Lompat ke isi

Bioreaktor: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
20Lukianto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
D'SpecialOne (bicara | kontrib)
k +fact
Baris 1: Baris 1:
[[Image:Pg166 bioreactor.jpg|thumb|right|250px|Bioreaktor]]
[[Image:Pg166 bioreactor.jpg|thumb|right|250px|Bioreaktor]]
'''Bioreaktor''' adalah sebuah peralatan atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis yang dapat menunjang terjadinya [[reaksi]] biokimia dari bahan mentah menjadi bahan yang dikehendaki. Reaksi [[biokimia]] yang terjadi di dalam bioreaktor melibatkan organisme atau komponen biokimia aktif ([[enzim]]) yang berasal dari organisme tertentu, baik secara [[aerobik]] maupun [[anaerobik]]. Oleh karena itu, bioreaktor biasanya terbuat dari bahan stainless steel karena bahan tersebut tidak bereaksi dengan bahan-bahan yang berada dalam bioreaktor sehingga tidak menggangu proses biokimia yang terjadi. Selain itu, bahan tersebut juga anti [[karat]] dan tahan panas.<ref name=ratledge> Ratledge C, Kristiansen B. 2001. Basic Biotechnology. Cambridge: Cambridge University Pr.</ref> Selain itu, bioreaktor juga harus dapat menciptakan lingkungan yang optimum bagi [[mikroorganisme]] ataupun reaksi yang diinginkan maka diperlukan pengontrolan. Parameter yang biasa dikontrol pada bioreaktor adalah [[suhu]], [[pH]], [[substrat]] (sumber karbon dan nitrogen), [[aerasi]], dan [[agitasi]].<ref name=william> Williams JA. 2002. Keys to bioreactor selection. Chemical Eng Progress 98(3):34-41.</ref>
'''Bioreaktor''' adalah sebuah peralatan atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis yang dapat menunjang terjadinya [[reaksi]] biokimia dari bahan mentah menjadi bahan yang dikehendaki.{{fact}} Reaksi [[biokimia]] yang terjadi di dalam bioreaktor melibatkan organisme atau komponen biokimia aktif ([[enzim]]) yang berasal dari organisme tertentu, baik secara [[aerobik]] maupun [[anaerobik]].{{fact}} Oleh karena itu, bioreaktor biasanya terbuat dari bahan stainless steel karena bahan tersebut tidak bereaksi dengan bahan-bahan yang berada dalam bioreaktor sehingga tidak menggangu proses biokimia yang terjadi.{{fact}} Selain itu, bahan tersebut juga anti [[karat]] dan tahan panas.<ref name=ratledge> Ratledge C, Kristiansen B. 2001. Basic Biotechnology. Cambridge: Cambridge University Pr.</ref> Selain itu, bioreaktor juga harus dapat menciptakan lingkungan yang optimum bagi [[mikroorganisme]] ataupun reaksi yang diinginkan maka diperlukan pengontrolan.{{fact}} Parameter yang biasa dikontrol pada bioreaktor adalah [[suhu]], [[pH]], [[substrat]] (sumber karbon dan nitrogen), [[aerasi]], dan [[agitasi]].<ref name=william> Williams JA. 2002. Keys to bioreactor selection. Chemical Eng Progress 98(3):34-41.</ref>


Komponen utama bioreaktor terdiri atas tanki, [[sparger]], [[impeller]], saringan halus atau [[baffle]] dan [[sensor]] untuk mengontrol parameter. Tanki berfungsi untuk menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta produk. Volume tanki skala laboratorium berkisar antara 1 – 30 L, sedangkan untuk skala industri dapat mencapai lebih dari 1 000 L. Sparger terletak di bagian bawah bioreaktor dan berperan untuk memompa [[udara]], dan mencegah pembentukan gelembung oksigen. Impeller berperan dalam agitasi dengan mengaduk campuran substrat dan sel. Impeller digerakkan oleh rotor. Baffle juga berperan untuk mencegah terjadinya efek pusaran air akibat agitasi yang dapat mengganggu agitasi yang seharusnya. Sensor berperan untuk mengontrol lingkungan dalam bioreaktor. Kontrol fisika meliputi sensor suhu, tekanan, agitasi, [[foam]], dan kecepatan aliran. Sedangkan, kontrol kimia meliputi sensor pH, kadar oksigen, dan perubahan komposisi medium.<ref name=william/><ref name=vill> Villadsen J, Lidén G. 2003. Bioreactor Engineering Principles. New York : Plenum Press.</ref>
Komponen utama bioreaktor terdiri atas tanki, [[sparger]], [[impeller]], saringan halus atau [[baffle]] dan [[sensor]] untuk mengontrol parameter.{{fact}} Tanki berfungsi untuk menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta produk.{{fact}} Volume tanki skala laboratorium berkisar antara 1 – 30 L, sedangkan untuk skala industri dapat mencapai lebih dari 1 000 L. Sparger terletak di bagian bawah bioreaktor dan berperan untuk memompa [[udara]], dan mencegah pembentukan gelembung oksigen.{{fact}} Impeller berperan dalam agitasi dengan mengaduk campuran substrat dan sel.{{fact}} Impeller digerakkan oleh rotor.{{fact}} Baffle juga berperan untuk mencegah terjadinya efek pusaran air akibat agitasi yang dapat mengganggu agitasi yang seharusnya. Sensor berperan untuk mengontrol lingkungan dalam bioreaktor.{{fact}} Kontrol fisika meliputi sensor suhu, tekanan, agitasi, [[foam]], dan kecepatan aliran.{{fact}} Sedangkan, kontrol kimia meliputi sensor pH, kadar oksigen, dan perubahan komposisi medium.<ref name=william/><ref name=vill> Villadsen J, Lidén G. 2003. Bioreactor Engineering Principles. New York : Plenum Press.</ref>


Untuk melakukan produksi skala besar menggunakan bioreaktor dibutuhkan proses peningkatan skala (scale up). [[Parameter]] kinetik merupakan acuan dalam peningkatan skala bioreaktor. Parameter kinetik dalam bioreaktor ialah pengaturan suhu, pH, aerasi, agitasi, dan agen antifoam. Pengaturan suhu dalam bioreaktor dilakukan dengan cara pemompaan air dingin ke bagian jaket bioreaktor. Pengaturan pH dilakukan dengan cara pemberian [[asam]] seperti HCl dan [[basa]] seperti NaOH. Agitasi dalam bioreaktor dibutuhkan untuk [[homogenisasi]] isi bioreaktor dan [[aerasi]] dalam bioreaktor. Jika organisme dalam bioreaktor bersifat aerob maka udara (oksigen) harus dimasukkan ke dalam bioreaktor. Udara dalam bioreaktor dimasukkan melalui sparger yang berada di bawah. Dalam proses aerasi dan agitasi terkadang dihasilkan foam yang dapat mengganggu reaksi biokimia dalam bioreaktor. Oleh karena itu, dibutuhkan agen antifoam untuk mencegah terjadinya foam. Agen [[antifoam]] yang umunya dipakai dapat berupa [[minyak sawit]] ataupun [[tween]].<ref name=ratledge/>
Untuk melakukan produksi skala besar menggunakan bioreaktor dibutuhkan proses peningkatan skala (scale up).{{fact}} [[Parameter]] kinetik merupakan acuan dalam peningkatan skala bioreaktor.{{fact}} Parameter kinetik dalam bioreaktor ialah pengaturan suhu, pH, aerasi, agitasi, dan agen antifoam.{{fact}} Pengaturan suhu dalam bioreaktor dilakukan dengan cara pemompaan air dingin ke bagian jaket bioreaktor.{{fact}} Pengaturan pH dilakukan dengan cara pemberian [[asam]] seperti HCl dan [[basa]] seperti NaOH.{{fact}} Agitasi dalam bioreaktor dibutuhkan untuk [[homogenisasi]] isi bioreaktor dan [[aerasi]] dalam bioreaktor.{{fact}} Jika organisme dalam bioreaktor bersifat aerob maka udara (oksigen) harus dimasukkan ke dalam bioreaktor.{{fact}} Udara dalam bioreaktor dimasukkan melalui sparger yang berada di bawah.{{fact}} Dalam proses aerasi dan agitasi terkadang dihasilkan foam yang dapat mengganggu reaksi biokimia dalam bioreaktor.{{fact}} Oleh karena itu, dibutuhkan agen antifoam untuk mencegah terjadinya foam.{{fact}} Agen [[antifoam]] yang umunya dipakai dapat berupa [[minyak sawit]] ataupun [[tween]].<ref name=ratledge/>


Berdasarkan tingkat [[aseptis]] maka sistem bioreaktor terbagi menjadi 2, yaitu bioreaktor sistem non aseptis (untuk pengolahan limbah) dan bioreasktor sistem aseptis (untuk produksi sel dan produksi metabolit). Untuk bioreaktor sistem aseptis diperlukan sterilisasi bioreaktor pada suhu dan tekanan yang tinggi.<ref name=ratledge/> Sedangkan, berdasarkan pemberian substrat maka sistem fermentasi dalam bioreaktor terbagi menjadi tiga, yaitu ''batch fermentation'', ''continous batch fermentation'', dan ''fed batch fermentation''. Pada ''batch fermentation'', makanan hanya diberikan satu kali saja kemudian produk dipanen. Pada ''continous batch fermentation'', makanan diberikan terus menerus. Pada ''fed batch fermentation'', makanan diberikan kemudian produk dipanen, makanan yang baru diberikan sebelum makanan pertama yang diberikan habis.<ref> Shetty K, Paliyath G, Pometto A, Levin RE. 2006. Food Biotechnology. Boca Raton: CRC Pr.</ref> Lalu, bila kita melihat sistem aerasinya, bioreaktor dibagi menjadi bioreaktor ''stirred tank'', ''bubble column'', dan ''loop airlift''. Prinsip stirred tank bioreactor adalah menghasilkan aerasi dengan menggunakan agitasi mekanis, yaitu dengan [[impeller]]. Pada ''bubble column bioreactor'', udara dalam bentuk gelembung dimasukkan ke media melalui sparger untuk aerasi. Sedangkan, pada ''loop airlift bioreactor'', udara dan media disirkulasi bersamaan melalui kolom yang dimasukkan ke dalam kolom lain.<ref name=vill/><ref>Christael L, Kawase Y, Znad H. 2007. Hydrodynamic modelling of internal loop airlift reactor applying drift-flux model in bubbly flow regime. Canadian J Chem Eng 1(7):1-8.</ref>
Berdasarkan tingkat [[aseptis]] maka sistem bioreaktor terbagi menjadi 2, yaitu bioreaktor sistem non aseptis (untuk pengolahan limbah) dan bioreasktor sistem aseptis (untuk produksi sel dan produksi metabolit).{{fact}} Untuk bioreaktor sistem aseptis diperlukan sterilisasi bioreaktor pada suhu dan tekanan yang tinggi.<ref name=ratledge/> Sedangkan, berdasarkan pemberian substrat maka sistem fermentasi dalam bioreaktor terbagi menjadi tiga, yaitu ''batch fermentation'', ''continous batch fermentation'', dan ''fed batch fermentation''.{{fact}} Pada ''batch fermentation'', makanan hanya diberikan satu kali saja kemudian produk dipanen.{{fact}} Pada ''continous batch fermentation'', makanan diberikan terus menerus.{{fact}} Pada ''fed batch fermentation'', makanan diberikan kemudian produk dipanen, makanan yang baru diberikan sebelum makanan pertama yang diberikan habis.<ref> Shetty K, Paliyath G, Pometto A, Levin RE. 2006. Food Biotechnology. Boca Raton: CRC Pr.</ref> Lalu, bila kita melihat sistem aerasinya, bioreaktor dibagi menjadi bioreaktor ''stirred tank'', ''bubble column'', dan ''loop airlift''.{{fact}} Prinsip stirred tank bioreactor adalah menghasilkan aerasi dengan menggunakan agitasi mekanis, yaitu dengan [[impeller]]. Pada ''bubble column bioreactor'', udara dalam bentuk gelembung dimasukkan ke media melalui sparger untuk aerasi. Sedangkan, pada ''loop airlift bioreactor'', udara dan media disirkulasi bersamaan melalui kolom yang dimasukkan ke dalam kolom lain.<ref name=vill/><ref>Christael L, Kawase Y, Znad H. 2007. Hydrodynamic modelling of internal loop airlift reactor applying drift-flux model in bubbly flow regime. Canadian J Chem Eng 1(7):1-8.</ref>


==Referensi==
==Referensi==

Revisi per 8 Mei 2010 05.24

Bioreaktor

Bioreaktor adalah sebuah peralatan atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis yang dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia dari bahan mentah menjadi bahan yang dikehendaki.[butuh rujukan] Reaksi biokimia yang terjadi di dalam bioreaktor melibatkan organisme atau komponen biokimia aktif (enzim) yang berasal dari organisme tertentu, baik secara aerobik maupun anaerobik.[butuh rujukan] Oleh karena itu, bioreaktor biasanya terbuat dari bahan stainless steel karena bahan tersebut tidak bereaksi dengan bahan-bahan yang berada dalam bioreaktor sehingga tidak menggangu proses biokimia yang terjadi.[butuh rujukan] Selain itu, bahan tersebut juga anti karat dan tahan panas.[1] Selain itu, bioreaktor juga harus dapat menciptakan lingkungan yang optimum bagi mikroorganisme ataupun reaksi yang diinginkan maka diperlukan pengontrolan.[butuh rujukan] Parameter yang biasa dikontrol pada bioreaktor adalah suhu, pH, substrat (sumber karbon dan nitrogen), aerasi, dan agitasi.[2]

Komponen utama bioreaktor terdiri atas tanki, sparger, impeller, saringan halus atau baffle dan sensor untuk mengontrol parameter.[butuh rujukan] Tanki berfungsi untuk menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta produk.[butuh rujukan] Volume tanki skala laboratorium berkisar antara 1 – 30 L, sedangkan untuk skala industri dapat mencapai lebih dari 1 000 L. Sparger terletak di bagian bawah bioreaktor dan berperan untuk memompa udara, dan mencegah pembentukan gelembung oksigen.[butuh rujukan] Impeller berperan dalam agitasi dengan mengaduk campuran substrat dan sel.[butuh rujukan] Impeller digerakkan oleh rotor.[butuh rujukan] Baffle juga berperan untuk mencegah terjadinya efek pusaran air akibat agitasi yang dapat mengganggu agitasi yang seharusnya. Sensor berperan untuk mengontrol lingkungan dalam bioreaktor.[butuh rujukan] Kontrol fisika meliputi sensor suhu, tekanan, agitasi, foam, dan kecepatan aliran.[butuh rujukan] Sedangkan, kontrol kimia meliputi sensor pH, kadar oksigen, dan perubahan komposisi medium.[2][3]

Untuk melakukan produksi skala besar menggunakan bioreaktor dibutuhkan proses peningkatan skala (scale up).[butuh rujukan] Parameter kinetik merupakan acuan dalam peningkatan skala bioreaktor.[butuh rujukan] Parameter kinetik dalam bioreaktor ialah pengaturan suhu, pH, aerasi, agitasi, dan agen antifoam.[butuh rujukan] Pengaturan suhu dalam bioreaktor dilakukan dengan cara pemompaan air dingin ke bagian jaket bioreaktor.[butuh rujukan] Pengaturan pH dilakukan dengan cara pemberian asam seperti HCl dan basa seperti NaOH.[butuh rujukan] Agitasi dalam bioreaktor dibutuhkan untuk homogenisasi isi bioreaktor dan aerasi dalam bioreaktor.[butuh rujukan] Jika organisme dalam bioreaktor bersifat aerob maka udara (oksigen) harus dimasukkan ke dalam bioreaktor.[butuh rujukan] Udara dalam bioreaktor dimasukkan melalui sparger yang berada di bawah.[butuh rujukan] Dalam proses aerasi dan agitasi terkadang dihasilkan foam yang dapat mengganggu reaksi biokimia dalam bioreaktor.[butuh rujukan] Oleh karena itu, dibutuhkan agen antifoam untuk mencegah terjadinya foam.[butuh rujukan] Agen antifoam yang umunya dipakai dapat berupa minyak sawit ataupun tween.[1]

Berdasarkan tingkat aseptis maka sistem bioreaktor terbagi menjadi 2, yaitu bioreaktor sistem non aseptis (untuk pengolahan limbah) dan bioreasktor sistem aseptis (untuk produksi sel dan produksi metabolit).[butuh rujukan] Untuk bioreaktor sistem aseptis diperlukan sterilisasi bioreaktor pada suhu dan tekanan yang tinggi.[1] Sedangkan, berdasarkan pemberian substrat maka sistem fermentasi dalam bioreaktor terbagi menjadi tiga, yaitu batch fermentation, continous batch fermentation, dan fed batch fermentation.[butuh rujukan] Pada batch fermentation, makanan hanya diberikan satu kali saja kemudian produk dipanen.[butuh rujukan] Pada continous batch fermentation, makanan diberikan terus menerus.[butuh rujukan] Pada fed batch fermentation, makanan diberikan kemudian produk dipanen, makanan yang baru diberikan sebelum makanan pertama yang diberikan habis.[4] Lalu, bila kita melihat sistem aerasinya, bioreaktor dibagi menjadi bioreaktor stirred tank, bubble column, dan loop airlift.[butuh rujukan] Prinsip stirred tank bioreactor adalah menghasilkan aerasi dengan menggunakan agitasi mekanis, yaitu dengan impeller. Pada bubble column bioreactor, udara dalam bentuk gelembung dimasukkan ke media melalui sparger untuk aerasi. Sedangkan, pada loop airlift bioreactor, udara dan media disirkulasi bersamaan melalui kolom yang dimasukkan ke dalam kolom lain.[3][5]

Referensi

  1. ^ a b c Ratledge C, Kristiansen B. 2001. Basic Biotechnology. Cambridge: Cambridge University Pr.
  2. ^ a b Williams JA. 2002. Keys to bioreactor selection. Chemical Eng Progress 98(3):34-41.
  3. ^ a b Villadsen J, Lidén G. 2003. Bioreactor Engineering Principles. New York : Plenum Press.
  4. ^ Shetty K, Paliyath G, Pometto A, Levin RE. 2006. Food Biotechnology. Boca Raton: CRC Pr.
  5. ^ Christael L, Kawase Y, Znad H. 2007. Hydrodynamic modelling of internal loop airlift reactor applying drift-flux model in bubbly flow regime. Canadian J Chem Eng 1(7):1-8.