Lompat ke isi

Mukhlis Basyah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Patria lupa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(62 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2: Baris 2:
|honorific-prefix =
|honorific-prefix =
|name = Mukhlis Basyah
|name = Mukhlis Basyah
|honorific-suffix = [[Sarjana|S.Sos.]]
|honorific-suffix =
|image = Mukhlis basyah-RegentofAcehBesar.jpg
|image = Mukhlis Basyah.jpg
|imagesize = 200px
|imagesize =
|caption =
|caption =
|office = [[Daftar Bupati Aceh Besar|Bupati Aceh Besar]]
|office = Bupati Aceh Besar
|order =
|order = ke-10
|term_start = [[3 Juli]] [[2012]]
|term_start = 3 Juli 2012
|term_end = [[3 Juli]] [[2017]]
|term_end = 3 Juli 2017
|president = [[Susilo Bambang Yudhoyono]] <br /> [[Joko Widodo]]
|president = {{unbulleted list|[[Susilo Bambang Yudhoyono]]|[[Joko Widodo]]}}
|governor = [[Zaini Abdullah]]
|governor = {{unbulleted list|[[Zaini Abdullah]]|[[Irwandi Yusuf]]}}
|predecessor = [[Bukhari Daud]] <small>(definitif)</small>{{br}}[[Zulkifli Ahmad]] <small>(Pjs.)</small>
|predecessor = [[Bukhari Daud]]<br>[[Zulkifli Ahmad]] (Pjs.)
|successor = [[Mawardi Ali]]
|successor = [[Mawardi Ali]]
|lieutenant = [[Samsul Rizal]]
|lieutenant = [[Syamsulrizal]]
|appointed =
|appointed =
|birth_date = {{birth date and age|1971|5|18}}
|birth_date = {{birth date and age|1971|5|18}}
|birth_place = {{negara|Indonesia}} [[Lam Ara Tunong, Kuta Malaka, Aceh Besar]], [[Aceh]]
|birth_place = [[Lam Ara Tunong, Kuta Malaka, Aceh Besar]], [[Aceh]]
|death_date =
|death_date =
|death_place =
|death_place =
|nationality = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|allegiance = [[Berkas:Flag of Aceh.svg|30px]] [[Gerakan Aceh Merdeka]]
|allegiance = [[Berkas:Flag of Free Aceh Movement.svg|25px]] Aceh
|party = [[Berkas:Partai Aceh.jpg|20px]] [[Partai Aceh]]
|party = {{Parpolicon|Partai Aceh}}
|spouse = Lissiani M. Djuned
|spouse = Lissiani M. Djuned
|relations =
|relations =
Baris 28: Baris 28:
|profession =
|profession =
|religion = [[Islam]]
|religion = [[Islam]]
|rank =
|branch = [[Gerakan Aceh Merdeka]]
|serviceyears = 1997 - 2005
|serviceyears = 1997—2005
|commands =
|commands =
|battles = [[Pemberontakan di Aceh]]
|battles = [[Pemberontakan di Aceh]]
Baris 35: Baris 35:
}}
}}


[[Haji (gelar)|H.]] '''Mukhlis Basyah''', S.Sos. ({{lahirmati|[[Lam Ara Tunong, Kuta Malaka, Aceh Besar]], [[Aceh]]|18|5|1971}}) adalah tokoh pejuang [[GAM]]. Dia pernah menjabat sebagai [[Bupati Aceh Besar]] periode 2012—2017.<ref>[http://berita-lampung.blogspot.co.id/2012/04/hasil-quick-count-pilkada-aceh-9-april.html Hasil Quick Count Pilkada Aceh 9 April 2012]</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.kabarinvestigasi.com/2012/07/pasangan-mukhlis-basyah-samsul-rizal.html |title=Pasangan Mukhlis Basyah- Samsul Rizal, Dilantik Pimpin Aceh Besar |access-date=2015-11-02 |archive-date=2016-03-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160304201932/http://www.kabarinvestigasi.com/2012/07/pasangan-mukhlis-basyah-samsul-rizal.html |dead-url=yes }}</ref>
'''Mukhlis Basyah, S.Sos.''' ({{lahirmati|[[Lam Ara Tunong, Kuta Malaka, Aceh Besar]], [[Aceh]]|18|5|1971}}) adalah [[bupati]] [[Aceh Besar]] sejak [[3 Juli]] [[2012]].


== Biografi ==
== Biografi ==
Mukhlis lahir 18 Mei 1971 di sebuah kampung di kaki bukit barisan, Samahani. Saat ini, kawasan tersebut masuk dalam Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar. Masa kecilnya dilalui di Samahani, hingga dia menamatkan sekolah di SMA Mugayatyah, Banda Aceh.
Mukhlis lahir 18 Mei 1971 di sebuah kampung di kaki bukit barisan, Samahani. Saat ini, kawasan tersebut masuk dalam Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar. Masa kecilnya dilalui di Samahani, hingga dia menamatkan sekolah di SMA Mugayatyah, Banda Aceh.

Sejak kecil, bersama saudaranya dia berjualan di kedai kopi yang saat ini terkenal dengan roti selai Samahani, Dua Saudara. Kedai itu terletak di pinggir jalan Banda Aceh Medan, tepat di Pasar Samahani.
Sejak kecil, bersama saudaranya dia berjualan di kedai kopi yang saat ini terkenal dengan roti selai Samahani, Dua Saudara. Kedai itu terletak di pinggir jalan Banda Aceh Medan, tepat di Pasar Samahani.

"Kedai ini didirikan bapak saya. Pulang sekolah, kami bekerja di sini. Selain membantu orang tua juga untuk menambah uang jajan,” kata Mukhlis ketika menerima ATJEHPOSTcom di kedai tersebut, Senin 18 Maret 2013.
"Kedai ini didirikan bapak saya. Pulang sekolah, kami bekerja di sini. Selain membantu orang tua juga untuk menambah uang jajan,” kata Mukhlis ketika menerima ATJEHPOSTcom di kedai tersebut, Senin 18 Maret 2013.

Sejak SMP dia sudah mengenal ideologi Gerakan Aceh Merdeka. Dia sudah tahu ada ketidakadilan dari Pemerintah Indonesia terhadap Aceh. “Pada waktu itu populer dengan AM atau Aceh Merdeka. Pemerintah Indonesia menyebutnya GPK, Gerakan Pengacau Keamanan,” kata Mukhlis.
Sejak SMP dia sudah mengenal ideologi Gerakan Aceh Merdeka. Dia sudah tahu ada ketidakadilan dari Pemerintah Indonesia terhadap Aceh. “Pada waktu itu populer dengan AM atau Aceh Merdeka. Pemerintah Indonesia menyebutnya GPK, Gerakan Pengacau Keamanan,” kata Mukhlis.

Mukhlis yang sering disapa Adun Mukhlis menceritakan, pada waktu itu sekitar tahun 1980-an akhir, di Samahani banyak mantan pejuang DI/TII, mereka masih menyimpan senjata walau tidak digunakan lagi. Dari merekalah Mukhlis mengenal apa itu ketidakadilan dan juga pemberontakan. Jiwa pemberontak Mukhlis bangkit untuk melawan. Ideologi Aceh Merdeka sudah tertanam di kepalanya, kemanapun dia pergi.
Mukhlis yang sering disapa Adun Mukhlis menceritakan, pada waktu itu sekitar tahun 1980-an akhir, di Samahani banyak mantan pejuang DI/TII, mereka masih menyimpan senjata walau tidak digunakan lagi. Dari merekalah Mukhlis mengenal apa itu ketidakadilan dan juga pemberontakan. Jiwa pemberontak Mukhlis bangkit untuk melawan. Ideologi Aceh Merdeka sudah tertanam di kepalanya, kemanapun dia pergi.

Setamat SMA pada 1991, dia berangkat ke Jakarta. Sebagai seorang pemuda kampung pada waktu, merantau adalah sebuah tantangan hidup. Februari 19912, dia berangkat ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, dia berencana hendak menyeberang ke Malaysia. Beberapa bulan di sana dia berhasil menyeberang ke Malaysia dengan ilegal. “Pemerintah Malaysia menyebut kami pendatang haram,” kata Mukhlis.
Setamat SMA pada 1991, dia berangkat ke Jakarta. Sebagai seorang pemuda kampung pada waktu, merantau adalah sebuah tantangan hidup. Februari 19912, dia berangkat ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, dia berencana hendak menyeberang ke Malaysia. Beberapa bulan di sana dia berhasil menyeberang ke Malaysia dengan ilegal. “Pemerintah Malaysia menyebut kami pendatang haram,” kata Mukhlis.

Hingga tahun 1996 dia berada di negeri jiran itu. Di Malaysia, kata Mukhlis, banyak warga Aceh. Mereka berkumpul di Kampung Melayu Majidi, di daerah Johor Baru. Di sana, bersama warga Aceh yang seide dengannya, Mukhlis memperdalam ideologi Aceh Merdeka-nya. Kampung Melayu Majidi menjadi tempat transit bagi tokoh-tokoh Aceh yang terlibat Aceh Merdeka dan pergi dari Aceh.
Hingga tahun 1996 dia berada di negeri jiran itu. Di Malaysia, kata Mukhlis, banyak warga Aceh. Mereka berkumpul di Kampung Melayu Majidi, di daerah Johor Baru. Di sana, bersama warga Aceh yang seide dengannya, Mukhlis memperdalam ideologi Aceh Merdeka-nya. Kampung Melayu Majidi menjadi tempat transit bagi tokoh-tokoh Aceh yang terlibat Aceh Merdeka dan pergi dari Aceh.

Ketika itu juga mereka bekerja memasok senjata ke Aceh melalui jalur laut. Mukhlis terlibat dalam kerja-kerja spionase, mencari uang, mengatur penyaluran senjata.
Ketika itu juga mereka bekerja memasok senjata ke Aceh melalui jalur laut. Mukhlis terlibat dalam kerja-kerja spionase, mencari uang, mengatur penyaluran senjata.

Tahun 1996 itu juga mereka ditangkap Pemerintah Malaysia, mereka dianggap pendatang haram. Setelah dipenjara beberapa bulan, mereka dideportasi kembali ke Indonesia lewat Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Tahun 1996 itu juga mereka ditangkap Pemerintah Malaysia, mereka dianggap pendatang haram. Setelah dipenjara beberapa bulan, mereka dideportasi kembali ke Indonesia lewat Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Dia pulang ke Aceh. Tak lama di tanah kelahirannya dia berangkat lagi ke Jakarta tahun 1997. Tak lama di sana, dia pulang ke Aceh dan naik ke gunung angkat senjata. Waktu itu, setelah reformasi Indonesia, perang terbuka antara TNI dengan pasukan GAM semakin sering terjadi.
Dia pulang ke Aceh. Tak lama di tanah kelahirannya dia berangkat lagi ke Jakarta tahun 1997. Tak lama di sana, dia pulang ke Aceh dan naik ke gunung angkat senjata. Waktu itu, setelah reformasi Indonesia, perang terbuka antara TNI dengan pasukan GAM semakin sering terjadi.

Mukhlis berlatih di Pentagon, markas besar pasukan GAM Aceh Besar. Pentagon berada di kawasan Siron, Kecamatan Kuta Cot Glie Aceh Besar. Mukhlis menceritakan tempat mereka itu pernah diserbu pasukan TNI dan dihujani bom pesawat Bronco.
Mukhlis berlatih di Pentagon, markas besar pasukan GAM Aceh Besar. Pentagon berada di kawasan Siron, Kecamatan Kuta Cot Glie Aceh Besar. Mukhlis menceritakan tempat mereka itu pernah diserbu pasukan TNI dan dihujani bom pesawat Bronco.

Ditemani kopi dan sepiring roti selai Samahani, Mukhlis melanjutkan kisahnya. Di gunung, suka duka dirasakan bersama teman-teman seperjuangan GAM. “Kami berindah-pindah, memanggul senjata, kadang turun ke kampung untuk mencari logistik makanan dan naik lagi ke gunung,” katanya.
Ditemani kopi dan sepiring roti selai Samahani, Mukhlis melanjutkan kisahnya. Di gunung, suka duka dirasakan bersama teman-teman seperjuangan GAM. “Kami berindah-pindah, memanggul senjata, kadang turun ke kampung untuk mencari logistik makanan dan naik lagi ke gunung,” katanya.

Tahun 2000 dia menikah dengan seorang perempuan yang sekarang telah memberikannya tiga orang putra. Ada cerita menarik ketika pernikahannya dilangsungkan di Masjid Samahani, yang bersisian dengan Polsek Kuta Malaka. “Ada teman-teman GAM yang menjaga, lengkap dengan senjata, ada juga tentara dan juga polisi dari Polsek. Tapi alhamdulillah tidak terjadi apa-apa,” katanya. “Bahkan, Bupati Aceh Besar Sayuti Is juga hadir.”
Tahun 2000 dia menikah dengan seorang perempuan yang sekarang telah memberikannya tiga orang putra. Ada cerita menarik ketika pernikahannya dilangsungkan di Masjid Samahani, yang bersisian dengan Polsek Kuta Malaka. “Ada teman-teman GAM yang menjaga, lengkap dengan senjata, ada juga tentara dan juga polisi dari Polsek. Tapi alhamdulillah tidak terjadi apa-apa,” katanya. “Bahkan, Bupati Aceh Besar Sayuti Is juga hadir.”

Setelah menikah, hari-hariya dilalui seperti biasa sebagai seorang pemberontak. Dia di gunung dan istrinya di rumah. Kadang, kalau ada waktu dan berhasil menembus blokade TNI di dekat gunung dia pulang ke rumah.
Setelah menikah, hari-hariya dilalui seperti biasa sebagai seorang pemberontak. Dia di gunung dan istrinya di rumah. Kadang, kalau ada waktu dan berhasil menembus blokade TNI di dekat gunung dia pulang ke rumah.

Ketika Pemerintah Indonesia memberlakukan Darurat Militer untuk Aceh pada Mei 2003, TNI terus bergerak mencari pasukan Mukhlis. Dia mengakui waktu itu mereka terjepit, logistik berkurang. Pada waktu menjelang perjanjian damai tahun 2005, pentolan GAM Aceh Besar semuanya sudah berkumpul di kawasan pegunungan Kuta Malaka. “Ada Bang Pen, Pak Cek, dan juga Tengku Ahyar,” katanya.
Ketika Pemerintah Indonesia memberlakukan Darurat Militer untuk Aceh pada Mei 2003, TNI terus bergerak mencari pasukan Mukhlis. Dia mengakui waktu itu mereka terjepit, logistik berkurang. Pada waktu menjelang perjanjian damai tahun 2005, pentolan GAM Aceh Besar semuanya sudah berkumpul di kawasan pegunungan Kuta Malaka. “Ada Bang Pen, Pak Cek, dan juga Tengku Ahyar,” katanya.

Bang Pen adalah sebutan untuk Effendi, Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Aceh Rayeuk sekarang. Pak Cek adalah Saifuddin, Ketua DPRK Aceh, sedangkan Tengku Ahyar saat ini duduk sebagai salah satu anggota DPR Aceh.
Bang Pen adalah sebutan untuk Effendi, Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Aceh Rayeuk sekarang. Pak Cek adalah Saifuddin, Ketua DPRK Aceh, sedangkan Tengku Ahyar saat ini duduk sebagai salah satu anggota DPR Aceh.

Pada suatu malam, 12 Juli 2005, Mukhlis turun ke kampung bersama seorang temannya. Mereka ingin mencari logistik bagi kawan-kawan yang berada di gunung. Naas bagi dia dan temannya tersebut, TNI sudah mengendap menunggu mereka di perbatasan kampung. Tanpa basa-basi, peluru dimuntahkan dalam gelap malam itu. “Saya bisa lihat bagaimana cahaya peluru yang beterbangan,” kata Mukhlis.
Pada suatu malam, 12 Juli 2005, Mukhlis turun ke kampung bersama seorang temannya. Mereka ingin mencari logistik bagi kawan-kawan yang berada di gunung. Naas bagi dia dan temannya tersebut, TNI sudah mengendap menunggu mereka di perbatasan kampung. Tanpa basa-basi, peluru dimuntahkan dalam gelap malam itu. “Saya bisa lihat bagaimana cahaya peluru yang beterbangan,” kata Mukhlis.

Temannya roboh seketika itu, sedangkan dia sendiri terkena di tangan. Dengan kekuatan yang ada dia angkat teman dan langsung menjauh dari pasukan TNI. Tak ada pengejaran, mereka juga tidak membalas. Menembus hutan Mukhlis membawa lari temannya hingga sang teman meninggal dalam pelukannya. “Sungguh pahit mengenang masa itu,” kata Mukhlis.
Temannya roboh seketika itu, sedangkan dia sendiri terkena di tangan. Dengan kekuatan yang ada dia angkat teman dan langsung menjauh dari pasukan TNI. Tak ada pengejaran, mereka juga tidak membalas. Menembus hutan Mukhlis membawa lari temannya hingga sang teman meninggal dalam pelukannya. “Sungguh pahit mengenang masa itu,” kata Mukhlis.

Ketika pimpinan GAM dan Pemerintah Indonesia sepakat berdamai, mereka turun ke kampung. Waktu itu pasukan TNI sudah menunggu. “Ramai, kami juga ramai. Mereka bersenjata, kami juga lengkap. Tapi tak ada lagi kontak senjata, kami hanya saling tatap,” kata Mukhlis.
Ketika pimpinan GAM dan Pemerintah Indonesia sepakat berdamai, mereka turun ke kampung. Waktu itu pasukan TNI sudah menunggu. “Ramai, kami juga ramai. Mereka bersenjata, kami juga lengkap. Tapi tak ada lagi kontak senjata, kami hanya saling tatap,” kata Mukhlis.

Setelah turun, Mukhlis langsung mengobati tangannya. Walau sudah dioperasi, tangan kanannya tak lagi normal. Telunjuk dan jempol tidak lagi bisa digerakkan, lumpuh.
Setelah turun, Mukhlis langsung mengobati tangannya. Walau sudah dioperasi, tangan kanannya tak lagi normal. Telunjuk dan jempol tidak lagi bisa digerakkan, lumpuh.

Selama bergabung dengan GAM, Mukhlis mengaku tak pernah bertemu dengan Muzakir Manaf. Panglima perang Aceh Merdeka itu, ditemuinya pertama kali di sebuah sekolah di Meureu, Aceh Besar, setelah perdamaian. Pada waktu ada beberapa pentolan GAM lainnya seperti Darwis Jeunieb.
Selama bergabung dengan GAM, Mukhlis mengaku tak pernah bertemu dengan Muzakir Manaf. Panglima perang Aceh Merdeka itu, ditemuinya pertama kali di sebuah sekolah di Meureu, Aceh Besar, setelah perdamaian. Pada waktu ada beberapa pentolan GAM lainnya seperti Darwis Jeunieb.

“Itu upacara pengumpulan senjata kami sebelum dibawa ke Blang Padang untuk dipotong,” kata Mukhlis.
“Itu upacara pengumpulan senjata kami sebelum dibawa ke Blang Padang untuk dipotong,” kata Mukhlis.

Di Meureu, Mukhlis mengingat kembali bagaimana pertemuan pertama kali dengan tandemnya dalam memimpin Partai Aceh sekarang.
Di Meureu, Mukhlis mengingat kembali bagaimana pertemuan pertama kali dengan tandemnya dalam memimpin Partai Aceh sekarang.

“Mualem pegang tangan saya lama, dia tanya kapan kejadiannya. Saya bilang sebulan sebelum damai,” kata Mukhlis. Saat itu, Mukhlis mengatakan Mualem terkesan garang. “Brewoknya masih penuh, tapi saya suka tatapannya. Penuh makna dan tegas sebagai seorang pemimpin.”
“Mualem pegang tangan saya lama, dia tanya kapan kejadiannya. Saya bilang sebulan sebelum damai,” kata Mukhlis. Saat itu, Mukhlis mengatakan Mualem terkesan garang. “Brewoknya masih penuh, tapi saya suka tatapannya. Penuh makna dan tegas sebagai seorang pemimpin.”
Sejak saat itu, Mukhlis terus berkoordinasi dengan Mualem. Dalam beberapa hal dia mengaku menemukan sosok kepemimpinan pada Mualem.
Saat ini, Mukhlis sudah menjadi Sekretaris Jenderal Partai Aceh. Kabar itu diterimanya pertama kali dari Mualem. Dia mengatakan siap mengemban amanah memipin partai politik terbesar di Aceh itu.<ref>{{Cite web |url=http://sumaterapost.com/berita1/Mukhlis-Basyah-dari-remaja-penjual-kopi-bupati-hingga-Sekjen-Partai-Aceh-44508 |title=Salinan arsip |access-date=2017-09-06 |archive-date=2017-09-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170906091900/http://sumaterapost.com/berita1/Mukhlis-Basyah-dari-remaja-penjual-kopi-bupati-hingga-Sekjen-Partai-Aceh-44508 |dead-url=yes }}</ref>


== Riwayat Pendidikan ==
Sejak saat itu, Mukhlis terus berkoordinasi dengan Mualem. Dalam beberapa hal dia mengaku menemukan sosok kepemimpinan pada Mualem.
* SD [[Kuta Malaka, Aceh Besar|Samahani]] (1978—1984)
* SMP Samahani (1984—1987)
* SMA Mugayatsyah [[Banda Aceh]] (1989—1991)
* S1 STIPSI Al Wasliyah Banda Aceh (2010—2013)


== Riwayat Organisasi ==
Saat ini, Mukhlis sudah menjadi Sekretaris Jenderal Partai Aceh. Kabar itu diterimanya pertama kali dari Mualem. Dia mengatakan siap mengemban amanah memipin partai politik terbesar di Aceh itu.<ref>http://sumaterapost.com/berita1/Mukhlis-Basyah-dari-remaja-penjual-kopi-bupati-hingga-Sekjen-Partai-Aceh-44508</ref>
* Anggota Pasukan Gerakan Aceh Merdeka (1997—2005)

* Ketua DPW-PA Kabupaten Aceh Besar (2008—2013)
== Riwayat pendidikan ==
* Sekretaris Jenderal Partai Aceh (PA) (2013—2018)

* SD [[Kuta Malaka, Aceh Besar|Samahani]] (1978-1984)
* Bendahara pembangunan Mesjid Besar Samahani
* Wakil Ketua II Pencab PSSI Aceh Besar (2010—2014)
* SMP Samahani (1984-1987)
* Ketua KKI (Kushin-Ryu Karatedo Indonesia) Provinsi Aceh (2010—sekarang)
* SMA Mugayatsyah [[Banda Aceh]] (1987-1990)
* Wakil Ketua Umum Partai Aceh (PA) (2018—2023)

* Ketua [[Komite Peralihan Aceh]] (KPA) wilayah Aceh Rayeuk (2021—sekarang)
== Karier ==
Ia pernah menduduki beberapa jabatan, diantaranya Ketua DPW (Dewan Pimpinan Wilayah) [[Partai Aceh]] Aceh Besar (2008-2013), bendahara pembangunan Mesjid Besar Samahani, Wakil Ketua II Pencab PSSI Aceh Besar periode 2010 hingga 2014, dan Ketua KKI (Kushin-Ryu Karatedo Indonesia) Provinsi Aceh sejak tahun 2010. Selain itu ia juga merupakan pengusaha di bidang pertanian, peternakan dan perkebunan, di mana ia mempunyai usaha beternak [[sapi]] dan [[kambing]], dan memiliki kebun [[rambutan]], [[salak]], [[jati]] dan [[eukaliptus]].<ref>{{id}} [http://acehbesarkab.go.id/profil/cat/bupati/idp/3 Profil Bupati Mukhlis Basyah di acehbesarkab.go.id]</ref>

== Menjadi bupati ==
Ia berhasil memenangi pilkada [[Aceh Besar]] 2012, dengan perolehan 42.765 suara (30,33 persen). Pasangan ini mengalahkan pasangan Anwar TM Ali, SE-Ir. H. Haziman R (5.126 suara), pasangan H. Harmani Harun, SE., MM.Ak-Drs. Saifuddin M. Sabi 5.952 suara (4,22 persen), pasangan H. Rusli Muhammad-Drs. H. Marzuki Yahya, MM 17.817 suara atau 12,64 persen, pasangan Khairul Huda, S.Hi - Mahya Zakuan, S.Ag 4.963 suara (3,52 persen), pasangan Ir. Yusmadi, MM - H. Amiruddin Usman Daroy 31.352 suara (22,24 persen), dan pasangan Ir. Mawardi Ali - Tgk. H. Marwan Abdullah 33.018 suara (23,42 persen).<ref>[http://berita-lampung.blogspot.co.id/2012/04/hasil-quick-count-pilkada-aceh-9-april.html Hasil Quick Count Pilkada Aceh 9 April 2012]</ref>

Mukhlis Basyah dan Drs. Samsul Rizal, M Kes., resmi dilantik oleh Gubernur [[Zaini Abdullah]] dalam rapat Paripurna DPRK Aceh Besar di [[Jantho|Kota Jantho]]. Prosesi pelantikan juga sekaligus serah terima Jabatan dari Penjabat Bupati sebelumnya Drs. H Zulkifli Ahmad, MM. Paripurna yang dipimpin langsung oleh Ketua DPRK Aceh Besar, Saifuddin sekaligus Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Aceh Besar.

Dalam pelantikan ini, selain dihadirin oleh Zaini Abdullah, dan Muspida Aceh, Muspida-Muspida plus Kabupaten Aceh Besar, pelantikan juga disaksikan oleh 1800 undangan dari berbagai unsur. Sebelumnya Bupati dan Wakil Bupati terpilih Mukhlis Basyah dan Drs.Samsul Rizal, M,Kes, juga dilakukan prosesi ''[[peusijuek]]'' (tepung tawar) bertempat di Meuligo Bupati Aceh Besar. Prosesi tersebut sebagai lambang dan ciri khas adat Aceh, bagi siapa yang mendapat kehormatan semacam bupati baru menjabat dan sebagainya.<ref>[http://www.kabarinvestigasi.com/2012/07/pasangan-mukhlis-basyah-samsul-rizal.html Pasangan Mukhlis Basyah- Samsul Rizal, Dilantik Pimpin Aceh Besar]</ref>

=== Program ===
Pada masa kepemimpinannya Aceh Besar tercatat sebagai kabupaten/kota pertama di Aceh yang mulai melaksanakan Pagu Indikatif Kecamatan (PIK) melalui Program Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), 18 Februari 2014. Untuk tahun 2014, Kabupaten Aceh Besar menganggarkan Rp 26,4 miliar untuk kesuksesan Program PIK tersebut.<ref>[http://bappeda.acehbesarkab.go.id/?p=39 Aceh Besar Luncurkan Pagu Indikatif Kecamatan]</ref>

Selain itu, program Beut Al-Quran Bakda Maghrib (membaca [[Al-Quran]] setelah Maghrib) yang dicanangkan Gubernur Zaini Abdullah juga dilaksanakan pada masa kepemimpinannya. Mukhlis Basyah mengatakan program tersebut bertujuan untuk membebaskan buta huruf membaca dan menulis huruf Alquran bagi anak usia sekolah dan masyarakat di Aceh Besar, Di samping itu, program tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan membaca dan menulis huruf Al-Quran sejak dini, serta menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran. menurutnya sasaran dari program tersebut adalah anak berusia 6 sampai 15 tahun atau anak kelas 1 SD sampai dengan kelas 3 SMP<ref>[http://portal.radioantero.com/index.php?option=com_content&view=article&id=943:aceh-besar-canangkan-beut-bada-magrib&catid=46:ap&Itemid=82 Aceh Besar Canangkan Beut Ba'da Magrib]</ref>


== Riwayat Jabatan ==
== Riwayat Jabatan ==
* Bupati Aceh Besar (2012-2017)
* Bupati Aceh Besar (2012—2017)

== Riwayat Organisasi ==
* Anggota Pasukan Gerakan Aceh Merdeka (1997-2005)
* Ketua DPW (Dewan Pimpinan Wilayah) [[Partai Aceh]] Aceh Besar (2008-2013)
* Sekretaris Jenderal Partai Aceh (PA) (2013-sekarang)
* Bendahara pembangunan Mesjid Besar Samahani
* Wakil Ketua II Pencab PSSI Aceh Besar (2010-2014)
* Ketua KKI (Kushin-Ryu Karatedo Indonesia) Provinsi Aceh (2010-sekarang)


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 128: Baris 115:
{{Kotak_mulai}}
{{Kotak_mulai}}
{{s-off}}
{{s-off}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Bupati]] [[Aceh Besar]] |tahun = 3 Juli 2012 - sekarang |pendahulu = [[Bukhari Daud]] |pengganti = Masih Menjabat}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Bupati]] [[Aceh Besar]] |tahun = 2012—2017 |pendahulu = [[Bukhari Daud]] |pengganti = [[Mawardi Ali]]}}
{{Kotak_selesai}}
{{Kotak_selesai}}


[[Kategori:Tokoh Aceh]]
{{Kepala daerah di Aceh}}
[[Kategori:Tokoh Gerakan Aceh Merdeka]]
{{Kepala daerah petahana Indonesia}}
[[Kategori:Politikus Indonesia]]

[[Kategori:Tokoh dari Aceh Besar]]
[[Kategori:Tokoh dari Aceh Besar]]
[[Kategori:Politikus Partai Aceh]]
[[Kategori:Bupati Aceh Besar]]
[[Kategori:Bupati Aceh Besar]]

{{Bio-stub}}

Revisi terkini sejak 24 September 2024 23.04

Mukhlis Basyah
Bupati Aceh Besar ke-10
Masa jabatan
3 Juli 2012 – 3 Juli 2017
Presiden
Gubernur
WakilSyamsulrizal
Sebelum
Pengganti
Mawardi Ali
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir18 Mei 1971 (umur 53)
Lam Ara Tunong, Kuta Malaka, Aceh Besar, Aceh
KebangsaanIndonesia
Partai politikPartai Aceh
Suami/istriLissiani M. Djuned
Karier militer
Pihak Aceh
Dinas/cabangGerakan Aceh Merdeka
Masa dinas1997—2005
Pertempuran/perangPemberontakan di Aceh
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

H. Mukhlis Basyah, S.Sos. (lahir 18 Mei 1971) adalah tokoh pejuang GAM. Dia pernah menjabat sebagai Bupati Aceh Besar periode 2012—2017.[1][2]

Mukhlis lahir 18 Mei 1971 di sebuah kampung di kaki bukit barisan, Samahani. Saat ini, kawasan tersebut masuk dalam Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar. Masa kecilnya dilalui di Samahani, hingga dia menamatkan sekolah di SMA Mugayatyah, Banda Aceh.

Sejak kecil, bersama saudaranya dia berjualan di kedai kopi yang saat ini terkenal dengan roti selai Samahani, Dua Saudara. Kedai itu terletak di pinggir jalan Banda Aceh Medan, tepat di Pasar Samahani.

"Kedai ini didirikan bapak saya. Pulang sekolah, kami bekerja di sini. Selain membantu orang tua juga untuk menambah uang jajan,” kata Mukhlis ketika menerima ATJEHPOSTcom di kedai tersebut, Senin 18 Maret 2013.

Sejak SMP dia sudah mengenal ideologi Gerakan Aceh Merdeka. Dia sudah tahu ada ketidakadilan dari Pemerintah Indonesia terhadap Aceh. “Pada waktu itu populer dengan AM atau Aceh Merdeka. Pemerintah Indonesia menyebutnya GPK, Gerakan Pengacau Keamanan,” kata Mukhlis.

Mukhlis yang sering disapa Adun Mukhlis menceritakan, pada waktu itu sekitar tahun 1980-an akhir, di Samahani banyak mantan pejuang DI/TII, mereka masih menyimpan senjata walau tidak digunakan lagi. Dari merekalah Mukhlis mengenal apa itu ketidakadilan dan juga pemberontakan. Jiwa pemberontak Mukhlis bangkit untuk melawan. Ideologi Aceh Merdeka sudah tertanam di kepalanya, kemanapun dia pergi.

Setamat SMA pada 1991, dia berangkat ke Jakarta. Sebagai seorang pemuda kampung pada waktu, merantau adalah sebuah tantangan hidup. Februari 19912, dia berangkat ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, dia berencana hendak menyeberang ke Malaysia. Beberapa bulan di sana dia berhasil menyeberang ke Malaysia dengan ilegal. “Pemerintah Malaysia menyebut kami pendatang haram,” kata Mukhlis.

Hingga tahun 1996 dia berada di negeri jiran itu. Di Malaysia, kata Mukhlis, banyak warga Aceh. Mereka berkumpul di Kampung Melayu Majidi, di daerah Johor Baru. Di sana, bersama warga Aceh yang seide dengannya, Mukhlis memperdalam ideologi Aceh Merdeka-nya. Kampung Melayu Majidi menjadi tempat transit bagi tokoh-tokoh Aceh yang terlibat Aceh Merdeka dan pergi dari Aceh.

Ketika itu juga mereka bekerja memasok senjata ke Aceh melalui jalur laut. Mukhlis terlibat dalam kerja-kerja spionase, mencari uang, mengatur penyaluran senjata.

Tahun 1996 itu juga mereka ditangkap Pemerintah Malaysia, mereka dianggap pendatang haram. Setelah dipenjara beberapa bulan, mereka dideportasi kembali ke Indonesia lewat Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Dia pulang ke Aceh. Tak lama di tanah kelahirannya dia berangkat lagi ke Jakarta tahun 1997. Tak lama di sana, dia pulang ke Aceh dan naik ke gunung angkat senjata. Waktu itu, setelah reformasi Indonesia, perang terbuka antara TNI dengan pasukan GAM semakin sering terjadi.

Mukhlis berlatih di Pentagon, markas besar pasukan GAM Aceh Besar. Pentagon berada di kawasan Siron, Kecamatan Kuta Cot Glie Aceh Besar. Mukhlis menceritakan tempat mereka itu pernah diserbu pasukan TNI dan dihujani bom pesawat Bronco.

Ditemani kopi dan sepiring roti selai Samahani, Mukhlis melanjutkan kisahnya. Di gunung, suka duka dirasakan bersama teman-teman seperjuangan GAM. “Kami berindah-pindah, memanggul senjata, kadang turun ke kampung untuk mencari logistik makanan dan naik lagi ke gunung,” katanya.

Tahun 2000 dia menikah dengan seorang perempuan yang sekarang telah memberikannya tiga orang putra. Ada cerita menarik ketika pernikahannya dilangsungkan di Masjid Samahani, yang bersisian dengan Polsek Kuta Malaka. “Ada teman-teman GAM yang menjaga, lengkap dengan senjata, ada juga tentara dan juga polisi dari Polsek. Tapi alhamdulillah tidak terjadi apa-apa,” katanya. “Bahkan, Bupati Aceh Besar Sayuti Is juga hadir.”

Setelah menikah, hari-hariya dilalui seperti biasa sebagai seorang pemberontak. Dia di gunung dan istrinya di rumah. Kadang, kalau ada waktu dan berhasil menembus blokade TNI di dekat gunung dia pulang ke rumah.

Ketika Pemerintah Indonesia memberlakukan Darurat Militer untuk Aceh pada Mei 2003, TNI terus bergerak mencari pasukan Mukhlis. Dia mengakui waktu itu mereka terjepit, logistik berkurang. Pada waktu menjelang perjanjian damai tahun 2005, pentolan GAM Aceh Besar semuanya sudah berkumpul di kawasan pegunungan Kuta Malaka. “Ada Bang Pen, Pak Cek, dan juga Tengku Ahyar,” katanya.

Bang Pen adalah sebutan untuk Effendi, Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Aceh Rayeuk sekarang. Pak Cek adalah Saifuddin, Ketua DPRK Aceh, sedangkan Tengku Ahyar saat ini duduk sebagai salah satu anggota DPR Aceh.

Pada suatu malam, 12 Juli 2005, Mukhlis turun ke kampung bersama seorang temannya. Mereka ingin mencari logistik bagi kawan-kawan yang berada di gunung. Naas bagi dia dan temannya tersebut, TNI sudah mengendap menunggu mereka di perbatasan kampung. Tanpa basa-basi, peluru dimuntahkan dalam gelap malam itu. “Saya bisa lihat bagaimana cahaya peluru yang beterbangan,” kata Mukhlis.

Temannya roboh seketika itu, sedangkan dia sendiri terkena di tangan. Dengan kekuatan yang ada dia angkat teman dan langsung menjauh dari pasukan TNI. Tak ada pengejaran, mereka juga tidak membalas. Menembus hutan Mukhlis membawa lari temannya hingga sang teman meninggal dalam pelukannya. “Sungguh pahit mengenang masa itu,” kata Mukhlis.

Ketika pimpinan GAM dan Pemerintah Indonesia sepakat berdamai, mereka turun ke kampung. Waktu itu pasukan TNI sudah menunggu. “Ramai, kami juga ramai. Mereka bersenjata, kami juga lengkap. Tapi tak ada lagi kontak senjata, kami hanya saling tatap,” kata Mukhlis.

Setelah turun, Mukhlis langsung mengobati tangannya. Walau sudah dioperasi, tangan kanannya tak lagi normal. Telunjuk dan jempol tidak lagi bisa digerakkan, lumpuh.

Selama bergabung dengan GAM, Mukhlis mengaku tak pernah bertemu dengan Muzakir Manaf. Panglima perang Aceh Merdeka itu, ditemuinya pertama kali di sebuah sekolah di Meureu, Aceh Besar, setelah perdamaian. Pada waktu ada beberapa pentolan GAM lainnya seperti Darwis Jeunieb.

“Itu upacara pengumpulan senjata kami sebelum dibawa ke Blang Padang untuk dipotong,” kata Mukhlis.

Di Meureu, Mukhlis mengingat kembali bagaimana pertemuan pertama kali dengan tandemnya dalam memimpin Partai Aceh sekarang.

“Mualem pegang tangan saya lama, dia tanya kapan kejadiannya. Saya bilang sebulan sebelum damai,” kata Mukhlis. Saat itu, Mukhlis mengatakan Mualem terkesan garang. “Brewoknya masih penuh, tapi saya suka tatapannya. Penuh makna dan tegas sebagai seorang pemimpin.”

Sejak saat itu, Mukhlis terus berkoordinasi dengan Mualem. Dalam beberapa hal dia mengaku menemukan sosok kepemimpinan pada Mualem.

Saat ini, Mukhlis sudah menjadi Sekretaris Jenderal Partai Aceh. Kabar itu diterimanya pertama kali dari Mualem. Dia mengatakan siap mengemban amanah memipin partai politik terbesar di Aceh itu.[3]

Riwayat Pendidikan

[sunting | sunting sumber]
  • SD Samahani (1978—1984)
  • SMP Samahani (1984—1987)
  • SMA Mugayatsyah Banda Aceh (1989—1991)
  • S1 STIPSI Al Wasliyah Banda Aceh (2010—2013)

Riwayat Organisasi

[sunting | sunting sumber]
  • Anggota Pasukan Gerakan Aceh Merdeka (1997—2005)
  • Ketua DPW-PA Kabupaten Aceh Besar (2008—2013)
  • Sekretaris Jenderal Partai Aceh (PA) (2013—2018)
  • Bendahara pembangunan Mesjid Besar Samahani
  • Wakil Ketua II Pencab PSSI Aceh Besar (2010—2014)
  • Ketua KKI (Kushin-Ryu Karatedo Indonesia) Provinsi Aceh (2010—sekarang)
  • Wakil Ketua Umum Partai Aceh (PA) (2018—2023)
  • Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) wilayah Aceh Rayeuk (2021—sekarang)

Riwayat Jabatan

[sunting | sunting sumber]
  • Bupati Aceh Besar (2012—2017)

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Hasil Quick Count Pilkada Aceh 9 April 2012
  2. ^ "Pasangan Mukhlis Basyah- Samsul Rizal, Dilantik Pimpin Aceh Besar". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2015-11-02. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-06. Diakses tanggal 2017-09-06. 
Jabatan politik
Didahului oleh:
Bukhari Daud
Bupati Aceh Besar
2012—2017
Diteruskan oleh:
Mawardi Ali