Lompat ke isi

Nachrowi Ramli: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
CandraAdam (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Dirga udara (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(29 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3: Baris 3:
|image = Nachrowi Ramli.jpg
|image = Nachrowi Ramli.jpg
|caption = Nachrowi Ramli
|caption = Nachrowi Ramli
|order = Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat DKI Jakarta
|term_start = [[2010]]
|term_end = [[2017]]
|birth_date = {{Birth date and age|1951|7|12}}
|birth_date = {{Birth date and age|1951|7|12}}
|birth_place = {{negara|Indonesia}} [[Kabupaten Pemalang|Pemalang]], [[Indonesia]]
|birth_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|death_date =
|death_date =
|death_place =
|death_place =
|allegiance = {{flag|Indonesia}}
|allegiance = [[Indonesia]]
|serviceyears = 1973–2008
|serviceyears = 1973—2008
|rank = [[Berkas:Pdu_mayjendtni_komando.png|25px]] [[Mayor Jenderal]] [[TNI]]
|rank = [[File:20-TNI Army-MG.svg|25px]] [[Mayor Jenderal]] [[TNI]]
|branch = [[Berkas:Lambang TNI AD.png|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
|branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
|unit = Korps Perhubungan
|unit = [[Korps perhubungan]] (CHB)
|alma_mater = [[Akademi Militer]] (1973)
|alma_mater = [[AKABRI]] (1973)
|occupation = [[Tentara]] <br/> [[Politikus]]
|occupation = {{bulleted list|[[Tentara]]|[[Politikus]]}}
|spouse = Hj. Alfina Efi Maria
|spouse = Alfina Efi Maria
|children = Dinar Eka Finarli <br />Githa Dwi Hastuti <br />Metha Tri Nirbaya <br /> Ditha Ria Karinda
|children = {{bulleted list|Dinar Eka Finarli|Githa Dwi Hastuti|Metha Tri Nirbaya|Ditha Ria Karinda}}
|nationality = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|party = [[Berkas:DEMOKRAT.gif|30px|Lambang Partai Demokrat]] [[Partai Demokrat]]
|party = [[Partai Demokrat]]
|religion = [[Islam]]
|website = [http://www.nachrowi-ramli.com/ www.nachrowi-ramli.com]
|website = [http://www.nachrowi-ramli.com/ www.nachrowi-ramli.com]
|twitter = nachrowi_ramli
|twitter = nachrowi_ramli
}}
}}
[[Mayor Jenderal]] [[TNI]] (Purn.) H. '''Nachrowi Ramli''', S.E. ({{lahirmati|[[Jakarta]]|12|7|1951}}) adalah seorang [[purnawirawan]] [[TNI-AD]] yang terakhir kali menjabat sebagai Kepala [[Lembaga Sandi Negara]] [[Republik Indonesia]].


Nachrowi Ramli, merupakan lulusan [[Akademi Militer]] tahun 1973 dan mahir dalam bidang Perhubungan. Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Sekretaris Lembaga Sandi Negara.
'''Mayor Jenderal (Purn) H. Nachrowi Ramli''', ({{lahirmati|[[Pemalang]]|12|7|1951}}) adalah Ketua Dewan Pimpinan Daerah [[Partai Demokrat]] DKI Jakarta. Ia yang juga akrab dipanggil '''Bang Nara''' ini adalah putra [[Jakarta]] yang lahir dan besar di kawasan Kramat Sentiong, Jakarta Pusat.{{fact}} Ia aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan di Jakarta, antara lain sebagai Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi){{fact}} dan Ketua Dewan Penasehat Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi).{{fact}} Ia juga memiliki kegemaran mendalami [[silat]] Betawi.{{fact}}

Sebelum berkiprah di dunia politik, Nachrowi merupakan seorang [[Jenderal]] [[TNI AD]] dan perwira teknik elektro. Ia menempuh pendidikan [[Akademi Militer]] (Akmil)<ref>[http://www.akmil.ac.id Akademi Militer]</ref> dan lulus pada tahun 1973, dan merupakan satu angkatan dengan [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. Sejak tahun 1974 ia berkarier di bidang intelijen, khususnya bidang telik sandi, sehingga menjadi Kepala [[Lembaga Sandi Negara]] [[Republik Indonesia]] untuk periode 2002–2008.{{fact}}

Selesai mengabdi di militer dan Lembaga Sandi Negara, Nachrowi kemudian memasuki dunia politik dan menjadi Ketua DPD [[Partai Demokrat]] DKI Jakarta. Ia terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Daerah pada bulan November 2010.{{fact}} Ia berpasangan dengan [[Fauzi Bowo]] pada [[Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta, 2012|pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012]].
<!--
== Berani Tidak Dikenal ==
Peristiwa [[G 30 S]] pada 1965 tidak saja mengubah peta perpolitikan di tanah air, tapi juga masa depan Nara. Untuk pertama kalinya Nara bertemu Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD, sekarang [[Kopassus]]) [[Sarwo Edhie Wibowo]]. “Orangnya gagah, matanya tajam kayak kucing. Dan sama rakyat deket. Kita yang waktu itu demo, boleh naik tank. Dia bahkan turun tank, dia ikut parade di jalan.” Nara—yang waktu itu kelas dua SMP—langsung menjadikan Sarwo Edhie sebagai idola.

Selain silat yang memang sudah dipelajarinya sejak kecil, Nara giat berolahraga seperti tenis, tenis meja, dan angkat beban. Ia membuat sendiri halter, dari dua kaleng bekas susu dicor dan disambungkan dengan sebatang besi. Setiap pagi dan sore, Nara berlatih. “Badan saya itu, istilah anak-anak sekarang, six pack.” Kebugaran fisik itu sangat membantunya ketika mengikuti seleksi Akabri mulai dari tingkat daerah, pusat, hingga lolos ke ke Magelang tahun 1969.

Waktu empat tahun di Lembah Tidar merupakan masa penuh ujian mental dan fisik namun Bang Nara berhasil melewatinya. Keinginannya hanya satu: mengabdi kepada Bangsa dan Negara. Bersama ratusan taruna lainnya, termasuk [[Susilo Bambang Yudhoyono]], Nara diwisuda pada 1973. Selanjutnya ia mengikuti kursus dasar kecabangan teknik elektro selama enam bulan di Pusat Pendidikan Perhubungan TNI AD di Cimahi, Jawa Barat. Di sana untuk pertama kali ia belajar ilmu sandi. Nilainya untuk mata pelajaran itu seratus.

Penugasan pertama Nara adalah sebagai perwira sandi di Badan Pelaksana Sandi (Balak Sandi) Mabes TNI AD di Jakarta. Karena nilainya bagus ketika mengikuti kursus Perwira Sandi di Sekolah Intelijen Strategis, ia ditunjuk untuk mengikuti pendidikan di Akademi Sandi Negara tahun 1978. Ia merupakan satu-satunya tentara di antara 20 siswa angkatan keempat di akademi yang menerapkan sistem gugur per semester itu. Peserta lainnya dari kejaksaan dan lulusan SMA. Waktu itu ia belum genap seminggu menjadi pengantin baru, menikahi gadis yang telah menjadi pacarnya selama lima tahun: [[Alfina Evi Maria]].

Nara menyelesaikan pendidikan dalam waktu dua tahun dan lulus sebagai salah satu siswa terbaik sehingga berhak menyandang gelar Ahli Sandi Tingkat III—gelar yang langka waktu itu dan tingkat Profesional ahli tertinggi di Republik Indonesia. Makin mantaplah ia berkarier sebagai perwira sandi, sebuah dunia yang punya aturan main sendiri: “Berani tidak dikenal”.***

== Bertugas Sebagai Diplomat ==
Pada 1984 Nara terpilih untuk mengikuti persiapan penugasan luar negeri. Ia ditarik ke [[Lembaga Sandi Negara]] (Lemsaneg) dan selanjutnya diperbantukan ke [[Departemen Luar Negeri]]. Selama dua tahun bekerja di Pusat Persandian Deplu yang mempunyai jejaring dengan 101 kedutaan Besar Republik Indonesia di seluruh dunia, Nara yang saat itu berpangkat kapten, belajar politik luar negeri. “Suasana Perang Dingin waktu itu begitu tegang dan setiap hari saya menerima laporan mengenai kasus-kasus di luar negeri, dan laporan setiap dubes ke Menlu.”

Penugasan baru ini menambah cakrawala pengetahuan dan mempertajam kemampuan analisis Nara. Dari yang tadinya hanya tahu seputar TNI —bahwa setiap pagi Panglima TNI menerima laporan Pangdam mengenai situasi politik keamanan seperti ada perkelahian, tembak-menembak, penyelundupan, dan segala macam—sehingga Nara menjadi paham situasi global. Ia juga mempelajari bagaimana tata cara pergaulan di dunia internasional yang memiliki aturan tersendiri.

Awal Agustus 1986, Nara ditempatkan sebagai Atase Administrasi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Mesir. Belum genap satu minggu, tugas berat langsung menyambutnya. Bang Nara harus mengamankan perjalanan istri Wakil Presiden [[Umar Wirahadikusuma]] yang berkunjung ke Kairo dan sekitarnya. Sepekan kemudian Nara harus terbang ke [[Harare]], [[Zimbabwe]], untuk membantu kelancaran misi delegasi Indonesia dalam KTT Non Blok ke-VIII.

Untuk menanamkan rasa cinta tanah air, Nara seringkali mendapat tugas sebagai perwira upacara bendera di [[Kedutaan Besar Indonesia di Kairo]]. Ia mendidik anak-anak Indonesia dengan pelajaran berbaris, bahkan memesan langsung baju seragam [[paskibra]] ke Jakarta. Bersama Duta Besar Ahmad Jumiril dan Abdurrahman, serta atase pertahanan, ia ikut memberikan pemahaman mengenai [[Pancasila]] dan [[UUD 1945]] kepada ratusan mahasiswa yang sudah lama meninggalkan tanah air.
KBRI di Kairo merupakan jangkar untuk sejumlah kedutaan besar RI di [[benua Afrika]], antara lain [[Sudan]], [[Somalia]], dan [[Jibouti]]. Belasan kedubes RI lainnya yang sistem komunikasinya tidak sampai ke Jakarta, melaporkan situasi mereka masing-masing ke Kairo, baru diteruskan ke Jakarta.

“Waktu [[Perang Teluk]] pertama pecah pada 1990, kita sudah siapkan radio dari yang gede sampai yang kecil. Dengan yang kecil ini kita sudah siap menggelandang di padang pasir sebab semuanya kan dibom sama Irak. Semua perintah operasi sudah saya susun. Anak-anak saya semua, yang masih kecil-kecil, sudah saya siapkan kopernya satu-satu. Ada apa-apa, berangkat! Sementara saya sebagai perwira komunikasi, sesuai prosedurnya, harus meninggalkan lokasi paling belakangan.”

Untunglah situasi membaik. Pada 1991 Nara pulang ke tanah air. Sebagai satu-satunya ahli sandi tingkat III yang di miliki TNI AD, ia tergolong kader pimpinan pada masa depan. Oleh karena itu tidak segan-segan Kepala Lembaga Sandi Negara RI waktu itu, Laksamana Muda TNI Soebardo, berebut dengan pimpinan TNI, sehingga akhirnya [[Menteri Sekretaris Negara]] [[Moerdiono]] Menyampaikan pesan Presiden [[Soeharto]] untuk [[panglima TNI]] [[jenderal]] [[Try Sutrisno]]: “Kasi tau Try, ini perwira tetap di Lembaga Sandi.”***

== Mengibarkan Panji Sandi ==
[[Lembaga Sandi Negara]] (Lemsaneg) berdiri pada 4 April 1946 dengan nama Lembaga Sandi Angkatan Perang di Yogyakarta. Simbolnya bulu ayam dan cabe rawit. Bulu ayam berarti informasi, tulis-menulis. Sedangkan cabe rawit adalah rahasia. “Maksudnya, rahasia itu kalau dikelola dengan baik akan menguntungkan rakyat—seperti cabe rawit dikasi terasi dan garam, kan enak. Sebaliknya, informasi kalau ditelan mentah-mentah seperti cabe rawit, akan menghancurkan dan mematikan. Itu falsafahnya,” kata Nara.

Nara meniti karier dari pejabat eselon tiga pada 1991 sampai akhirnya menjadi Kepala Lemsaneg pada 2002 menggantikan [[Laksamana Muda]] B.O. Hutagalung. “Saya ingat betul ketika serah terima dari pejabat lama, itu panji sandi refleks saya kibarkan—padahal itu berat. Sejak saat itu saya ngebut menyosialisasikan pentingnya keamanan dan persandian.”

Dua hal tersebut menjadi penting karena Nara berkaca kepada pengalamannya sendiri. Banyak ruang kerja menteri, duta-duta besar, dan pejabat negara lainnya, yang tidak “steril” alias disusupi alat penyadap. Rapat-rapat penting membahas berbagai kebijakan strategis juga banyak yang bocor, baik karena disadap maupun karena belum ada kesepakatan tentang definisi “rahasia negara” dan bagaimana mengamankannya.
Untuk mencegah rapat-rapat penting—seperti sidang Kabinet disadap—Nara membeli jammer alias alat pengacak sinyal telepon genggam. Sedangkan untuk menyamakan persepsi “rahasia Negara” dan prosedur pengamanannya, Nara beserta jajaran Lemasneg menyusun Sistem Persandian Nasional (SISDINA). Ia harus bekerja keras meyakinkan sejumlah menteri, pejabat Negara dan pejabat BUMN mengenai pentingnya mengamankan informasi terkait rencana kebijakan-kebijakan pemerintah.

Dua tahun setelah menjabat Kepala Lemsaneg, SISDINA pun diluncurkan pada bulan April 2004—bertepatan dengan ulang tahun Lemsaneg ke-58. Sejak itu semua kementerian dan BUMN harus memiliki fungsi sandi. Untuk menunjang upaya mengamankan rahasia negara, Lemsaneg membeli berbagai peralatan persandian. Nara memberlakukan syarat yang ketat, bahkan ia ikut menguji peralatan tersebut, misalnya dengan membawanya ke [[Finlandia]] untuk diuji pada suhu minus 20 derajat dan ke [[Saudi Arabia]] pada suhu 50 – 60 derajat. “Itu mesin nggak boleh meleleh dan nggak boleh beku. Saya nggak mau beli sembarangan,” tegas Nara.

Pencapaian Nara lainnya adalah berdirinya [[Sekolah Tinggi Sandi Negara]] (STSN) dengan kampusnya yang megah di Ciseeng, Bogor, Jawa Barat. Awalnya ia tidak terlibat dalam pembangunan kampus tersebut namun karena upaya pencarian lahan tidak berhasil sementara tahun anggaran akan berakhir, Nara pun ditunjuk sebagai ketua panitia.

Dapat lokasi plus rekomendasi dari pejabat setempat, masalah berikutnya adalah bangunan. “Kalau bangunan nggak dimulai tahun itu maka gedung STSN tidak akan jadi. Tahun berikutnya, saya berhasil meyakinkan Bappenas dan Depkeu, bahwa pembangunan sekolah tersebut harus dilanjutkan.”

Untuk meningkatkan kemampuan profesional pegawai Lemsaneg, Nara membuka hubungan dengan negara-negara lain, salah satunya dengan [[Selandia Baru]] dan [[italia]] yang memilki satu dari sedikit [[universitas]] dengan jurusan kriptologi <ref>[http://belajarsandi.blogspot.com/2008/11/tahukan-anda-bapak-persandian-indonesia.html kriptologi dan bapak persandian indonesia]</ref>.

Gedung Lemsaneg yang tadinya tidak memadai juga diperbaiki. Mobil dinas ditambah dan puluhan sepeda motor ikut dibeli untuk memudahkan mobilitas karyawan. Nara tidak mau kejadian yang menimpa Kepala Lemsaneg Soebardo yang dilarang masuk istana karena mobilnya jelek terulang kembali.
Di zaman Nara pula, keharusan mengikutsertakan Kepala Lemsaneg dalam tim inti (main group)keberangkatan presiden dihidupkan kembali. Terakhir kebiasaan itu ada di zaman [[Roebiono Kertopati]], Kepala Lemsaneg yang pertama. “Kalau boleh jujur, Ibu Mega adalah presiden yang concern pada sandi,” kata Bang Nara.

Meski “hanya” berbintang dua, dalam kedudukannya sebagai Kepala Lembaga Sandi Negara, Nara merupakan satu dari sepuluh orang penentu politik dan keamanan Negara. Ia terlibat dalam berbagai rapat koordinasi politik dan keamanan yang dipimpin oleh [[Menko Polhukam]].

Setelah mengabdi selama 34 tahun, Nara mengakhiri kariernya sebagai perwira intelijen dengan keahlian utama di bidang persandian pada 2008. Di kantor Menko Polhukam ia meninggalkan jejak berupa “sub sandi” yang dibentuk usai Pemilu tahun 2004. Karena andilnya dalam menangani situasi di Nanggroe Aceh Darussalam, Nara mendapat Satyalencana Dharma Nusa. Ia juga menerima bintang Jasa Utama karena pengabdiannya yang dianggap melebihi dari keharusan yang ada. Tanda jasa yang di milikinya ada 10, sehingga tidak diragukan lagi pengabdiannya kepada bangsa dan negara.

Jika Anda berkunjung ke museum sandi di dalam kompleks [[Benteng Vredeburg]], Yogyakarta, Nara juga punya andil dalam pembangunannya. Ia sengaja meminta [[Sri Sultan Hamengkubuwono X]] agar diijinkan membangun museum tersebut. Nara juga mendirikan sebuah bangunan di [[Bukit Menoreh]], untuk menandai bahwa di situlah pertamakalinya sandi-menyandi untuk Republik ini dilakukan. Di tangan Mayor Jenderal (Purnawirawan) Nachrowi Ramli, panji Sandi dikibarkan dalam arti yang sesungguhnya.***

== Saatnya Menata Jakarta ==
Selama 34 tahun mengabdi sebagai perwira TNI, Nara sudah membuktikan bahwa ia mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan hasil yang membanggakan. Beberapa pencapaiannya bahkan jauh melebihi apa yang ditugaskan sehingga ia berhak mendapat Bintang Jasa Utama.

Persentuhan Bang Nara dengan [[Partai Demokrat]] juga adalah sebuah kisah sukses tersendiri. Nara tergabung dalam tim Echo DKI Jakarta, ikut menghantarkan Partai Demokrat meraih suara 34% di DKI Jakarta untuk pemilu legislatif tahun 2009 dan memastikan SBY terpilih kembali menjadi Presiden RI periode 2009 – 2014.

Salah satu hasil Pemilu 2009 adalah terbentuknya susunan baru dalam [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah]] (DPRD) DKI Jakarta. Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta saat itu yaitu Ferrial Sofyan terpilih menjadi Ketua DPRD DKI Jakarta. Agar fokus dan total dalam melaksanakan tugas maka beliau harus melepas jabatan Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta.

Untuk mengisi kekosongan jabatan dan mempersiapkan Musyawarah Daerah, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat menugaskan Nara sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta. Baru pada Musyawarah Daerah ke-11 tanggal 4 November 2010, Nara terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta <ref>[http://bataviase.co.id/node/447784 Nachrowi Ramli Terpilih Secara Aklamasi]</ref>.

Nara percaya pada satu prinsip manajemen yang diambil dari filosofi Jawa: Ambeg Paramarta—mendahulukan apa yang paling penting. Nara meyakini, untuk bisa memutuskan mana yang paling penting dan perlu didahulukan, informasi menjadi kunci. Seribu solusi bisa diajukan tapi kalau tidak dilengkapi dengan informasi yang komprehensif, keputusan yang diambil seorang pemimpin menjadi tidak tepat. Ketersediaan informasi yang lengkap pun tak akan berarti apa-apabila tidak ada keberanian dari sang pemimpin untuk mengambil risiko, dalam hal ini adalah membuat suatu keputusan.

Demikian juga dalam konteks Menata Jakarta menjadi kota yang lebih aman dan nyaman. Menurut Nara, semua permasalahan akan dikaji komprehensif. Dalam soal macet misalnya, banyak solusi sudah dibuat tapi tanpa pertimbangan matang. Misalnya, busway. Sudah dibangun jalur khusus namun di sisi lain tidak ada tindakan terhadap kendaraan yang menyerobot jalur busway. Belum lagi soal kendaraan umum yang tak memenuhi syarat yang masih beroperasi di jalanan. Trotoar-trotoar dipakai untuk komersial dibiarkan di depan mata. Dan sebagainya, dan seterusnya.

Inti semuanya adalah tidak adanya ketegasan dalam menegakkan aturan dan tidak hadirnya pemimpin yang serius, tegas, dan bernyali untuk menyelesaikan persoalan.

Sebagai Ketua Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi) yang membawahi 114 organisasi, Nara juga tidak menutup mata terhadap berbagai permasalahan sosial yang ada. Desakan ekonomi membuat warga Betawi merasa tersingkirkan sehingga perlu membentuk organisasi-organisasi. Kuncinya adalah pemberdayaan, di samping orang Betawi sendiri harus meningkatkan kemampuannya sehingga mempunyai daya saing yang memadai. Sejalan dengan kedudukannya sebagai Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia wilayah DKI Jakarta <ref>[http://www.dekopindki.com/nachrowi-ramli Ketua Umum Dekopinwil DKI Jakarta]</ref>, terobosan-terobosan itulah yang sedang dilaksanakan Nara.

Karena itu, sejalan dengan amanat yang diberikan oleh Musyawarah Daerah DPD Partai Demokrat DKI Jakarta kepadanya untuk maju dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada tahun 2012, Mayor Jenderal (Purnawirawan) Nachrowi Ramli menyatakan: SAATNYA MENATA JAKARTA, PENUH KETEGASAN DAN KEBERANIAN<ref>[http://www.youtube.com/watch?v=jPVS_JaP0S4 Saatnya Menata Jakarta]</ref>.
-->


== Riwayat Jabatan ==
== Riwayat Jabatan ==
Baris 122: Baris 44:
* Anggota Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat (2015-2020)
* Anggota Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat (2015-2020)
* Ketua Umum Forkabi (2015-2020)
* Ketua Umum Forkabi (2015-2020)
*Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat (2020 - sekarang)
*Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat (2020 - sekarang)
*Ketua Mahkamah Partai Demokrat (2020 - sekarang )


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
* Satyalencana Kesetiaan 8 tahun dari Mabes ABRI, 1985
|-
* Satyalencana Kesetiaan 16 tahun dari Mabes ABRI, 1998
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Bintang Jasa Utama Ribbon.png|width=100}}
* Satyalencana Kesetiaan 24 tahun dari Mabes ABRI, 1992
|-
* Satyalencana Dwidya Sistha dari Lembaga Sandi Negara RI, 1997
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Bintang Yudha Dharma Pratama.gif|width=100}} {{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Pratama.gif|width=100}} {{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Bintang Yudha Dharma Nararya.gif|width=100}}
* Satyalencana Dharma Nusa dari Mabes ABRI, 1998
|-
* Penghargaan Persandian 20 tahun dari Mabes ABRI, 1999
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Nararya.gif|width=100}} {{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Kesetiaan XXIV.png|width=100}} {{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Kesetiaan XVI.png|width=100}}
* Penghargaan Persandian 30 tahun dari Presiden RI, 2003
|-
* Bintang Kartika Eka Pakci Nararya dari Lembaga Sandi Negara RI, 2005
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Kesetiaan VIII.png|width=100}} {{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Dwidya Sistha.png|width=100}} {{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Dharma Nusa.png|width=100}}
* Bintang Yudha Dharma Nararya dari Presiden RI, 2006
|}
* Bintang Kartika Eka Pakci Pratama dari Presiden RI, 2006

* Bintang Yudha Dharma Pratama dari Presiden RI, 2008
{| class="wikitable" style="margin:1em auto; text-align:center;"
* Bintang Jasa Utama dari Presiden RI, 2008
|-
!Baris ke-1
| colspan="9"|[[Bintang Jasa Utama]] (8 Agustus 2008)<ref>{{cite book |title=Daftar WNI yang Memperoleh Tanda Kehormatan Bintang Jasa Tahun 2004 – sekarang |url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/4515daftar_penerima_tanda_kehormatan_bintang_jasa_tahun_2004-sekarang.pdf |accessdate=2020-12-20}}</ref>
|-
!Baris ke-2
| colspan="3"|[[Bintang Yudha Dharma|Bintang Yudha Dharma Pratama]] (20 Juni 2008)<ref>{{Cite news|url=https://pon.antaranews.com/berita/112761/tiga-kepala-staf-angkatan-terima-bintang-dharma|title=Tiga Kepala Staf Angkatan Terima "Bintang Dharma"|date=13 Agustus 2008|access-date=12 Maret 2022|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|editor-last=Burhani|editor-first=Ruslan|archive-date=2023-04-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230409125019/https://pon.antaranews.com/berita/112761/tiga-kepala-staf-angkatan-terima-bintang-dharma|dead-url=no}}</ref>
| colspan="3"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Pratama]] (2006)
| colspan="3"|[[Bintang Yudha Dharma|Bintang Yudha Dharma Nararya]] (2006)
|-
!Baris ke-3
| colspan="3"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Nararya]] (2005)
| colspan="3" |[[Satyalancana Kesetiaan]] 24 Tahun (1992)
| colspan="3" |[[Satyalancana Kesetiaan]] 16 Tahun (1998)
|-
!Baris ke-4
| colspan="3" |[[Satyalancana Kesetiaan]] 8 Tahun (1985)
| colspan="3"|[[Satyalancana Dwidya Sistha]] (1997)
| colspan="3"|[[Satyalancana Dharma Nusa]] (1998)
|}
</center>


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Commonscat}}


* {{id}} [http://www.nachrowi-ramli.com/ Situs web resmi Mayor Jenderal (Purn) H. Nachrowi Ramli]
* {{id}} [http://www.nachrowi-ramli.com/ Situs web resmi Mayor Jenderal (Purn) H. Nachrowi Ramli]
* {{id}} [http://nachrowiramli.blogspot.com/ Blog Mayor Jenderal (Purn) H. Nachrowi Ramli]
* {{id}} [http://nachrowiramli.blogspot.com/ Blog Mayor Jenderal (Purn) H. Nachrowi Ramli]
* {{id}} [http://www.lemsaneg.go.id/ Lembaga Sandi Negara]
* {{id}} [http://www.lemsaneg.go.id/ Lembaga Sandi Negara] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150214101830/http://www.lemsaneg.go.id/ |date=2015-02-14 }}
* {{id}} [http://www.demokrat.or.id/ Situs web resmi Partai Demokrat]
* {{id}} [http://www.demokrat.or.id/ Situs web resmi Partai Demokrat]
* {{id}} [http://www.dekopindki.com/ Situs web resmi Dekopin DKI]
* {{id}} [http://www.dekopindki.com/ Situs web resmi Dekopin DKI] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110512225402/http://www.dekopindki.com/ |date=2011-05-12 }}
* {{id}} [http://www.nachrowi-ramli.com/ Menata Jakarta]
* {{id}} [http://www.nachrowi-ramli.com/ Menata Jakarta]
* {{id}} [http://www.thejakartapost.com/news/2011/07/06/nachrowi-ramli-the-silent-general.html/ Nachrowi Ramli: The silent general]
* {{id}} [http://www.thejakartapost.com/news/2011/07/06/nachrowi-ramli-the-silent-general.html/ Nachrowi Ramli: The silent general]
Baris 150: Baris 96:
{{S-off}}
{{S-off}}
{{Incumbent succession box
{{Incumbent succession box
|before = [[Ferrial Sofyan]]
|before = [[Amir Syamsuddin]]
|title = Ketua Dewan Pimpinan Daerah <br> [[Partai Demokrat]] DKI Jakarta
|title = Ketua Mahkamah Partai Demokrat
|years = [[2010]]–[[2020]]
|years = [[2020]]–[[2025]]
|after = Sedang Menjabat
|after = Sedang Menjabat
}}
}}
Baris 158: Baris 104:
{{lifetime|1951||Nachrowi Ramli}}
{{lifetime|1951||Nachrowi Ramli}}


== Catatan Kaki ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}
{{tni-stub}}
<ref>http://forum.detik.com/warga-pemalang-sambut-meriah-nachrowi-ramli-pulkam-t510077.html</ref>


[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]]
[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]]
Baris 168: Baris 112:
[[Kategori:Tokoh Betawi]]
[[Kategori:Tokoh Betawi]]
[[Kategori:Tokoh Koalisi Merah Putih]]
[[Kategori:Tokoh Koalisi Merah Putih]]
<references />
[[Kategori:Tokoh dari Pemalang]]
[[Kategori:Tokoh dari Pemalang]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Penerima Bintang Jasa]]

{{tni-stub}}

Revisi terkini sejak 24 Maret 2024 06.03

Nachrowi Ramli
Nachrowi Ramli
Informasi pribadi
Lahir12 Juli 1951 (umur 73)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikPartai Demokrat
Suami/istriAlfina Efi Maria
Anak
  • Dinar Eka Finarli
  • Githa Dwi Hastuti
  • Metha Tri Nirbaya
  • Ditha Ria Karinda
Alma materAKABRI (1973)
Pekerjaan
Situs webwww.nachrowi-ramli.com
Karier militer
PihakIndonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1973—2008
Pangkat Mayor Jenderal TNI
SatuanKorps perhubungan (CHB)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Mayor Jenderal TNI (Purn.) H. Nachrowi Ramli, S.E. (lahir 12 Juli 1951) adalah seorang purnawirawan TNI-AD yang terakhir kali menjabat sebagai Kepala Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia.

Nachrowi Ramli, merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1973 dan mahir dalam bidang Perhubungan. Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Sekretaris Lembaga Sandi Negara.

Riwayat Jabatan

[sunting | sunting sumber]
  • Perwira intelijen di lingkungan TNI AD, 1974 – 1986
  • Atase KBRI Mesir, 1986 – 1992
  • Direktur "D". Deputi II Lembaga Sandi Negara RI, 1995
  • Deputi Bidang Pamsan & Komlek Lembaga Sandi Negara RI, 1998.
  • Deputi Bidang Keamanan Lembaga Sandi Negara RI, 1999
  • Sekretaris Lembaga Sandi Negara RI, 2001
  • Kepala Lembaga Sandi Negara RI, 2002 - 2008

Organisasi

[sunting | sunting sumber]
  • Plt. Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi DKI Jakarta (2009 – 2010)
  • Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi DKI Jakarta (2010 - 2020)
  • Ketua Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Provinsi DKI Jakarta
  • Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi) (2008-2013)
  • Ketua Dewan Penasehat Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi)
  • Ketua I Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI)
  • Wakil Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin)
  • Anggota Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat (2015-2020)
  • Ketua Umum Forkabi (2015-2020)
  • Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat (2020 - sekarang)
  • Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat (2020 - sekarang)
  • Ketua Mahkamah Partai Demokrat (2020 - sekarang )

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]
Baris ke-1 Bintang Jasa Utama (8 Agustus 2008)[1]
Baris ke-2 Bintang Yudha Dharma Pratama (20 Juni 2008)[2] Bintang Kartika Eka Paksi Pratama (2006) Bintang Yudha Dharma Nararya (2006)
Baris ke-3 Bintang Kartika Eka Paksi Nararya (2005) Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun (1992) Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun (1998)
Baris ke-4 Satyalancana Kesetiaan 8 Tahun (1985) Satyalancana Dwidya Sistha (1997) Satyalancana Dharma Nusa (1998)

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Jabatan politik
Didahului oleh:
Amir Syamsuddin
Ketua Mahkamah Partai Demokrat
20202025
Petahana

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Daftar WNI yang Memperoleh Tanda Kehormatan Bintang Jasa Tahun 2004 – sekarang (PDF). Diakses tanggal 2020-12-20. 
  2. ^ Burhani, Ruslan, ed. (13 Agustus 2008). "Tiga Kepala Staf Angkatan Terima "Bintang Dharma"". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-09. Diakses tanggal 12 Maret 2022.