Lompat ke isi

Assaat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Gunakan Foto Saat Beliau Menjadi Presiden Sementara Republik Indonesia (1949-1950)
 
(36 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Officeholder
{{Infobox Officeholder
|name = {{PAGENAME}}
| name = {{PAGENAME}}
|image = Portrait of Assaat.jpg
| image = Portrait of Assaat.jpg
|imagesize = 200px
| imagesize = 200px
|caption = Assaat, {{circa|1950}}
| caption = Potret resmi, {{circa|1949-50}}
|office = [[Presiden Republik Indonesia|Presiden Negara Republik Indonesia]]<br/><small>Pemangku Sementara Jabatan</small>
| office = [[Presiden Republik Indonesia|Presiden Negara Republik Indonesia]]<br/><small>''presiden sementara'' </small>
|order =
| order =
|term_start = 27 Desember 1949
| term_start = 27 Desember 1949
|term_end = 15 Agustus 1950
| term_end = 15 Agustus 1950
|succeeding =
| succeeding =
|president =
| president =
|primeminister =[[Soesanto Tirtoprodjo]] (Pjs.) <br/>[[Abdul Halim|Abdoel Halim]]
| primeminister = [[Soesanto Tirtoprodjo]] (Pjs.) <br/>[[Abdul Halim|Abdoel Halim]]
|predecessor = [[Soekarno]]
| predecessor = [[Soekarno]]
|successor = [[Soekarno]]
| successor = [[Soekarno]]
|office2 = Menteri Dalam Negeri Indonesia
| office2 = Menteri Dalam Negeri Indonesia
|order2 = 9
| order2 = Ke-9
|primeminister2 = [[Mohammad Natsir]]
| primeminister2 = [[Mohammad Natsir]]
|term_start2 = 6 September 1950
| term_start2 = 6 September 1950
|term_end2 = 27 April 1951
| term_end2 = 27 April 1951
|succeeding2 =
| succeeding2 =
|president2 = [[Soekarno]]
| president2 = [[Soekarno]]
|predecessor2 = [[Susanto Tirtoprodjo]]
| predecessor2 = [[Susanto Tirtoprodjo]]
|successor2 = Iskak Tjokrodisurjo
| successor2 = [[Iskak Tjokroadisurjo]]
| office1 = Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat
|birth_date = {{birth date|1904|9|18}}
| order1 = Ke-4
|birth_place = {{negara|Belanda}} Dusun Pincuran Landai, [[Kubang Putiah, Banuhampu, Agam|Kubang Putiah]], [[Banuhampu, Agam|Banuhampu]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Hindia Belanda]]
| term_start1 = 28 Februari 1947
|death_date = {{death date and age|1976|6|16|1904|9|18}}
| term_end1 = 27 Desember 1949
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
| predecessor1 = [[Soepeno]]
|party =
| successor1 = ''Jabatan Dihapuskan''
|spouse = Roesiah
| birth_date = {{birth date|1904|9|18}}
| birth_place = Dusun Pincuran Landai, [[Kubang Putiah, Banuhampu, Agam|Kubang Putiah]], [[Banuhampu, Agam|Banuhampu]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Hindia Belanda]]
|relations =
| death_date = {{death date and age|1976|6|16|1904|9|18}}
|children = Ras Soelaiman Assaat<br />Aminullah Assaat<br />Lucy Sakura Assaat<br />Iqbal Assaat
| death_place = [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], Indonesia
|alma_mater =
| nationality = <!-- Hanya untuk warga negara asing -->
|occupation =
|profession =
| party =
|religion = [[Islam]]
| spouse = Roesiah
|signature =
| relations =
[[Abdoel Halim]] (keponakan)
|website =
[[Arisun Sutan Alamsyah]] (keponakan)
|footnotes =

| children = <!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan dan tulis pada artikel -->4
| alma_mater = [[Universitas Leiden]]
| occupation =
| profession =
| religion = <!-- Kosongkan bagian ini; kolom terkait Suku, Agama dan Ras telah dinonaktifkan -->
| signature =
| website =
| footnotes =
}}
}}


'''[[Meester in de Rechten|Mr.]] Assaat''' gelar '''Datuk Mudo''' ({{lahirmati|Dusun Pincuran Landai, [[Kubang Putiah, Banuhampu, Agam|Kubang Putiah]], [[Banuhampu, Agam|Banuhampu]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Sumatera Barat]]|18|9|1904|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|16|6|1976}}) adalah seorang politisi dan pejuang kemerdekaan Indonesia.<ref name="Kompas">[http://properti.kompas.com/index.php/read/2009/09/01/01032786/mr..assaat.diusulkan.jadi.pahlawan.nasional "Mr. Assaat Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional"] ''[[Kompas.com]]'', 1-9-2009. Diakses 23-5-2014.</ref> Ia merupakan pemangku jabatan [[Daftar Presiden Republik Indonesia|Presiden Republik Indonesia]] pada masa pemerintahan [[Republik Indonesia]] di [[Yogyakarta]]. Ia juga pernah menjabat sebagai [[Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia|Menteri Dalam Negeri Indonesia]].<ref name="tokohindonesia">[http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/3954-pejabat-presiden-ri-(ris) "Pejabat Presiden RI (RIS)"] ''Tokohindonesia.com''. Diakses 23-5-2014.</ref>
'''[[Meester in de Rechten|Mr.]] Assaat''' gelar '''Datuk Mudo''' ({{lahirmati|Dusun Pincuran Landai, [[Kubang Putiah, Banuhampu, Agam|Kubang Putiah]], [[Banuhampu, Agam|Banuhampu]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Sumatera Barat]]|18|9|1904|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|16|6|1976}}) adalah seorang politisi dan pejuang kemerdekaan Indonesia.<ref name="Kompas">[http://properti.kompas.com/index.php/read/2009/09/01/01032786/mr..assaat.diusulkan.jadi.pahlawan.nasional "Mr. Assaat Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161126010552/http://properti.kompas.com/index.php/read/2009/09/01/01032786/mr..assaat.diusulkan.jadi.pahlawan.nasional |date=2016-11-26 }} ''[[Kompas.com]]'', 1-9-2009. Diakses 23-5-2014.</ref> Ia merupakan pemangku jabatan [[Daftar Presiden Republik Indonesia|Presiden Republik Indonesia]] pada masa pemerintahan [[Republik Indonesia]] di [[Yogyakarta]]. Ia juga pernah menjabat sebagai [[Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia|Menteri Dalam Negeri Indonesia]].<ref name="tokohindonesia">''Tokohindonesia.com''. [http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/3954-pejabat-presiden-ri-(ris) "Pejabat Presiden RI (RIS)"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160527081421/http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/3954-pejabat-presiden-ri-(ris) |date=2016-05-27 }}. Diakses 23-5-2014.</ref>


== Kehidupan ==
== Kehidupan ==

=== Latar belakang dan keluarga ===
[[Berkas:Assaat PYO.jpg|200px|jmpl|Assaat]]
[[Berkas:Assaat PYO.jpg|200px|jmpl|Assaat]]
Assaat menikah dengan Roesiah dari [[Sungai Puar, Agam|Sungai Puar]], Agam di ''Rumah Gadang Kapalo Koto'' pada tanggal [[12 Juni]] [[1949]]. Dari pernikahan ini ia dikaruniai dua orang putra dan seorang putri.


=== Pendidikan dan praktik advokat ===
=== Pendidikan dan praktik advokat ===
Assaat belajar di Perguruan Adabiah dan [[MULO]] [[Padang]],<ref name="Kompas"/> selanjutnya ke [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen]] (STOVIA) [[Jakarta]]. Merasa tidak cocok menjadi seorang dokter, dia keluar dari STOVIA dan melanjutkan ke [[AMS]] ([[SMU]] sekarang). Dari AMS, Assaat melanjutkan studinya ke ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta.
Assaat belajar di Perguruan Adabiah dan [[MULO]] [[Padang]],<ref name="Kompas"/> selanjutnya ke ''[[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen]]'' (STOVIA) [[Jakarta]]. Merasa tidak cocok menjadi seorang [[dokter]], dia keluar dari STOVIA dan melanjutkan ke [[AMS]] ([[SMU]] sekarang). Dari AMS, Assaat melanjutkan pendidikannya ke ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta.


Ketika menjadi mahasiswa [[RHS]], ia memulai berkecimpung dalam gerakan kebangsaan, dalam gerakan pemuda dan politik. Saat itu Assaat giat dalam organisasi pemuda ''[[Jong Sumatranen Bond]]''. Karier politiknya makin menanjak dan berhasil menjadi Pengurus Besar ''Perhimpunan Pemuda Indonesia''. Ketika Perhimpunan Pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam ''Indonesia Muda'' ia terpilih menjadi Bendahara Komisaris Besar ''Indonesia Muda''.
Ketika menjadi mahasiswa [[RHS]], ia memulai berkecimpung dalam gerakan kebangsaan, dalam gerakan pemuda dan politik. Saat itu Assaat giat dalam organisasi pemuda ''[[Jong Sumatranen Bond]]''. Karier politiknya makin menanjak dan berhasil menjadi Pengurus Besar Perhimpunan Pemuda Indonesia. Ketika Perhimpunan Pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia Muda ia terpilih menjadi Bendahara Komisaris Besar Indonesia Muda.


Dalam kedudukannya sebagai mahasiswa, Assaat masuk ke kancah politik dengan bergabung dalam ''Partai Indonesia'' atau ''Partindo''. Dalam partai ini, Assaat bergabung dengan pemimpin Partindo, seperti [[Adenan Kapau Gani]], [[Adam Malik]], [[Amir Sjarifoeddin]] dan beberapa tokoh lainnya. Kegiatannya di bidang politik pergerakan kebangsaan, diketahui oleh pengajar dan pihak [[Belanda]], sehingga dia tidak diluluskan walau sudah beberapa kali mengikuti ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan itu, dia memutuskan meninggalkan Indonesia pergi ke Belanda. Di Belanda dia memperoleh gelar ''Meester in de Rechten'' (''Mr'') atau Sarjana Hukum.
Dalam kedudukannya sebagai mahasiswa, Assaat masuk ke kancah politik dengan bergabung dalam Partai Indonesia atau Partindo. Dalam partai ini, Assaat bergabung dengan pemimpin Partindo, seperti [[Adenan Kapau Gani]], [[Adam Malik]], [[Amir Sjarifoeddin]] dan beberapa tokoh lainnya. Kegiatannya di bidang politik pergerakan kebangsaan, diketahui oleh pengajar dan pihak [[Belanda]], sehingga dia tidak diluluskan walau sudah beberapa kali mengikuti ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan itu, dia memutuskan meninggalkan Indonesia pergi ke Belanda. Di [[Universitas Leiden]] Belanda dia memperoleh gelar ''[[Meester in de Rechten]]'' (''Mr.'') atau [[Sarjana Hukum]].<ref>{{Cite book|date=1954|url=|title=Kami perkenalkan|publisher=Kementerian Penerangan Republik Indonesia|language=Bahasa Indonesia|url-status=live}}</ref>


Sebagai seorang non-kooperator terhadap penjajah Belanda, sekembalinya ke tanah air pada tahun 1939 Assaat berpraktik sebagai [[advokat]] hingga masuknya [[Jepang]] pada tahun 1942. Di [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|zaman Jepang]] ia diangkat sebagai [[Camat]] [[Gambir]], kemudian [[Wedana]] [[Mangga Besar]] di Jakarta.
Sebagai seorang non-kooperator terhadap penjajah Belanda, sekembalinya ke tanah air pada tahun 1939 Assaat berpraktik sebagai [[advokat]] hingga masuknya [[Jepang]] pada tahun 1942. Di [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|zaman Jepang]] ia diangkat sebagai [[Camat]] [[Gambir]], kemudian [[Wedana]] [[Mangga Besar]] di Jakarta.
Baris 59: Baris 67:
[[Berkas:Assaat Pimpin Sidang BP-KNIP, 1947.jpg|jmpl|Mr. Assaat ketika menjadi pimpinan sidang BP-KNIP di Malang, 1947. Kelak ia diangkat menjadi Ketua BP-KNIP pada 1948.]]
[[Berkas:Assaat Pimpin Sidang BP-KNIP, 1947.jpg|jmpl|Mr. Assaat ketika menjadi pimpinan sidang BP-KNIP di Malang, 1947. Kelak ia diangkat menjadi Ketua BP-KNIP pada 1948.]]


[[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (KNIP) dan Badan Pekerjanya (BP-KNIP) pada masa revolusi dua kali mengadakah hijrah karena situasi dianggap terlalu riskan, dan agar Revolusi Indonesia tetap berjalan. Berkedudukan awal di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas ''Gedung Komedi'' (kini [[Gedung Kesenian Jakarta]]) di [[Pasar Baru]] dan di gedung [[Palang Merah Indonesia]] di Jl. Kramat Raya. Sekitar tahun 1945 KNIP dipindahkan ke [[Yogyakarta]]. Kemudian pada tahun itu pula, pindah ke [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]]. Sampai saat situasi ''Purworejo'' dianggap kurang aman untuk kedua kalinya KNIP hijrah ke Yogyakarta.
[[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (KNIP) dan Badan Pekerjanya (BP-KNIP) pada masa revolusi dua kali mengadakah hijrah karena situasi dianggap terlalu riskan, dan agar Revolusi Indonesia tetap berjalan. Berkedudukan awal di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas Gedung Komedi (kini [[Gedung Kesenian Jakarta]]) di [[Pasar Baru]] dan di gedung [[Palang Merah Indonesia]] di Jl. Kramat Raya. Sekitar tahun 1945 KNIP dipindahkan ke [[Yogyakarta]]. Kemudian pada tahun itu pula, pindah ke [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]]. Sampai saat situasi Purworejo dianggap kurang aman untuk kedua kalinya KNIP hijrah ke Yogyakarta.


Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) dibentuk tanggal 16 Oktober 1945 yang diketuai oleh [[Sutan Sjahrir]] dan penulis oleh [[Soepeno]] dan beranggotakan 28 orang. Pada tanggal 14 November 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi [[Perdana Menteri Indonesia]], sehingga BP-KNIP diketuai oleh Soepeno dan penulis [[Abdul Halim]].<ref>Pada kartu anggauta BP-KNIP milik Soegondo Djojopoespito ditemukan, bahwa yang menanda-tangani adalah Soepeno (ketoea) dan A.Halim (penoelis) tertanggal ''Djakarta 25-11-1945'', Museum Sumpah Pemuda Jakarta</ref>. Kemudian pada tanggal 28 Januari 1948, Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda pada [[Kabinet Hatta I]], sehingga ketua adalah Mr. Assaat Datuk Mudo, dan penulis tetap dr. Abdul Halim.
Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) dibentuk tanggal 16 Oktober 1945 yang diketuai oleh [[Sutan Sjahrir]] dan penulis oleh [[Soepeno]] dan beranggotakan 28 orang. Pada tanggal 14 November 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi [[Perdana Menteri Indonesia]], sehingga BP-KNIP diketuai oleh Soepeno dan penulis [[Abdul Halim]].<ref>Pada kartu anggauta BP-KNIP milik Soegondo Djojopoespito ditemukan, bahwa yang menanda-tangani adalah Soepeno (ketoea) dan A.Halim (penoelis) tertanggal ''Djakarta 25-11-1945'', Museum Sumpah Pemuda Jakarta</ref> Kemudian pada tanggal 28 Januari 1948, Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda pada [[Kabinet Hatta I]], sehingga ketua adalah Mr. Assaat Datuk Mudo, dan penulis tetap dr. Abdul Halim.


Sehingga tahun 1948-1949 ([[Desember]]) ia menjadi Ketua BP-KNIP (Badan Pekerja [[Komite Nasional Indonesia Pusat]]). Ia terpilih menjadi Ketua KNIP terakhir hingga KNIP dibubarkan, kemudian ia ditugasi sebagai Penjabat Presiden RI di kota perjuangan di Yogyakarta.
Sehingga tahun 1948-1949 ([[Desember]]) ia menjadi Ketua BP-KNIP (Badan Pekerja [[Komite Nasional Indonesia Pusat]]). Ia terpilih menjadi Ketua KNIP terakhir hingga KNIP dibubarkan, kemudian ia ditugasi sebagai Penjabat Presiden RI di kota perjuangan di Yogyakarta.


=== Diasingkan ===
=== Pengasingan ===


Pengasingan Assaat merupakan salah satu bentuk perlakuan [[Agresi Militer II]] oleh Belanda. Pada 22 Desember 1948, Assaat dijadikan tawanan pemerintah Belanda dengan dibawa keluar Ibukota bersama tokoh-tokoh lain seperti [[Sukarno]], [[Hatta]], [[Sutan Sjahrir]], [[Agus Salim|Haji Agus Salim]], [[Abdoel Gaffar Pringgodigdo|Mr. Gafar Pringgodigdo]], dan Komodor [[Soerjadi Soerjadarma|Suryadi Suryadarma]]. Assaat bersama dengan Hatta, Gafar, dan Suryadarma diasingkan di Manumbng, Pulau Bangka.<ref>{{Cite news|last=Handayani|first=Maulida Sri|title=Mr. Assaat: Presiden yang Tak Dihitung oleh Negara|url=https://tirto.id/mr-assaat-presiden-yang-tak-dihitung-oleh-negara-cLQy|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2022-08-24|archive-date=2022-08-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20220824050613/https://tirto.id/mr-assaat-presiden-yang-tak-dihitung-oleh-negara-cLQy|dead-url=no}}</ref>
[[19 Desember]] 1948 Belanda melancarkan [[Agresi Militer II]]. Assaat ditangkap Belanda bersama [[Soekarno|Bung Karno]] dan [[Mohammad Hatta|Bung Hatta]] serta pemimpin Republik lainnya, kemudian di asingkan di [[Manumbing]], [[Pulau Bangka]].


=== Pelaksana Tugas Presiden Republik Indonesia ===
=== Pelaksana Tugas Presiden Republik Indonesia ===
[[Berkas:Assaat as Acting President in Sumedang, 1950.jpg|jmpl|Mr. Assaat, Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia disalami oleh warga seusai [[salat Jumat]] di Mesjid [[Sumedang]] dalam kunjungan kerja di Jawa Barat bulan Mei 1950.]]
[[Berkas:Assaat as Acting President in Sumedang, 1950.jpg|jmpl|Mr. Assaat, Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia disalami oleh warga seusai [[salat Jumat]] di Masjid [[Sumedang]] dalam kunjungan kerja di Jawa Barat bulan Mei 1950.]]


Setelah perjanjian [[Konferensi Meja Bundar]] (KMB) 27 Desember 1949, Assaat diamanatkan menjadi ''Acting'' (Pelaksana Tugas) Presiden Republik Indonesia di Yogyakarta hingga 15 Agustus 1950.<ref name="Kompas"/> Dengan terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat), jabatannya sebagai Penjabat Presiden RI pada Agustus 1950 selesai, demikian juga jabatannya selaku ketua KNIP dan Badan Pekerjanya. Sebab pada bulan Agustus 1950, negara-negara bagian RIS melebur diri dalam Negara Kesatuan RI.<ref name="Kompas"/> Saat menjadi ''Acting'' Presiden RI, Assaat menandatangani statuta pendirian [[Universitas Gadjah Mada]] di Yogyakarta.<ref name="Tempo">[http://www.tempo.co/read/kolom/2011/03/21/343/Presiden-Bukan-Pahlawan-Bukan "Presiden Bukan, Pahlawan Bukan"] ''[[Tempo.co]]'', 21-3-2011. Diakses 23-5-2014.</ref>
Setelah perjanjian [[Konferensi Meja Bundar]] (KMB) 27 Desember 1949, Assaat diamanatkan menjadi ''Acting'' (Pelaksana Tugas) Presiden Republik Indonesia di Yogyakarta hingga 15 Agustus 1950.<ref name="Kompas"/> Dengan terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat), jabatannya sebagai Penjabat Presiden RI pada Agustus 1950 selesai, demikian juga jabatannya selaku ketua [[Komite Nasional Indonesia Pusat|KNIP]] dan Badan Pekerjanya. Sebab pada bulan Agustus 1950, negara-negara bagian RIS melebur diri dalam Negara Kesatuan RI.<ref name="Kompas"/> Saat menjadi ''Acting'' Presiden RI, Assaat menandatangani statuta pendirian [[Universitas Gadjah Mada]] di Yogyakarta.<ref name="Tempo">[https://koran.tempo.co/read/opini/230468/presiden-bukan-pahlawan-bukan? "Presiden Bukan, Pahlawan Bukan"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20201110174107/https://koran.tempo.co/read/opini/230468/presiden-bukan-pahlawan-bukan |date=2020-11-10 }} ''[[Tempo.co]]'', 21-3-2011. Diakses 10-11-2020.</ref>


Setelah pindah ke Jakarta, Assaat menjadi anggota parlemen ([[DPR]]-RI), hingga duduk dalam [[Kabinet Natsir]] menjadi Menteri Dalam Negeri September 1950 sampai Maret 1951. Setelah Kabinet Natsir bubar, ia kembali menjadi anggota Parlemen.
Setelah pindah ke Jakarta, Assaat menjadi anggota parlemen ([[DPR RI|DPR-RI]]), hingga duduk dalam [[Kabinet Natsir]] menjadi Menteri Dalam Negeri September 1950 sampai Maret 1951. Setelah Kabinet Natsir bubar, ia kembali menjadi anggota Parlemen.


Pada tahun 1955 ia menjabat sebagai ''formatur'' [[Kabinet]] bersama [[Soekiman Wirjosandjojo]] dan [[Wilopo]] untuk mencalonkan Bung Hatta sebagai [[Perdana Menteri]]. Karena waktu itu terjadi ketidak puasan daerah terhadap [[beleid]] (kebijakan) pemerintahan Pusat. Daerah-daerah mendukung [[Bung Hatta]], tetapi upaya tiga formatur tersebut menemui kegagalan, karena secara formal, ditolak oleh Parlemen.
Pada tahun 1955 ia menjabat sebagai formatur [[Kabinet]] bersama [[Soekiman Wirjosandjojo]] dan [[Wilopo]] untuk mencalonkan Bung Hatta sebagai [[Perdana Menteri]]. Karena waktu itu terjadi ketidak puasan daerah terhadap [[beleid]] (kebijakan) pemerintahan Pusat. Daerah-daerah mendukung [[Bung Hatta]], tetapi upaya tiga formatur tersebut menemui kegagalan, karena secara formal, ditolak oleh Parlemen.


=== Pertentangan dengan Pemerintah Pusat ===
=== Pertentangan dengan Pemerintah Pusat ===
Baris 84: Baris 92:
Assaat merasa terancam, karena Demokrasi Terpimpin adalah kediktatoran terselubung, ia selalu diawasi oleh intel serta PKI. Dengan berpura-pura "akan berbelanja" ia bersama keluarganya melarikan diri dengan berturut-turut naik becak dari Jl. Teuku Umar ke Jl. Sabang, dari sana dilanjutkan menuju Stasiun [[Tanah Abang]].
Assaat merasa terancam, karena Demokrasi Terpimpin adalah kediktatoran terselubung, ia selalu diawasi oleh intel serta PKI. Dengan berpura-pura "akan berbelanja" ia bersama keluarganya melarikan diri dengan berturut-turut naik becak dari Jl. Teuku Umar ke Jl. Sabang, dari sana dilanjutkan menuju Stasiun [[Tanah Abang]].


Assaat beserta keluarga berhasil menyeberang ke [[Sumatera]]. Berdiam beberapa hari di [[Kota Palembang|Palembang]]. Ketika itu di [[Sumatera Selatan]] sudah terbentuk ''Dewan Garuda'' yang dipimpin oleh [[Barlian|Letkol Barlian]]. Di [[Sumatera Barat]] [[Ahmad Husein|Letkol Ahmad Husein]] membentuk ''[[Dewan Banteng]]''. [[Maludin Simbolon|Kolonel Maludin Simbolon]] mendirikan ''Dewan Gajah'' di [[Sumatera Utara]], sementara [[Ventje Sumual|Kolonel Ventje Sumual]] membangun ''Dewan Manguni'' ([[Burung hantu]]) di [[Sulawesi]].
Assaat beserta keluarga berhasil menyeberang ke [[Sumatra]]. Berdiam beberapa hari di [[Kota Palembang|Palembang]]. Ketika itu di [[Sumatera Selatan]] sudah terbentuk Dewan Garuda yang dipimpin oleh [[Barlian|Letkol Barlian]]. Di [[Sumatera Barat]] [[Ahmad Husein|Letkol Ahmad Husein]] membentuk ''[[Dewan Banteng]]''. [[Maludin Simbolon|Kolonel Maludin Simbolon]] mendirikan [[Dewan Gajah]] di [[Sumatera Utara]], sementara [[Ventje Sumual|Kolonel Ventje Sumual]] membangun Dewan Manguni ([[Burung hantu]]) di [[Sulawesi]].


Dewan-dewan tersebut bersatu menentang Sukarno yang dipengaruhi oleh PKI. Terbentuklah [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI). Assaat yang ketika itu baru tiba di Sumatera Barat bergabung dengan PRRI. Kemudian berkeliaran di hutan-hutan [[Sumatera]], setelah Pemerintah Pusat menggempur kekuatan PRRI.
Dewan-dewan tersebut bersatu menentang Sukarno yang dipengaruhi oleh PKI. Terbentuklah [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI). Assaat yang ketika itu baru tiba di Sumatera Barat bergabung dengan PRRI. Kemudian berkeliaran di hutan-hutan [[Sumatra]], setelah Pemerintah Pusat menggempur kekuatan PRRI.


== Wafat ==
== Wafat ==


Ketika berada di hutan-hutan Sumatera Barat dan Sumatera Utara, Assaat sudah merasa dirinya sering terserang sakit. Ia ditangkap, dalam keadaan fisik lemah dan menjalani hidup di dalam penjara ''Demokrasi Terpimpin'' selama 4 tahun (1962-1966). Ia baru keluar dari tahanan di Jakarta, setelah munculnya [[Orde Baru]].
Ketika berada di hutan-hutan [[Sumatera Barat]] dan [[Sumatera Utara]], Assaat sudah merasa dirinya sering terserang sakit. Ia ditangkap, dalam keadaan fisik lemah dan dipenjara pada masa Demokrasi Terpimpin selama 4 tahun (1962-1966). Ia baru keluar dari tahanan di Jakarta, setelah munculnya [[Orde Baru]].


Pada tanggal [[16 Juni]] 1976, Assaat meninggal di rumahnya yang sederhana di Warung Jati [[Jakarta Selatan]]. Assaat gelar Datuk Mudo diantar oleh teman-teman seperjuangannya, sahabat, handai tolan dan semua keluarganya, dia dihormati oleh negara dengan kebesaran militer.
Pada tanggal [[16 Juni]] 1976, Assaat meninggal di rumahnya yang sederhana di Warung Jati, [[Jakarta Selatan]] pada usia 72 tahun. Assaat gelar Datuk Mudo diantar oleh teman-teman seperjuangannya, sahabat, dan semua keluarganya, dia dihormati oleh negara dengan kebesaran militer.


== Kepribadian ==
== Kehidupan pribadi ==
[[Berkas:Rumah_Peninggalan_Mr_Assaat_di_Kubang_Putiah.jpg|jmpl|266x266px|Rumah Peninggalan Mr Assaat Datuak Mudo di [[Kubang Putiah, Banuhampu, Agam|Kubang Putiah]]]]

Assaat menikah dengan Roesiah dari [[Sungai Pua, Agam|Sungai Puar]], Agam di Rumah Gadang Kapalo Koto pada 12 Juni 1949.<ref>{{Cite web|last=Maharani|date=2022-10-29|title=Siapa Assaat?|url=https://cekricek.id/assaat/|website=Cekricek|language=id|access-date=2022-10-31|archive-date=2022-10-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20221029061926/https://cekricek.id/assaat/|dead-url=no}}</ref> Dari pernikahan ini ia dikaruniai dua orang putra dan seorang putri. Mereka yakni Ras Soelaiman, Aminullah, Lucy Sakura, dan Iqbal.<ref>{{Cite news|title=Ketika Assaat Menjabat Presiden Sembilan Bulan|url=https://daerah.sindonews.com/berita/954407/29/ketika-assaat-menjabat-presiden-sembilan-bulan|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2022-10-31|archive-date=2022-10-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20221031115726/https://daerah.sindonews.com/berita/954407/29/ketika-assaat-menjabat-presiden-sembilan-bulan|dead-url=no}}</ref>
Bagi orang-orang yang mengenalnya Asaat adalah pribadi yang sederhana. Ketika menjadi Penjabat Presiden, ia tidak mau dipanggil ''Paduka Yang Mulia'', lebih memilih panggilan ''Saudara Acting Presiden'' yang menjadi agak canggung pada waktu itu.

Assaat bukan ahli pidato, ia tidak suka banyak bicara, tetapi segala pekerjaan dapat diselesaikannya dengan baik, semua rahasia negara dipegang teguh. Ia seorang yang taat melaksanakan [[ibadah]], tak pernah meninggalkan [[salat]] lima waktu, dan adalah seorang pemimpin yang sangat menghargai waktu, seperti juga Bung Hatta.


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 107: Baris 113:


* {{id}} [http://news.detik.com/read/2006/08/16/110833/657203/10/jadikan-sjafruddin-dan-mr-assaat-sebagai-mantan-presiden "Jadikan Sjafruddin dan Mr Assaat Sebagai Mantan Presiden"] ''[[Detik.com]]'', 16-8-2006. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://news.detik.com/read/2006/08/16/110833/657203/10/jadikan-sjafruddin-dan-mr-assaat-sebagai-mantan-presiden "Jadikan Sjafruddin dan Mr Assaat Sebagai Mantan Presiden"] ''[[Detik.com]]'', 16-8-2006. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi "Missing Link dalam Sejarah Bangsa Tidak Boleh Terjadi"] ''Situs Resmi [[DPR-RI]]'', 9-10-2013. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi "Missing Link dalam Sejarah Bangsa Tidak Boleh Terjadi"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140523230722/http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2013/okt/10/6871/missing-link-dalam-sejarah-bangsa-tidak-boleh-terjadi |date=2014-05-23 }} ''Situs Resmi [[DPR-RI]]'', 9-10-2013. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.antaranews.com/berita/153099/dua-tokoh-sumbar-disebut-pernah-jabat-presiden-ri "Dua Tokoh Sumbar Disebut Pernah Jabat Presiden RI"] ''[[Antara]]'', 2-9-2009. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.antaranews.com/berita/153099/dua-tokoh-sumbar-disebut-pernah-jabat-presiden-ri "Dua Tokoh Sumbar Disebut Pernah Jabat Presiden RI"] ''[[Antara]]'', 2-9-2009. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.cimbuak.net/tokoh-minang/53-tokoh-minangkabau/204-tokoh-minang "Mr. Assaat"] ''Cimbuak'', 12-12-2013. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.cimbuak.net/tokoh-minang/53-tokoh-minangkabau/204-tokoh-minang "Mr. Assaat"]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} ''Cimbuak'', 12-12-2013. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=5167&type=9#.U391m9J_tDQ "Sjafruddin dan Mr Assaat, Yang Terlupakan Dalam Sejarah"] ''The Global Review'', 22-06-2011. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=5167&type=9#.U391m9J_tDQ "Sjafruddin dan Mr Assaat, Yang Terlupakan Dalam Sejarah"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140523230728/http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=5167&type=9#.U391m9J_tDQ |date=2014-05-23 }} ''The Global Review'', 22-06-2011. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://newsaddictionary.wordpress.com/2011/06/10/assaat-realitas-presiden-ketiga-indonesia/ "Assaat Realitas Presiden Ketiga Indonesia"] ''Newsaddictionary'', 8-6-2011. Diakses 23-5-2014.
* {{id}} [http://newsaddictionary.wordpress.com/2011/06/10/assaat-realitas-presiden-ketiga-indonesia/ "Assaat Realitas Presiden Ketiga Indonesia"] ''Newsaddictionary'', 8-6-2011. Diakses 23-5-2014.


Baris 117: Baris 123:
{{lifetime|1904|1976|Assaat}}
{{lifetime|1904|1976|Assaat}}


[[Kategori:Presiden Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Minangkabau]]
[[Kategori:Menteri Dalam Negeri Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Sumatera Barat]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Agam]]
[[Kategori:Tokoh dari Agam]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Presiden Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Dalam Negeri Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]]

Revisi terkini sejak 20 Desember 2024 00.33

Assaat
Potret resmi, ca 1949-50
Presiden Negara Republik Indonesia
presiden sementara
Masa jabatan
27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950
Perdana MenteriSoesanto Tirtoprodjo (Pjs.)
Abdoel Halim
Sebelum
Pendahulu
Soekarno
Pengganti
Soekarno
Sebelum
Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat Ke-4
Masa jabatan
28 Februari 1947 – 27 Desember 1949
Sebelum
Pendahulu
Soepeno
Pengganti
Jabatan Dihapuskan
Sebelum
Menteri Dalam Negeri Indonesia Ke-9
Masa jabatan
6 September 1950 – 27 April 1951
PresidenSoekarno
Perdana MenteriMohammad Natsir
Informasi pribadi
Lahir(1904-09-18)18 September 1904
Dusun Pincuran Landai, Kubang Putiah, Banuhampu, Agam, Hindia Belanda
Meninggal16 Juni 1976(1976-06-16) (umur 71)
Jakarta, Indonesia
Suami/istriRoesiah
HubunganAbdoel Halim (keponakan) Arisun Sutan Alamsyah (keponakan)
Anak4
AlmamaterUniversitas Leiden
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Mr. Assaat gelar Datuk Mudo (18 September 1904 – 16 Juni 1976) adalah seorang politisi dan pejuang kemerdekaan Indonesia.[1] Ia merupakan pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Indonesia.[2]

Kehidupan

[sunting | sunting sumber]
Assaat

Pendidikan dan praktik advokat

[sunting | sunting sumber]

Assaat belajar di Perguruan Adabiah dan MULO Padang,[1] selanjutnya ke School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) Jakarta. Merasa tidak cocok menjadi seorang dokter, dia keluar dari STOVIA dan melanjutkan ke AMS (SMU sekarang). Dari AMS, Assaat melanjutkan pendidikannya ke Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta.

Ketika menjadi mahasiswa RHS, ia memulai berkecimpung dalam gerakan kebangsaan, dalam gerakan pemuda dan politik. Saat itu Assaat giat dalam organisasi pemuda Jong Sumatranen Bond. Karier politiknya makin menanjak dan berhasil menjadi Pengurus Besar Perhimpunan Pemuda Indonesia. Ketika Perhimpunan Pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia Muda ia terpilih menjadi Bendahara Komisaris Besar Indonesia Muda.

Dalam kedudukannya sebagai mahasiswa, Assaat masuk ke kancah politik dengan bergabung dalam Partai Indonesia atau Partindo. Dalam partai ini, Assaat bergabung dengan pemimpin Partindo, seperti Adenan Kapau Gani, Adam Malik, Amir Sjarifoeddin dan beberapa tokoh lainnya. Kegiatannya di bidang politik pergerakan kebangsaan, diketahui oleh pengajar dan pihak Belanda, sehingga dia tidak diluluskan walau sudah beberapa kali mengikuti ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan itu, dia memutuskan meninggalkan Indonesia pergi ke Belanda. Di Universitas Leiden Belanda dia memperoleh gelar Meester in de Rechten (Mr.) atau Sarjana Hukum.[3]

Sebagai seorang non-kooperator terhadap penjajah Belanda, sekembalinya ke tanah air pada tahun 1939 Assaat berpraktik sebagai advokat hingga masuknya Jepang pada tahun 1942. Di zaman Jepang ia diangkat sebagai Camat Gambir, kemudian Wedana Mangga Besar di Jakarta.

KNIP dan RIS

[sunting | sunting sumber]
Mr. Assaat ketika menjadi pimpinan sidang BP-KNIP di Malang, 1947. Kelak ia diangkat menjadi Ketua BP-KNIP pada 1948.

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Pekerjanya (BP-KNIP) pada masa revolusi dua kali mengadakah hijrah karena situasi dianggap terlalu riskan, dan agar Revolusi Indonesia tetap berjalan. Berkedudukan awal di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas Gedung Komedi (kini Gedung Kesenian Jakarta) di Pasar Baru dan di gedung Palang Merah Indonesia di Jl. Kramat Raya. Sekitar tahun 1945 KNIP dipindahkan ke Yogyakarta. Kemudian pada tahun itu pula, pindah ke Purworejo, Jawa Tengah. Sampai saat situasi Purworejo dianggap kurang aman untuk kedua kalinya KNIP hijrah ke Yogyakarta.

Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) dibentuk tanggal 16 Oktober 1945 yang diketuai oleh Sutan Sjahrir dan penulis oleh Soepeno dan beranggotakan 28 orang. Pada tanggal 14 November 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi Perdana Menteri Indonesia, sehingga BP-KNIP diketuai oleh Soepeno dan penulis Abdul Halim.[4] Kemudian pada tanggal 28 Januari 1948, Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda pada Kabinet Hatta I, sehingga ketua adalah Mr. Assaat Datuk Mudo, dan penulis tetap dr. Abdul Halim.

Sehingga tahun 1948-1949 (Desember) ia menjadi Ketua BP-KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat). Ia terpilih menjadi Ketua KNIP terakhir hingga KNIP dibubarkan, kemudian ia ditugasi sebagai Penjabat Presiden RI di kota perjuangan di Yogyakarta.

Pengasingan

[sunting | sunting sumber]

Pengasingan Assaat merupakan salah satu bentuk perlakuan Agresi Militer II oleh Belanda. Pada 22 Desember 1948, Assaat dijadikan tawanan pemerintah Belanda dengan dibawa keluar Ibukota bersama tokoh-tokoh lain seperti Sukarno, Hatta, Sutan Sjahrir, Haji Agus Salim, Mr. Gafar Pringgodigdo, dan Komodor Suryadi Suryadarma. Assaat bersama dengan Hatta, Gafar, dan Suryadarma diasingkan di Manumbng, Pulau Bangka.[5]

Pelaksana Tugas Presiden Republik Indonesia

[sunting | sunting sumber]
Mr. Assaat, Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia disalami oleh warga seusai salat Jumat di Masjid Sumedang dalam kunjungan kerja di Jawa Barat bulan Mei 1950.

Setelah perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949, Assaat diamanatkan menjadi Acting (Pelaksana Tugas) Presiden Republik Indonesia di Yogyakarta hingga 15 Agustus 1950.[1] Dengan terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat), jabatannya sebagai Penjabat Presiden RI pada Agustus 1950 selesai, demikian juga jabatannya selaku ketua KNIP dan Badan Pekerjanya. Sebab pada bulan Agustus 1950, negara-negara bagian RIS melebur diri dalam Negara Kesatuan RI.[1] Saat menjadi Acting Presiden RI, Assaat menandatangani statuta pendirian Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.[6]

Setelah pindah ke Jakarta, Assaat menjadi anggota parlemen (DPR-RI), hingga duduk dalam Kabinet Natsir menjadi Menteri Dalam Negeri September 1950 sampai Maret 1951. Setelah Kabinet Natsir bubar, ia kembali menjadi anggota Parlemen.

Pada tahun 1955 ia menjabat sebagai formatur Kabinet bersama Soekiman Wirjosandjojo dan Wilopo untuk mencalonkan Bung Hatta sebagai Perdana Menteri. Karena waktu itu terjadi ketidak puasan daerah terhadap beleid (kebijakan) pemerintahan Pusat. Daerah-daerah mendukung Bung Hatta, tetapi upaya tiga formatur tersebut menemui kegagalan, karena secara formal, ditolak oleh Parlemen.

Pertentangan dengan Pemerintah Pusat

[sunting | sunting sumber]

Ketika Presiden Soekarno menjalankan Demokrasi Terpimpin, Assaat menentangnya. Secara pribadi Bung Karno tetap dihormatinya, yang ditentangnya adalah politik Bung Karno yang seolah-olah condong ke sayap kiri Partai Komunis Indonesia (PKI).

Assaat merasa terancam, karena Demokrasi Terpimpin adalah kediktatoran terselubung, ia selalu diawasi oleh intel serta PKI. Dengan berpura-pura "akan berbelanja" ia bersama keluarganya melarikan diri dengan berturut-turut naik becak dari Jl. Teuku Umar ke Jl. Sabang, dari sana dilanjutkan menuju Stasiun Tanah Abang.

Assaat beserta keluarga berhasil menyeberang ke Sumatra. Berdiam beberapa hari di Palembang. Ketika itu di Sumatera Selatan sudah terbentuk Dewan Garuda yang dipimpin oleh Letkol Barlian. Di Sumatera Barat Letkol Ahmad Husein membentuk Dewan Banteng. Kolonel Maludin Simbolon mendirikan Dewan Gajah di Sumatera Utara, sementara Kolonel Ventje Sumual membangun Dewan Manguni (Burung hantu) di Sulawesi.

Dewan-dewan tersebut bersatu menentang Sukarno yang dipengaruhi oleh PKI. Terbentuklah Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Assaat yang ketika itu baru tiba di Sumatera Barat bergabung dengan PRRI. Kemudian berkeliaran di hutan-hutan Sumatra, setelah Pemerintah Pusat menggempur kekuatan PRRI.

Ketika berada di hutan-hutan Sumatera Barat dan Sumatera Utara, Assaat sudah merasa dirinya sering terserang sakit. Ia ditangkap, dalam keadaan fisik lemah dan dipenjara pada masa Demokrasi Terpimpin selama 4 tahun (1962-1966). Ia baru keluar dari tahanan di Jakarta, setelah munculnya Orde Baru.

Pada tanggal 16 Juni 1976, Assaat meninggal di rumahnya yang sederhana di Warung Jati, Jakarta Selatan pada usia 72 tahun. Assaat gelar Datuk Mudo diantar oleh teman-teman seperjuangannya, sahabat, dan semua keluarganya, dia dihormati oleh negara dengan kebesaran militer.

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]
Rumah Peninggalan Mr Assaat Datuak Mudo di Kubang Putiah

Assaat menikah dengan Roesiah dari Sungai Puar, Agam di Rumah Gadang Kapalo Koto pada 12 Juni 1949.[7] Dari pernikahan ini ia dikaruniai dua orang putra dan seorang putri. Mereka yakni Ras Soelaiman, Aminullah, Lucy Sakura, dan Iqbal.[8]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d "Mr. Assaat Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional" Diarsipkan 2016-11-26 di Wayback Machine. Kompas.com, 1-9-2009. Diakses 23-5-2014.
  2. ^ Tokohindonesia.com. "Pejabat Presiden RI (RIS)" Diarsipkan 2016-05-27 di Wayback Machine.. Diakses 23-5-2014.
  3. ^ Kami perkenalkan. Kementerian Penerangan Republik Indonesia. 1954. 
  4. ^ Pada kartu anggauta BP-KNIP milik Soegondo Djojopoespito ditemukan, bahwa yang menanda-tangani adalah Soepeno (ketoea) dan A.Halim (penoelis) tertanggal Djakarta 25-11-1945, Museum Sumpah Pemuda Jakarta
  5. ^ Handayani, Maulida Sri. "Mr. Assaat: Presiden yang Tak Dihitung oleh Negara". Tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-24. Diakses tanggal 2022-08-24. 
  6. ^ "Presiden Bukan, Pahlawan Bukan" Diarsipkan 2020-11-10 di Wayback Machine. Tempo.co, 21-3-2011. Diakses 10-11-2020.
  7. ^ Maharani (2022-10-29). "Siapa Assaat?". Cekricek. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-29. Diakses tanggal 2022-10-31. 
  8. ^ "Ketika Assaat Menjabat Presiden Sembilan Bulan". Sindonews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-31. Diakses tanggal 2022-10-31. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]