Lompat ke isi

Cenderawasih: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
ColdCuzAC (bicara | kontrib)
no chatgpt
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(34 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Tone|date=Juli 2021}}
{{Disputed}}
{{Taxobox
{{Taxobox
| name = Burung Cenderawasih
| name = Burung Cenderawasih
Baris 12: Baris 14:
| subdivision = 13<!-- tetap update -->, lihat daftar dibawah
| subdivision = 13<!-- tetap update -->, lihat daftar dibawah
}}
}}
'''Burung-burung [[Cenderawasih]]''' merupakan anggota famili '''Paradisaeidae''' dari ordo [[Passeriformes]]. Mereka ditemukan di [[Indonesia]] timur, pulau-pulau selat Torres, [[Papua Nugini]], dan [[Australia]] timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung Cenderawasih mulai dari Cenderawasih raja pada 50 gram dan 15&nbsp;cm hingga Cenderawasih paruh-sabit Hitam pada 110&nbsp;cm dan Cenderawasih manukod jambul-bergulung pada 430 gram.
'''Burung Cenderawasih''' adalah anggota famili '''Paradisaeidae''' dari ordo [[Passeriformes]]. Cenderawasih biasanya ditemukan di [[Indonesia]] seperti di bagian Timur Papua, Papua Nugini, pulau-pulau selat Torres, dan [[Australia]] timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung Cenderawasih mulai dari Cenderawasih raja pada 50 gram dan 15&nbsp;cm hingga Cenderawasih paruh-sabit Hitam pada 110&nbsp;cm dan Cenderawasih manukod jambul-bergulung pada 430 gram.

== Spesimen ==
Burung Cenderawasih yang paling terkenal adalah anggota genus ''[[Paradisaea]]'', termasuk spesies tipenya, [[Cenderawasih kuning-besar]], ''Paradisaea apoda''. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama ''bird of paradise'' ('burung surga' oleh orang Inggris) dan nama jenis ''apoda'' - yang berarti 'tak berkaki'.

Banyak jenis mempunyai ritual kawin yang rumit, dengan sistem kawin jenis-jenis ''Paradisaea'' adalah burung-burung jantan berkumpul untuk bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis lain seperti jenis-jenis ''[[Cicinnurus]]'' dan ''[[Parotia]]'' memiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan pada jenis yang [[dimorfisme seksual|dimorfik seksual]] bersifat [[poligami]]. Banyak burung hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya.

Jumlah telurnya agak kurang pasti. Pada jenis besar, mungkin hampir selalu satu telur. Jenis kecil dapat menghasilkan sebanyak 2-3 telur (Mackay 1990).

Cukup beralasan apabila burung cenderawasih disebut-sebut sebagai ''bird of paradise''. Bagaimana tidak, burung yang menjadi maskot Papua ini memang memiliki keindahan dengan warna bulu yang indah. Karena kemolekan warnanya, burung cenderawasih disebut sebagai burung dari surga atau ''bird of paradise''. Bahkan, kabarnya karena keindahannya itu juga burung ini jarang turun ke tanah atau seringnya terbang di udara dan hinggap di dahan pohon.

Warna bulu cenderawasih yang mencolok biasanya merupakan kombinasi beberapa warna yang lain seperti hitam, cokelat, oranye, kuning, putih, biru, merah, hijau, dan ungu. Burung ini semakin molek dengan keberadaan bulu memanjang dan unik yang tumbuh dari paruh, sayap, atau kepalanya.

Burung cendrawasih yang berbulu indah ini biasanya adalah pejantan. Bulu indah tersebut menjadi modal cenderawasih jantan untuk menarik perhatian betina pada musim kawin. Selain memamerkan keindahan bulu mereka, cenderawasih jantan bahkan
melakukan gerakan-gerakan atraktif serupa tarian yang dinamis dan indah untuk merebut perhatian betina. Tiap jenis cenderawasih memiliki jenis tarian dan atraksi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Cenderawasih betina cenderung berukuran lebih kecil dengan warna bulu yang tidak seindah dan sesemarak warna cenderawasih jantan.

Warna yang dimiliki burung surga ini bermacam-macam dan menjadi salah satu indikator pengelompokan jenis mereka. Burung cendrawasih dikelompokkan dalam famili ''Paradisaeidae''; terdiri dari 13 genus dan sekira 43 spesies (jenis). Habitat aslinya di hutan-hutan lebat yang umumnya terletak di daerah dataran rendah dan hanya dapat ditemukan di Indonesia bagian timur terutama pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur.

Kabarnya, Indonesia adalah negara dengan jumlah spesies cendrawasih terbanyak. Diduga terdapat sekira 30 jenis cendrawasih di Indonesia, 28 jenis diantaranya dapat ditemukan di Papua. Burung cenderawasih mati kawat (''Seleucidis melanoleuca'') adalah jenis yang menjadi maskot atau identitas Provinsi Papua. Selain menjadi maskot Papua, masyarakat di Papua juga sering menggunakan bulu cenderawasih sebagai pelengkap atau hiasan dalam pakaian adat mereka.

Sebab keindahan bulunya, keberadaan burung cenderawasih ini kian lama kian terancam. Perburuan dan penangkapan liar untuk tujuan perdagangan serta kerusakan habitat hidup di alam bebas menjadi beberapa penyebab utama kian langkanya burung ini. Bahkan di akhir abad 19 dan awal abad 20, bulu cenderawasih marak diperdagangkan karena menjadi trend penghias topi wanita di Eropa. Tapi kini burung cantik yang eksotis ini dikategorikan sebagai jenis satwa yang dilindungi.

Di Indonesia sendiri, beberapa jenis cenderawasih diantaranya cendrawasih kuning kecil, cendrawasih botak, cendrawasih raja, cendrawasih merah, dan toowa telah masuk dalam daftar jenis satwa yang dilindungi berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 dan PP No 7 Tahun 1999. Pemanfaatan bulu burung cenderawasih masih diperbolehkan hanya untuk kepentingan masyarakat lokal dalam menghiasi pakaian adat mereka. Itu pun tentu tidak secara berlebihan dan untungnya masyarakat Papua memiliki kearifan lokal dan adat untuk turut menjaga kelestarian burung ini.

'''Berikut adalah beberapa jenis dan karakteristik burung cenderawasih.'''

'''Lesser bird of paradise (''Paradisaea minor'')'''

Di antarasekian banyak jenis cenderawasih, mungkin burung ini yang paling dikenal kebanyakan orang.
Burung ini memiliki warna merah kecoklatan dengan mahkota kuning dan punggung atas kuning kecoklatan. Burung jantan jenis ini memiliki tenggorokan berwarna hijau zamrud tua, sepasang ekor yang panjang dan dihiasi dengan bulu hiasan sayap yang berwarna kuning dan putih. Habitat asli burung ini terdapat hampir di seluruh hutan bagian utara Papua Nugini dan juga pulau-pulau sekitar, seperti '''Pulau Misool''' dan Yapen.

'''Cenderawasih Merah atau Red bird of paradise (''Paradisaea rubra'')'''

Dinamakan cendrawasih merah sebab burung ini memiliki warna bulu dominan merah darah. Kombinasi warna lain tampak pada bagian muka; bulu muka warna gelap, memiliki semacam mahkota atau jambul berwarna hijau zamrud, paruh dan sedikit di bawah leher berwarna kuning terang. Pada bagian ekornya terdapat dua buah bulu memanjang serupa tali atau pita berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Cenderawasih merah hanya terdapat di hutan dataran rendah, di antaranya di Pulau Waigeo dan Batanta, Kabupaten Raja Ampat, '''Papua Barat'''.

Di '''Desa Sawinggrai''' yang terletak di Distrik Meos Mansar, cenderawasih merah merupakan ikon khas desa kecil ini. Di desa tersebut, Anda dapat menyaksikan langsung burung jenis ini di habitat asli melakukan atraksi menari pada jam-jam tertentu, yaitu pada pagi dan petang hari di musim kawin.

'''Lawes’s Parotia (''Parotia Lawesii'')'''

Sekilas postur burung jantan jenis ini mirip dengan perkutut, hanya saja ia berwarna hitam dengan kening putih dan mata berwarna biru gelap. Tengkuknya berwarna biru; sedikit di bagian dada atas (mulai dari bawah paruh) berwarna perpaduan hijau dan
emas. Ciri khas yang mencolok dari jantan burung jenis ini adalah adanya tiga bulu memanjang yang tumbuh dari ujung tiap matanya (masing-masing 3 helai). Sementara itu, burung betinanya berwarna coklat dan mata berwarna kuning gelap.

'''King of Saxony bird of paradise (''Pteridophora alberti'')'''

''King of Saxony bird of paradise'' adalah jenis burung pengicau yang terbilang kecil sebab memiliki panjang sekira 22&nbsp;cm. Burung jantan berwarna hitam dan kuning tua. Bulu mantel dan punggungnya tumbuh memanjang berbentuk serupa tudung berwarna hitam. Pada bagian mulai dari dada hingga ke perut berwarna putih kekuningan. Iris matanya berwarna coklat tua dan paruhnya berwarna hitam dengan bagian dalam mulut berwarna hijau laut. Yang membuatnya atraktif dan eksotis adalah adanya dua helai bulu kawat bersisik yang berwarna biru langit mengilap yang tumbuh mulai dari wajahnya. Panjangnya dapat mencapai 40&nbsp;cm, seolah tak seimbang dengan tubuhnya yang kecil.

Sementara burung betinanya berwarna abu-abu kecoklatan dengan garis-garis dan bintik gelap. Burung betina tidak “mengenakan” mantel dan tidak memiliki bulu kawat yang memanjang. Burung betina berukuran lebih kecil ketimbang burung jantan.

'''Wilson’s bird of paradise (''Cicinnurus respublica'')'''

Jantan ''Wilson’s Bird of Paradise'' yang berukuran kecil sekira 21&nbsp;cm ini berwarna perpaduan merah darah dan hitam. Ia “mengenakan” jubah kecil berwarna kuning terang di bagian tengkuk. Pada bagian kepala, ia seolah memakai penutup kepala berwarna
biru langit, sedikit lebih terang dibandingkan warna kakinya yang juga biru. Selain perpaduan warna yang menarik, keunikan burung ini adalah memiliki dua bulu ekor yang berwarna ungu dan bentuknya melengkung serupa sulur. Sedangkan pada burung betina memiliki warna kecoklatan dan bermahkota biru.

Selain burung cenderawasih di atas, masih banyak jenis lain dengan warna dan variasi bulunya bermacam-macam dan tak kalah cantik. Semoga burung dari surga ini tidak akan menjadi semacam dongeng untuk generasi penerus karena tindakan tidak bertanggung jawab manusia yang mengancam kelestariannya.


== Spesies ==
== Spesies ==
Baris 71: Baris 20:
* [[Cenderawasih gagak]], ''Lycocorax pyrrhopterus''
* [[Cenderawasih gagak]], ''Lycocorax pyrrhopterus''


'''Genus ''[[Manucodia]]'''''
'''Genus ''[[Silagiamina|Manucodia]]'''''
* [[Manukodia mengkilap]], ''Manucodia atra''
* [[Silagiamina kilap]], ''Manucodia atra''
* [[Manukodia jobi]], ''Manucodia jobiensis''
* [[Silagiamina jobi]], ''Manucodia jobiensis''
* [[Manukodia leher-berkerut]], ''Manucodia chalybata''
* [[Silagiamina leher-keriting]], ''Manucodia chalybata''
* [[Manukodia jambul-bergulung]], ''Manucodia comrii''
* [[Silagiamina jambul-keriting]], ''Manucodia comrii''
* [[Manukodia terompet]], ''Manucodia keraudrenii''
* [[Silagiamina terompet]], ''Manucodia keraudrenii''


'''Genus ''[[Paradigalla]]'''''
'''Genus ''[[Sagubega|Paradigalla]]'''''
* [[Paradigala ekor-panjang]], ''Paradigalla carunculata''
* [[Sagubega ekor-panjang]], ''Paradigalla carunculata''
* [[Paradigala ekor-pendek]], ''Paradigalla brevicauda''
* [[Sagubega ekor-pendek]], ''Paradigalla brevicauda''


'''Genus ''[[Astrapia]]'''''
'''Genus ''[[Astrapia]]'''''
* [[Astrapia arfak]], ''Astrapia nigra''
* [[Dewata arfak]], ''Astrapia nigra''
* [[Astrapia elok]], ''Astrapia splendidissima''
* [[Dewata elok]], ''Astrapia splendidissima''
* [[Astrapia ekor-pita]], ''Astrapia mayeri''
* [[Dewata ekor-pita]], ''Astrapia mayeri''
* [[Astrapia stephanie]], ''Astrapia stephaniae''
* [[Dewata Stephanie]], ''Astrapia stephaniae''
* [[Astrapia huon]], ''Astrapia rothschildi''
* [[Dewata huon]], ''Astrapia rothschildi''


'''Genus ''[[Parotia]]'''''
'''Genus ''[[Parotia]]'''''
* [[Parotia arfak]], ''Parotia sefilata''
* [[Kijo arfak]], ''Parotia sefilata''
* [[Parotia karola]], ''Parotia carolae''
* [[Kijo karola]], ''Parotia carolae''
* [[Parotia berlepschi]], ''Parotia berlepschi''
* [[Kijo foja]], ''Parotia berlepschi''
* [[Parotia lawes]], ''Parotia lawesii''
* [[Kijo lawes]], ''Parotia lawesii''
* [[Parotia timur]], ''Parotia helenae''
* [[Kijo timur]], ''Parotia helenae''
* [[Parotia wahnes]], ''Parotia wahnesi''
* [[Kijo wahnes]], ''Parotia wahnesi''


'''Genus ''[[Pteridophora]]'''''
'''Genus ''[[Pteridophora]]'''''
Baris 134: Baris 83:
* [[Cenderawasih kaisar]], ''Paradisaea guilielmi''
* [[Cenderawasih kaisar]], ''Paradisaea guilielmi''
* [[Cenderawasih biru]], ''Paradisaea rudolphi''
* [[Cenderawasih biru]], ''Paradisaea rudolphi''

'''"Melampitta" Besar'''
* [[Melampitta besar]], ''"Melampitta" gigantea'' - dikelompokkan di sini untuk sementara


'''Sebelumnya dikelompokkan di sini'''
'''Sebelumnya dikelompokkan di sini'''
* [[Cenderawasih loria]], ''Cnemophilus loriae'' - mungkin lebih berkerabat dengan [[Melanocharitidae]] (pematuk buah beri) (Cracraft & Feinstein 2000).
* [[Cenderawasih loria]], ''Cnemophilus loriae'' - mungkin lebih berkerabat dengan [[Melanocharitidae]] (pematuk buah beri).<ref name=":1">{{Cite journal|last=Cracraft|first=Joel|last2=Feinstein|first2=Julie|date=2000-02-07|title=What is not a bird of paradise? Molecular and morphological evidence places Macgregoria in the Meliphagidae and the Cnemophilinae near the base of the corvoid tree|url=https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rspb.2000.0992|journal=Proceedings of the Royal Society of London. Series B: Biological Sciences|language=en|volume=267|issue=1440|pages=233–241|doi=10.1098/rspb.2000.0992|issn=0962-8452|pmc=PMC1690532|pmid=10714877}}</ref>
* [[Cenderawasih jambul]], ''Cnemophilus macgregorii'' - mungkin lebih berkerabat dengan Melanocharitidae (Cracraft & Feinstein 2000).
* [[Cenderawasih jambul]], ''Cnemophilus macgregorii'' - mungkin lebih berkerabat dengan Melanocharitidae.<ref name=":1" />
* [[Cenderawasih dada-kuning]], ''Loboparadisea sericea'' - mungkin lebih berkerabat dengan Melanocharitidae (Cracraft & Feinstein 2000).
* [[Cenderawasih dada-kuning]], ''Loboparadisea sericea'' - mungkin lebih berkerabat dengan Melanocharitidae.<ref name=":1" />
* [[Penghisap-madu elok]] (sebelumnya "Cenderawasih elok"), ''Macgregoria pulchra'' - baru-baru ini ditemukan sebagai [[Burung penghisap madu]] (Cracraft & Feinstein 2000).
* [[Penghisap-madu elok]] (sebelumnya "Cenderawasih elok"), ''Macgregoria pulchra'' - baru-baru ini ditemukan sebagai [[Burung penghisap madu]].<ref name=":1" />
* [[Melampitta kecil]], ''Melampitta lugubris'' - beberapa waktu ditempatkan disini sementara; mungkin termasuk [[Orthonychidae]]
* [[Paok-hitam kecil]], ''Melampitta lugubris'' - beberapa waktu ditempatkan di sini sementara; mungkin termasuk
* [[Paok-hitam besar]], ''Megalampitta gigantea'''
[[Orthonychidae]]


== Hubungan dengan Manusia ==
== Hubungan dengan Manusia ==
Masyarakat di Papua sering memakai bulu Cenderawasih dalam pakaian dan adat mereka, dan beberapa abad yang lalu bulu itu penting untuk dibuat topi wanita di Eropa. Perburuan untuk mendapat bulu dan perusakan habitat menyebabkan penurunan jumlah burung pada beberapa jenis ke tingkat terancam; perusakan habitat karena penebangan hutan sekarang merupakan ancaman utama.
Masyarakat di Papua sering kali memakai bulu cenderawasih dalam pakaian dan adat mereka, dan beberapa abad yang lalu bulu cendrawasih banyak dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan topi wanita di [[Eropa]]. Perburuan untuk mendapat bulu dan perusakan habitat menyebabkan penurunan jumlah burung pada beberapa jenis ke tingkat terancam; perusakan habitat karena penebangan [[hutan]] sekarang merupakan ancaman utama.


Perburuan burung Cenderawasih untuk diambil bulunya untuk perdagangan topi marak di akhir abad 19 dan awal abad 20 (Cribb 1997), namun sekarang burung-burung itu dilindungi dan perburuan hanya dibolehkan untuk kebutuhan perayaan dari suku setempat. Dalam hal [[Cenderawasih panji]], disarankan mengambil dari rumah sarang burung Namdur. Tatkala Raja Mahendra dari Nepal naik tahta pada tahun 1955, ternyata bulu burung Cenderawasih pada mahkota kerajaan Nepal perlu diganti. Karena larangan perburuan, penggantian akhirnya diperbolehkan dari kiriman yang disita oleh hukum Amerika Serikat.
Perburuan burung cenderawasih untuk diambil bulunya untuk perdagangan topi marak di akhir abad 19 dan awal abad 20 (Cribb 1997), namun sekarang burung-burung itu dilindungi dan perburuan hanya dibolehkan untuk kebutuhan perayaan dari suku setempat. Dalam hal [[Cenderawasih panji]], disarankan mengambil dari rumah sarang burung Namdur. Tatkala Raja Mahendra dari Nepal naik takhta pada tahun 1955, ternyata bulu burung cenderawasih pada mahkota kerajaan Nepal perlu diganti. Karena larangan perburuan, penggantian akhirnya diperbolehkan dari kiriman yang disita oleh hukum Amerika Serikat.<ref>{{Cite book|date=1997|title=Paper landscapes: explorations in the environmental history of Indonesia|location=Leiden|publisher=KITLV Press|isbn=978-90-6718-124-2|editor-last=Boomgaard|editor-first=Peter|series=Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde|editor-last2=Colombijn|editor-first2=Freek|editor-last3=Henley|editor-first3=David}}</ref>


Burung Cenderawasih dewasa digambarkan pada bendera [[Papua Nugini]]. [[David Attenborough]] telah menyatakan beberapa burung Cenderawasih sebagai jenis hewan favoritnya, mungkin dia menyukai [[Cenderawasih botak]].
Burung cenderawasih dewasa digambarkan pada bendera [[Papua Nugini]]. [[David Attenborough]] telah menyatakan beberapa burung Cenderawasih sebagai jenis hewan favoritnya, mungkin dia menyukai [[Cenderawasih botak]].

=== Mitos Cenderawasih di Papua ===
Sebagian warga papua meyakini burung cenderawasih adalah jelmaan seorang anak laki-laki bernama ''kweiya.'' Awalnya ada seorang perempuan dan anjingnya kelaparan di dalam hutan dan menemukan buah. Karena kelaparan sang anjing memakan buah tersebut, secara tiba-tiba perut [[anjing]] tersebut membesar dan melahirkan anak. Begitu pula dengan sang wanita pemilik anjing tersebut. Lantas anak perempuan tersebut dinamakan Kweiya.<ref name=":0">{{Cite book|last="Mulyadi"|date=2019|title=Etnografi Pembangunan Papua|location=Yogyakarta|publisher=Deepublish|isbn=978-623-209-898-5|url-status=live}}</ref>

Saat anak tersebut sudah besar, sang ibu menikah dengan duda yang sudah memiliki anak. Lambat laun Kweiya disakiti oleh saudara tirinya, karena merasa disakiti Kweiya memilih untuk menjadi burung, dengan membuat [[sayap]] dari [[daun]] dan [[ekor]] dari sabut [[kelapa]]. Secara ajaib Kweiya berubah menjadi burung dan bersarang di atas [[pohon]]. Kedua saudaranya yang menyakiti pun dikutuk dan berubah menjadi burung berwarna [[hitam pekat]]. Nama kedua saudara yang menyakiti tersebut adalah Pohak dan Nggein. Kedua burung hitam tersebut mengakui kesalahannya dan ingin meminta maaf ke Kweiya.<ref name=":0" />

Namun saat mencari Kweiya di hutan [[Bomberay, Fakfak|Bomberay]], ditemukan sang burung berekor [[kuning]] (Kweiya) ditangkap oleh pemburu. Kedua burung yang berwarna hitam pekat tersebut menyerang pemburu tersebut dan berhasil melepaskan Kweiya. Maka seketika kedua [[saudara tiri]]<nowiki/>nya dimaafkan, sebagai imbalannya karena menyelamatkan nyawa Kweiya. Dan secara ajaib ada beberapa warna cerah dari Kweiya yang luntur dan berpindah ke kedua burung hitam pekat tersebut. Maka jadilah ketiga burung tersebut memiliki aneka warna yang berbeda. Maka hingga saat ini, diyakini burung Cenderawasih berasal dari Kweiya. Cerita ini merupakan cerita dari [[Fakfak, Fakfak|Fakfak]].<ref name=":0" />


== Bacaan lanjutan ==
== Bacaan lanjutan ==
Baris 158: Baris 113:
* {{aut|Mackay, Margaret D.}} (1990): The Egg of Wahnes' Parotia ''Parotia wahnesi'' (Paradisaeidae). ''[[Emu (journal)|Emu]]'' '''90'''(4): 269.
* {{aut|Mackay, Margaret D.}} (1990): The Egg of Wahnes' Parotia ''Parotia wahnesi'' (Paradisaeidae). ''[[Emu (journal)|Emu]]'' '''90'''(4): 269.


Burung cendrawasih jantan memiliki warna yang indah
== Lihat pula ==
* [[Penglihatan burung]]


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Commonscat|Paradisaeidae}}
{{Commonscat|Paradisaeidae}}
* {{en}} [http://montereybay.com/creagrus/bop.html Burung-burung Cenderawasih]
* {{en}} [http://montereybay.com/creagrus/bop.html Burung-burung Cenderawasih] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090131040839/http://montereybay.com/creagrus/bop.html |date=2009-01-31 }}
* {{en}} [http://www.metacafe.com/watch/314370/crazy_birds_island_p/ Video streaming beberapa burung Cenderawasih membawakan tarian perjodohan]
* {{en}} [http://www.metacafe.com/watch/314370/crazy_birds_island_p/ Video streaming beberapa burung Cenderawasih membawakan tarian perjodohan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110204184944/http://www.metacafe.com/watch/314370/crazy_birds_island_p/ |date=2011-02-04 }}

== Referensi ==
<references />
{{Taxonbar|from=Q179333}}


[[Kategori:Burung menurut nama umum|Cenderawasih]]
[[Kategori:Burung menurut nama umum|Cenderawasih]]

Revisi terkini sejak 8 Februari 2024 02.40

Burung Cenderawasih
Jantan dewasa Cenderawasih Kuning-kecil,
Paradisaea minor
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Paradisaeidae
Genera

13, lihat daftar dibawah

Burung Cenderawasih adalah anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Cenderawasih biasanya ditemukan di Indonesia seperti di bagian Timur Papua, Papua Nugini, pulau-pulau selat Torres, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung Cenderawasih mulai dari Cenderawasih raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cenderawasih paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cenderawasih manukod jambul-bergulung pada 430 gram.

Genus Lycocorax

Genus Manucodia

Genus Paradigalla

Genus Astrapia

Genus Parotia

Genus Pteridophora

Genus lophorina

Genus Ptiloris

Genus Epimachus

Genus Cicinnurus

Genus Semioptera

Genus Seleucidis

Genus Paradisaea

Sebelumnya dikelompokkan di sini

Orthonychidae

Hubungan dengan Manusia

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat di Papua sering kali memakai bulu cenderawasih dalam pakaian dan adat mereka, dan beberapa abad yang lalu bulu cendrawasih banyak dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan topi wanita di Eropa. Perburuan untuk mendapat bulu dan perusakan habitat menyebabkan penurunan jumlah burung pada beberapa jenis ke tingkat terancam; perusakan habitat karena penebangan hutan sekarang merupakan ancaman utama.

Perburuan burung cenderawasih untuk diambil bulunya untuk perdagangan topi marak di akhir abad 19 dan awal abad 20 (Cribb 1997), namun sekarang burung-burung itu dilindungi dan perburuan hanya dibolehkan untuk kebutuhan perayaan dari suku setempat. Dalam hal Cenderawasih panji, disarankan mengambil dari rumah sarang burung Namdur. Tatkala Raja Mahendra dari Nepal naik takhta pada tahun 1955, ternyata bulu burung cenderawasih pada mahkota kerajaan Nepal perlu diganti. Karena larangan perburuan, penggantian akhirnya diperbolehkan dari kiriman yang disita oleh hukum Amerika Serikat.[2]

Burung cenderawasih dewasa digambarkan pada bendera Papua Nugini. David Attenborough telah menyatakan beberapa burung Cenderawasih sebagai jenis hewan favoritnya, mungkin dia menyukai Cenderawasih botak.

Mitos Cenderawasih di Papua

[sunting | sunting sumber]

Sebagian warga papua meyakini burung cenderawasih adalah jelmaan seorang anak laki-laki bernama kweiya. Awalnya ada seorang perempuan dan anjingnya kelaparan di dalam hutan dan menemukan buah. Karena kelaparan sang anjing memakan buah tersebut, secara tiba-tiba perut anjing tersebut membesar dan melahirkan anak. Begitu pula dengan sang wanita pemilik anjing tersebut. Lantas anak perempuan tersebut dinamakan Kweiya.[3]

Saat anak tersebut sudah besar, sang ibu menikah dengan duda yang sudah memiliki anak. Lambat laun Kweiya disakiti oleh saudara tirinya, karena merasa disakiti Kweiya memilih untuk menjadi burung, dengan membuat sayap dari daun dan ekor dari sabut kelapa. Secara ajaib Kweiya berubah menjadi burung dan bersarang di atas pohon. Kedua saudaranya yang menyakiti pun dikutuk dan berubah menjadi burung berwarna hitam pekat. Nama kedua saudara yang menyakiti tersebut adalah Pohak dan Nggein. Kedua burung hitam tersebut mengakui kesalahannya dan ingin meminta maaf ke Kweiya.[3]

Namun saat mencari Kweiya di hutan Bomberay, ditemukan sang burung berekor kuning (Kweiya) ditangkap oleh pemburu. Kedua burung yang berwarna hitam pekat tersebut menyerang pemburu tersebut dan berhasil melepaskan Kweiya. Maka seketika kedua saudara tirinya dimaafkan, sebagai imbalannya karena menyelamatkan nyawa Kweiya. Dan secara ajaib ada beberapa warna cerah dari Kweiya yang luntur dan berpindah ke kedua burung hitam pekat tersebut. Maka jadilah ketiga burung tersebut memiliki aneka warna yang berbeda. Maka hingga saat ini, diyakini burung Cenderawasih berasal dari Kweiya. Cerita ini merupakan cerita dari Fakfak.[3]

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Cracraft, J. & Feinstein, J. (2000): What is not a bird of paradise? Molecular and morphological evidence places Macgregoria in the Meliphagidae and the Cnemophilinae near the base of the corvoid tree. Proc. R. Soc. B 267: 233-241.
  • Cribb, Robert (1997): Birds of paradise and environmental politics in colonial Indonesia, 1890-1931. In: Boomgaard, Peter; Columbijn, Freek & Henley, David(eds.): Paper landscapes: explorations in the environmental history of Indonesia: 379-408. KITLV Press, Leiden. ISBN 90-6718-124-2
  • Frith, Clifford B. & Beehler, Bruce M. (1998): The Birds of Paradise: Paradisaeidae. Oxford University Press. ISBN 0-19-854853-2
  • Mackay, Margaret D. (1990): The Egg of Wahnes' Parotia Parotia wahnesi (Paradisaeidae). Emu 90(4): 269.

Burung cendrawasih jantan memiliki warna yang indah

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Cracraft, Joel; Feinstein, Julie (2000-02-07). "What is not a bird of paradise? Molecular and morphological evidence places Macgregoria in the Meliphagidae and the Cnemophilinae near the base of the corvoid tree". Proceedings of the Royal Society of London. Series B: Biological Sciences (dalam bahasa Inggris). 267 (1440): 233–241. doi:10.1098/rspb.2000.0992. ISSN 0962-8452. PMC 1690532alt=Dapat diakses gratis. PMID 10714877. 
  2. ^ Boomgaard, Peter; Colombijn, Freek; Henley, David, ed. (1997). Paper landscapes: explorations in the environmental history of Indonesia. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. Leiden: KITLV Press. ISBN 978-90-6718-124-2. 
  3. ^ a b c "Mulyadi" (2019). Etnografi Pembangunan Papua. Yogyakarta: Deepublish. ISBN 978-623-209-898-5.