Lompat ke isi

Masjid Jamik Taluak Bukittinggi: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 0°19′40″S 100°23′17″E / 0.3278°S 100.38818°E / -0.3278; 100.38818
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
ganti dengan gambar karya sendiri
k Menghapus Kategori:Banuhampu; Menambah Kategori:Banuhampu, Agam menggunakan HotCat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(27 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2: Baris 2:


{{Infobox religious building
{{Infobox religious building
|image = Masjid Jami' Taluak.jpg
|image = Masjid-Taluak-Sumatra-Barat.jpg
|caption = Masjid Jamik Taluak pada tahun 2016
|image_size = 250px
|caption = Masjid Jamik Taluak pada tahun 2014
|building_name = Masjid Jamik Taluak {{br}} ''Masjid Jamik Taluak Bukittinggi''
|building_name = Masjid Jamik Taluak {{br}} ''Masjid Jamik Taluak Bukittinggi''
|location = [[Taluak IV Suku, Banuhampu, Agam|Nagari Taluak IV Suku]], [[Banuhampu, Agam|Kecamatan Banuhampu]], [[Kabupaten Agam]], [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]
|location = [[Taluak IV Suku, Banuhampu, Agam|Nagari Taluak IV Suku]], [[Banuhampu, Agam|Kecamatan Banuhampu]], [[Kabupaten Agam]], [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]
Baris 29: Baris 30:
'''Masjid Jamik Taluak''' adalah salah satu masjid tertua di [[Indonesia]] yang terletak di [[Taluak IV Suku, Banuhampu, Agam|Nagari Taluak IV Suku]], [[Banuhampu, Agam|Kecamatan Banuhampu]], [[Kabupaten Agam]], [[Sumatera Barat]]. Letak masjid ini dekat dengan perbatasan [[Kota Bukittinggi]], sehingga juga dikenal sebagai Masjid Jamik Taluak Bukittinggi.
'''Masjid Jamik Taluak''' adalah salah satu masjid tertua di [[Indonesia]] yang terletak di [[Taluak IV Suku, Banuhampu, Agam|Nagari Taluak IV Suku]], [[Banuhampu, Agam|Kecamatan Banuhampu]], [[Kabupaten Agam]], [[Sumatera Barat]]. Letak masjid ini dekat dengan perbatasan [[Kota Bukittinggi]], sehingga juga dikenal sebagai Masjid Jamik Taluak Bukittinggi.


Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Haji Abdul Majid pada tahun 1860, yang pada mulanya hanya terbuat dari [[kayu]] beratapkan ijuk.{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}} Masjid ini sempat mengalami beberapa kerusakan cukup berarti akibat [[gempa]], seperti pada tahun [[Gempa bumi Sumatera 2007|2007]] yang mengakibatkan masjid ini rusak parah. Meski telah beberapa kali dilakukan perbaikan, keaslian masjid ini masih tetap dipertahankan.
Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Haji Abdul Majid pada tahun 1860, yang pada mulanya hanya terbuat dari [[kayu]] beratapkan ijuk.{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}} Masjid ini sempat mengalami beberapa kerusakan cukup berarti akibat [[gempa]], seperti pada tahun [[Gempa bumi Sumatra 2007|2007]] yang mengakibatkan masjid ini rusak parah. Meski telah beberapa kali dilakukan perbaikan, keaslian masjid ini masih tetap dipertahankan.


Arsitektur yang dimiliki masjid ini secara keseluruhan dipengaruhi oleh corak [[Minangkabau]]. Pengaruh [[Arab]] datang kemudian dengan dibangunnya [[minaret]] lalu disusul pembuatan [[fasad]]. Dengan arsitektur yang dimilikinya, masjid ini juga menjadi salah satu masjid yang paling banyak difoto selama masa [[Hindia Belanda|Pemerintahan Hindia Belanda]], yang kini dikoleksi oleh [[Tropenmuseum]] di [[Amsterdam]], [[Belanda]].
Arsitektur yang dimiliki masjid ini secara keseluruhan dipengaruhi oleh corak [[Minangkabau]]. Pengaruh [[Arab]] datang kemudian dengan dibangunnya [[minaret]] lalu disusul pembuatan [[fasad]]. Dengan arsitektur yang dimilikinya, masjid ini juga menjadi salah satu masjid yang paling banyak difoto selama masa [[Hindia Belanda|Pemerintahan Hindia Belanda]], yang kini dikoleksi oleh [[Tropenmuseum]] di [[Amsterdam]], [[Belanda]].
Baris 35: Baris 36:
Saat ini selain digunakan untuk aktivitas ibadah umat [[Islam]], masjid satu lantai ini juga digunakan sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat, bahkan telah menjadi salah satu [[objek wisata|daya tarik wisata]] terkenal baik di Kabupaten Agam maupun di Kota Bukittinggi.
Saat ini selain digunakan untuk aktivitas ibadah umat [[Islam]], masjid satu lantai ini juga digunakan sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat, bahkan telah menjadi salah satu [[objek wisata|daya tarik wisata]] terkenal baik di Kabupaten Agam maupun di Kota Bukittinggi.


Masjid Jamik Taluak Bukittinggi saat ini berada dalam pengelolaan [[Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala]] (BP3) Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.
Masjid Jamik Taluak Bukittinggi saat ini berada dalam pengelolaan [[Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala]] (BP3) Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.


== Arsitektur ==
== Arsitektur ==

Bangunan utama masjid ini, yang merupakan ruang [[salat]], berbentuk [[persegi]] berukuran 13 × 13 meter.{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}} Di arah tenggaranya, terdapat serambi yang berfungsi sebagai tempat peralihan dari luar ke bagian dalam dengan panjang 13 meter dan lebar 3 meter. Serambi tersebut bukan merupakan teras depan, sebab memiliki dinding dan beberapa [[jendela]]. Tangga masuk menuju serambi tidak terdapat di bagian tengah [[fasad]], melainkan di ujung kiri dan kanan yang masing-masing memiliki [[atap]] sendiri. Seluruh atap, termasuk atap ruang salat kecuali atap minaret, berbentuk piramida berundak-undak, yang umum dimiliki masjid-masjid tua di [[Nusantara]]. Hanya bedanya, dibuat dengan kemiringan yang jauh lebih tajam dan permukaan yang cekung; cocok untuk daerah beriklim [[tropis]] karena dapat lebih cepat mengalirkan air [[hujan]] ke bawah.{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}} Atap-atap tersebut masing-masing berdenah [[bujur sangkar]] dan terdiri dari tiga tingkat. Di antara setiap tingkatan, terdapat celah untuk pencahayaan atau [[ventilasi]].{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}}
Bangunan utama masjid ini, yang merupakan ruang [[salat]], berbentuk [[persegi]] berukuran 13 × 13 meter.{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}} Di arah tenggaranya, terdapat serambi yang berfungsi sebagai tempat peralihan dari luar ke bagian dalam dengan panjang 13 meter dan lebar 3 meter. Serambi tersebut bukan merupakan teras depan, sebab memiliki dinding dan beberapa [[jendela]]. Tangga masuk menuju serambi tidak terdapat di bagian tengah [[fasad]], melainkan di ujung kiri dan kanan yang masing-masing memiliki [[atap]] sendiri. Seluruh atap, termasuk atap ruang salat kecuali atap minaret, berbentuk piramida berundak-undak, yang umum dimiliki masjid-masjid tua di [[Nusantara]]. Hanya bedanya, dibuat dengan kemiringan yang jauh lebih tajam dan permukaan yang cekung; cocok untuk daerah beriklim [[tropis]] karena dapat lebih cepat mengalirkan air [[hujan]] ke bawah.{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}} Atap-atap tersebut masing-masing berdenah [[bujur sangkar]] dan terdiri dari tiga tingkat. Di antara setiap tingkatan, terdapat celah untuk pencahayaan atau [[ventilasi]].{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}}


Baris 46: Baris 48:


== Bangunan lain ==
== Bangunan lain ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee met minaret in Taloek bij Fort de Kock TMnr 10016539.jpg|jmpl|Pemandangan yang sama di awal abad ke-20]]
Di dalam lingkungan masjid ini terdapat tiga kolam atau disebut ''luhak'' dalam [[Bahasa Minangkabau|bahasa setempat]] yang berfungsi untuk mengambil [[wudu]], dan biasanya di dalamnya juga dipelihara berbagai jenis [[ikan air tawar]]. Tiga luhak masjid ini posisinya berada di depan, samping kanan, dan belakang. Selain luhak, juga terdapat [[Rangkiang|bangunan beratapkan ijuk yang runcik]] layaknya atap pada [[Rumah Gadang]] yang dimanfaatkan sebagai lumbung.{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}} Dengan demikian, kompleks masjid ini melambangkan eratnya kaitan antara agama dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat.{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}}
Di dalam lingkungan masjid ini terdapat tiga kolam atau disebut ''luhak'' dalam [[Bahasa Minangkabau|bahasa setempat]] yang berfungsi untuk mengambil [[wudu]], dan biasanya di dalamnya juga dipelihara berbagai jenis [[ikan air tawar]]. Tiga luhak masjid ini posisinya berada di depan, samping kanan, dan belakang. Selain luhak, juga terdapat [[Rangkiang|bangunan beratapkan ijuk yang runcing]] layaknya atap pada [[Rumah Gadang]] yang dimanfaatkan sebagai lumbung.{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}} Dengan demikian, kompleks masjid ini melambangkan eratnya kaitan antara agama dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat.{{sfn|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}}


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==


{{Commons category|Jamik Taluak Mosque}}
{{Commons category|Jamik Taluak Mosque|Masjid Jamik Taluak Bukittinggi}}
* [[Islam di Sumatera Barat]]
* [[Islam di Sumatera Barat]]


Baris 65: Baris 68:
| publisher = Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu
| publisher = Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu
| accessdate = 2012-07-28
| accessdate = 2012-07-28
| ref= {{sfnRef|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}}
| ref = {{sfnRef|Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu}}
| archive-date = 2017-06-25
| archive-url = https://web.archive.org/web/20170625204806/http://melayuonline.com/ind/history/dig/304/masjid-jami-taluk-bukittinggi
| dead-url = yes
}}
}}
* {{cite book
* {{cite book
Baris 91: Baris 97:
{{Masjid di Indonesia}}
{{Masjid di Indonesia}}


[[Kategori:Masjid di Sumatera Barat|Taluak]]
[[Kategori:Masjid di Agam|Taluak]]
[[Kategori:Kabupaten Agam]]
[[Kategori:Kota Bukittinggi]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1860]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1860]]
[[Kategori:Banuhampu, Agam]]

Revisi terkini sejak 25 Februari 2024 10.31

0°19′40″S 100°23′17″E / 0.3278°S 100.38818°E / -0.3278; 100.38818

Masjid Jamik Taluak
Masjid Jamik Taluak Bukittinggi
Masjid Jamik Taluak pada tahun 2014
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiNagari Taluak IV Suku, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Gaya arsitekturMinangkabau
Peletakan batu pertama1860
Spesifikasi
Arah fasadTenggara[1]
Menara1
Suasana di lingkungan sekitar Masjid Jamik Taluak dari kejauhan antara tahun 1892–1922

Masjid Jamik Taluak adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang terletak di Nagari Taluak IV Suku, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Letak masjid ini dekat dengan perbatasan Kota Bukittinggi, sehingga juga dikenal sebagai Masjid Jamik Taluak Bukittinggi.

Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Haji Abdul Majid pada tahun 1860, yang pada mulanya hanya terbuat dari kayu beratapkan ijuk.[2] Masjid ini sempat mengalami beberapa kerusakan cukup berarti akibat gempa, seperti pada tahun 2007 yang mengakibatkan masjid ini rusak parah. Meski telah beberapa kali dilakukan perbaikan, keaslian masjid ini masih tetap dipertahankan.

Arsitektur yang dimiliki masjid ini secara keseluruhan dipengaruhi oleh corak Minangkabau. Pengaruh Arab datang kemudian dengan dibangunnya minaret lalu disusul pembuatan fasad. Dengan arsitektur yang dimilikinya, masjid ini juga menjadi salah satu masjid yang paling banyak difoto selama masa Pemerintahan Hindia Belanda, yang kini dikoleksi oleh Tropenmuseum di Amsterdam, Belanda.

Saat ini selain digunakan untuk aktivitas ibadah umat Islam, masjid satu lantai ini juga digunakan sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat, bahkan telah menjadi salah satu daya tarik wisata terkenal baik di Kabupaten Agam maupun di Kota Bukittinggi.

Masjid Jamik Taluak Bukittinggi saat ini berada dalam pengelolaan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.

Arsitektur

[sunting | sunting sumber]

Bangunan utama masjid ini, yang merupakan ruang salat, berbentuk persegi berukuran 13 × 13 meter.[2] Di arah tenggaranya, terdapat serambi yang berfungsi sebagai tempat peralihan dari luar ke bagian dalam dengan panjang 13 meter dan lebar 3 meter. Serambi tersebut bukan merupakan teras depan, sebab memiliki dinding dan beberapa jendela. Tangga masuk menuju serambi tidak terdapat di bagian tengah fasad, melainkan di ujung kiri dan kanan yang masing-masing memiliki atap sendiri. Seluruh atap, termasuk atap ruang salat kecuali atap minaret, berbentuk piramida berundak-undak, yang umum dimiliki masjid-masjid tua di Nusantara. Hanya bedanya, dibuat dengan kemiringan yang jauh lebih tajam dan permukaan yang cekung; cocok untuk daerah beriklim tropis karena dapat lebih cepat mengalirkan air hujan ke bawah.[2] Atap-atap tersebut masing-masing berdenah bujur sangkar dan terdiri dari tiga tingkat. Di antara setiap tingkatan, terdapat celah untuk pencahayaan atau ventilasi.[2]

Masjid ini dilengkapi dengan sebuah minaret yang berdiri terpisah dari bangunan utama, yang oleh masyarakat setempat juga dikenal dengan sebutan "manaruh". Meski belum diketahui pasti kapan dibangunnya minaret tersebut, di Minangkabau minaret dengan bentuk yang sama tercatat telah diperkenalkan pada awal abad ke-19 oleh sejumlah reformis lslam yang dikenal sebagai Kaum Padri.[3]

Minaret masjid ini terdiri dari tiga bagian, yang di dalamnya terdapat tangga berbentuk spiral. Dinding-dindingnya dipenuhi hiasan bercorak Arabes dan Persia.[2] Di antara setiap bagian terdapat balkon yang mengelilinginya. Bagian pertama yang merupakan bagian terbawah dihiasi dengan hiasan bercorak Persia berupa plengkung patah mati. Bagian kedua, bentuknya semakin ke atas semakin kecil dihiasi hiasan bercorak Arabes berupa kaligrafi. Bagian ketiga atau bagian teratas, tidak berdinding dengan atap berbentuk kubah bawang, mirip dengan atap minaret masjid-masjid kuno di India.[2]

Bangunan lain

[sunting | sunting sumber]
Pemandangan yang sama di awal abad ke-20

Di dalam lingkungan masjid ini terdapat tiga kolam atau disebut luhak dalam bahasa setempat yang berfungsi untuk mengambil wudu, dan biasanya di dalamnya juga dipelihara berbagai jenis ikan air tawar. Tiga luhak masjid ini posisinya berada di depan, samping kanan, dan belakang. Selain luhak, juga terdapat bangunan beratapkan ijuk yang runcing layaknya atap pada Rumah Gadang yang dimanfaatkan sebagai lumbung.[2] Dengan demikian, kompleks masjid ini melambangkan eratnya kaitan antara agama dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat.[2]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
Catatan kaki
Daftar pustaka