Lompat ke isi

Hutan bakau: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
SieBot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: ms:Pokok Bakau
←Mengalihkan ke Hutan mangrove
Tag: Pengalihan baru Suntingan visualeditor-wikitext
 
(150 revisi perantara oleh 95 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
#ALIH [[Hutan mangrove]]
[[Image:Gambia 048 from KG.jpg|thumb|240px|Hutan bakau di [[Zambia]], [[Afrika]]. ]]

'''Hutan Bakau''' atau disebut juga '''hutan mangrove''' adalah hutan yang tumbuh di atas [[rawa|rawa-rawa]] berair [[payau]] yang terletak pada garis [[pantai]] dan dipengaruhi oleh [[pasang-surut]] air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi [[lumpur|pelumpuran]] dan akumulasi bahan [[organik]]. Baik di [[teluk|teluk-teluk]] yang terlindung dari gempuran [[ombak]], maupun di sekitar [[muara]] [[sungai]] di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari [[hulu]].

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran tadi --yang mengakibatkan kurangnya [[aerasi]] tanah; [[salinitas]] tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses [[adaptasi]] dan [[evolusi]].

==Luas dan Penyebaran==
Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling [[khatulistiwa]] di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.

Luas hutan bakau [[Indonesia]] antara 2,5 hingga 4,5 juta [[hektar]], merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 ''dalam'' Noor dkk, 1999).

Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar [[Dangkalan Sunda]] yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur [[Sumatra]], dan pantai barat serta selatan [[Kalimantan]]. Di pantai utara [[Jawa]], hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.

Di bagian timur Indonesia, di tepi [[Dangkalan Sahul]], hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya [[Papua]], terutama di sekitar [[Teluk Bintuni]]. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.

==Lingkungan fisik dan zonasi==
[[Image:Mangroves.jpg|thumb|240px|Pandangan di atas dan di bawah air, dekat perakaran pohon [[bakau]], ''Rhizophora'' sp.]]
Jenis-jenis tumbuhan hutan bakau ini bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona [[vegetasi]] tertentu. Beberapa faktor lingkungan fisik tersebut adalah:

1. '''Jenis tanah'''.
:Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur [[tanah liat]] bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut.<br>
:Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan [[pasir]] yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan [[terumbu karang]].

2. '''Terpaan ombak'''
:Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang.<br>
:Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di tepi sungai. Perbedaannya, salinitas di bagian ini tidak begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari muara. Hutan bakau juga merupakan salah satu perisai alam yang menahan laju ombak besar.

3. '''Penggenangan oleh air pasang'''
:Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan terkadang terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan.

Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering.

Jenis-jenis [[bakau]] (''Rhizophora'' spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau ''Rhizophora apiculata'' dan ''R. mucronata'' tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau ''R. stylosa'' dan [[perepat]] (''Sonneratia alba'') tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api putih (''Avicennia alba'') di zona terluar atau zona pionir ini.

Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui campuran bakau ''R. mucronata'' dengan jenis-jenis [[kendeka]] (''Bruguiera'' spp.), [[kaboa]] (''Aegiceras corniculata'') dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui [[nipah]] (''Nypa fruticans''), pidada (''Sonneratia caseolaris'') dan [[bintaro]] (''Cerbera'' spp.).

Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan [[nirih]] (''Xylocarpus'' spp.), [[teruntum]] (''Lumnitzera racemosa''), [[dungun]] (''Heritiera littoralis'') dan [[kayu buta-buta]] (''Excoecaria agallocha'').

==Bentuk-bentuk adaptasi==
Menghadapi lingkungan yang ekstrim di hutan bakau, tetumbuhan beradaptasi dengan berbagai cara. Secara fisik, kebanyakan [[vegetasi]] mangrove menumbuhkan organ khas untuk bertahan hidup. Seperti aneka bentuk akar dan kelenjar [[garam]] di daun. Namun ada pula bentuk-bentuk adaptasi [[fisiologi|fisiologis]].

[[Image:Muthupet.jpg|thumb|right|280px|Tegakan [[api-api]] ''Avicennia'' di tepi laut. Perhatikan akar napas yang muncul ke atas lumpur pantai.]]
Pohon-pohon bakau (''Rhizophora'' spp.), yang biasanya tumbuh di zona terluar, mengembangkan [[akar tunjang]] (''stilt root'') untuk bertahan dari ganasnya gelombang. Jenis-jenis [[api-api]] (''Avicennia'' spp.) dan [[pidada]] (''Sonneratia'' spp.) menumbuhkan [[akar napas]] (''pneumatophore'') yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil [[oksigen]] dari udara. Pohon [[kendeka]] (''Bruguiera'' spp.) mempunyai [[akar lutut]] (''knee root''), sementara pohon-pohon [[nirih]] (''Xylocarpus'' spp.) berakar papan yang memanjang berkelok-kelok; keduanya untuk menunjang tegaknya pohon di atas lumpur, sambil pula mendapatkan udara bagi pernapasannya. Ditambah pula kebanyakan jenis-jenis vegetasi mangrove memiliki ''lentisel'', lubang pori pada [[pepagan]] untuk bernapas.

Untuk mengatasi salinitas yang tinggi, api-api mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar di bawah daunnya. Sementara jenis yang lain, seperti ''Rhizophora mangle'', mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam. Air yang terserap telah hampir-hampir [[tawar]], sekitar 90-97% dari kandungan garam di air laut tak mampu melewati saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan, diakumulasikan di [[daun]] tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun.

Pada pihak yang lain, mengingat sukarnya memperoleh air tawar, vegetasi mangrove harus berupaya mempertahankan kandungan air di dalam tubuhnya. Padahal lingkungan lautan tropika yang panas mendorong tingginya penguapan. Beberapa jenis tumbuhan hutan bakau mampu mengatur bukaan mulut daun (''stomata'') dan arah hadap permukaan daun di siang hari terik, sehingga mengurangi [[evaporasi]] dari daun.

==Perkembangbiakan==
Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya.

Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat [[vivipar]]: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.

Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (''Rhizophora''), [[tengar]] (''Ceriops'') atau kendeka (''Bruguiera''). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh.

Buah [[nipah]] (''Nypa fruticans'') telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, [[kaboa]] (''Aegiceras''), [[jeruju]] (''Acanthus'') dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah ''propagul''.

Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau [[selat]] bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (''dormant'') berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang [[vertikal]] di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur.

==Suksesi hutan bakau==
Tumbuh dan berkembangnya suatu hutan dikenal dengan istilah suksesi hutan (''forest succession'' atau ''sere''). Hutan bakau merupakan suatu contoh suksesi hutan di [[lahan basah]] (disebut ''hydrosere''). Dengan adanya proses suksesi ini, perlu diketahui bahwa zonasi hutan bakau pada uraian di atas tidaklah kekal, melainkan secara perlahan-lahan bergeser.

Suksesi dimulai dengan terbentuknya suatu paparan lumpur (''mudflat'') yang dapat berfungsi sebagai substrat hutan bakau. Hingga pada suatu saat substrat baru ini diinvasi oleh propagul-propagul vegetasi mangrove, dan mulailah terbentuk vegetasi [[pionir]] hutan bakau.

Tumbuhnya hutan bakau di suatu tempat bersifat menangkap lumpur. Tanah halus yang dihanyutkan aliran sungai, pasir yang terbawa arus laut, segala macam sampah dan hancuran vegetasi, akan diendapkan di antara perakaran vegetasi mangrove. Dengan demikian lumpur lambat laun akan terakumulasi semakin banyak dan semakin cepat. Hutan bakau pun semakin meluas.

Pada saatnya bagian dalam hutan bakau akan mulai mengering dan menjadi tidak cocok lagi bagi pertumbuhan jenis-jenis pionir seperti ''Avicennia alba'' dan ''Rhizophora mucronata''. Ke bagian ini masuk jenis-jenis baru seperti ''Bruguiera'' spp. Maka terbentuklah zona yang baru di bagian belakang.

Demikian perubahan terus terjadi, yang memakan waktu berpuluh hingga beratus tahun. Sementara zona pionir terus maju dan meluaskan hutan bakau, zona-zona berikutnya pun bermunculan di bagian pedalaman yang mengering.

Uraian di atas adalah penyederhanaan, dari keadaan alam yang sesungguhnya jauh lebih rumit. Karena tidak selalu hutan bakau terus bertambah luas, bahkan mungkin dapat habis karena faktor-faktor alam seperti [[abrasi]]. Demikian pula munculnya zona-zona tak selalu dapat diperkirakan.

Di wilayah-wilayah yang sesuai, hutan mangrove ini dapat tumbuh meluas mencapai ketebalan 4 [[kilometer|km]] atau lebih; meskipun pada umumnya kurang dari itu.

==Kekayaan flora==
Beraneka jenis tumbuhan dijumpai di hutan bakau. Akan tetapi hanya sekitar 54 [[spesies]] dari 20 [[genus|genera]], anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenis-jenis mangrove sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan hutan mangrove dan jarang tumbuh di luarnya.

Dari jenis-jenis itu, sekitar 39 jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia; menjadikan hutan bakau Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan [[Samudera Hindia]] dan [[Pasifik]]. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk jenis-jenis mangrove ikutan, adalah 202 spesies (Noor dkk, 1999).

Berikut ini adalah daftar suku dan [[genus]] mangrove sejati, beserta jumlah jenisnya (dimodifikasi dari Tomlinson, 1986).

===Penyusun utama===
{| class=wikitable
! Suku !! Genus, jumlah spesies
|-
| '''[[Acanthaceae]]''' (''syn.'': [[Avicenniaceae]] atau [[Verbenaceae]])
| ''Avicennia'' ([[api-api]]), 9
|-
| '''[[Combretaceae]]'''
| ''Laguncularia'', 11; ''Lumnitzera'' ([[teruntum]]), 2
|-
| '''[[Arecaceae]]'''
| ''Nypa'' ([[nipah]], 1
|-
| '''[[Rhizophoraceae]]'''&nbsp;&nbsp;
| ''Bruguiera'' ([[kendeka]]), 6; ''Ceriops'' ([[tengar]]), 2; ''Kandelia'' ([[berus-berus]]), 1; ''Rhizophora'' ([[bakau]]), 8
|-
| '''[[Sonneratiaceae]]'''
| ''Sonneratia ([[pidada]])'', 5
|}

===Penyusun minor===
[[Image:Acrostichum aureum.jpg|thumb|200px|Paku laut, ''Acrostichum aureum''.]]
{| class=wikitable
! Suku !! Genus, jumlah spesies
|-
| '''[[Acanthaceae]]'''
| ''Acanthus'' ([[jeruju]]), 1; ''Bravaisia'', 2
|-
| '''[[Bombacaceae]]'''
| ''[[Camptostemon]]'', 2
|-
| '''[[Cyperaceae]]'''
| ''Fimbristylis'' ([[mendong]]), 1
|-
| '''[[Euphorbiaceae]]'''
| ''Excoecaria'' ([[kayu buta-buta]]), 2
|-
| '''[[Lythraceae]]'''
| ''Pemphis'' ([[cantigi laut]]), 1
|-
| '''[[Meliaceae]]'''
| ''Xylocarpus'' ([[nirih]]), 2
|-
| '''[[Myrsinaceae]]'''
| ''Aegiceras'' ([[kaboa]]), 2
|-
| '''[[Myrtaceae]]'''
| ''[[Osbornia]]'', 1
|-
| '''[[Pellicieraceae]]'''
| ''[[Pelliciera]]'', 1
|-
| '''[[Plumbaginaceae]]'''&nbsp;&nbsp;
| ''[[Aegialitis]]'', 2
|-
| '''[[Pteridaceae]]'''
| ''Acrostichum'' ([[paku laut]]), 3
|-
| '''[[Rubiaceae]]'''
| ''[[Scyphiphora]]'', 1
|-
| '''[[Sterculiaceae]]'''
| ''Heritiera'' ([[dungun]])2, 3
|}

==Artikel terkait==
[[Margasatwa hutan bakau]].


== Rujukan dan pranala luar ==
* Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A. Whitten. 1984. ''Ekologi Ekosistem Sumatra''. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.
* Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. ''Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia''. PKA/WI-IP. Bogor.
* Tomlinson, P. B., 1986: ''The Botany of Mangroves'', Cambridge University Press.
* {{en}} [http://www.unesco.org/csi/intro/mangrove.htm The story of the UNESCO Mangrove Programme]
* {{en}} [http://www.panda.org/about_wwf/where_we_work/ecoregions/about/habitat_types/selecting_terrestrial_ecoregions/habitat14.cfm WWF article about the mangrove biome]
* {{en}} [http://www.kenyanmangroves.com East African Mangroves]
* {{en}} [http://www.mangrove.at Large mangrove website]
* {{en}} [http://www.mangroveboard.com www.mangroveboard.com] Mangrove Board
* {{en}} [http://www.glomis.com Global Mangrove database and Information System (GLOMIS)]

[[Category:Hutan]]
[[Category:Lahan basah]]

[[de:Mangrove (Baum)]]
[[en:Mangrove]]
[[es:Manglar]]
[[et:Mangroov]]
[[fi:Mangrove]]
[[fr:Mangrove]]
[[he:מנגרובים]]
[[it:Mangrovia]]
[[ja:マングローブ]]
[[lt:Mangrovė]]
[[ml:കണ്ടല്‍കാട്]]
[[ms:Pokok Bakau]]
[[nl:Mangrove]]
[[nn:Mangrove]]
[[no:Mangrove]]
[[oc:Mangròva]]
[[pl:Namorzyny]]
[[pt:Manguezal]]
[[ro:Mangrove]]
[[ru:Мангры]]
[[sk:Mangrovník]]
[[sr:Мангрове]]
[[sv:Mangrove]]
[[th:ป่าชายเลน]]
[[to:Tongo]]
[[uk:Мангровий ліс]]
[[yi:מאנגראווע]]
[[zh:红树林]]

Revisi terkini sejak 30 Juli 2024 16.51

Mengalihkan ke: