Lompat ke isi

Nh. Dini: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
ejaan
Daffaul Faizah (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(74 revisi perantara oleh 44 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{refimprove}}
[[Berkas:NH Dini.jpg|ka|jmpl|NH Dini]]
{{Infobox Journalist
'''Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin''' ({{lahirmati|[[Kota Semarang|Semarang]], [[Jawa Tengah]]|29|2|1936}}) atau lebih dikenal dengan nama '''NH Dini''' adalah [[sastrawan]], [[novelis]], dan [[feminis]] [[Indonesia]].
|name = {{PAGENAME}}
|image = NH Dini.jpg
|birth_name = Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin
|birth_date = {{birth date|1936|2|29}}
|birth_place = {{negara|Hindia Belanda}} [[Semarang]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|2018|12|4|1936|2|29}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Semarang]], [[Indonesia]]
|death_cause = Luka di kepala akibat [[kecelakaan lalu lintas]]
|othername =
|occupation = [[Sastrawan]]
, [[novelis]]
|yearsactive = [[Kesusastraan Indonesia Periode 1950-1965|Angkatan '50]] (1956-2018)
|parents =
RM. Saljowidjojo<br>Kusaminah
|spouse = Yves Coffin (1960-1984; bercerai)
|children = Marie-Claire Lintang Coffin<br>[[Pierre Coffin|Pierre-Louis Padang Coffin]]
|religion =
|twitter =
|alma_mater =
}}


'''Nurhayati Sri Hardini ''' ({{lahirmati|[[Kota Semarang|Semarang]], [[Jawa Tengah]]|29|2|1936|[[Semarang]], [[Jawa Tengah]]|4|12|2018}}) atau yang biasa dikenal sebagai '''Nh. Dini''' adalah [[sastrawan]], [[novelis]], dan [[feminis]] berkebangsaan [[Indonesia]].
== Sejarah hidup ==
NH Dini dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Konon ia masih berdarah [[Bugis]], sehingga jika keras kepalanya muncul, ibunya acap berujar, “Nah, darah Bugisnya muncul".


== Kehidupan ==
NH Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini adalah pembatik yang selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
Dini dilahirkan dari pasangan RM. Saljowidjojo, seorang pegawai [[PJKA|Perusahaan Jawatan Kereta Api]] dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Ditilik dari silsilah keluarganya, Nh. Dini masih berdarah [[Bugis]]<ref name=":0">{{Cite web|title=Artikel "Nh. Dini" - Ensiklopedia Sastra Indonesia|url=http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Nh_Dini|website=ensiklopedia.kemdikbud.go.id|access-date=2022-04-21}}</ref>.


Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga [[Sekolah dasar|SD]]. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini, yang harus bekerja keras sebagai buruh [[batik]] setelah kematian suaminya, selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan [[Panji Wulung]], [[Panjebar Semangat]], tembang-tembang Jawa dengan [[aksara Jawa]] dan sebagainya<ref>{{Cite web|last=Post|first=The Jakarta|title=Obituary: NH Dini, Indonesian feminist literary figure|url=https://www.thejakartapost.com/life/2018/12/05/obituary-nh-dini-indonesian-feminist-literary-figure.html|website=The Jakarta Post|language=en|access-date=2022-04-21}}</ref>. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.


Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir [[lokomotif]] atau [[masinis]]. Namun, ia tak sampai mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.
Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dan dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.


Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya, sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
Dini ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka [[melamun]]. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di [[RRI]] Semarang dalam acara Tunas Mekar.


Ayah Dini meninggal ketika ia masih duduk di bangku [[Sekolah menengah pertama|SMP]], sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan [[Sastra|sajak]] dan [[cerita pendek]]. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di [[Radio Republik Indonesia|RRI]] [[Kota Semarang|Semarang]] ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar<ref name=":0" />. Dini juga menulis untuk Majalah ''KISAH'', dan ''SIASAT''. Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritis positif dari [[H.B. Jassin]] tahun [[1951]].
<!--
// disembunyikan karena terdeteksi plagiarisme (80%)
== Karier ==
== Karier ==
Peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.
Peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang penulis yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia bahkan digelari feminis, meski sepenuturannya bahwa yang dia lakukan adalah memperjuangkan keadilan.


Beberapa karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini yang terkenal, di antaranya [[Pada Sebuah Kapal]] (1972), [[La Barka]] (1975) atau [[Namaku Hiroko]] (1977), [[Orang-orang Tran]] (1983), [[Pertemuan Dua Hati]] (1986), [[Hati yang Damai]] (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Budi Darma menyebutnya sebagai pengarang sastra feminis yang terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki. Terlepas dari apa pendapat orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan khususnya ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum perempuan. Dalam karyanya yang terbaru berjudul [[Dari Parangakik ke Kamboja]] (2003), ia mengangkat kisah tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap isterinya.
Beberapa karyanya yang terkenal, antara lain [[Pada Sebuah Kapal]] (1972), [[La Barka]] (1975) atau [[Namaku Hiroko]] (1977), [[Dua Dunia]] (1956) [[Sebuah Lorong di Kotaku]] (1978) [[Padang Ilalang di Belakang Rumah]] (1979) [[Orang-orang Tran]] (1983), [[Pertemuan Dua Hati]] (1986), [[Hati yang Damai]] (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Budi Darma menyebutnya sebagai pengarang sastra feminis yang terus "menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki." Terlepas dari apa pendapat orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan khususnya ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum perempuan. Dalam karyanya yang terbaru berjudul [[Dari Parangakik ke Kampuchea]] (2003), ia mengangkat kisah tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap isterinya.
Ia seorang pengarang yang menulis dengan telaten dan produktif, seperti komentar [[Putu Wijaya]]; 'kebawelan yang panjang.'
Ia seorang pengarang yang menulis dengan telaten dan produktif, seperti komentar [[Putu Wijaya]]; 'kebawelan yang panjang.'


Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Namun banyak orang berpendapat, wanita yang dilukiskan Dini terasa “aneh”. Ada pula yang berpendapat bahwa dia menceritakan dirinya sendiri. Itu penilaian sebagian orang dari karya-karyanya. Akan tetapi terlepas dari semua penilaian itu, karya NH Dini adalah karya yang dikagumi. Buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra.
Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 30 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Namun banyak orang berpendapat, wanita yang dilukiskan Dini terasa “aneh”. Ada pula yang berpendapat bahwa dia menceritakan dirinya sendiri. Itu penilaian sebagian orang dari karya-karyanya. Akan tetapi terlepas dari semua penilaian itu, karya NH Dini adalah karya yang dikagumi. Buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra, bahkan menjadi bahan ajar dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa SMA di Indonesia


Bukti keseriusannya dalam bidang yang ia geluti tampak dari pilihannya, masuk jurusan sastra ketika menginjak bangku SMA di Semarang. Ia mulai mengirimkan cerita-cerita pendeknya ke berbagai majalah. Ia bergabung dengan kakaknya, Teguh Asmar, dalam kelompok sandiwara radio bernama Kuncup Berseri. Sesekali ia menulis naskah sendiri. Dini benar-benar remaja yang sibuk. Selain menjadi redaksi budaya pada majalah remaja Gelora Muda, ia membentuk kelompok sandiwara di sekolah, yang diberi nama Pura Bhakti. Langkahnya semakin mantap ketika ia memenangi lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah. Setelah di SMA Semarang, ia pun menyelenggarakan sandiwara radio Kuncup Seri di Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang. Bakatnya sebagai tukang cerita terus dipupuk.
Bukti keseriusannya dalam bidang yang ia geluti tampak dari pilihannya, masuk jurusan sastra ketika menginjak bangku SMA di Semarang. Ia mulai mengirimkan cerita-cerita pendeknya ke berbagai majalah. Ia bergabung dengan kakaknya, Teguh Asmar, dalam kelompok sandiwara radio bernama Kuncup Berseri. Sesekali ia menulis naskah sendiri. Dini benar-benar remaja yang sibuk. Selain menjadi redaksi budaya pada majalah remaja Gelora Muda, ia membentuk kelompok sandiwara di sekolah, yang diberi nama Pura Bhakti. Langkahnya semakin mantap ketika ia memenangi lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah. Setelah di SMA Semarang, ia pun menyelenggarakan sandiwara radio Kuncup Seri di Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang. Bakatnya sebagai tukang cerita terus dipupuk.
Baris 25: Baris 48:
Pada 1956, sambil bekerja di [[Garuda Indonesia Airways]] (GIA) di Bandara Kemayoran, Dini menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, [[Dua Dunia]]. Sejumlah bukunya bahkan mengalami cetak ulang sampai beberapa kali - hal yang sulit dicapai oleh kebanyakan buku sastra. Buku lain yang tenar karya Dini adalah Namaku Hiroko dan Keberangkatan. la juga menerbitkan serial kenangan, sementara cerpen dan tulisan lain juga terus mengalir dari tangannya. Walau dalam keadaan sakit sekalipun, ia terus berkarya.
Pada 1956, sambil bekerja di [[Garuda Indonesia Airways]] (GIA) di Bandara Kemayoran, Dini menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, [[Dua Dunia]]. Sejumlah bukunya bahkan mengalami cetak ulang sampai beberapa kali - hal yang sulit dicapai oleh kebanyakan buku sastra. Buku lain yang tenar karya Dini adalah Namaku Hiroko dan Keberangkatan. la juga menerbitkan serial kenangan, sementara cerpen dan tulisan lain juga terus mengalir dari tangannya. Walau dalam keadaan sakit sekalipun, ia terus berkarya.


Dini dikenal memiliki teknik penulisan konvensional. Namun, menurutnya teknik bukan tujuan melainkan sekadar alat. Tujuannya adalah tema dan ide. Tidak heran bila kemampuan teknik penulisannya disertai dengan kekayaan dukungan tema yang sarat ide cemerlang. Dia mengaku sudah berhasil mengungkapkan isi hatinya dengan teknik konvensional.
Dini mengakui bahwa teknik penulisannya masih konvensional. Namun, menurutnya teknik bukan tujuan melainkan sekadar alat. Tujuannya adalah tema dan ide. Tidak heran bila kemampuan teknik penulisannya disertai dengan kekayaan dukungan tema yang sarat ide cemerlang. Dia mengaku sudah berhasil mengungkapkan isi hatinya dengan teknik konvensional.


Ia mengakui bahwa produktivitasnya dalam menulis termasuk lambat. Ia mengambil contoh bukunya yang berjudul ''Pada Sebuah Kapal'', prosesnya hampir sepuluh tahun sampai buku itu terbit padahal mengetiknya hanya sebulan. Baginya, yang paling mengasyikkan adalah mengumpulkan catatan serta penggalan termasuk adegan fisik, gagasan dan lain-lain. Ketika ia melihat melihat atau mendengar yang unik, sebelum tidur ia tulis tulis dulu di buku catatan dengan tulis tangan.
Ia mengakui bahwa produktivitasnya dalam menulis termasuk lambat. Ia mengambil contoh bukunya yang berjudul ''Pada Sebuah Kapal'', prosesnya hampir sepuluh tahun sampai buku itu terbit padahal mengetiknya hanya sebulan. Baginya, yang paling mengasyikkan adalah mengumpulkan catatan serta penggalan termasuk adegan fisik, gagasan dan lain-lain. Ketika ia melihat melihat atau mendengar yang unik, sebelum tidur ia tulis tulis dulu di buku catatan dengan tulis tangan.
Baris 33: Baris 56:
Dini dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di [[Kobe]], [[Jepang]], pada 1960. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang (lahir pada 1961) dan [[Pierre Coffin|Pierre Louis Padang]] (lahir pada 1967). Anak sulungnya kini menetap di Kanada, dan anak bungsunya menetap di Prancis.
Dini dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di [[Kobe]], [[Jepang]], pada 1960. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang (lahir pada 1961) dan [[Pierre Coffin|Pierre Louis Padang]] (lahir pada 1967). Anak sulungnya kini menetap di Kanada, dan anak bungsunya menetap di Prancis.


Sebagai konsekuensi menikah dengan seorang diplomat, Dini harus mengikuti ke mana suaminya ditugaskan. Ia diboyong ke Jepang, dan tiga tahun kemudian pindah ke [[Pnom Penh]], [[Kamboja]]. Kembali ke negara suaminya, Prancis, pada 1966, Dini melahirkan anak keduanya pada 1967. Selama ikut suaminya di Paris, ia tercatat sebagai anggota Les Amis dela Natura ([[Green Peace]]). Dia turut serta menyelamatkan burung belibis yang terkena polusi oleh tenggelamnya kapal tanker di pantai utara Perancis.
Sebagai konsekuensi menikah dengan seorang diplomat, Dini harus mengikuti ke mana suaminya ditugaskan. Ia diboyong ke Jepang, dan tiga tahun kemudian pindah ke [[Phnom Penh]], [[Kamboja]]. Kembali ke negara suaminya, Prancis, pada 1966, Dini melahirkan anak keduanya pada 1967. Selama ikut suaminya di Paris, ia tercatat sebagai anggota Les Amis dela Natura ([[Green Peace]]). Dia turut serta menyelamatkan burung belibis yang terkena polusi oleh tenggelamnya kapal tanker di pantai utara Prancis.


Setahun kemudian ia mengikuti suaminya yang ditempatkan di [[Manila]], [[Filipina]]. Pada 1976, ia pindah ke [[Detroit]], AS, mengikuti suaminya yang menjabat Konsul Jenderal Prancis. Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta.
Setahun kemudian ia mengikuti suaminya yang ditempatkan di [[Manila]], [[Filipina]]. Pada 1976, ia pindah ke [[Detroit]], AS, mengikuti suaminya yang menjabat Konsul Jenderal Prancis. Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta.


Mantan suaminya masih sering berkunjung ke Indonesia. Dini sendiri pernah ke [[Kanada]] ketika akan mengawinkan Lintang, anaknya. Lintang sebenarnya sudah melihat mengapa ibunya berani mengambil keputusan cerai. Padahal, waktu itu semua orang menyalahkannya karena dia meninggalkan konstitusi perkawinan dan anak-anak. Karena itulah ia tak memperoleh apa-apa dari mantan suaminya itu. Ia hanya memperoleh 10.000 dollar AS yang kemudian digunakannya untuk membuat pondok baca anak-anak di Sekayu, Semarang.
Mantan suaminya masih sering berkunjung ke Indonesia. Dini sendiri pernah ke [[Kanada]] ketika akan mengawinkan Lintang, anaknya. Lintang sebenarnya sudah melihat mengapa ibunya berani mengambil keputusan cerai. Padahal, waktu itu semua orang menyalahkannya karena dia meninggalkan konstitusi perkawinan dan anak-anak. Karena itulah ia tak memperoleh apa-apa dari mantan suaminya itu. Ia hanya memperoleh 10.000 dollar AS yang kemudian digunakannya untuk membuat Pondok Baca Nh. Dini di Sekayu, [[Semarang]].


Dini yang pencinta lingkungan dan pernah ikut Menteri KLH [[Emil Salim]] menggiring Gajah Lebong Hitam, tampaknya memang ekstra hati-hati dalam memilih pasangan setelah pengalaman panjangnya bersama diplomat Perancis itu. la pernah jatuh bangun, tatkala terserang penyakit 1974, di saat ia dan suaminya sudah pisah tempat tidur. Kala itu, ada yang bilang ia terserang tumor, kanker. Namun sebenarnya kandungannya amoh sehingga blooding, karena itu ia banyak kekurangan darah. Secara [[patologi]] memang ada sel asing. Kepulangannya ke Indonesia dengan tekad untuk menjadi penulis dan hidup dari karya-karyanya, adalah suatu keberanian yang luar biasa. Dia sendiri mengaku belum melihat ladang lain, sekalipun dia mantan pramugrari GIA, mantan penyiar radio dan penari. Tekadnya hidup sebagai pengarang sudah tak terbantahkan lagi.
Dini yang pencinta lingkungan dan pernah ikut Menteri KLH [[Emil Salim]] menggiring Gajah Lebong Hitam, tampaknya memang ekstra hati-hati dalam memilih pasangan setelah pengalaman panjangnya bersama diplomat Prancis itu. la pernah jatuh bangun, tatkala terserang penyakit 1974, di saat ia dan suaminya sudah pisah tempat tidur. Kala itu, ada yang bilang ia terserang tumor, kanker. Namun sebenarnya kandungannya amoh sehingga blooding, karena itu ia banyak kekurangan darah. Secara [[patologi]] memang ada sel asing. Kepulangannya ke Indonesia dengan tekad untuk menjadi penulis dan hidup dari karya-karyanya, adalah suatu keberanian yang luar biasa. Dia sendiri mengaku belum melihat ladang lain, sekalipun dia mantan pramugrari GIA, mantan penyiar radio dan penari. Tekadnya hidup sebagai pengarang sudah tak terbantahkan lagi.


Mengisi kesendiriannya, ia bergiat menulis cerita pendek yang dimuat berbagai penerbitan. Di samping itu, ia pun aktif memelihara tanaman dan mengurus pondok bacanya di Sekayu. Sebagai pencinta lingkungan, Dini telah membuat tulisan bersambung di surat kabar Sinar Harapan yang sudah dicabut SIUPP-nya, dengan tema transmigrasi.
Mengisi kesendiriannya, ia bergiat menulis cerita pendek yang dimuat berbagai penerbitan. Di samping itu, ia pun aktif memelihara tanaman dan mengurus pondok bacanya di Sekayu. Sebagai pencinta lingkungan, Dini telah membuat tulisan bersambung di surat kabar Sinar Harapan yang sudah dicabut SIUPP-nya, dengan tema transmigrasi.
Baris 57: Baris 80:
Menyinggung soal seks, khususnya adegan-adegan yang dimunculkan dalam karya-karyanya, ia menganggapnya wajar-wajar saja. Begitulah spontanitas penuturan pengarang yang pengikut kejawen ini. la tak sungkan-sungkan mengungkapkan segala persoalan dan kisah perjalanan hidupnya melalui karya-karya yang ditulisnya
Menyinggung soal seks, khususnya adegan-adegan yang dimunculkan dalam karya-karyanya, ia menganggapnya wajar-wajar saja. Begitulah spontanitas penuturan pengarang yang pengikut kejawen ini. la tak sungkan-sungkan mengungkapkan segala persoalan dan kisah perjalanan hidupnya melalui karya-karya yang ditulisnya


NH Dini sekarang tinggal di Panti Wredha Langen Wedharsih, Ungaran.
Sebelum wafat, NH Dini tinggal di Panti Werdha Harapan Asri, Banyumanik, [[Semarang]]
-->
[http://i1021.photobucket.com/albums/af340/fotofotoku/nhdiniwiki.jpg Foto bersama di teras rumah NH Dini]
== Kematian ==
Nh. Dini meninggal dunia tanggal 4 Desember 2018 pada usia 82 tahun karena kecelakaan lalu lintas di jalan tol Tembalang, Semarang.<ref>{{Cite news| title=Novelis Nh Dini Meninggal Dunia |work=[[CNN Indonesia]] | date=4 Desember 2018 | url=https://m.cnnindonesia.com/hiburan/20181204181249-241-351110/novelis-nh-dini-meninggal-dunia | language=id | access-date=4 December 2018}}</ref><ref>[https://daerah.sindonews.com/read/1360040/22/nh-dini-sempat-jalani-mri-di-rumah-sakit-sebelum-tutup-usia-1543928089?utm_source=News%20Notification&utm_medium=referral NH Dini Sempat Jalani MRI di Rumah Sakit Sebelum Tutup Usia, 4 Desember 2018]</ref> Jenazahnya dikremasikan di [[Ambarawa]] pada 5 Desember 2018.<ref>{{Cite news|last=Nurdin|first=Nazar|date=05-12-2018|title=NH Dini Berpulang, Jenazahnya Dikremasi di Ambarawa Pagi Ini|url=https://regional.kompas.com/read/2018/12/05/08125341/nh-dini-berpulang-jenazahnya-dikremasi-di-ambarawa-pagi-ini|work=[[Kompas.com]]|access-date=13-07-2021|editor-last=Ika|editor-first=Aprillia}}</ref>

== Karya ==
* ''Hati yang Damai'' (1961)<ref>{{Citation
|author1=Dini, Nh
|title=Hati yang Damai
|date=1976
|publisher=Pustaka Jaya
|url=https://trove.nla.gov.au/work/6103918
|accessdate=22 Februari 2020}}</ref>
* ''[[Pada Sebuah Kapal]]'' (1973)<ref>{{Citation
|author1=Dini, Nh (Nurhayati)
|title=Pada Sebuah Kapal
|date=1973
|publisher=Pustaka Jaya
|url=https://trove.nla.gov.au/work/9191718
|accessdate=22 Februari 2020}}</ref>
* ''La Barka'' (1975)
* ''[[Namaku Hiroko]]'' (1977)
* ''Orang-orang Trans'' (1985)
* ''Pertemuan Dua Hati'' (1986)
* ''Dari Ngalian ke Sendowo'' (2015)
* ''Gunung Ungaran'' (2018)

== Penghargaan ==
Karya-karya Nh. Dini memeroleh sambutan yang luar biasa dari berbagai kritikus, dalam dan luar negeri. Salah satu kritikus yang memberikan apresiasi tinggi terhadap karya-karya Nh. Dini adalah [[A. teeuw|A. Teeuw]]. Menurut Teeuw, Nh. Dini merupakan satu dari sedikit [https://hybernasi.com/7-sastrawan-wanita-indonesia-terbaik-abad-ini/ sastrawan wanita Indonesia] yang mampu menerjemahkan ide-ide feminisme ke dalam karya sastra dengan sangat baik, dan ide feminisme tersebut justru memperkokoh posisi kesastrawanannya.

Nh. Dini berhasil meraih sejumlah penghargaan. Di antaranya adalah Hadiah Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), Bhakti Upapradana Bidang Sastra dari Pemerintah daerah Jawa Tengah (1991), [[Penghargaan Penulis Asia Tenggara|SEA Write Award]] di bidang sastra dari Pemerintah Thailand (2003), Hadiah Francophonie (2008), Achmad Bakrie Award (2011), dan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival 2017.<ref>{{Cite web|title=Pada Sebuah Kapal, Buku Karya N.H. Dini|url=https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/pada-sebuah-kapal-karya-n-h-dini/|website=Indonesia Kaya|access-date=2024-06-10}}</ref>

== Referensi ==
{{reflist|2}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/n/nh-dini/index.shtml NH Dini (Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin) - Pengarang Sastra Feminis]
* [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/n/nh-dini/index.shtml NH Dini (Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin) - Pengarang Sastra Feminis] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100317162540/http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/n/nh-dini/index.shtml |date=2010-03-17 }}
* {{id}} [http://www.gramedia.com/buku_detail.asp?id=FFVK1255&jenis=4&kat= Detail Buku - Dari Fontenay Ke Magallianes - Nh Dini]
* [http://www.gramedia.com/buku_detail.asp?id=FFVK1255&jenis=4&kat= Detail Buku - Dari Fontenay Ke Magallianes - Nh Dini] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070927213425/http://www.gramedia.com/buku_detail.asp?id=FFVK1255&jenis=4&kat= |date=2007-09-27 }}
* {{id}} [http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=203021&kat_id=319&kat_id1=&kat_id2= Buku-buku Nh Dini - Cermin Batin Perempuan]
* [http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=203021&kat_id=319&kat_id1=&kat_id2= Buku-buku Nh Dini - Cermin Batin Perempuan]
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/n/nh-dini/index.shtml NH Dini Pengarang Sastra Feminis]
* [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/n/nh-dini/index.shtml NH Dini Pengarang Sastra Feminis] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100317162540/http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/n/nh-dini/index.shtml |date=2010-03-17 }}


{{lifetime|1936||Dini, Nh.}}
{{lifetime|1936|2018}}


{{Authority control}}
[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]

[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Penulis wanita abad ke-20]]
[[Kategori:Penulis wanita Indonesia]]
[[Kategori:Penulis feminis]]
[[Kategori:Feminis Indonesia]]
[[Kategori:Feminis Indonesia]]
[[Kategori:Novelis Indonesia]]
[[Kategori:Novelis Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Jawa]]
[[Kategori:Kematian akibat kecelakaan]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 66]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 66]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Bugis]]
[[Kategori:Tokoh Bugis]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]
[[Kategori:Tokoh perempuan Indonesia]]

Revisi terkini sejak 10 Juni 2024 10.58

Nh. Dini
LahirNurhayati Sri Hardini Siti Nukatin
(1936-02-29)29 Februari 1936
Hindia Belanda Semarang, Hindia Belanda
Meninggal4 Desember 2018(2018-12-04) (umur 82)
Indonesia Semarang, Indonesia
Sebab meninggalLuka di kepala akibat kecelakaan lalu lintas
PekerjaanSastrawan , novelis
Tahun aktifAngkatan '50 (1956-2018)
Suami/istriYves Coffin (1960-1984; bercerai)
AnakMarie-Claire Lintang Coffin
Pierre-Louis Padang Coffin
Orang tuaRM. Saljowidjojo
Kusaminah
Goodreads author: 824284

Nurhayati Sri Hardini (29 Februari 1936 – 4 Desember 2018) atau yang biasa dikenal sebagai Nh. Dini adalah sastrawan, novelis, dan feminis berkebangsaan Indonesia.

Kehidupan

[sunting | sunting sumber]

Dini dilahirkan dari pasangan RM. Saljowidjojo, seorang pegawai Perusahaan Jawatan Kereta Api dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Ditilik dari silsilah keluarganya, Nh. Dini masih berdarah Bugis[1].

Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini, yang harus bekerja keras sebagai buruh batik setelah kematian suaminya, selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Panjebar Semangat, tembang-tembang Jawa dengan aksara Jawa dan sebagainya[2]. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.

Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Namun, ia tak sampai mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.

Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya, sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.

Ayah Dini meninggal ketika ia masih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar[1]. Dini juga menulis untuk Majalah KISAH, dan SIASAT. Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritis positif dari H.B. Jassin tahun 1951.

Nh. Dini meninggal dunia tanggal 4 Desember 2018 pada usia 82 tahun karena kecelakaan lalu lintas di jalan tol Tembalang, Semarang.[3][4] Jenazahnya dikremasikan di Ambarawa pada 5 Desember 2018.[5]

  • Hati yang Damai (1961)[6]
  • Pada Sebuah Kapal (1973)[7]
  • La Barka (1975)
  • Namaku Hiroko (1977)
  • Orang-orang Trans (1985)
  • Pertemuan Dua Hati (1986)
  • Dari Ngalian ke Sendowo (2015)
  • Gunung Ungaran (2018)

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Karya-karya Nh. Dini memeroleh sambutan yang luar biasa dari berbagai kritikus, dalam dan luar negeri. Salah satu kritikus yang memberikan apresiasi tinggi terhadap karya-karya Nh. Dini adalah A. Teeuw. Menurut Teeuw, Nh. Dini merupakan satu dari sedikit sastrawan wanita Indonesia yang mampu menerjemahkan ide-ide feminisme ke dalam karya sastra dengan sangat baik, dan ide feminisme tersebut justru memperkokoh posisi kesastrawanannya.

Nh. Dini berhasil meraih sejumlah penghargaan. Di antaranya adalah Hadiah Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), Bhakti Upapradana Bidang Sastra dari Pemerintah daerah Jawa Tengah (1991), SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand (2003), Hadiah Francophonie (2008), Achmad Bakrie Award (2011), dan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival 2017.[8]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Artikel "Nh. Dini" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2022-04-21. 
  2. ^ Post, The Jakarta. "Obituary: NH Dini, Indonesian feminist literary figure". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-21. 
  3. ^ "Novelis Nh Dini Meninggal Dunia". CNN Indonesia. 4 Desember 2018. Diakses tanggal 4 December 2018. 
  4. ^ NH Dini Sempat Jalani MRI di Rumah Sakit Sebelum Tutup Usia, 4 Desember 2018
  5. ^ Nurdin, Nazar (05-12-2018). Ika, Aprillia, ed. "NH Dini Berpulang, Jenazahnya Dikremasi di Ambarawa Pagi Ini". Kompas.com. Diakses tanggal 13-07-2021. 
  6. ^ Dini, Nh (1976), Hati yang Damai, Pustaka Jaya, diakses tanggal 22 Februari 2020 
  7. ^ Dini, Nh (Nurhayati) (1973), Pada Sebuah Kapal, Pustaka Jaya, diakses tanggal 22 Februari 2020 
  8. ^ "Pada Sebuah Kapal, Buku Karya N.H. Dini". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2024-06-10. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]