Lompat ke isi

Kluthuk Jaladara: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP51Kurnia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP51Kurnia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 4: Baris 4:
==Rute Perjalanan==
==Rute Perjalanan==
[[File:Siti Hinggil Keraton Surakarta.jpg|thumb|Siti Hinggil Keraton Surakarta]]
[[File:Siti Hinggil Keraton Surakarta.jpg|thumb|Siti Hinggil Keraton Surakarta]]
Rute perjalanan yang ditawarkan oleh kereta kuno ini memilki 4 tujuan.<ref name="c"/>Yaitu Kereta ini melewati beberapa landmark Kota [[Solo]] seperti [[Loji Gandrung]] (Rumah Dinas Walikota Solo), [[Ngarsopuro]], [[Keraton Solo]] dan [[Gladak]].<ref name="d">http://www.tiket24jam.com/Teks pranala[,teks tambahan</ref>
Rute perjalanan yang ditawarkan oleh kereta kuno ini memilki 4 tujuan.<ref name="c">https://foursquare.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Yaitu Kereta ini melewati beberapa landmark Kota [[Solo]] seperti [[Loji Gandrung]] (Rumah Dinas Walikota Solo), [[Ngarsopuro]], [[Keraton Solo]] dan [[Gladak]].<ref name="d">http://www.tiket24jam.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>
===Loji Gandrung===
===Loji Gandrung===
Loji Gandrung dulunya merupakan rumah mewah milik seorang pengusaha pertanian asal [[Belanda]], [[Yohanes Agustinus Dezentye]], yang dibangun sekitar [[1823]] pada jaman [[Paku Buwono IV]].<ref name="f">http://dtrk.surakarta.go.id/Teks pranala],teks tambahan</ref>Pada saat perayaan khusus dan akhir pekan, Yohanes kerap mengadakan pesta-pesta ala [[Eropa]] di rumah ini. Selain orang Belanda, sejumlah kerabat [[Keraton]] diundang dalam pesta itu.<ref name="g">http://www.tribunnews.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Dengan diiringi alunan musik, para tamu dengan pasangannya biasa ber[[dansa]] di ruang tengah, hingga akhirnya masyarakat setempat menyebut rumah mewah tersebut sebagai '''Loji Gandrung'''.<ref name="f"/>
Loji Gandrung dulunya merupakan rumah mewah milik seorang pengusaha pertanian asal [[Belanda]], [[Yohanes Agustinus Dezentye]], yang dibangun sekitar [[1823]] pada jaman [[Paku Buwono IV]].<ref name="f">http://dtrk.surakarta.go.id/Teks pranala],teks tambahan</ref>Pada saat perayaan khusus dan akhir pekan, Yohanes kerap mengadakan pesta-pesta ala [[Eropa]] di rumah ini. Selain orang Belanda, sejumlah kerabat [[Keraton]] diundang dalam pesta itu.<ref name="g">http://www.tribunnews.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Dengan diiringi alunan musik, para tamu dengan pasangannya biasa ber[[dansa]] di ruang tengah, hingga akhirnya masyarakat setempat menyebut rumah mewah tersebut sebagai '''Loji Gandrung'''.<ref name="f"/>
===Ngarsopuro===
===Ngarsopuro===
Ngarsopuro adalah suatu kawasan di depan Pura Mangkunegaraan.<ref name="b"/>Keadaannya jauh berbeda dengan yang dulu,karena sekarang sudah tidak ada lagi pasar barang elekrtnik yang berjualan di daren.<ref name="e"/>
Ngarsopuro adalah suatu kawasan di depan Pura Mangkunegaraan.<ref name="b"/>Keadaannya jauh berbeda dengan yang dulu,karena sekarang sudah tidak ada lagi pasar barang elekrtnik yang berjualan di daren.<ref name="e"/>
===Gladak===
===Gladak===
Gladak merupakan salah satu gerbang masuk Keraton Surakarta.<ref name="a"/>Gladak juga merupakan kawasan yang strategis untuk perbisnisan.<ref name="b"/>Karena letaknya yang strategis dan berada dipusat kota, maka tak heran disekitar Gladak telah dibangun sentra-sentra perbisnisan di kota Solo.<ref name="c"/>


==Harga Sewa==
==Harga Sewa==

Revisi per 15 Mei 2014 12.24

Klutuk Jaladara

Klutuk Jaladara merupakan Kereta Wisata yang ada di kota Solo.[1]Kereta ini adalah kereta tua buatan Jerman pada tahun 1896 dan dikirim ke Indonesia pada tahun itu juga oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai alat transportasi jarak pendek.[1]Nama kereta ini diambil dari nama kereta pusaka yang dihadiahkan para dewa kepada Prabu Kresna guna membasmi kejahatan ini akan membawa penumpang melintasi jalur legendaris yang membelah Surakarta, yakni dari Stasiun Purworasi menuju Stasiun Sangkrah yang berjarak sekitar 5 km.[2]Lokomotifnya bernomor C1218 dan tergolong lokomotif kecil yang digunakan untuk rute mendatar.[1]Kecepatan yang dihasilan dari kereta api ini dapat mencapai 50 km/jam dengan dilengkapi 2 gerbong yang dibuat dari kayu jati pilihan pada tahun 1920 dengan kapasitas penumpang 70 orang.[1]Kereta ini diresmikan pada tanggal 27 september 2009 oleh Menteri Perhubungan Jusman Syafi’i Djamal bersama Gubernur Jawa Tengah dan Walikota Solo Joko Widodo bertempat di Loji Gandrung, Rumah Dinas Walikota Solo.[3]

Rute Perjalanan

Siti Hinggil Keraton Surakarta

Rute perjalanan yang ditawarkan oleh kereta kuno ini memilki 4 tujuan.[4]Yaitu Kereta ini melewati beberapa landmark Kota Solo seperti Loji Gandrung (Rumah Dinas Walikota Solo), Ngarsopuro, Keraton Solo dan Gladak.[5]

Loji Gandrung

Loji Gandrung dulunya merupakan rumah mewah milik seorang pengusaha pertanian asal Belanda, Yohanes Agustinus Dezentye, yang dibangun sekitar 1823 pada jaman Paku Buwono IV.[6]Pada saat perayaan khusus dan akhir pekan, Yohanes kerap mengadakan pesta-pesta ala Eropa di rumah ini. Selain orang Belanda, sejumlah kerabat Keraton diundang dalam pesta itu.[7]Dengan diiringi alunan musik, para tamu dengan pasangannya biasa berdansa di ruang tengah, hingga akhirnya masyarakat setempat menyebut rumah mewah tersebut sebagai Loji Gandrung.[6]

Ngarsopuro

Ngarsopuro adalah suatu kawasan di depan Pura Mangkunegaraan.[3]Keadaannya jauh berbeda dengan yang dulu,karena sekarang sudah tidak ada lagi pasar barang elekrtnik yang berjualan di daren.[2]

Gladak

Gladak merupakan salah satu gerbang masuk Keraton Surakarta.[1]Gladak juga merupakan kawasan yang strategis untuk perbisnisan.[3]Karena letaknya yang strategis dan berada dipusat kota, maka tak heran disekitar Gladak telah dibangun sentra-sentra perbisnisan di kota Solo.[4]

Harga Sewa

Untuk menaiki kereta ini pengguna bisa langsung membayar di tempat atau harus menyewa terlebih dahulu.[2]Harga yang ditetapkan untuk seorang warga solo sebesar Rp.30.000, untuk warga Karesidenan Solo sebesar Rp.100.000 dan harga untuk warga diluar Karesidenan sebesar Rp.200.000.[2]Adapun untuk harga yang dikeluarkan rombongan, yaitu sebesar Rp.3.750.000.[5].Kereta ini juga memiliki beberapa paket.[2]Ada sejumlah paket yang disiapkan, seperti paket batik, paket kuliner, paket pernikahan sampai paket VIP. Nilai paketnya antara Rp 9 juta - 25 juta.[2]


Referensi

  1. ^ a b c d e http://jalan2.com/city/Teks pranala],teks tambahan
  2. ^ a b c d e f http://www.pikiran-rakyat.com/Teks pranala],teks tambahan Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "e" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ a b c http://www.surakarta.go.id/Teks pranala],teks tambahan
  4. ^ a b https://foursquare.com/Teks pranala],teks tambahan
  5. ^ a b http://www.tiket24jam.com/Teks pranala],teks tambahan
  6. ^ a b http://dtrk.surakarta.go.id/Teks pranala],teks tambahan
  7. ^ http://www.tribunnews.com/Teks pranala],teks tambahan