Lompat ke isi

Sejarah lembaga mahasiswa UGM Pasca NKK/BKK: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Iwansams (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
gabungkan
 
(9 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
#ALIH [[Gerakan mahasiswa di Indonesia]]
[[Gambar:Mahasiswa_UGM.jpg|thumb|right|Sejumlah Mahasiswa UGM dalam Suatu Kegiatan]]

SETELAH kebijakan [[Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan]] diterapkan pemerintah Orde Baru, Di lingkungan Universitas Gadjah Mada, ''de facto'' BKK memang ada namun tidak berjalan dengan baik. Aktivitas dilakukan secara terpisah oleh Senat Mahasiswa di lingkungan fakultasnya masing-masing, atau Himpunan Mahasiswa Jurusan. Atau juga oleh Unit-unit Kegiatan Mahasiswa, organ Dewan Mahasiswa UGM yang masih dibiarkan hidup dan berpusat di Gelanggang Mahasiswa UGM.

Pada tahun [[1985]] dengan tidak efektifnya fungsi BKK sejumlah Ketua [[Senat Mahasiswa]] [[Fakultas]] bertemu dengan para Pengurus [[Unit Kegiatan Mahasiswa]] (UKM). Pertemuan tersebut sepakat untuk secara rutin bertemu secara bergiliran di berbagai fakultas atau Sekretariat UKM yang ada di lingkungan UGM. Bekas Sekretariat [[Dewan Mahasiswa]] yaitu [[Gelanggang Mahasiswa UGM]] juga kerap dijadikan tempat pertemuan, terutama ruang Kopma dan Pers Mahasiswa UGM. Juga Balairung Kantor Pusat UGM.

Diantara motor pertemuan saat itu antara lain Abdul Latief (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fisipol UGM), Sugeng Bahagijo (Ketua Umum Senat Mahasiswa Filsafat) dan Moh Saefuddin (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Geografi UGM). Yang menarik, sejumlah aktivis non formal juga kerapkali ikut serta dalam pertemuan tersebut. Sebut saja nama-nama seperti Genot Widjoseno, Rizal Mallarangeng, M. Thoriq, Afnan Malay, Coki, Didit Girli dan sebagainya.

Mentor mereka saat itu ada dua orang. Pertama, Taufik Rahzen, pemimpin Studi Klub Teknosofi. Mahasiswa Teknik Kimia UGM ini malah lebih sering tampak di Gedung Filsafat yang ada di Gedung Pusat UGM daripada di kampusnya sendiri di Skip. Kedua, M. Thoriq yang juga pemimpin pers mahasiswa UGM [[Balairung]], mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM.

Namun baru setelah berlangsungnya Pemilu mahasiswa UGM pada tahun 1987, serta didorong oleh [[Rektor UGM]] yang baru [[Koesnadi Hardjasoemantri]] pada akhirnya para aktivis [[Senat Mahasiswa]] berhasil mengukuhkan keberadaan Forum Komunikasi Senat Mahasiswa dan Badan Perwakilan Mahasiswa UGM atau [[Forkom SEMA/BPM]] [[UGM]]. Saat itu tidak terfikirkan untuk melibatkan para aktivis [[Unit Kegiatan Mahasiswa]] didalamnya, meskipun secara informal pertemuan dua komponen yang berbeda orientasi itu tetap berjalan.

Salah satu prestasi yang sempat ditorehkan oleh Forkom SEMA/BPM itu adalah keberanian institusi tersebut melakukan Pernyataan Sikap Menolak SDSB. Hebatnya lagi pernyataan yang disampaikan ke [[DPRD]] Provinsi DI [[Yogyakarta]] itu diantar sendiri oleh Rektor UGM. Aksi ini kontan mendapat liputan hangat [[media massa]] nasional. Bayangkan, seorang [[Rektor]] mengantar aksi demo para mahasiswanya ke Parlemen !

== Lahirnya Senat Mahasiswa UGM ==
[[Gambar:Gallery gedungpusat.jpg|frame|Gedung Pusat UGM, para aktivis mahasiswa kerapkali menggelar Diskusi di tempat ini]]

[[Senat Mahasiswa]] periode 1987-1989 pun berakhir jabatannya. Sesuai ketentuan di UGM, Senat Mahasiswa dan BPM masa kepengurusannya memang hanya dua tahun, dan setelah itu harus diadakan Pemilihan pengurus baru. Pemilu pun digelar pada pertengahan tahun [[1989]], setelah Ujian Semester. Dan terpilihlah sejumlah pengurus [[Senat Mahasiswa]] dan BPM Fakultas baru periode 1989-1991. Beberapa diantaranya adalah yunior-yunior generasi sebelumnya yang sering ikut-ikut kumpul pada rapat atau diskusi yang diadakan para aktivis. Umumnya malam hari.

Diantaranya para pemimpin baru Senat Mahasiswa itu adalah Iwan Samariansyah (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Geografi), Janoe Arijanto (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fisipol), Lukman Hakim Hassan (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi), Nurhidayat Agam (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Teknik) dan Kusuma SP (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Sastra). Kelima tokoh inilah bersama para aktivis lain segenerasi, lantas ditambah dengan almarhum Moh Khoiri Umar (Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM) dikenal sebagai tokoh pendiri organisasi sentral kemahasiswaan di tingkat Universitas, [[Senat Mahasiswa UGM]]. Institusi baru ini dirancang atas dasar Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan [[Fuad Hasan]] dengan SK 0457/1990 tentang Pedoman Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Para aktivis menyebut SK tersebut sebagai SK [[SMPT]].

Sekedar diketahui, di [[UGM]] sendiri saat itu ada 20 Fakultas. 18 Fakultas setara Program S-1 dan dua Fakultas lainnya Program Non gelar atau D-3 yaitu Non Gelar Teknologi dan Non Gelar Ekonomi. Beberapa orang mantan Ketua Umum Senat Mahasiswa dan Ketua Umum BPM periode sebelumnya kemudian mengajak pengurus yang baru terpilih menggelar pertemuan. Tempatnya di Fakultas Ekonomi. Dan disitulah terjadi diskusi yang hangat mengenai perlunya pengurus yang baru membentuk Forkom yang baru pula.

Sejumlah Pengurus [[Senat Mahasiswa]] yang baru kemudian melontarkan usulan agar para pengurus [[Unit Kegiatan Mahasiswa]] yang sekretariatnya ada di [[Gelanggang Mahasiswa]] juga diajak bergabung dalam institusi tersebut. Istilah [[Forum]] memang sudah tepat karena institusi tersebut sifatnya cair dan tidak mengikat. Tidak ada kepengurusan tunggal disitu dan semua keputusan diambil secara kolektif dan berasaskan kebersamaan.

Timbul masalah karena jumlah [[Unit Kegiatan Mahasiswa]] yang begitu banyak dan beragam. Namun wakil dari [[Gelanggang Mahasiswa]] secara cepat menemukan jalan keluarnya. Unit-unit Olahraga selama ini berkumpul dalam wadah Sekretariat Bersama Unit Kegiatan Olahraga, sedangkan Unit-unit Kesenian mempunyai Sekretariat Bersama Unit Kegiatan Kesenian. Dan masih ada pula Unit-unit Khusus seperti [[Pramuka]], [[Pers Mahasiswa]], [[Koperasi Mahasiswa]], [[Resimen Mahasiswa]] dan sebagainya. Jumlahnya ada 10.

Keputusan akhirnya, setelah beberapa kali pertemuan, Sekber Olahraga diwakili dua orang, Sekber Kesenian juga punya wakil dua orang, masing-masing Unit Khusus diwakili Ketua Umum-nya termasuk Komandan [[Resimen Mahasiswa]] sehingga wakil Gelanggang Mahasiswa di Forkom menjadi 14 orang. Sedangkan wakil-wakil Fakultas masing-masing dua orang pula yaitu Ketua Umum Senat Mahasiswa (Eksekutif) dan Ketua Umum BPM (Legislatif).

Hasil kesepakatan inilah yang kemudian diajukan ke [[Rektor]] dan diluar dugaan disetujui oleh [[Rektor]]. Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Keluarga Mahasiswa UGM yang barupun segera disusun dan rencana Kongres Mahasiswa segera digelar. Yang jelas AD/ART [[Badan Keluarga Mahasiswa]] itulah yang kemudian menjadi dokumen otentik yang membuktikan bahwa [[Senat Mahasiswa UGM]] berbeda formatnya dengan SMPT versi pemerintah, sebuah keberanian untuk membangkang yang luar biasa mengingat kondisi [[otoritarianisme]] saat itu.

== Pemerintahan mahasiswa ==
[[Gambar:Demo mahasiswa.gif|thumb|right|Aksi Unjuk Rasa Mahasiswa Meminta Pengadilan terhadap mantan Presiden Soeharto]]

Senat Mahasiswa UGM memang memberlakukan sistem pemerintahan mahasiswa (''Student Government'') di lingkungan organisasi kemahasiswaan UGM. Senat Mahasiswa UGM berhasil melaksanakan Kongres Mahasiswa UGM yang pertama di Kaliurang, dan terpilihlah Moh Khoiri Umar sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa dengan Iwan Samariansyah sebagai Sekretaris Jenderal. Senat Mahasiswa UGM ini menyatakan dirinya sebagai Lembaga Legislatif. Senat Mahasiswa kemudian membentuk Kabinet mahasiswa yang diberi nama Badan Pelaksana Senat Mahasiswa UGM dengan Ketua Janoe Arijanto dan Wakil Ketua Kusuma SP. Keduanya juga diminta meletakkan jabatannya di Fakultas Sospol dan Sastra.

Yang jelas, poembentukan lembaga sentral kemahasiswaan itu sangat memakan waktu, pikiran, perasaan, dan keringat. Berbagai konsep dirumuskan dalam berbagai pertemuan, siang maupun malam sebelum terlaksananya Kongres Mahasiswa UGM pada Tahun 1990 yang sangat bersejarah itu. Sebelum terbentuknya SM UGM, dan masih bernama Forum Komunikasi Mahasiswa UGM sempat pula diadakan studi banding ke berbagai kampus di Jawa. Perpecahan internal juga terjadi dengan lahirnya kelompok Komite Pembelaan Mahasiswa (KPM) UGM yang menyatakan menolak SMPT. Motornya adalah Dadang Juliantara dan Sugeng Bahagijo.

Padahal, aktivitas Senat Mahasiswa UGM sendiri tidaklah bersifat elitis. Beberapa aktivis non formal juga diajak ikut serta mengkreasi berbagai kegiatan yang ada. Dialog Kebudayaan, sebagai contoh, melibatkan Nirwan Arsuka, Genot Widjoseno, Afnan Malay, Yaser Arafat dan kawan-kawan dari Forum [[Bulaksumur]]. Prestasi yang paling gemilang pada Angkatan Pertama ini adalah digelarnya Simposium Nasional Mahasiswa Indonesia yang mengundang lebih dari 50 kampus Perguruan Tinggi se Indonesia. Ini prestasi besar. Tak ayal lagi suasana Simposium menjadi mirip Kongres Mahasiswa Indonesia !

Hanya satu tahun, kepengurusan Senat Mahasiswa UGM berakhir. Dan angkatan berikutnya masuk. Angkatan II hasil Kongres menetapkan Muh Anis Baswedan, senator dari Fak Ekonomi UGM sebagai Ketua Umum SM UGM, dilanjutkan dengan Angkatan III di bawah kepemimpinan Elan Satriawan (lagi-lagi dari Fakultas Ekonomi). Gagasan mengenai Badan Eksekutif Mahasiswa ('''BEM''') berkembang pada masa-masa ini, dan mendapat penyempurnaan terus pada generasi-generasi aktivis intra Universiter selanjutnya. Lembaga inilah yang delapan tahun kemudian pada 1998 akhirnya berhasil menggoyang kekuasaan Presiden Soeharto dan mengakhiri 32 tahun kekuasaan otoriter Orde Baru.

[[Gambar:Reformasi98.jpg|thumb|right|[[Gerakan mahasiswa Indonesia 1998|Ribuan Mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR menuntut Reformasi]] pada 20 Mei 1998]]

Dasar-dasar organisasi kemahasiswaan yang ''vacuum'' sejak [[1978]], setelah dibekukannya Dewan Mahasiswa, terus melakukan regenerasi organisasi sentral kemahasiswaan. Pada [[1988]], cikal bakal Dewan Mahasiswa versi baru diletakkan yaitu Forum Komunikasi Mahasiswa. Dan pada 1990, lahirlah Senat Mahasiswa. Meski, tidak lagi bisa menggunakan nama Dewan Mahasiswa namun tetap menjadi ''Student Government''.

Bersama-sama dengan kampus-kampus lain di Indonesia cikal bakal [[Gerakan mahasiswa Indonesia 1998]] yang fenomenal itu diletakkan, disemaikan dan dipupuk oleh generasi berikutnya serta pada akhirnya dipanen oleh generasi 1998. Sebuah perjuangan yang begitu panjang dan melelahkan.

{{stub}}
[[Kategori:Gerakan mahasiswa]]
[[Kategori:Organisasi mahasiswa di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 19 Maret 2010 16.07