Lompat ke isi

Sastra Korea: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Pranala Luar +Pranala luar)
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
 
(5 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Sastra Korea''' (한국 문학) adalah jenis [[sastra]] yang ditulis dan berkembang di [[Korea]]. Periode kesusastraan Korea dibagi menjadi 2 periode, klasik dan moderen. Tradisi tulis awal dimulai dari zaman purba dengan didapatnya bukti-bukti epigraf yang diukir di dinding-dinding makam kuno. Pada [[Tiga Kerajaan Korea|Zaman Tiga Kerajaan]] (37 SM-985 M), dikarenakan pengaruh budaya Tionghoa, orang Korea mulai menulis dengan [[aksara Tionghoa]] dan membuat [[kertas]]. Maka mulai saat itu teks-teks ditulis di atas kertas atau potongan bambu. Tradisi tulis di Korea mulai berkembang pesat semenjak diperkenalkannya [[Buddhisme]] dan [[Konfusianisme]] pada zaman itu di mana banyak kuil-kuil dan perguruan dibangun untuk mendukung kegiatan menulis dan membaca. Berulangnya invasi dan perang pada periode ini membuat hanya sedikit saja peninggalan karya tulis zaman itu yang masih tersisa.
'''Sastra Korea''' (한국 문학) adalah jenis [[sastra]] yang ditulis dan berkembang di [[Korea]]. Periode kesusastraan Korea dibagi menjadi 2 periode, klasik dan modern. Tradisi tulis awal dimulai dari zaman purba dengan didapatnya bukti-bukti epigraf yang diukir di dinding-dinding makam kuno. Pada [[Tiga Kerajaan Korea|Zaman Tiga Kerajaan]] (37 SM-985 M), dikarenakan pengaruh budaya Tionghoa, orang Korea mulai menulis dengan [[aksara Tionghoa]] dan membuat [[kertas]]. Maka mulai saat itu teks-teks ditulis di atas kertas atau potongan bambu. Tradisi tulis di Korea mulai berkembang pesat semenjak diperkenalkannya [[Buddhisme]] dan [[Konfusianisme]] pada zaman itu di mana banyak kuil-kuil dan perguruan dibangun untuk mendukung kegiatan menulis dan membaca. Berulangnya invasi dan perang pada periode ini membuat hanya sedikit saja peninggalan karya tulis zaman itu yang masih tersisa.


== Sastra klasik ==
== Sastra klasik ==
Sastra pra-moderen dinamakan sastra klasik. Sastra jenis ini dihasilkan daripada pandangan dan kepercayaan religius seperti ajaran [[Buddha]], [[Konfusius|Kong Hu Chu]] dan [[Tao]]. Para sarjana dan ilmuwan Korea pada zaman kuno mendalami bahasa dan tulisan Tionghoa. Sastra klasik ditulis menggunakan aksara Tionghoa. Sistem penulisan bahasa klasik ([[hanmun]]) digunakan untuk dokumen-dokumen resmi, sementara sistem [[idu]] dan [[gugyeol]] mulai serta hangeul digunakan untuk karya tidak resmi. Para pembaca karya sastra di Korea pada zaman ini merupakan rakyat kelas atas. Umumnya mereka menikmati karya-karya sastra Tiongkok klasik.
Sastra pra-modern dinamakan sastra klasik. Sastra jenis ini dihasilkan daripada pandangan dan kepercayaan religius seperti ajaran [[Buddha]], [[Konfusius|Kong Hu Chu]] dan [[Tao]]. Para sarjana dan ilmuwan Korea pada zaman kuno mendalami bahasa dan tulisan Tionghoa. Sastra klasik ditulis menggunakan aksara Tionghoa. Sistem penulisan bahasa klasik ([[hanmun]]) digunakan untuk dokumen-dokumen resmi, sementara sistem [[idu]] dan [[gugyeol]] mulai serta hangeul digunakan untuk karya tidak resmi. Para pembaca karya sastra di Korea pada zaman ini merupakan rakyat kelas atas. Umumnya mereka menikmati karya-karya sastra Tiongkok klasik.


=== Hyangga ===
=== Hyangga ===
Baris 19: Baris 19:
Gasa juga muncul dan berkembang pesat pada zaman Joseon, terutama pada kalangan bangsawan. Gasa berisikan tema-tema yang umum seperti ekspresi perasaan, keindahan alam, cinta dan kehidupan manusia.
Gasa juga muncul dan berkembang pesat pada zaman Joseon, terutama pada kalangan bangsawan. Gasa berisikan tema-tema yang umum seperti ekspresi perasaan, keindahan alam, cinta dan kehidupan manusia.


== Sastra moderen ==
== Sastra modern ==
Periode sastra klasik berakhir pada saat runtuhnya [[Dinasti Joseon]] dan zaman sastra moderen dimulai. Periode ini disebut Gaehwa gyemong (Pencerahan) di mana setelah setelah peristiwa [[Reformasi Gabo]] pada tahun 1894, bermunculan sekolah-sekolah barat dan media cetak yang menerbitkan karya sastra yang lebih bebas dan tidak terikat aturan seperti karya sastra klasik. Genre puisi baru dinamakan sinchesi dan gaya puisi bebas dinamakan jayusi.
Periode sastra klasik berakhir pada saat runtuhnya [[Dinasti Joseon]] dan zaman sastra modern dimulai. Periode ini disebut Gaehwa gyemong (Pencerahan) di mana setelah setelah peristiwa [[Reformasi Gabo]] pada tahun 1894, bermunculan sekolah-sekolah barat dan media cetak yang menerbitkan karya sastra yang lebih bebas dan tidak terikat aturan seperti karya sastra klasik. Genre puisi baru dinamakan sinchesi dan gaya puisi bebas dinamakan jayusi.


Awal perkembangan sastra moderen erat kaitannya dengan pengaruh doktrin dari barat dan agama Kristen akibat meningkatnya kontak dagang dan ekonomi. Sastra moderen menjadi semakin pesat semenjak meluasnya penggunaan aksara [[hangeul]]. Hangeul sangat bermanfaat meningkatkan melek huruf rakyat. Genre novel baru (sinsoseol) ditulis dalam aksara hangeul menikmati kepopulerannya pada masa itu.
Awal perkembangan sastra modern erat kaitannya dengan pengaruh doktrin dari barat dan agama Kristen akibat meningkatnya kontak dagang dan ekonomi. Sastra modern menjadi semakin pesat semenjak meluasnya penggunaan aksara [[hangeul]]. Hangeul sangat bermanfaat meningkatkan melek huruf rakyat. Genre novel baru (sinsoseol) ditulis dalam aksara hangeul menikmati kepopulerannya pada masa itu.


Sastra Korea mengalami tekanan besar pada zaman [[Penjajahan Jepang atas Korea|Penjajahan Jepang]] (1910-1945) karena segala aspek budaya dan seni Korea ditekan dan diberangus. Ekspresi dan tema tentang rasa percaya diri dan kebebasan tidak lagi berlaku seperti sebelumnya. Sastra Korea pada saat itu mencari bentuk baru untuk beradaptasi dengan tema pencarian jati diri dan kenyataan konkrit. Tema karya sastra tahun 1920-an umumnya menceritakan tentang penderitaan rakyat jelata yang memilukan.
Sastra Korea mengalami tekanan besar pada zaman [[Penjajahan Jepang atas Korea|Penjajahan Jepang]] (1910-1945) karena segala aspek budaya dan seni Korea ditekan dan diberangus. Ekspresi dan tema tentang rasa percaya diri dan kebebasan tidak lagi berlaku seperti sebelumnya. Sastra Korea pada saat itu mencari bentuk baru untuk beradaptasi dengan tema pencarian jati diri dan kenyataan konkret. Tema karya sastra tahun 1920-an umumnya menceritakan tentang penderitaan rakyat jelata yang memilukan.


Sampai pada tahun 1980-an, sastra Korea tidak banyak dikenal di luar negeri. Antologi karya sastra Korea yang pertama diterbitkan dalam bahasa Inggris adalah [[Flowers of Fire]] pada tahun 1986.
Sampai pada tahun 1980-an, sastra Korea tidak banyak dikenal di luar negeri. Antologi karya sastra Korea yang pertama diterbitkan dalam bahasa Inggris adalah [[Flowers of Fire]] pada tahun 1986.
Baris 30: Baris 30:
== Sastra Korea di Indonesia ==
== Sastra Korea di Indonesia ==
Karya sastra Korea di Indonesia tidak banyak dikenal. Namun semenjak berbagai universitas membuka jurusan dan pengajaran bahasa Korea, perlahan pemahaman dan minat akan sastra dan bahasa Korea meningkat. Karya pertama sastra Korea yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebuah antologi cerpen berjudul ''[[Kumpulan Cerpen Korea: Laut dan Kupu-kupu]]'' terbitan [[Gramedia Pustaka Utama]] pada tahun 2007.
Karya sastra Korea di Indonesia tidak banyak dikenal. Namun semenjak berbagai universitas membuka jurusan dan pengajaran bahasa Korea, perlahan pemahaman dan minat akan sastra dan bahasa Korea meningkat. Karya pertama sastra Korea yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebuah antologi cerpen berjudul ''[[Kumpulan Cerpen Korea: Laut dan Kupu-kupu]]'' terbitan [[Gramedia Pustaka Utama]] pada tahun 2007.
{{korea-stub}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.disukai.com/2012/12/belajar-bahasa-korea-sehari-hari.html Bahasa Korea]
* [http://www.disukai.com/2012/12/belajar-bahasa-korea-sehari-hari.html Bahasa Korea] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130421065906/http://www.disukai.com/2012/12/belajar-bahasa-korea-sehari-hari.html |date=2013-04-21 }}
{{Senibudaya Korea}}
{{Senibudaya Korea}}
{{korea-stub}}
[[Kategori:Sastra Korea]]

[[Kategori:Sastra Korea| ]]

Revisi terkini sejak 7 Maret 2021 00.20

Sastra Korea (한국 문학) adalah jenis sastra yang ditulis dan berkembang di Korea. Periode kesusastraan Korea dibagi menjadi 2 periode, klasik dan modern. Tradisi tulis awal dimulai dari zaman purba dengan didapatnya bukti-bukti epigraf yang diukir di dinding-dinding makam kuno. Pada Zaman Tiga Kerajaan (37 SM-985 M), dikarenakan pengaruh budaya Tionghoa, orang Korea mulai menulis dengan aksara Tionghoa dan membuat kertas. Maka mulai saat itu teks-teks ditulis di atas kertas atau potongan bambu. Tradisi tulis di Korea mulai berkembang pesat semenjak diperkenalkannya Buddhisme dan Konfusianisme pada zaman itu di mana banyak kuil-kuil dan perguruan dibangun untuk mendukung kegiatan menulis dan membaca. Berulangnya invasi dan perang pada periode ini membuat hanya sedikit saja peninggalan karya tulis zaman itu yang masih tersisa.

Sastra klasik

[sunting | sunting sumber]

Sastra pra-modern dinamakan sastra klasik. Sastra jenis ini dihasilkan daripada pandangan dan kepercayaan religius seperti ajaran Buddha, Kong Hu Chu dan Tao. Para sarjana dan ilmuwan Korea pada zaman kuno mendalami bahasa dan tulisan Tionghoa. Sastra klasik ditulis menggunakan aksara Tionghoa. Sistem penulisan bahasa klasik (hanmun) digunakan untuk dokumen-dokumen resmi, sementara sistem idu dan gugyeol mulai serta hangeul digunakan untuk karya tidak resmi. Para pembaca karya sastra di Korea pada zaman ini merupakan rakyat kelas atas. Umumnya mereka menikmati karya-karya sastra Tiongkok klasik.

Hyangga adalah jenis syair yang ditulis dalam aksara Tionghoa dengan sistem idu. Hyangga yang merupakan karya sastra Silla dicirikan dengan batasan-batasan formal yang bisa tersusun atas atas 4, 8, atau 10 bait. Syair 10 bait paling digemari, dengan struktur 4-4-2. Tema hyangga sebagian besar adalah mengenai Buddhisme.

Goryeo gayo

[sunting | sunting sumber]

Pada zaman Dinasti Goryeo, muncul jenis seni sastra yang lebih populer, yakni Goryeo Gayo atau Lagu Goryeo. Goryeo gayo mempunyai bentuk khusus yakni byeolgok. Goryeo gayo dibagi dalam dua jenis yakni dallyeonche dan yeonjanche. Dallyeonche tersusun atas satu bait sementara yeonjanche tersusun atas banyak bait. Tema-tema Goryeo gayo umumnya menceritakan tentang kehidupan manusia dan keindahan alam. Salah satu syair yang terkenal adalah Gwandong byeolgok (byeolgok pesisir timur) yang menceritakan keindahan pantai di laut timur Gangwon.

Sijo berkembang pada zaman Joseon dan menjadi sangat digemari kalangan masyarakat umum. Sijo merefleksikan pemikiran Konfusianisme dan tema mengenai kesetiaan. Sijo mempunyai komposisi 3 bait dengan masing-masing bait terdiri atas 4 baris kalimat.

Gasa juga muncul dan berkembang pesat pada zaman Joseon, terutama pada kalangan bangsawan. Gasa berisikan tema-tema yang umum seperti ekspresi perasaan, keindahan alam, cinta dan kehidupan manusia.

Sastra modern

[sunting | sunting sumber]

Periode sastra klasik berakhir pada saat runtuhnya Dinasti Joseon dan zaman sastra modern dimulai. Periode ini disebut Gaehwa gyemong (Pencerahan) di mana setelah setelah peristiwa Reformasi Gabo pada tahun 1894, bermunculan sekolah-sekolah barat dan media cetak yang menerbitkan karya sastra yang lebih bebas dan tidak terikat aturan seperti karya sastra klasik. Genre puisi baru dinamakan sinchesi dan gaya puisi bebas dinamakan jayusi.

Awal perkembangan sastra modern erat kaitannya dengan pengaruh doktrin dari barat dan agama Kristen akibat meningkatnya kontak dagang dan ekonomi. Sastra modern menjadi semakin pesat semenjak meluasnya penggunaan aksara hangeul. Hangeul sangat bermanfaat meningkatkan melek huruf rakyat. Genre novel baru (sinsoseol) ditulis dalam aksara hangeul menikmati kepopulerannya pada masa itu.

Sastra Korea mengalami tekanan besar pada zaman Penjajahan Jepang (1910-1945) karena segala aspek budaya dan seni Korea ditekan dan diberangus. Ekspresi dan tema tentang rasa percaya diri dan kebebasan tidak lagi berlaku seperti sebelumnya. Sastra Korea pada saat itu mencari bentuk baru untuk beradaptasi dengan tema pencarian jati diri dan kenyataan konkret. Tema karya sastra tahun 1920-an umumnya menceritakan tentang penderitaan rakyat jelata yang memilukan.

Sampai pada tahun 1980-an, sastra Korea tidak banyak dikenal di luar negeri. Antologi karya sastra Korea yang pertama diterbitkan dalam bahasa Inggris adalah Flowers of Fire pada tahun 1986.

Sastra Korea di Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Karya sastra Korea di Indonesia tidak banyak dikenal. Namun semenjak berbagai universitas membuka jurusan dan pengajaran bahasa Korea, perlahan pemahaman dan minat akan sastra dan bahasa Korea meningkat. Karya pertama sastra Korea yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebuah antologi cerpen berjudul Kumpulan Cerpen Korea: Laut dan Kupu-kupu terbitan Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2007.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]