Lompat ke isi

Joglo Kudus: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dj Ran (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
 
(29 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Underlinked|date=Oktober 2020}}
[[Berkas:Rumah adat tradisional Kudus Kota Kretek.JPG|thumb|300px|Rumah adat Kudus Genteng Wuwungan Kretek khas Kudus]]
{{rapikan}}
[[Berkas:Rumah adat tradisional Kudus.JPG|thumb|300px|Genteng Wuwungan Kretek di Rumah adat Kudus]]
'''Rumah adat Kudus''' atau '''joglo pencu''' disebut juga '''joglo Kudus''' adalah rumah tradisional berasal dari [[Kabupaten Kudus|Kudus]]<ref>http://www.hendrawanrynda.wordpress.com/kabupaten-kudus/wisata-budaya/</ref> yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus.
[[Berkas:Pintu khas Rumah adat Kudus.JPG|thumb|300px|Pintu dengan Jendela unik khas Joglo Kudus]]

[[Berkas:Atap Pencu khas Rumah adat Kudus Joglo Kudus.JPG|thumb|300px|Atap Pencu khas Joglo Kudus berbentuk daun tembakau]]
<gallery mode="packed>Berkas:Joglo Pencu, Rumah Tradisional Kudus.jpg|200px|Joglo Pencu</gallery>
[[Berkas:Sketch wuwungan pada atap pencu Kudus Khas Rumah Adat Joglo Kudus.JPG.JPG|thumb|300px|Genteng Wuwungan Kretek (Tembakau Cengkeh) di Puncak Atap Genteng Rumah Adat Khas Kudus]]
'''[http://rumah.joglokudus.com Rumah adat Kudus]''' atau '''[http://rumah.joglokudus.com Joglo Pencu]''' disebut juga '''[http://rumah.joglokudus.com Joglo Kudus]''' adalah Rumah tradisional asal Kudus<ref>http://www.hendrawanrynda.wordpress.com/kabupaten-kudus/wisata-budaya/</ref> salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat [[Kabupaten Kudus|Kudus]].


== Ciri khas ==
== Ciri khas ==
Rumah Adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut '''“Atap Pencu”''', dengan bangunan yang didominasi seni ukir yang sederhana khas kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an Masehi dengan 95% kayu Jati asli. ''Joglo Kudus'' mirip dengan ''Joglo Jepara'' tetapi perbedaan<ref>http://www.perbedaanjeparadengankudus.blogspot.com/2014/06/perbedaan-rumah-adat-jepara-dengan.html</ref> yang paling kelihatan adalah bagian pintunya, Joglo Kudus hanya memiliki 1 pintu sedangkan [[Joglo Jepara]] memiliki 3 pintu.
Rumah adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut ''atap pencu'' dengan bangunan yang didominasi seni ukir yang sederhana khas Kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an M dengan 95% kayu jati asli. Joglo Kudus mirip dengan Joglo Jepara tetapi perbedaan<ref>http://www.perbedaanjeparadengankudus.blogspot.com/2014/06/perbedaan-rumah-adat-jepara-dengan.html</ref> yang paling kelihatan adalah bagian pintunya. Joglo Kudus hanya memiliki 1 pintu sedangkan [[Joglo Jepara]] memiliki 3 pintu.

== Tata ruang ==
Joglo pencu memiliki 4 (empat) tiang penyangga dan 1 (satu) tiang besar yang dinamakan ''saka geder'' yang melambangkan bahwa Allah bersifat Esa. Joglo pencu memiliki 3 bagian<ref>{{Cite web |url=http://infomuria.umk.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1071:joglo-pencu-ciri-rumah-adat-kudus&catid=1089:joglo-pencu-ciri-rumah-adat-kudus&Itemid=616 |title=Salinan arsip |access-date=2014-08-12 |archive-date=2014-08-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140812205322/http://infomuria.umk.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1071:joglo-pencu-ciri-rumah-adat-kudus&catid=1089:joglo-pencu-ciri-rumah-adat-kudus&Itemid=616 |dead-url=yes }}</ref> ruangan yang disebut ''jaga satru'', ''gedhongan'', dan ''pawon''. Di halaman depan rumah, terdapat sumur di sebelah kiri yang dinamakan ''pakiwan'' ('kamar kecil')''.''

=== ''Jaga satru'' ===
''Jaga satru'' adalah bagian depan rumah. Dalam [[bahasa Jawa]], ''jaga satru'' secara harfiah berarti 'menjaga' (''jaga'') 'musuh' (''satru''). Namun demikian, untuk sehari-hari, ruangan ini sering digunakan sebagai tempat menerima tamu yang berkunjung.

=== ''Gedhongan'' ===
Gedhongan adalah ruang keluarga. Ruangan ini biasa digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga.


== Tata Ruangan ==
=== ''Pawon'' ===
''Pawon'' dalam bahasa Jawa berarti 'dapur'. Ruangan ini digunakan untuk memasak, belajar, dan melihat televisi.
Joglo Pencu memiliki 4 (empat) tiang penyangga dan 1 (satu) tiang besar yang dinamakan soko geder yang melambangkan bahwa Allah SWT bersifat Esa. rumah adat Kudus Joglo Pencu memiliki 3 bagian<ref>http://infomuria.umk.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1071:joglo-pencu-ciri-rumah-adat-kudus&catid=1089:joglo-pencu-ciri-rumah-adat-kudus&Itemid=616</ref> ruangan yang disebut Jogo Satru, Gedongan, dan Pawon.
* Jogo Satru
adalah nama untuk bagian depan dari rumah tersebut. Secara makna kata Jogo Satru bisa diterjemahkan jogo artinya menjaga dan Satru artinya musuh. Namun untuk sehari-hari Ruangan ini sering digunakan sebagai tempat menerima tamu yang berkunjung.
* Gedongan
adalah bagian ruang keluarga. Ruangan ini biasa digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga.
* Pawon
Untuk Pawon sendiri letaknya berada pada bagian samping. biasa digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi. “Untuk halaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan Pakiwan


== Filosofi ==
== Filosofi ==
Keunikan dan keistimewaan [http://rumah.joglokudus.com Rumah Adat Kudus (Joglo Kudus)] tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni ukir sederhana, tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda.
Keunikan joglo Kudus tidak hanya terletak pada arsitekturnya yang didominasi seni ukir sederhana, tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda.
* Pertama, bentuk dan motif ukirannya mengikuti pola kala (binatang sejenis laba-laba berkaki banyak), gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah), motif burung phoenix, dan lain-lain.
* Pertama, bentuk dan motif ukirannya mengikuti pola ''kala'' (binatang sejenis laba-laba berkaki banyak), gajah penunggu, ''sekar rinonce'' (rangkaian bunga melati), ular naga, buah nanas (sarang lebah), burung phoenix, dan lain-lain.
* Kedua, tata ruang rumah adat yang memiliki jogo satru/ruang tamu dengan soko geder-nya/tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT bersifat Esa/Tunggal.
* Kedua, tata ruang rumah yang memiliki ''jaga satru''/ruang tamu dengan ''saka geder''/tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah bersifat Esa.
* Ketiga, gedhongan dan senthong/ruang keluarga yang ditopang empat buah soko guru/tiang penyangga. Keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni rumah supaya mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dg mengendalikan 4 sifat manusia: amarah, lawwamah, shofiyah, dan mutmainnah.
* Ketiga, ''gedhongan''/ruang keluarga yang ditopang empat buah ''saka guru''/tiang penyangga. Keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni rumah supaya mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan 4 sifat manusia: amarah, ''lawwamah'', ''shofiyah'', dan ''mutmainnah''.
* Keempat, pawon/dapur di bagian paling belakang bangunan rumah.
* Keempat, ''pawon''/dapur di bagian paling belakang bangunan rumah.
* Kelima, pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia selalu membersihkan diri baik fisik maupun rohani.
* Kelima, pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia selalu membersihkan diri baik fisik maupun rohani.
* Keenam, tanaman di sekeliling pakiwan, antara lain: pohon belimbing, yang melambangkan lima rukun Islam; pandan wangi, sebagai simbol rezeki yang harum/halal dan baik bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku yang baik dan budi pekerti luhur, serta kesucian, bersambung ke hal berikutnya.
* Keenam, tanaman di sekeliling pakiwan, antara lain: pohon belimbing, yang melambangkan lima rukun Islam; pandan wangi, sebagai simbol rezeki yang harum/halal dan baik bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku yang baik dan budi pekerti luhur, serta kesucian, bersambung ke hal berikutnya.
* Ketujuh, wuwungan atap genteng terdapat genteng kerpus yang berlubang-lubang yang mempunyai maksud sebagai bentuk cara hidup yang menerima atau terbuka. Genteng yang berlubang tersebut adalah genteng kerpus yaitu genteng kelir, genteng pengapit, dan genteng cungkrik.


== Genteng ==
== Genteng ==
<center>
<gallery caption="Genteng kretek khas Kudus" perrow="6">
Berkas:Sketch Atap Genteng Kretek Kudus Khas Rumah Adat Kudus Genteng Kelir.JPG|Sketsa Genteng Kelir
Berkas:Sketch Atap Genteng Kretek Kudus Khas Rumah Adat Kudus Genteng Pengapit.JPG|Sketsa Genteng Pengapit
Berkas:Sketch Atap Genteng Kretek Kudus Khas Rumah Adat Kudus Genteng Cungkrik.JPG|Sketsa Genteng Cungkrik
</gallery>
</center>
Genteng Kerpus Tradisional Kudus atau Genteng Wuwungan Khas Kudus merupakan genteng yang memiliki bentuk yang indah dan terkandung filosofi di dalamnya. yaitu:
Genteng Kerpus Tradisional Kudus atau Genteng Wuwungan Khas Kudus merupakan genteng yang memiliki bentuk yang indah dan terkandung filosofi di dalamnya. yaitu:
* Genteng Kelir
* Genteng Kelir

Revisi terkini sejak 26 Maret 2023 04.51

Rumah adat Kudus atau joglo pencu disebut juga joglo Kudus adalah rumah tradisional berasal dari Kudus[1] yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus.

Ciri khas

[sunting | sunting sumber]

Rumah adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut atap pencu dengan bangunan yang didominasi seni ukir yang sederhana khas Kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an M dengan 95% kayu jati asli. Joglo Kudus mirip dengan Joglo Jepara tetapi perbedaan[2] yang paling kelihatan adalah bagian pintunya. Joglo Kudus hanya memiliki 1 pintu sedangkan Joglo Jepara memiliki 3 pintu.

Tata ruang

[sunting | sunting sumber]

Joglo pencu memiliki 4 (empat) tiang penyangga dan 1 (satu) tiang besar yang dinamakan saka geder yang melambangkan bahwa Allah bersifat Esa. Joglo pencu memiliki 3 bagian[3] ruangan yang disebut jaga satru, gedhongan, dan pawon. Di halaman depan rumah, terdapat sumur di sebelah kiri yang dinamakan pakiwan ('kamar kecil').

Jaga satru

[sunting | sunting sumber]

Jaga satru adalah bagian depan rumah. Dalam bahasa Jawa, jaga satru secara harfiah berarti 'menjaga' (jaga) 'musuh' (satru). Namun demikian, untuk sehari-hari, ruangan ini sering digunakan sebagai tempat menerima tamu yang berkunjung.

Gedhongan

[sunting | sunting sumber]

Gedhongan adalah ruang keluarga. Ruangan ini biasa digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga.

Pawon dalam bahasa Jawa berarti 'dapur'. Ruangan ini digunakan untuk memasak, belajar, dan melihat televisi.

Keunikan joglo Kudus tidak hanya terletak pada arsitekturnya yang didominasi seni ukir sederhana, tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda.

  • Pertama, bentuk dan motif ukirannya mengikuti pola kala (binatang sejenis laba-laba berkaki banyak), gajah penunggu, sekar rinonce (rangkaian bunga melati), ular naga, buah nanas (sarang lebah), burung phoenix, dan lain-lain.
  • Kedua, tata ruang rumah yang memiliki jaga satru/ruang tamu dengan saka geder/tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah bersifat Esa.
  • Ketiga, gedhongan/ruang keluarga yang ditopang empat buah saka guru/tiang penyangga. Keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni rumah supaya mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan 4 sifat manusia: amarah, lawwamah, shofiyah, dan mutmainnah.
  • Keempat, pawon/dapur di bagian paling belakang bangunan rumah.
  • Kelima, pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia selalu membersihkan diri baik fisik maupun rohani.
  • Keenam, tanaman di sekeliling pakiwan, antara lain: pohon belimbing, yang melambangkan lima rukun Islam; pandan wangi, sebagai simbol rezeki yang harum/halal dan baik bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku yang baik dan budi pekerti luhur, serta kesucian, bersambung ke hal berikutnya.
  • Ketujuh, wuwungan atap genteng terdapat genteng kerpus yang berlubang-lubang yang mempunyai maksud sebagai bentuk cara hidup yang menerima atau terbuka. Genteng yang berlubang tersebut adalah genteng kerpus yaitu genteng kelir, genteng pengapit, dan genteng cungkrik.

Genteng Kerpus Tradisional Kudus atau Genteng Wuwungan Khas Kudus merupakan genteng yang memiliki bentuk yang indah dan terkandung filosofi di dalamnya. yaitu:

  • Genteng Kelir

genteng ini hanya ada satu dan terdapat pada bagian paling atas dan tepat ditengah. Genteng Kelir berbentuk daun yang memekar sempurna yang artinya kedewasaan, filosofinya yaitu kedewasaan yang bisa menata yang lebih muda dan bisa menjadi tauladan yang baik bagi yang lebih muda.

  • Genteng Pengapit

genteng ini terdapat pada bagian kanan dan kiri Genteng Kelir. Genteng Pengapit berbentuk daun yang memekar setengah melipat yang artinya muda atau remaja, filosofinya yaitu masa muda (remaja) harus melihat masa depan ketika dewasa dan mencontoh yang lebih tua.

  • Genteng Cungkrik

genteng ini terdapat pada bagian paling sudut bawah dan menghadap atas. Genteng Cungkrik berbentuk kuncup daun, filosofinya yaitu kelahiran.

Mulai Dilupakan

[sunting | sunting sumber]

Seiring dengan perkembangan masyarakat, keberadaan rumah adat Kudus sendiri sebagai penentu tingkat perekonomian seseorang. Tidak dapat dimungkiri untuk pengrajin yang membuat rumah adat ini mematok harga yang sangat mahal, sehingga hanya sebagian kecil masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah ke atas yang bisa membelinya.

Sedangkan kelemahan budaya lokal adalah kurangnya sumber informasi yang dibukukan, sehingga tidak ada sumber yang bisa dijadikan acuan atau referensi dalam pengenalan budaya lokal tersebut. Dibutuhkan sebuah kajian, jika ada yang tahu sepenggal dan memberanikan diri untuk menulis dan tanpa ada sumber yang jelas adalah kesalahan.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]