Lompat ke isi

Depresi pascapersalinan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Partofme00 (bicara | kontrib)
k menambahkan pranala
 
(9 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Dead end|date=Februari 2023}}
{{Orphan|date=Februari 2023}}

{{Multiple issues|
{{Multiple issues|
{{Tone|date=Mei 2021}}
{{Tone|date=Mei 2021}}
{{More footnotes|date=Mei 2021}}
{{More footnotes|date=Mei 2021}}
}}
}}
'''Depresi postpartum''' atau depresi pasca melahirkan adalah depresi yang dialami setelah melahirkan bayi. Berbeda dengan '''baby blues syndrome''' yang dialami oleh 70-80% ibu muda, depresi postpartum dialami oleh 8-20% ibu muda. Baby blues syndrome terjadi hingga beberapa minggu segera setelah melahirkan, sementara depresi postpartum terjadi hingga beberapa bulan setelah melahirkan. Tidak ada batasan jelas kapan baby blues syndrome berubah menjadi depresi postpartum. Kasus depresi postpartum di Indonesia mencapai 2 juta kasus setiap tahun. Depresi pada saat hamil menambah risiko mengalami depresi postpartum.
'''[[Depresi (psikologi)|Depresi]]''' pasca persalinan atau ''postpartum depression'' adalah gangguan kondisi psikologis ibu yang terjadi hingga beberapa bulan setelah proses melahirkan. Berbeda dengan ''baby blues syndrome'' yang hanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan dan dialami oleh 70-80% ibu muda, sedangkan depresi pasca melahirkan dialami sekitar 10-20% wanita<ref>{{Cite journal|last=Mulyani|first=Cici|last2=Dekawaty|first2=Ayu|last3=Suzanna|first3=Suzanna|date=2022-12-04|title=Faktor-Faktor Penyebab Depresi Pasca Persalinan|url=https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/3462|journal=Jurnal Keperawatan Silampari|language=en-US|volume=6|issue=1|pages=635–649|doi=10.31539/jks.v5i2.3462|issn=2581-1975}}</ref>. Tidak ada batasan jelas kapan ''baby blues syndrome'' berubah menjadi depresi pasca persalinan. Kasus ini di Indonesia mencapai 2 juta kasus setiap tahun. Depresi di masa kehamilan akan menambah risiko mengalami depresi pasca persalinan.


Depresi pasca persalinan dan ''baby blues'' adalah dua hal yang berbeda, meskipun memiliki gejala yang sama. ''Baby blues'' adalah depresi yang dialami oleh perempuan dalam rentang waktu yang singkat, mulai dari hari ke-2 hingga 2 minggu setelah melahirkan. Apabila depresi tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama hingga berbulan-bulan, dapat dikatakan perempuan tersebut mengalami depresi pasca melahirkan atau depresi pasca persalinan.<ref name=":0">{{Cite web|title=Postpartum depression - Symptoms and causes|url=https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/postpartum-depression/symptoms-causes/syc-20376617|website=Mayo Clinic|language=en|access-date=2024-03-23}}</ref>
== Gejala ==

Jika Anda mengalami simtoma di bawah ini hingga berbulan-bulan, maka Anda membutuhkan bantuan profesional;<ref>{{Cite news|url=https://www.webmd.com/depression/postpartum-depression/understanding-postpartum-depression-symptoms|title=The Basics of Postpartum Depression|newspaper=WebMD|language=en-US|access-date=2017-11-26}}</ref>
Apabila depresi pasca persalinan tidak segera disembuhkan, gangguan tersebut akan berpengaruh kepada ibu dan bayi yang baru dilahirkan. Kesulitan-kesulitan yang timbul ketika ibu mengalami depresi pasca persalinan, seperti: sulit dalam menjalin hubungan dengan bayi, anak akan mengalami masalah dalam proses belajar dan perilaku, anak akan mengalami masalah dalam proses makan dan tidur, anak akan berisiko tinggi mengalami [[obesitas]] dan gangguan perkembangan hingga dapat mengganggu dalam proses perkembangan keterampilan anak.<ref name=":3">{{Cite web|title=Postpartum Depression: Causes, Symptoms & Treatment|url=https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9312-postpartum-depression|website=Cleveland Clinic|language=en|access-date=2024-03-23}}</ref>

== Jenis Depresi Pasca Persalinan ==

* ''Baby Blues''

Hampir 70% dari ibu yang baru melahirkan akan mengalami ''baby blues.'' Biasanya ibu akan mengalami perubahan suasana hati yang cepat. Ibu akan merasa lebih gelisah, bersedih, cemas, dan kesepian. ''Baby blues'' biasa terjadi hingga dua minggu pasca melahirkan. Depresi jenis ini diperlukan perawatan dengan berkomunikasi dengan pasangan maupun sesama ibu yang mengalami hal serupa.<ref name=":1">{{Cite web|last=Makarim|first=Fadhli Rizal|title=Depresi Postpartum|url=https://www.halodoc.com/kesehatan/depresi-postpartum|website=halodoc|access-date=23 Maret 2024}}</ref>

* ''Postpartum Depression (PPD)''

''Postpartum depression'' atau depresi pasca persalinan tidak hanya dialami pada saat melahirkan anak pertama, namun juga dapat terjadi pada setiap melahirkan. Depresi pasca persalinan terjadi beberapa bulan dan seringkali ibu tidak melakukan aktivitas sehari-hari.<ref name=":1" />

* Psikosis Postpartum

Psikosis postpartum terjadi di awal-awal pasca melahirkan yakni tiga bulan awal. Gejalanya dapat berupa mengalami [[halusinasi]] pendengaran, [[delusi]], [[insomnia]], maupun gelisah. Apabila gejala-gejala tersebut berkelanjutan dengan rentang waktu yang cukup lama, Maka ibu perlu untuk dirawat di rumah sakit atau mendapat penanganan lebih serius agar tidak membahayakan dirinya maupun orang lain.<ref name=":1" />

== Gejala Depresi Pasca Persalinan ==
Depresi pasca persalinan dapat mengganggu seorang ibu untuk merawat bayi dan mengerjakan aktivitas sehari-hari. Gejala dari depresi pasca persalinan biasanya timbul pada minggu-minggu pertama pasca melahirkan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan depresi berawal dari kehamilan hingga satu tahun setelah melahirkan.<ref name=":0" />

Berikut adalah gejala-gejala yang dialami ketika depresi pasca persalinan:<ref>{{Cite news|url=https://www.webmd.com/depression/postpartum-depression/understanding-postpartum-depression-symptoms|title=The Basics of Postpartum Depression|newspaper=WebMD|language=en-US|access-date=2017-11-26}}</ref>
* Benar-benar menghindari teman dan keluarga
* Benar-benar menghindari teman dan keluarga
* Tidak bisa merawat diri sendiri maupun bayi
* Tidak bisa merawat diri sendiri maupun bayi
* Susah bonding dengan bayi Anda
* Susah ''bonding'' dengan bayi Anda
* Takut dan cemas tidak bisa menjadi ibu yang baik
* Takut dan cemas tidak bisa menjadi ibu yang baik
* Mood swing parah, cemas berlebihan, serangan panik
* ''Mood swing'' parah, cemas berlebihan, serangan panik
* Terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur
* Terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur
* Tidak tertarik untuk menjalani hari
* Tidak tertarik untuk menjalani hari
* Berikir untuk menyakiti diri sendiri dan/atau bayi Anda
* Berpikir untuk menyakiti diri sendiri dan/atau bayi Anda
* Berpikir untuk bunuh diri atau mencoba bunuh diri
* Berpikir untuk bunuh diri atau mencoba bunuh diri
Apabila gejala-gejala depresi pasca persalinan tidak segera ditangani dengan cepat, maka akan membahayakan ibu maupun bayinya.<ref name=":0" />
*

== Psikosis Depresi Pasca Persalinan ==
Depresi pasca persalinan yang tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi [[psikosis]] pasca persalinan yang lebih berbahaya. Psikosis pasca persalinan adalah [[Gangguan jiwa|gangguan mental]] yang harus ditangani segera.

Gejala psikosis depresi pasca persalinan sebagai berikut<ref name=":0" />:


# Merasa bingung dan tersesat
== Psikosis Postpartum ==
# Memiliki pemikiran obsesif tentang bayi
Depresi postpartum yang tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi psikosis postpartum yang lebih berbahaya. Psikosis postpartum adalah gangguan mental yang harus ditangani segera.
# Mengalami [[halusinasi]] dan [[delusi]]
# Mengalami gangguan tidur
# Seringkali kesal terhadap suatu hal
# Merasa [[paranoid]]
# Berusaha untuk menyakiti diri sendiri


== Faktor Risiko Depresi Pasca Persalinan ==
Depresi pasca persalinan dapat dipicu tidak hanya karena pertama Kali melahirkan, tetapi juga beberapa faktor di bawah ini<ref name=":1" />:


* Memiliki riwayat gangguan depresi
Gejala psikosis post partum sebagai berikut:
* Kehamilan yang tidak terencana
* Kesulitan dalam menyusui dan memberikan ASI
* Bayi memiliki kebutuhan khusus
* Memiliki permasalahan dengan pasangan
* Memiliki permasalahan finansial


== Perawatan Depresi Pasca Persalinan ==
# Gaya bicara keras
Seringkali ibu akan mengalami rasa sepi, kesulitan, menakutkan hingga tidak mendapatkan dukungan setelah melahirkan. Maka dari itu, beberapa perawatan depresi pasca persalinan perlu dilakukan dengan baik agar mendapatkan hasil yang lebih efektif<ref name=":2">{{Cite web|date=4 Agustus 2022|title=Overview - Postnatal depression|url=https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/post-natal-depression/overview/|website=NHS|access-date=23 Maret 2024}}</ref>:
# Menarik diri dari pergaulan
# Cepat marah
# Gangguan tidur


'''Membantu diri sendiri.''' Hal pertama yang harus dilakukan ketika ibu mengalami perasaan yang berubah atau merasakan perbedaan dalam sisi emotional, Maka ibu harus membicarakannya kepada pasangan, keluarga Dan teman tentang perasaan yang sedang dialami. Ini akan memberikan bantuan bagi ibu ketika mengalami hari-hari yang berat. Terbuka akan apa yang dirasakan Dan dibutuhkan oleh diri sendiri, akan meminimalisir gejala depresi. Ibu dapat menyediakan waktu luang sendiri, melakukan hal-hal yang disukai, dapat berolahraga secara teratur Dan makan-makanan yang sehat sebagai bentuk dari ''release'' terhadap stress yang dialami selama melahirkan<ref name=":2" />.


'''Terapi bicara.''' Ketika ibu mengurung diri Dan tidak ingin berbicara dengan siapapun, Maka terapi bicara akan sangat membantu dalam proses penyembuhan. Ibu dapat mengikuti kursus terapi seperti terapi perilaku atau ''cognitive behavior therapy'' (CBT)<ref name=":2" />.
Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:


'''[[Antidepresan]].''' Obat antidepresan adalah obat yang direkomendasikan oleh dokter ketika seseorang mengalami depresi. Akan tetapi, antidepresan tidak dapat dikonsumsi dengan dosis yang tinggi. Antidepresan dapat menjadi pilihan ketika depresi menjadi lebih parah atau obat lain tidak membantu. Dokter dapat meresepkan obat antidepresan dengan Kadar tertentu bagi ibu yang sedang menyusui<ref name=":2" />. Beberapa antidepresan yang umum digunakan untuk depresi pasca persalinan yaitu Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) seperti sertraline (Zoloft®) dan fluoxetine (Prozac®), Inhibitor reuptake serotonin dan norepinefrin (SNRI) seperti duloxetine (Cymbalta®) dan desvenlafaxine (Pristiq®), Bupropion (Wellbutrin® atau Zyban®) dan Antidepresan trisiklik (TCA) seperti amitriptyline (Elavil®) atau imipramine (Tofranil®).<ref name=":3" />
# Pemberian anti depresan
# Berhenti menyusui
# Perawatan di rumah sakit


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi terkini sejak 23 Maret 2024 14.36


Depresi pasca persalinan atau postpartum depression adalah gangguan kondisi psikologis ibu yang terjadi hingga beberapa bulan setelah proses melahirkan. Berbeda dengan baby blues syndrome yang hanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan dan dialami oleh 70-80% ibu muda, sedangkan depresi pasca melahirkan dialami sekitar 10-20% wanita[1]. Tidak ada batasan jelas kapan baby blues syndrome berubah menjadi depresi pasca persalinan. Kasus ini di Indonesia mencapai 2 juta kasus setiap tahun. Depresi di masa kehamilan akan menambah risiko mengalami depresi pasca persalinan.

Depresi pasca persalinan dan baby blues adalah dua hal yang berbeda, meskipun memiliki gejala yang sama. Baby blues adalah depresi yang dialami oleh perempuan dalam rentang waktu yang singkat, mulai dari hari ke-2 hingga 2 minggu setelah melahirkan. Apabila depresi tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama hingga berbulan-bulan, dapat dikatakan perempuan tersebut mengalami depresi pasca melahirkan atau depresi pasca persalinan.[2]

Apabila depresi pasca persalinan tidak segera disembuhkan, gangguan tersebut akan berpengaruh kepada ibu dan bayi yang baru dilahirkan. Kesulitan-kesulitan yang timbul ketika ibu mengalami depresi pasca persalinan, seperti: sulit dalam menjalin hubungan dengan bayi, anak akan mengalami masalah dalam proses belajar dan perilaku, anak akan mengalami masalah dalam proses makan dan tidur, anak akan berisiko tinggi mengalami obesitas dan gangguan perkembangan hingga dapat mengganggu dalam proses perkembangan keterampilan anak.[3]

Jenis Depresi Pasca Persalinan[sunting | sunting sumber]

  • Baby Blues

Hampir 70% dari ibu yang baru melahirkan akan mengalami baby blues. Biasanya ibu akan mengalami perubahan suasana hati yang cepat. Ibu akan merasa lebih gelisah, bersedih, cemas, dan kesepian. Baby blues biasa terjadi hingga dua minggu pasca melahirkan. Depresi jenis ini diperlukan perawatan dengan berkomunikasi dengan pasangan maupun sesama ibu yang mengalami hal serupa.[4]

  • Postpartum Depression (PPD)

Postpartum depression atau depresi pasca persalinan tidak hanya dialami pada saat melahirkan anak pertama, namun juga dapat terjadi pada setiap melahirkan. Depresi pasca persalinan terjadi beberapa bulan dan seringkali ibu tidak melakukan aktivitas sehari-hari.[4]

  • Psikosis Postpartum

Psikosis postpartum terjadi di awal-awal pasca melahirkan yakni tiga bulan awal. Gejalanya dapat berupa mengalami halusinasi pendengaran, delusi, insomnia, maupun gelisah. Apabila gejala-gejala tersebut berkelanjutan dengan rentang waktu yang cukup lama, Maka ibu perlu untuk dirawat di rumah sakit atau mendapat penanganan lebih serius agar tidak membahayakan dirinya maupun orang lain.[4]

Gejala Depresi Pasca Persalinan[sunting | sunting sumber]

Depresi pasca persalinan dapat mengganggu seorang ibu untuk merawat bayi dan mengerjakan aktivitas sehari-hari. Gejala dari depresi pasca persalinan biasanya timbul pada minggu-minggu pertama pasca melahirkan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan depresi berawal dari kehamilan hingga satu tahun setelah melahirkan.[2]

Berikut adalah gejala-gejala yang dialami ketika depresi pasca persalinan:[5]

  • Benar-benar menghindari teman dan keluarga
  • Tidak bisa merawat diri sendiri maupun bayi
  • Susah bonding dengan bayi Anda
  • Takut dan cemas tidak bisa menjadi ibu yang baik
  • Mood swing parah, cemas berlebihan, serangan panik
  • Terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur
  • Tidak tertarik untuk menjalani hari
  • Berpikir untuk menyakiti diri sendiri dan/atau bayi Anda
  • Berpikir untuk bunuh diri atau mencoba bunuh diri

Apabila gejala-gejala depresi pasca persalinan tidak segera ditangani dengan cepat, maka akan membahayakan ibu maupun bayinya.[2]

Psikosis Depresi Pasca Persalinan[sunting | sunting sumber]

Depresi pasca persalinan yang tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi psikosis pasca persalinan yang lebih berbahaya. Psikosis pasca persalinan adalah gangguan mental yang harus ditangani segera.

Gejala psikosis depresi pasca persalinan sebagai berikut[2]:

  1. Merasa bingung dan tersesat
  2. Memiliki pemikiran obsesif tentang bayi
  3. Mengalami halusinasi dan delusi
  4. Mengalami gangguan tidur
  5. Seringkali kesal terhadap suatu hal
  6. Merasa paranoid
  7. Berusaha untuk menyakiti diri sendiri

Faktor Risiko Depresi Pasca Persalinan[sunting | sunting sumber]

Depresi pasca persalinan dapat dipicu tidak hanya karena pertama Kali melahirkan, tetapi juga beberapa faktor di bawah ini[4]:

  • Memiliki riwayat gangguan depresi
  • Kehamilan yang tidak terencana
  • Kesulitan dalam menyusui dan memberikan ASI
  • Bayi memiliki kebutuhan khusus
  • Memiliki permasalahan dengan pasangan
  • Memiliki permasalahan finansial

Perawatan Depresi Pasca Persalinan[sunting | sunting sumber]

Seringkali ibu akan mengalami rasa sepi, kesulitan, menakutkan hingga tidak mendapatkan dukungan setelah melahirkan. Maka dari itu, beberapa perawatan depresi pasca persalinan perlu dilakukan dengan baik agar mendapatkan hasil yang lebih efektif[6]:

Membantu diri sendiri. Hal pertama yang harus dilakukan ketika ibu mengalami perasaan yang berubah atau merasakan perbedaan dalam sisi emotional, Maka ibu harus membicarakannya kepada pasangan, keluarga Dan teman tentang perasaan yang sedang dialami. Ini akan memberikan bantuan bagi ibu ketika mengalami hari-hari yang berat. Terbuka akan apa yang dirasakan Dan dibutuhkan oleh diri sendiri, akan meminimalisir gejala depresi. Ibu dapat menyediakan waktu luang sendiri, melakukan hal-hal yang disukai, dapat berolahraga secara teratur Dan makan-makanan yang sehat sebagai bentuk dari release terhadap stress yang dialami selama melahirkan[6].

Terapi bicara. Ketika ibu mengurung diri Dan tidak ingin berbicara dengan siapapun, Maka terapi bicara akan sangat membantu dalam proses penyembuhan. Ibu dapat mengikuti kursus terapi seperti terapi perilaku atau cognitive behavior therapy (CBT)[6].

Antidepresan. Obat antidepresan adalah obat yang direkomendasikan oleh dokter ketika seseorang mengalami depresi. Akan tetapi, antidepresan tidak dapat dikonsumsi dengan dosis yang tinggi. Antidepresan dapat menjadi pilihan ketika depresi menjadi lebih parah atau obat lain tidak membantu. Dokter dapat meresepkan obat antidepresan dengan Kadar tertentu bagi ibu yang sedang menyusui[6]. Beberapa antidepresan yang umum digunakan untuk depresi pasca persalinan yaitu Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) seperti sertraline (Zoloft®) dan fluoxetine (Prozac®), Inhibitor reuptake serotonin dan norepinefrin (SNRI) seperti duloxetine (Cymbalta®) dan desvenlafaxine (Pristiq®), Bupropion (Wellbutrin® atau Zyban®) dan Antidepresan trisiklik (TCA) seperti amitriptyline (Elavil®) atau imipramine (Tofranil®).[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Mulyani, Cici; Dekawaty, Ayu; Suzanna, Suzanna (2022-12-04). "Faktor-Faktor Penyebab Depresi Pasca Persalinan". Jurnal Keperawatan Silampari (dalam bahasa Inggris). 6 (1): 635–649. doi:10.31539/jks.v5i2.3462. ISSN 2581-1975. 
  2. ^ a b c d "Postpartum depression - Symptoms and causes". Mayo Clinic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-03-23. 
  3. ^ a b "Postpartum Depression: Causes, Symptoms & Treatment". Cleveland Clinic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-03-23. 
  4. ^ a b c d Makarim, Fadhli Rizal. "Depresi Postpartum". halodoc. Diakses tanggal 23 Maret 2024. 
  5. ^ "The Basics of Postpartum Depression". WebMD (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-26. 
  6. ^ a b c d "Overview - Postnatal depression". NHS. 4 Agustus 2022. Diakses tanggal 23 Maret 2024.