar yang dikenal dengan penamping sudah menerima pengaruh budaya dari luar Suku Badui. Model baju kampret biasanya dengan mengenakan baju putih dibagian dalam dan ditutup dengan baju lengan panjang bewarna hitam di bagian luar. Bagian bawah terkadang sudah menggunakan celana seperti halnya pakaian laki-laki pada umumnya, Namun masih ada juga yang menggunakan sarung poleng hideung dengan ikat pinggang adu mancung. Sama dengan suku Badui dalam, laki-lakinya juga memakai Ikat kain lomar dengan motif batik berwarna biru.[4]

Aksesoris

[sunting | sunting sumber]
  • Gelang, gelang tak hanya sekadar penghias tangan, gelang bagi Suku Badui adalah penolak bala. Bahan yang digunakan ada yang dari logam, akar rotan atau akar pohon. Biasanya terus melekat di tangan hingga pengunanya meninggal dunia[2]
  • Bedog, adalah senjata tajam yang sering dibawa, bukan untuk berkelahi namun biasanya untuk menebas ranting atau halangan dijalan, membelah kelapa untuk diminum dan keperluan berladang[4]
  • Tas koja atau jarog adalah tas yang dianyam dari kulit kayu pohon terep yang selalu digantung dibahu, isi tas biasanya berisi pisau, sirih pinang, kemenyan putih dan batu api. Namun saat ini lebih sering diisi kebutuhan bekal dalam perjalanan, misal nasi timbel serta garam untuk bekal Suku Badui melakukan perjalanan jauh.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Kaya, Indonesia. "Jamang Sangsang, Pakaian Alam Suku Baduy - Situs Budaya Indonesia". IndonesiaKaya (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-04-11. 
  2. ^ a b c d Banten, Kabar. "Mengenal Pakaian dan Aksesoris Adat Suku Baduy". Diakses tanggal 2019-04-11. 
  3. ^ "Pakaian Adat Baduy". Informasi Budaya Jawa. 2017-10-04. Diakses tanggal 2019-04-15. 
  4. ^ a b https://sipadu.isi-ska.ac.id/mhsw/laporan/laporan_4231151210112010.pdf