Lompat ke isi

Sesar Semangko: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
RHKt (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android App section source
 
(56 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox fault
[[Berkas:Bukittinggi Cañón del Sianok.JPG|jmpl|200px|[[Ngarai Sianok]] yang terbentuk akibat adanya patahan Semangko.]]
|image=File:Great Sumatran Fault.png
'''Sesar Besar Sumatra''' ({{lang-en|Great Sumatran Fault}}) atau '''Patahan Semangko''' adalah bentukan geologi yang membentang di [[Pulau Sumatra]] dari utara ke selatan, dimulai dari [[Aceh]] hingga [[Teluk Semangka]] di [[Lampung]]. Patahan inilah membentuk [[Pegunungan Barisan]], suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di daerah [[Ngarai Sianok]] dan [[Lembah Anai]] di dekat [[Kota Bukittinggi]].
|name=Sesar Semangko<br>''Sesar besar Sumatra''
|length=~1650-1900km
|region=[[Aceh]], [[Sumatera Utara]], [[Sumatera Barat]], [[Jambi]], [[Bengkulu]], [[Lampung]]
|cities=[[Banda Aceh]], [[Padangpanjang]], [[Bukit Tinggi]]
|earthquakes=[[Gempa bumi Padang Panjang 1926]] (M7.6)<br>[[Gempa bumi Sumatra 1933]] (M7.5)<br> [[Gempa bumi Alahan Panjang 1943|Gempa bumi Alahan Panjang 1943]] (M7.4)<br>Gempa bumi Aceh 1964 (M7.0)<ref>{{cite web|title=M 7.0 - 5 km NE of Banda Aceh, Indonesia|url=https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/iscgem868224/executive|publisher=USGS Earthquake Hazards Program|access-date=1 February 2022}}</ref><br>[[Gempa bumi Liwa 1994|Gempa bumi Liwa 1994]] (M7.0)<br>[[Gempa bumi Kerinci 1995]] (M6.8)<br> [[Gempa bumi Sumatra Maret 2007|Gempa bumi Sumatra Maret 2007]] (M6.4)<br> [[Gempa bumi Pasaman Barat 2022]] (M6.2)
|type=[[Sesar (geologi)|strike-slip]]
|country=Indonesia
| displacement = {{convert|15|-|20|mm|abbr=on}}/tahun
|other_name=
|location=[[Sumatra]]
|plate=[[Lempeng Australia]], [[Lempeng Sunda]]
}}
[[Berkas:Bukittinggi Cañón del Sianok.JPG|thumb|240px|[[Ngarai Sianok]] yang terbentuk akibat adanya patahan Semangko.]]
'''Sesar''' atau '''Patahan Semangko''' ({{lang-en|'''Great Sumatran Fault'''}}, "Sesar Besar Sumatra") adalah bentukan geologi yang membentang di [[Pulau Sumatra]] dari utara ke selatan, dimulai dari [[Aceh]] hingga [[Teluk Semangka]] di [[Lampung]]. Patahan inilah membentuk [[Pegunungan Barisan]], suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di daerah [[Ngarai Sianok]] dan [[Lembah Anai]] di dekat [[Kota Bukittinggi]]. Patahan ini adalah patahan paling aktif secara seismik dan terpanjang di Indonesia dengan panjang 1,900 km, membentang dari provinsi [[Aceh]] hingga [[Lampung]]. Patahan ini menjadi ancaman besar bagi penduduk [[Sumatra]] (terutama wilayah pesisir selatan), dengan ancaman gempa bumi yang sangat tinggi. Sesar Semangko menjadi salah satu patahan aktif yang paling berbahaya di [[Indonesia]], bersamaan dengan [[Sesar Naik Busur Belakang Flores|Sesar Naik Flores]], dan [[Sesar Palu-Koro]].
 
Pulau [[Sumatra]], [[Indonesia]], terletak di area seismik yang tinggi di dunia. Selain adanya [[zona subduksi]] dan asosiasi [[busur sunda]] di bagian pantai barat pulau tersebut, Sumatra juga mempunyai [[sesar]] ''strike-slip'' yang besar, yang biasa disebut''' Sesar Sumatra besar''' (''Great sumatran faulfault), ''yang menggerakkan sepanjang pulau. Zona sesar ini mengakomodir sebagian besar gerakan'' strike-slip '' yang berasosiasi dengan konvergen ''oblique ''antara [[Lempeng Indo-Australia]] dan [[Lempeng Eurasia]]. Sesar tersebut berakhir di utara tepat dibawah kota [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]], yang pernah porak-poranda pada [[Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004|Gempa bumi samudra hindia]] pada tahun 2004 lalu. Semenjak gempa tersebut, tekanan pada Sesar Sumatra meningkat secara signifikan, terutama di wilayah utara. Patahan ini merupakan patahan geser, seperti [[patahan San Andreas]] di [[California]].
 
Patahan Semangko terletak di antara Zona Semangko patahan Lampung. Bagian selatan dari blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Teluk Belitung. Sedangkan bagian utara blok Semangko berbentuk seperti Dome (diameter +40 Km). Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di pulau Sumatra dari selatan ke utara. Patahan inilah yang membentuk pegunungan Barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau Sumatra. Patahan ini relatif lebih muda dan paling mudah terlihat di daerah ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat kota Padang Panjang.
 
[[File:Ngarai Sianok, Bukittinggi, 2017-02-12 04.jpg|thumb|240px|Ngarai Sianok di [[Bukittinggi]], wujud dari Sesar Semangko]]
Terbentuknya Patahan Semangko bermula sejak jutaan tahun lampau saat Lempeng (Samudra) Hindia-Australia menabrak secara menyerong bagian barat Sumatra yang menjadi bagian dari Lempeng (Benua) Eurasia. Tabrakan menyerong ini memicu munculnya 2 komponen gaya. Komponen pertama bersifat tegak lurus, menyeret ujung Lempeng Hindia masuk ke bawah Lempeng Sumatra. Batas kedua lempeng ini sampai kedalaman 40 kilometer umumnya mempunyai sifat regas dan di beberapa tempat terekat erat. Suatu saat, tekanan yang terhimpun tidak sanggup lagi ditahan sehingga menghasilkan gempa bumi yang berpusat di sekitar zona penunjaman atau zona subduksi. Setelah itu, bidang kontak akan merekat lagi sampai suatu saat nanti kembali terjadi gempa bumi besar. Gempa di zona inilah yang sering memicu terjadinya tsunami, sebagaimana terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004. Adapun komponen kedua berupa gaya horizontal yang sejajar arah palung dan menyeret bagian barat pulau ini ke arah barat laut. Gaya inilah yang menciptakan retakan memanjang sejajar batas lempeng, yang kemudian dikenal sebagai Patahan Besar Sumatra. Geolog Katili dalam The Great Sumatran Fault (1967) menyebutkan, retakan ini terbentuk pada periode Miosen Tengah atau sekitar 13 juta tahun lalu. Lempeng Bumi di bagian barat Patahan Sumatra ini senantiasa bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 10 milimeter per tahun sampai 30&nbsp;mm per tahun relatif terhadap bagian di timurnya. Sebagaimana di zona subduksi, bidang Patahan Sumatra ini sampai kedalaman 10 kilometer-20&nbsp;km terkunci erat sehingga terjadi akumulasi tekanan. Suatu saat, tekanan yang terkumpul sudah demikian besar sehingga bidang kontak di zona patahan tidak kuat lagi menahan dan kemudian pecah. Batuan di kanan-kirinya melenting tiba-tiba dengan kuat sehingga terjadilah gempa bumi besar. Setelah gempa, bidang patahan akan kembali merekat dan terkunci lagi dan mengumpulkan tekanan elastik sampai suatu hari nanti terjadi gempa bumi besar lagi. Pusat gempa di Patahan Sumatra pada umumnya dangkal dan dekat dengan permukiman. Dampak energi yang dilepas dirasakan sangat keras dan biasanya sangat merusak. Apalagi gempa bumi di zona patahan selalu disertai gerakan horizontal yang menyebabkan retaknya tanah yang akan merobohkan bangunan di atasnya. Topografi di sepanjang zona patahan yang dikepung Bukit Barisan juga bisa memicu tanah longsor. Adapun lapisan tanah yang dilapisi abu vulkanik semakin memperkuat efek guncangan gempa. Beberapa tempat di Patahan Semangko merupakan pula zona lemah yang ditembus magma dari dalam bumi. Getaran gempa bumi bisa menyebabkan air permukaan bersentuhan dengan magma. Karena itu, pada saat gempa bumi, kerap terjadi letupan uap (letupan freatik) yang dapat diikuti munculnya gas beracun, sebagaimana terjadi di Suoh, Lampung, pada 1933.
Terbentuknya Patahan Semangko bermula sejak jutaan tahun lampau saat Lempeng [[Lempeng Indo-Australia|(Samudra) Hindia-Australia]] menabrak secara menyerong bagian barat Sumatra yang menjadi bagian dari [[Lempeng Eurasia|Lempeng (Benua) Eurasia]]. Tabrakan menyerong ini memicu munculnya 2 komponen gaya. Komponen pertama bersifat tegak lurus, menyeret ujung Lempeng Hindia masuk ke bawah Lempeng Sumatra. Batas kedua lempeng ini sampai kedalaman 40 kilometer umumnya mempunyai sifat regas dan di beberapa tempat terekat erat. Suatu saat, tekanan yang terhimpun tidak sanggup lagi ditahan sehingga menghasilkan gempa bumi yang berpusat di sekitar [[zona penunjaman]] atau zona subduksi. Setelah itu, bidang kontak akan merekat lagi sampai suatu saat nanti kembali terjadi gempa bumi besar. Gempa di zona inilah yang sering memicu terjadinya [[tsunami]], sebagaimana terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004. Adapun komponen kedua berupa gaya horizontal yang sejajar arah palung dan menyeret bagian barat pulau ini ke arah barat laut. Gaya inilah yang menciptakan retakan memanjang sejajar batas lempeng, yang kemudian dikenal sebagai Patahan Besar Sumatra. Geolog [[J. A. Katili|Katili]] dalam ''The Great Sumatran Fault'' (1967) menyebutkan, retakan ini terbentuk pada periode Miosen Tengah atau sekitar 13 juta tahun lalu. Lempeng Bumi di bagian barat Patahan Sumatra ini senantiasa bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 10 milimeter per tahun sampai 30&nbsp;mm per tahun relatif terhadap bagian di timurnya. Sebagaimana di zona subduksi, bidang Patahan Sumatra ini sampai kedalaman 10 kilometer-20&nbsp;km terkunci erat sehingga terjadi akumulasi tekanan. Suatu saat, tekanan yang terkumpul sudah demikian besar sehingga bidang kontak di zona patahan tidak kuat lagi menahan dan kemudian pecah. Batuan di kanan-kirinya melenting tiba-tiba dengan kuat sehingga terjadilah gempa bumi besar. Setelah gempa, bidang patahan akan kembali merekat dan terkunci lagi dan mengumpulkan tekanan elastik sampai suatu hari nanti terjadi gempa bumi besar lagi. Pusat gempa di Patahan Sumatra pada umumnya dangkal dan dekat dengan permukiman. Dampak energi yang dilepas dirasakan sangat keras dan biasanya sangat merusak. Apalagi gempa bumi di zona patahan selalu disertai gerakan horizontal yang menyebabkan retaknya tanah yang akan merobohkan bangunan di atasnya. Topografi di sepanjang zona patahan yang dikepung Bukit Barisan juga bisa memicu tanah longsor. Adapun lapisan tanah yang dilapisi abu vulkanik semakin memperkuat efek guncangan gempa. Beberapa tempat di Patahan Semangko merupakan pula zona lemah yang ditembus magma dari dalam bumi. Getaran gempa bumi bisa menyebabkan air permukaan bersentuhan dengan magma. Karena itu, pada saat gempa bumi, kerap terjadi letupan uap (letupan freatik) yang dapat diikuti munculnya gas beracun, sebagaimana terjadi di Suoh, Lampung, pada 1933.
 
== Signifikansi geologis ==
Sesar Besar Sumatera adalah bagian dari sistem dimana [[partisi regangan]] pertama kali dijelaskan dalam tektonik lempeng.<ref>{{cite journal|last1=Fitch|first1=Thomas|title=Plate Convergence, Transcurrent Faults, and Internal Deformation Adjacent to Southeast Asia and the Western Pacific|journal=Journal of Geophysical Research|volume=77|issue=23|pages=4432–4460|doi=10.1029/jb077i023p04432|bibcode=1972JGR....77.4432F|year=1972|hdl=2060/19720023718|hdl-access=free}}</ref> Konvergensi antara [[Lempeng Indo-Australia]] dan [[Lempeng Sunda]] tidak tegak lurus dengan batas lempeng di wilayah ini. Sebaliknya, kedua lempeng bergerak pada sudut miring. Sebagian besar regangan konvergen diakomodasi oleh gerakan dorong pada batas lempeng sesar "megathrust" yang mendefinisikan [[Palung Sunda]]. Namun gerak miring (bagian dari gerak lempeng yang sejajar dengan batas lempeng) diakomodasi oleh Sesar Besar Sumatera, yang membentang di sepanjang [[Busur Sunda]] vulkanik.
 
Daerah antara sesar dorong batas lempeng utama dan sesar Sumatera Besar membentuk “lempeng sliver” yang meliputi seluruh busur depan lepas pantai, pulau-pulau busur depan, dan sebagian Sumatera di sebelah barat Sesar Besar Sumatera. Pelat sliver ini bukan satu blok kaku, dan detail deformasi internalnya sedang diselidiki secara aktif.<ref name="Bradley">{{cite journal|last1=Bradley|first1=Kyle|title=Implications of the diffuse deformation of the Indian Ocean lithosphere for slip partitioning of oblique plate convergence in Sumatra|journal=Journal of Geophysical Research|date=2016|volume=121|doi=10.1002/2016JB013549|pages=572–591|bibcode=2017JGRB..122..572B|doi-access=free}}</ref>
 
==Daftar Segmen Sesar Aktif di Sumatra==
 
Sumber:
* PuSGeN 2017
* Peta Sesar Aktif Indonesia<ref>{{Cite web|title=Peta Sesar Aktif Indonesia|url=https://gempadunia.github.io/psai/|[email protected]|access-date=01 September 2024}}</ref>
* Katalog Seismisitas BMKG (2008-2023)
 
[[Berkas:Great_Sumatran_Fault.png|jmpl|Sesar Besar Sumatra]]
 
 
{| class="wikitable sortable" style="font-size:90%;"
|-
!Nama Segmen
!Panjang (km)
!Laju Pergeseran (mm/tahun)
!Gerak Geser
!Mmax(M<sub>w</sub>)
!Sejarah Gempa(M<sub>w</sub>)
|-
| Nikobar
| 120
| 18
| Menganan
| 7.1
|
|-
| Seulimeum Utara
| 143
| 18
| Menganan
| 7.6
| 1964 = 7.0
|-
| Seulimeum Selatan
| 38
| 7
| Menganan
| 6.9
|
|-
| Aceh Utara
| 65
| 2
| Menganan
| 7.2
|
|-
| Aceh Tengah
| 140
| 14
| Menganan
| 7.6
|
|-
| Aceh Selatan
| 27
| 14
| Menganan
| 6.7
|
|-
| Batee-A
| 44
| 7
| Menganan
| 7.0
|
|-
| Batee-B
| 50
| 0,5
| Menganan
| 7.0
|
|-
| Batee-C
| 37
| 0,1
| Menganan
| 6.9
|
|-
| Tripa-1
| 32
| 16
| Menganan
| 6.8
| 1935 = 7.1
|-
| Tripa-2
| 103
| 7
| Menganan
| 7.4
| 1935 = 7.1
|-
| Tripa-3
| 75
| 14
| Menganan
| 7.3
| 1936 = 7.1
|-
| Tripa-4
| 55
| 7
| Menganan
| 7.1
|
|-
| Tripa-5
| 21
| 7
| Menganan
| 6.6
|
|-
| Peusangan
| 32
| 0,5
| Menganan
| 6.8
|
|-
| Lok Tawar
| 21
| 0,5
| Menganan
| 6.6
|
|-
| Lhokseumawe
| 36
| 1
| Menganan
| 6.5
|
|-
| Oreng
| 36
| 1
| Menganan
| 6.9
|
|-
| Renun-A
| 180
| 10,5
| Menganan
| 7.7
| 1921 = 6.7
|-
| Renun-B
| 38
| 8
| Menganan
| 6.8
|
|-
| Renun-C
| 26
| 8
| Menganan
| 6.7
|
|-
| Toru
| 95
| 11,5
| Menganan
| 7.4
| 1874 = 6.4
|-
| Angkola
| 170
| 6
| Menganan
| 7.7
| 1892 = 7.5
|-
| Barumun
| 125
| 6,5
| Menganan
| 7.5
|
|-
| Sumpur
| 35
| 14
| Menganan
| 6.9
|
|-
| Sianok
| 90
| 14
| Menganan
| 7.4
| [[Gempa bumi Padang Panjang 1926|1926 = 6.4]], [[Gempa bumi Sumatra Maret 2007|2007 = 6.3]]
|-
| Sumani
| 60
| 14
| Menganan
| 7.1
| [[Gempa bumi Padang Panjang 1926|1926 = 6.7]], [[Gempa bumi Sumatra Maret 2007|2007 = 6.4]]
|-
| Suliti
| 95
| 14
| Menganan
| 7.4
| [[Gempa bumi Alahan Panjang 1943|1943 = 7.7]]
|-
| Siulak
| 70
| 14
| Menganan
| 7.2
| 1909 = 7.3, [[Gempa bumi Kerinci 1995|1995 = 6.8]]
|-
| Dikit
| 60
| 12
| Menganan
| 7.1
| 2009 = 6.6
|-
| Ketaun
| 85
| 12
| Menganan
| 7.4
| 1943 = 7.4
|-
| Musi
| 70
| 13,5
| Menganan
| 7.2
| 1900 = 7.0
|-
| Manna
| 85
| 13,5
| Menganan
| 7.3
| 1893 = 7.0
|-
| Kumering Utara
| 111
| 12,5
| Menganan
| 7.5
| [[Gempa bumi Sumatra 1933|1933 = 7.5]]
|-
| Kumering Selatan
| 60
| 12,5
| Menganan
| 7.1
| [[Gempa bumi Sumatra 1933|1933 = 7.5]], [[Gempa bumi Liwa 1994|1994 = 6.9]]
|-
| Semangko Barat-A
| 90
| 8
| Menganan
| 7.4
|
|-
| Semangko Barat-B
| 80
| 8
| Menganan
| 7.3
| 1908 = 7.0
|-
| Semangko Timur-A
| 12
| 5
| Menganan
| 6.5
|
|-
| Semangko Timur-B
| 35
| 3
| Menganan
| 6.9
|
|-
| Semangko Graben
| 50
| 3
| Normal
| 6.5
|
|-
| Mentawai Backthrust-Mentawai
| 560
| 5
| Naik
| 8.2
|
|-
| Mentawai Backthrust-Enggano
| 160
| 5
| Naik
| 7.6
|
|-
| Andaman Barat Backthrust-Selatan
| 456
| 10
| Naik
| 8.1
|
|-
| Andaman Barat Backtrust-Tengah
| 168
| 10
| Naik
| 7.3
|
|-
| Andaman Barat Backtrust-Selatan (Simeuleu)
| 196
| 10
| Geser
| 7.8
|
|-
| colspan="6"| Sesar Terindikasi Aktif
|-
| Pidie
|
|
| Geser
| 6.5
| 1967 = 6.7, [[Gempa bumi Pidie Jaya 2016|2016 = 6.5]]
|-
| Lhokseumawe (Utara)
|
|
| Menganan
|
|
|-
| Langsa
|
|
|
|
| 2018 = Gempa swarm
|-
| Sibayak
|
|
| Geser
|
|
|-
| Pasaman Barat
|
|
| Menganan
|
| [[Gempa bumi Pasaman Barat 2022|2022 = 6.2]]
|-
| Muara Enim
|
|
| Mengiri
|
| 2022 = Gempa swarm
|-
| Lampung Panjang
|
|
|
|
| 2006 = 5.5
|}
 
== Catatan gempa bumi ==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een overzicht van een verwoeste straat in Padang Padjang na de aardbeving van 1926 TMnr 10003981.jpg|thumb|240px|Kerusakan akibat [[Gempa bumi Padang Panjang 1926]]]]
Patahan Semangko beberapa kali mengalami gempa bumi besar sejak tahun 1900, beberapa peristiwa besar diantaranya;
 
* Gempa bumi Kerinci 1909 - 6,8 [[Skala kekuatan seismik#Mw|M<sub>w</sub>]] patahan strike-slip dangkal di sepanjang [[Sesar Besar Sumatra]]
*[[Gempa bumi Padang Panjang 1926]] - 7.5 {{M|w|link=y}} gempa ini adalah salah satu yang terbesar akibat pergeseran Sesar Semangko, di wilayah [[Sumatera Barat]], setidaknya 354 orang meninggal.
* [[Gempa bumi Sumatra 1933]] - 7.5 {{M|w|link=y}} Episenter dekat kota [[Liwa]], [[Lampung]]. Kerusakan berat terjadi di seluruh provinsi, hingga sejauh [[Bengkulu]], [[Banten]], dan [[Jakarta]], 76 orang dilaporkan tewas.<ref>{{cite web|title=M 7.5 - 54 km SW of Kotabumi, Indonesia|url=https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/iscgem905657/executive|publisher=USGS Earthquake Hazards Program|access-date=1 February 2022}}</ref>
* Gempa bumi Sumatera Utara 1936 - 7.2 {{M|w|link=y}} Episenter dekat perbatasan antara provinsi [[Aceh]] dan [[Sumatera Utara]].<ref>{{cite web|title=M 7.2 - 90 km WSW of Pangkalan Brandan, Indonesia|url=https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/iscgem903844/executive|publisher=USGS Earthquake Hazards Program|access-date=1 February 2022}}</ref>
* [[Gempa bumi Alahan Panjang 1943|Gempa bumi Alahan Panjang 1943]] - 7.7 {{M|w|link=y}} gempa ini adalah serangkaian gempa besar di [[Sumatera Barat]], korban dan kerusakan tidak ketahui
* Gempa bumi Banda Aceh 1964 - 7.0 {{M|w|link=y}} Episenter berpusat 5 km dari kota [[Banda Aceh]], kerusakan dan korban tidak diketahui.<ref>{{cite web|title=M 7.0 - 5 km NE of Banda Aceh, Indonesia|url=https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/iscgem868224/executive|publisher=USGS Earthquake Hazards Program|access-date=1 February 2022}}</ref>
* [[Gempa bumi Liwa 1994|Gempa bumi Liwa 1994]] - 7.0 {{M|w|link=y}} berpusat di [[Liwa]], [[Kabupaten Lampung Barat]], kerusakan berat terjadi di [[Liwa]], 200 orang dilaporkan tewas.
* [[Gempa bumi Kerinci 1995]] - 6.8 {{M|w|link=y}} Episenter berada di [[Kabupaten Kerinci]], [[Jambi]], sedikitnya 84 orang meninggal.
* [[Gempa bumi Sumatra Maret 2007|Gempa bumi Sumatra Maret 2007]] - 6.4 {{M|w|link=y}} gempa ini adalah serangkaian gempa kuat di wilayah [[Sumatera Barat]], 68 orang dilaporkan tewas.
* [[Gempa bumi Pasaman Barat 2022]] - 6.2 {{M|w|link=y}} Episenter berada di [[Kabupaten Pasaman Barat]], sekitar 27 orang meninggal dan banyak yang terluka.
 
== Lihat juga ==
{{Portal|Indonesia|Ilmu kebumian}}
* [[Cincin Api Pasifik|Ring Cincin api pasifik]]
* [[Cincin Api Pasifik]]
* [[Sesar Lembang]] - Sesar aktif di Kabupaten Bandung
* [[Sesar Baribis]] - Sesar aktif di Jawa Barat dan Jakarta
* [[Sesar Naik Busur Belakang Flores]] - Sesar aktif di Kepulauan Nusa Tenggara
* [[Sesar Palu-Koro]] - Sesar aktif di Sulawesi Tengah
* [[Sesar San Andreas]] - Sesar serupa di [[California]], Amerika Serikat
 
==Referensi==
{{Reflist}}
 
== Pranala luar ==
Baris 16 ⟶ 446:
{{geologi-stub}}
 
[[Kategori:GeologiBentang lahan struktural di Indonesia]]
[[Kategori:Geologi]]
[[Kategori:Geologi Struktur]]
[[Kategori:Sumatera Barat]]

Revisi terkini sejak 5 September 2024 02.34

Sesar Semangko
Sesar besar Sumatra
LokasiSumatra
NegaraIndonesia
WilayahAceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung
KotaBanda Aceh, Padangpanjang, Bukit Tinggi
Karakteristik
Panjang~1650-1900km
Pergeseran15–20 mm (0,59–0,79 in)/tahun
Tektonika lempeng
LempengLempeng Australia, Lempeng Sunda
Gempa bumiGempa bumi Padang Panjang 1926 (M7.6)
Gempa bumi Sumatra 1933 (M7.5)
Gempa bumi Alahan Panjang 1943 (M7.4)
Gempa bumi Aceh 1964 (M7.0)[1]
Gempa bumi Liwa 1994 (M7.0)
Gempa bumi Kerinci 1995 (M6.8)
Gempa bumi Sumatra Maret 2007 (M6.4)
Gempa bumi Pasaman Barat 2022 (M6.2)
Jenisstrike-slip
Ngarai Sianok yang terbentuk akibat adanya patahan Semangko.

Sesar atau Patahan Semangko (bahasa Inggris: Great Sumatran Fault, "Sesar Besar Sumatra") adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatra dari utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan Barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat Kota Bukittinggi. Patahan ini adalah patahan paling aktif secara seismik dan terpanjang di Indonesia dengan panjang 1,900 km, membentang dari provinsi Aceh hingga Lampung. Patahan ini menjadi ancaman besar bagi penduduk Sumatra (terutama wilayah pesisir selatan), dengan ancaman gempa bumi yang sangat tinggi. Sesar Semangko menjadi salah satu patahan aktif yang paling berbahaya di Indonesia, bersamaan dengan Sesar Naik Flores, dan Sesar Palu-Koro.

Pulau Sumatra, Indonesia, terletak di area seismik yang tinggi di dunia. Selain adanya zona subduksi dan asosiasi busur sunda di bagian pantai barat pulau tersebut, Sumatra juga mempunyai sesar strike-slip yang besar, yang biasa disebut Sesar Sumatra besar (Great sumatran fault), yang menggerakkan sepanjang pulau. Zona sesar ini mengakomodir sebagian besar gerakan strike-slip yang berasosiasi dengan konvergen oblique antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Sesar tersebut berakhir di utara tepat dibawah kota Banda Aceh, yang pernah porak-poranda pada Gempa bumi samudra hindia pada tahun 2004 lalu. Semenjak gempa tersebut, tekanan pada Sesar Sumatra meningkat secara signifikan, terutama di wilayah utara. Patahan ini merupakan patahan geser, seperti patahan San Andreas di California.

Patahan Semangko terletak di antara Zona Semangko patahan Lampung. Bagian selatan dari blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Teluk Belitung. Sedangkan bagian utara blok Semangko berbentuk seperti Dome (diameter +40 Km). Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di pulau Sumatra dari selatan ke utara. Patahan inilah yang membentuk pegunungan Barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau Sumatra. Patahan ini relatif lebih muda dan paling mudah terlihat di daerah ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat kota Padang Panjang.

Ngarai Sianok di Bukittinggi, wujud dari Sesar Semangko

Terbentuknya Patahan Semangko bermula sejak jutaan tahun lampau saat Lempeng (Samudra) Hindia-Australia menabrak secara menyerong bagian barat Sumatra yang menjadi bagian dari Lempeng (Benua) Eurasia. Tabrakan menyerong ini memicu munculnya 2 komponen gaya. Komponen pertama bersifat tegak lurus, menyeret ujung Lempeng Hindia masuk ke bawah Lempeng Sumatra. Batas kedua lempeng ini sampai kedalaman 40 kilometer umumnya mempunyai sifat regas dan di beberapa tempat terekat erat. Suatu saat, tekanan yang terhimpun tidak sanggup lagi ditahan sehingga menghasilkan gempa bumi yang berpusat di sekitar zona penunjaman atau zona subduksi. Setelah itu, bidang kontak akan merekat lagi sampai suatu saat nanti kembali terjadi gempa bumi besar. Gempa di zona inilah yang sering memicu terjadinya tsunami, sebagaimana terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004. Adapun komponen kedua berupa gaya horizontal yang sejajar arah palung dan menyeret bagian barat pulau ini ke arah barat laut. Gaya inilah yang menciptakan retakan memanjang sejajar batas lempeng, yang kemudian dikenal sebagai Patahan Besar Sumatra. Geolog Katili dalam The Great Sumatran Fault (1967) menyebutkan, retakan ini terbentuk pada periode Miosen Tengah atau sekitar 13 juta tahun lalu. Lempeng Bumi di bagian barat Patahan Sumatra ini senantiasa bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 10 milimeter per tahun sampai 30 mm per tahun relatif terhadap bagian di timurnya. Sebagaimana di zona subduksi, bidang Patahan Sumatra ini sampai kedalaman 10 kilometer-20 km terkunci erat sehingga terjadi akumulasi tekanan. Suatu saat, tekanan yang terkumpul sudah demikian besar sehingga bidang kontak di zona patahan tidak kuat lagi menahan dan kemudian pecah. Batuan di kanan-kirinya melenting tiba-tiba dengan kuat sehingga terjadilah gempa bumi besar. Setelah gempa, bidang patahan akan kembali merekat dan terkunci lagi dan mengumpulkan tekanan elastik sampai suatu hari nanti terjadi gempa bumi besar lagi. Pusat gempa di Patahan Sumatra pada umumnya dangkal dan dekat dengan permukiman. Dampak energi yang dilepas dirasakan sangat keras dan biasanya sangat merusak. Apalagi gempa bumi di zona patahan selalu disertai gerakan horizontal yang menyebabkan retaknya tanah yang akan merobohkan bangunan di atasnya. Topografi di sepanjang zona patahan yang dikepung Bukit Barisan juga bisa memicu tanah longsor. Adapun lapisan tanah yang dilapisi abu vulkanik semakin memperkuat efek guncangan gempa. Beberapa tempat di Patahan Semangko merupakan pula zona lemah yang ditembus magma dari dalam bumi. Getaran gempa bumi bisa menyebabkan air permukaan bersentuhan dengan magma. Karena itu, pada saat gempa bumi, kerap terjadi letupan uap (letupan freatik) yang dapat diikuti munculnya gas beracun, sebagaimana terjadi di Suoh, Lampung, pada 1933.

Signifikansi geologis

[sunting | sunting sumber]

Sesar Besar Sumatera adalah bagian dari sistem dimana partisi regangan pertama kali dijelaskan dalam tektonik lempeng.[2] Konvergensi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Sunda tidak tegak lurus dengan batas lempeng di wilayah ini. Sebaliknya, kedua lempeng bergerak pada sudut miring. Sebagian besar regangan konvergen diakomodasi oleh gerakan dorong pada batas lempeng sesar "megathrust" yang mendefinisikan Palung Sunda. Namun gerak miring (bagian dari gerak lempeng yang sejajar dengan batas lempeng) diakomodasi oleh Sesar Besar Sumatera, yang membentang di sepanjang Busur Sunda vulkanik.

Daerah antara sesar dorong batas lempeng utama dan sesar Sumatera Besar membentuk “lempeng sliver” yang meliputi seluruh busur depan lepas pantai, pulau-pulau busur depan, dan sebagian Sumatera di sebelah barat Sesar Besar Sumatera. Pelat sliver ini bukan satu blok kaku, dan detail deformasi internalnya sedang diselidiki secara aktif.[3]

Daftar Segmen Sesar Aktif di Sumatra

[sunting | sunting sumber]

Sumber:

  • PuSGeN 2017
  • Peta Sesar Aktif Indonesia[4]
  • Katalog Seismisitas BMKG (2008-2023)
Sesar Besar Sumatra


Nama Segmen Panjang (km) Laju Pergeseran (mm/tahun) Gerak Geser Mmax(Mw) Sejarah Gempa(Mw)
Nikobar 120 18 Menganan 7.1
Seulimeum Utara 143 18 Menganan 7.6 1964 = 7.0
Seulimeum Selatan 38 7 Menganan 6.9
Aceh Utara 65 2 Menganan 7.2
Aceh Tengah 140 14 Menganan 7.6
Aceh Selatan 27 14 Menganan 6.7
Batee-A 44 7 Menganan 7.0
Batee-B 50 0,5 Menganan 7.0
Batee-C 37 0,1 Menganan 6.9
Tripa-1 32 16 Menganan 6.8 1935 = 7.1
Tripa-2 103 7 Menganan 7.4 1935 = 7.1
Tripa-3 75 14 Menganan 7.3 1936 = 7.1
Tripa-4 55 7 Menganan 7.1
Tripa-5 21 7 Menganan 6.6
Peusangan 32 0,5 Menganan 6.8
Lok Tawar 21 0,5 Menganan 6.6
Lhokseumawe 36 1 Menganan 6.5
Oreng 36 1 Menganan 6.9
Renun-A 180 10,5 Menganan 7.7 1921 = 6.7
Renun-B 38 8 Menganan 6.8
Renun-C 26 8 Menganan 6.7
Toru 95 11,5 Menganan 7.4 1874 = 6.4
Angkola 170 6 Menganan 7.7 1892 = 7.5
Barumun 125 6,5 Menganan 7.5
Sumpur 35 14 Menganan 6.9
Sianok 90 14 Menganan 7.4 1926 = 6.4, 2007 = 6.3
Sumani 60 14 Menganan 7.1 1926 = 6.7, 2007 = 6.4
Suliti 95 14 Menganan 7.4 1943 = 7.7
Siulak 70 14 Menganan 7.2 1909 = 7.3, 1995 = 6.8
Dikit 60 12 Menganan 7.1 2009 = 6.6
Ketaun 85 12 Menganan 7.4 1943 = 7.4
Musi 70 13,5 Menganan 7.2 1900 = 7.0
Manna 85 13,5 Menganan 7.3 1893 = 7.0
Kumering Utara 111 12,5 Menganan 7.5 1933 = 7.5
Kumering Selatan 60 12,5 Menganan 7.1 1933 = 7.5, 1994 = 6.9
Semangko Barat-A 90 8 Menganan 7.4
Semangko Barat-B 80 8 Menganan 7.3 1908 = 7.0
Semangko Timur-A 12 5 Menganan 6.5
Semangko Timur-B 35 3 Menganan 6.9
Semangko Graben 50 3 Normal 6.5
Mentawai Backthrust-Mentawai 560 5 Naik 8.2
Mentawai Backthrust-Enggano 160 5 Naik 7.6
Andaman Barat Backthrust-Selatan 456 10 Naik 8.1
Andaman Barat Backtrust-Tengah 168 10 Naik 7.3
Andaman Barat Backtrust-Selatan (Simeuleu) 196 10 Geser 7.8
Sesar Terindikasi Aktif
Pidie Geser 6.5 1967 = 6.7, 2016 = 6.5
Lhokseumawe (Utara) Menganan
Langsa 2018 = Gempa swarm
Sibayak Geser
Pasaman Barat Menganan 2022 = 6.2
Muara Enim Mengiri 2022 = Gempa swarm
Lampung Panjang 2006 = 5.5

Catatan gempa bumi

[sunting | sunting sumber]
Kerusakan akibat Gempa bumi Padang Panjang 1926

Patahan Semangko beberapa kali mengalami gempa bumi besar sejak tahun 1900, beberapa peristiwa besar diantaranya;

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "M 7.0 - 5 km NE of Banda Aceh, Indonesia". USGS Earthquake Hazards Program. Diakses tanggal 1 February 2022. 
  2. ^ Fitch, Thomas (1972). "Plate Convergence, Transcurrent Faults, and Internal Deformation Adjacent to Southeast Asia and the Western Pacific". Journal of Geophysical Research. 77 (23): 4432–4460. Bibcode:1972JGR....77.4432F. doi:10.1029/jb077i023p04432. hdl:2060/19720023718alt=Dapat diakses gratis. 
  3. ^ Bradley, Kyle (2016). "Implications of the diffuse deformation of the Indian Ocean lithosphere for slip partitioning of oblique plate convergence in Sumatra". Journal of Geophysical Research. 121: 572–591. Bibcode:2017JGRB..122..572B. doi:10.1002/2016JB013549alt=Dapat diakses gratis. 
  4. ^ "Peta Sesar Aktif Indonesia". @gempa.dunia. Diakses tanggal 01 September 2024. 
  5. ^ "M 7.5 - 54 km SW of Kotabumi, Indonesia". USGS Earthquake Hazards Program. Diakses tanggal 1 February 2022. 
  6. ^ "M 7.2 - 90 km WSW of Pangkalan Brandan, Indonesia". USGS Earthquake Hazards Program. Diakses tanggal 1 February 2022. 
  7. ^ "M 7.0 - 5 km NE of Banda Aceh, Indonesia". USGS Earthquake Hazards Program. Diakses tanggal 1 February 2022. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]