Lompat ke isi

Presidium Dewan Papua: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Akuindo (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 103.144.170.190 (bicara) ke revisi terakhir oleh Johan ardi
Tag: Pengembalian
 
(19 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2: Baris 2:
{{referensi}}
{{referensi}}
{{taknetral}}
{{taknetral}}
'''Presidium Dewan Papua''' (PDP) adalah organisasi resmi masyarakat kesukuan di Papua Barat. Dewan ini adalah penjelmaan kembali dari Dewan Nugini Baru (''Nieuw Guinea Raad'') yang dibentuk pada Oktober [[1961]].
'''Presidium Dewan Papua''' ('''PDP''') adalah organisasi resmi masyarakat kesukuan yang pernah ada di [[Papua (wilayah Indonesia)|wilayah Papua]]. Dewan ini diklaim merupakan penjelmaan kembali dari [[Dewan Nugini]] (''Nieuw Guinea Raad'') yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda pada Oktober [[1961]].


Presidium Dewan Papua mewakili sekitar 245 kelompok suku dengan lebih dari 2 juta penduduk asli yang menghuni daerah ini sejak lebih dari 10.000 tahun yang lalu. PDP juga mewakili para transmigran yang dikirim dari berbagai wilayah Indonesia lainnya dalam proyek transmigrasi, khususnya selama pemerintahan [[Orde Baru]].
Presidium Dewan Papua mewakili sekitar 245 kelompok suku dengan lebih dari 2 juta penduduk asli yang menghuni daerah ini sejak lebih dari 10.000 tahun yang lalu. PDP juga mewakili para transmigran yang dikirim dari berbagai wilayah Indonesia lainnya dalam proyek transmigrasi, khususnya selama pemerintahan [[Orde Baru]].
Baris 8: Baris 8:
[[Organisasi]] ini pada mulanya didirikan karena adanya gerakan perlawanan rakyat terhadap pemerintah [[Republik Indonesia]] pada tanggal [[1 Juli|1]]-[[7 Juli]] [[1998]]. Awal gerakan dimulai dengan menaikkan Bendera Bintang Pagi di seluruh Pulau Papua. Hal ini dipicu karena adanya surat Senator Amerika yang mendesak Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. Ing. [[B.J. Habibie]] untuk segera memberikan [[referendum]] kepada Timor Leste, Aceh, dan Papua. Alasannya karena ketiga daerah ini tidak jelas status politiknya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
[[Organisasi]] ini pada mulanya didirikan karena adanya gerakan perlawanan rakyat terhadap pemerintah [[Republik Indonesia]] pada tanggal [[1 Juli|1]]-[[7 Juli]] [[1998]]. Awal gerakan dimulai dengan menaikkan Bendera Bintang Pagi di seluruh Pulau Papua. Hal ini dipicu karena adanya surat Senator Amerika yang mendesak Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. Ing. [[B.J. Habibie]] untuk segera memberikan [[referendum]] kepada Timor Leste, Aceh, dan Papua. Alasannya karena ketiga daerah ini tidak jelas status politiknya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Setelah penaikan bendera Bintang Pagi (''Morning Star Flag''), pada tanggal 7 Juli 1998 pukul 03.00 WIT sekitar 200 lebih jiwa rakyat di Pulau Biak Papua dibunuh oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia). Akibatnya dibentuklah suatu Forum Masyarakat Papua yang diberi nama FORERI Team yang dipersiapkan untuk menghadap Presiden Habibie. Setelah itu Presiden Habibie mengundang 100 tokoh rakyat Papua untuk mendengar secara langsung keluhan rakyat Papua yang disampaikan oleh tim 100 ini. Namun hasil dari tim ini diblokir oleh Pejabat Negara lainnya sehingga menambah emosi Rakyat Papua serta Presiden Habibie pun digusur dari Jabatannya dilarang oleh mencalonkan diri sebagai Presiden ke-4 RI.
Setelah penaikan bendera Bintang Pagi (''Morning Star Flag''), pada tanggal 7 Juli 1998 pukul 03.00 WIT sekitar 200 lebih jiwa rakyat di Pulau Biak Papua dibunuh oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia). Akibatnya dibentuklah suatu Forum Masyarakat Papua yang diberi nama FORERI Team yang dipersiapkan untuk menghadap Presiden Habibie. Setelah itu Presiden Habibie mengundang 100 tokoh rakyat Papua untuk mendengar secara langsung keluhan rakyat Papua yang disampaikan oleh tim 100 ini. Namun hasil dari tim ini diblokir oleh Pejabat Negara lainnya sehingga menambah emosi Rakyat Papua serta Presiden Habibie pun digusur dari Jabatannya dilarang oleh mencalonkan diri sebagai Presiden ke-4 RI.{{fact}}


Terpilihnya [[Abdurahman Wahid]] (Gus Dur) sebagai Presiden ke-4 membawa perubahan positif bagi rakyat Papua, misalnya mengizinkan penaikan Bendera Bintang Pagi (bukan Bintang Kejora), mengizinkan adanya Kongres II Papua yang melahirkan PDP, dan mengubah nama [[Irian Jaya]] menjadi [[Papua]].
Terpilihnya [[Abdurahman Wahid]] (Gus Dur) sebagai Presiden ke-4 membawa perubahan positif bagi rakyat Papua, misalnya mengizinkan penaikan Bendera Bintang Pagi (bukan Bintang Kejora) asalkan dibawah bendera merah putih, mengizinkan adanya Kongres II Papua yang melahirkan PDP, dan mengubah nama [[Irian Jaya]] menjadi [[Papua]]. Tetapi masa jabatan Gus Dur berlangsung singkat, karena ia dilengserkan oleh parlemen Indonesia dan digantikan oleh [[Megawati Sukarnoputri]].


Hasil dari Komisi Hak Papua (salah satu komisi yang dibentuk Kongres Rakyat Papua pada Mei-Juni 2000 di GOR Jayapura) kemudian diadopsi oleh tim asistensi Otsus untuk kemudian dijabarkan dan menjadi [[Otonomi khusus Papua|UU Otonomi Khusus Papua]].<ref name="SINDOnews.com 2020">{{cite news | title=Sekjen Dewan PapuaThaha Alhamid: Otsus Jalan Menuju Perubahan | work=SINDOnews.com | date=2020-11-04 | url=https://nasional.sindonews.com/read/219700/14/sekjen-dewan-papuathaha-alhamid-otsus-jalan-menuju-perubahan-1604481115 | language=id | access-date=2023-01-29}}</ref>
Tetapi masa jabatan Gus Dur berlangsung singkat, karena ia digusur oleh parlemen Indonesia dan digantikan oleh [[Megawati Sukarnoputri]].


== Kepemimpinan ==
== Kepemimpinan ==
Pada waktu terbentuknya, PDP dipimpin oleh dua orang ketua, 22 anggota penuh dan 240 wakil dari masyarakat kesukuan di Papua Barat. Untuk kali pertama, jabatan ketua diduduki oleh [[Thom Beanal]] (tokoh suku [[Amungme]]), dan [[Dortheys Hiyo Eluay|Theys H. Eluway]] (pemimpin suku Sentani). Mereka dipilih secara demokratis oleh persidangan umum suku-suku pada [[23 Februari|23]]-[[26 Februari]] [[2000]]. Selanjutnya ada tiga orang moderator, yaitu [[Herman Awom|Pdt. Herman Awom, S.Th.]], [[Benny Giay|Pdt. Dr. Benny Giay]], dan [[Franz Joku|Franz A. Joku]]. Anggota pengurus lainnya adalah [[Isack Ayomi|Drs. Isack Ayomi, MA]], [[Don Flassy|Drs. Don Flassy, MA]], [[Yorris Raweyai]], [[Muhammad S. Sabuku]], [[Beatrix Koibur|Ny. Beatrix Koibur]], [[Ketty Yabansabra|Pdt. Ketty Yabansabra]], [[Wilhem Zonggonau|Dr. Wilhem Zonggonau]], [[Elieser Awom]], [[John Mambor|John S. Mambor, BA]], [[Fred Suebu]], [[Martinus Werimon|Martinus A. Werimon]], [[Leonard Imbiri]], [[Andy D. Manoby]], [[Yakob Kasimat]], [[Melkianus Mandosir]], [[John Ondowame|John O. Ondowame]], ditambah 4 orang perwakilan lagi masing-masing dua orang dari [[Swedia]] dan [[Belanda]].
Pada waktu terbentuknya, PDP dipimpin oleh dua orang ketua, 22 anggota penuh dan 240 wakil dari masyarakat kesukuan di Papua Barat. Untuk kali pertama, jabatan ketua diduduki oleh [[Tom Beanal]] (tokoh suku [[Amungme]]), dan [[Dortheys Hiyo Eluay|Theys H. Eluway]] (pemimpin suku Sentani). Mereka dipilih secara demokratis oleh persidangan umum suku-suku pada [[23 Februari|23]]-[[26 Februari]] [[2000]]. Selanjutnya ada tiga orang moderator, yaitu [[Herman Awom|Pdt. Herman Awom, S.Th.]], [[Benny Giay|Pdt. Dr. Benny Giay]], dan [[Frans Albert Joku]]. [[Thaha Alhamid]] menjadi sekertaris jenderal. Anggota pengurus lainnya adalah [[Isack Ayomi|Drs. Isack Ayomi, MA]], [[Don Flassy|Drs. Don Flassy, MA]], [[Yorrys Raweyai]], [[Muhammad S. Sabuku]], [[Beatrix Koibur|Ny. Beatrix Koibur]], [[Ketty Yabansabra|Pdt. Ketty Yabansabra]], [[Wilhem Zonggonau|Dr. Wilhem Zonggonau]], [[Elieser Awom]], [[John Mambor|John S. Mambor, BA]], [[Fred Suebu]], [[Martinus Werimon|Martinus A. Werimon]], [[Leonard Imbiri]], [[Andy D. Manoby]], [[Yakob Kasimat]], [[Melkianus Mandosir]], [[John Ondawame|John O. Ondawame]], ditambah 4 orang perwakilan lagi masing-masing dua orang dari [[Swedia]] dan [[Belanda]].


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.melanesianews.org/pdp/ Situs resmi]
* {{en}} [http://www.melanesianews.org/pdp/ Situs resmi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20061126111610/http://www.melanesianews.org/pdp/ |date=2006-11-26 }}


{{Konflik Papua}}
{{Konflik Papua}}
{{organisasi-stub}}


[[Kategori:Politik di Indonesia]]
[[Kategori:Konflik Papua]]
[[Kategori:Konflik Papua]]
[[Kategori:Papua|Presidium Dewan Papua]]
[[Kategori:Organisasi di Indonesia]]
[[Kategori:Organisasi politik]]

[[Kategori:Politik Indonesia]]
{{organisasi-stub}}
[[Kategori:Nugini Barat]]
[[Kategori:Papua (wilayah Indonesia)]]

Revisi terkini sejak 12 Agustus 2023 03.53

Presidium Dewan Papua (PDP) adalah organisasi resmi masyarakat kesukuan yang pernah ada di wilayah Papua. Dewan ini diklaim merupakan penjelmaan kembali dari Dewan Nugini (Nieuw Guinea Raad) yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda pada Oktober 1961.

Presidium Dewan Papua mewakili sekitar 245 kelompok suku dengan lebih dari 2 juta penduduk asli yang menghuni daerah ini sejak lebih dari 10.000 tahun yang lalu. PDP juga mewakili para transmigran yang dikirim dari berbagai wilayah Indonesia lainnya dalam proyek transmigrasi, khususnya selama pemerintahan Orde Baru.

Organisasi ini pada mulanya didirikan karena adanya gerakan perlawanan rakyat terhadap pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 1-7 Juli 1998. Awal gerakan dimulai dengan menaikkan Bendera Bintang Pagi di seluruh Pulau Papua. Hal ini dipicu karena adanya surat Senator Amerika yang mendesak Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie untuk segera memberikan referendum kepada Timor Leste, Aceh, dan Papua. Alasannya karena ketiga daerah ini tidak jelas status politiknya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Setelah penaikan bendera Bintang Pagi (Morning Star Flag), pada tanggal 7 Juli 1998 pukul 03.00 WIT sekitar 200 lebih jiwa rakyat di Pulau Biak Papua dibunuh oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia). Akibatnya dibentuklah suatu Forum Masyarakat Papua yang diberi nama FORERI Team yang dipersiapkan untuk menghadap Presiden Habibie. Setelah itu Presiden Habibie mengundang 100 tokoh rakyat Papua untuk mendengar secara langsung keluhan rakyat Papua yang disampaikan oleh tim 100 ini. Namun hasil dari tim ini diblokir oleh Pejabat Negara lainnya sehingga menambah emosi Rakyat Papua serta Presiden Habibie pun digusur dari Jabatannya dilarang oleh mencalonkan diri sebagai Presiden ke-4 RI.[butuh rujukan]

Terpilihnya Abdurahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden ke-4 membawa perubahan positif bagi rakyat Papua, misalnya mengizinkan penaikan Bendera Bintang Pagi (bukan Bintang Kejora) asalkan dibawah bendera merah putih, mengizinkan adanya Kongres II Papua yang melahirkan PDP, dan mengubah nama Irian Jaya menjadi Papua. Tetapi masa jabatan Gus Dur berlangsung singkat, karena ia dilengserkan oleh parlemen Indonesia dan digantikan oleh Megawati Sukarnoputri.

Hasil dari Komisi Hak Papua (salah satu komisi yang dibentuk Kongres Rakyat Papua pada Mei-Juni 2000 di GOR Jayapura) kemudian diadopsi oleh tim asistensi Otsus untuk kemudian dijabarkan dan menjadi UU Otonomi Khusus Papua.[1]

Kepemimpinan[sunting | sunting sumber]

Pada waktu terbentuknya, PDP dipimpin oleh dua orang ketua, 22 anggota penuh dan 240 wakil dari masyarakat kesukuan di Papua Barat. Untuk kali pertama, jabatan ketua diduduki oleh Tom Beanal (tokoh suku Amungme), dan Theys H. Eluway (pemimpin suku Sentani). Mereka dipilih secara demokratis oleh persidangan umum suku-suku pada 23-26 Februari 2000. Selanjutnya ada tiga orang moderator, yaitu Pdt. Herman Awom, S.Th., Pdt. Dr. Benny Giay, dan Frans Albert Joku. Thaha Alhamid menjadi sekertaris jenderal. Anggota pengurus lainnya adalah Drs. Isack Ayomi, MA, Drs. Don Flassy, MA, Yorrys Raweyai, Muhammad S. Sabuku, Ny. Beatrix Koibur, Pdt. Ketty Yabansabra, Dr. Wilhem Zonggonau, Elieser Awom, John S. Mambor, BA, Fred Suebu, Martinus A. Werimon, Leonard Imbiri, Andy D. Manoby, Yakob Kasimat, Melkianus Mandosir, John O. Ondawame, ditambah 4 orang perwakilan lagi masing-masing dua orang dari Swedia dan Belanda.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Sekjen Dewan PapuaThaha Alhamid: Otsus Jalan Menuju Perubahan". SINDOnews.com. 2020-11-04. Diakses tanggal 2023-01-29.