Lompat ke isi

Suhita: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mutaya (bicara | kontrib)
paragraf
Gatolotjo (bicara | kontrib)
k Suhita tidak pernah menikah dengan Pangeran Kelantan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(122 revisi perantara oleh 38 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{no footnotes}}
{{Infobox royalty
{{Infobox royalty
| name = Suhita
| name = Suhita<br/>{{smaller|ꦯꦸꦲꦶꦡ}}
| image = Suhita.jpg
| title = Prabhu Stri Suhita
| image = Berkas:Illustration of Dyah Suhita.jpg
| image_size =200px
| image_size =200px
| caption = Arca perwujudan Suhita, ratu Majapahit.
| caption = Ilustrasi Suhita
| succession = Ratu [[Majapahit]]
| succession = Maharani [[Majapahit]] ke 6
| reign = [[Berkas:Flag of the Majapahit Empire.svg|22x20px]] [[Majapahit]] (1429 - 1447)
| reign = [[Berkas:Majapahit fictitious flag.svg|22x20px]] [[Majapahit]]{{br}}(1429–1447)
| predecessor = [[Wikramawardhana]]
| predecessor = [[Wikramawardhana]]
| successor = [[Kertawijaya]]
| successor = [[Kertawijaya]]
| house = [[Wangsa Rajasa]]
| house = [[Wangsa Rajasa]]
| house-type = Dinasti
| house-type = Dinasti
| birth_name = Suhita
| birth_date = Setelah 1406
| birth_date = 1409
| birth_place =
| birth_place =
| death_date = 1447
| death_date = 1447
| death_place =[[Berkas:Majapahit fictitious flag.svg|22x20px]] [[Majapahit]] | place of burial = Singhajaya<br>(Situs Reco Guru/Reco Manten)?
| death_place =
| place of burial = Singhajaya
| date of burial =
| full name = Prabu Sri Suhita
| date of burial =
| full name =
| father = [[Wikramawardhana]]
| father = [[Wikramawardhana]]
| mother = Ratu [[Kota Kediri|Daha]] (Putri Penguasa [[Kerajaan Blambangan|Wirabhumi]])
| mother = [[Kota Kediri|Bhre Daha]] ([[Kerajaan Blambangan|Putri Bhre Wirabhumi]]) | spouse = [[Suhita#Silsilah Aji Ratnapangkaja|Aji Ratnapangkaja]] ([[Kahuripan#Kahuripan dalam sejarah Majapahit|Bhre Kahuripan]])
| spouse = Ratnapangkaja (Penguasa [[Kahuripan]])
| issue =
| issue =
| religion = [[Siwa-Buddha]]
| religion = [[Siwa-Buddha]]
}}
}}
{{Keluarga kerajaan Majapahit}}
'''Prabu Sri Suhita''' (ejaan China '''Su King Ta'''<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2005|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=9798451163|pages=61}}ISBN 9789798451164</ref>) adalah maharani [[Majapahit]] keenam yang memerintah tahun 1429–1447 M, bersama dengan suaminya yang bernama '''Aji Ratnapangkaja'''.


[[File:061 Queen Suhita, Jebuk, East Java, 15th c (22861784244).jpg|thumb|200px||''Arca Suhita permaisuri Majapahit'' (memerintah 1429-1447 M) dari Jebuk, Kalangbret, [[Tulungagung]]. Kini koleksi [[Museum Nasional Republik Indonesia|Museum Nasional.]]]]
'''Prabu Stri Suhita''' atau ejaan China '''Su King Ta'''<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|pages=61|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|first=Slamet|last=Muljana|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2005|isbn=9798451163}}ISBN 9789798451164</ref> adalah ratu [[Majapahit]] yang memerintah tahun 1427-1447, bersama suaminya yang bernama '''Bhra Hyang Parameswara Ratnapangkaja'''.


== Silsilah Bhatara Hyang Parameswara ==
== Silsilah Suhita dan hubungan dengan Bhre Daha ==
[[Berkas:Rajasa Dynasty.svg|jmpl|ka|280px|Diagram silsilah [[Wangsa Rajasa]], keluarga kerajaan [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]]]
Menurut ''[[Pararaton]]'', nama asli Parameswara adalah '''Aji Ratnapangkaja'''. Ibunya bernama Surawardhani alias [[Bhre]] Kahuripan, adik [[Wikramawardhana]]. Ayahnya bernama Raden Sumirat yang menjadi [[Bhre Pandansalas]], bergelar Ranamanggala.


''Kitab [[Pararaton]]'' tidak menyebut secara jelas nama ibu Suhita. Silsilah Suhita muncul sebelum pemberitaan [[Perang Regreg]]. Hal ini menimbulkan kesan, seolah-olah Suhita sudah lahir dan menikah dengan Ratnapangkaja sebelum perang terjadi.
Dalam ''[[Nagarakretagama]]'' (ditulis 1365), Surawardhani masih menjabat Bhre Pawanuhan dan belum menikah. Gelar Bhre Kahuripan saat itu masih dijabat neneknya, yaitu [[Tribhuwana Tunggadewi]]. Menurut ''[[Pararaton]]'', sepeninggal [[Tribhuwana Tunggadewi]] dan Surawardhani, jabatan Bhre Kahuripan kemudian diwarisi Ratnapangkaja.

Ratnapangkaja memiliki tiga saudara perempuan, yaitu Bhre Mataram, Bhre Lasem, dan Bhre Matahun. Ketiganya masing-masing secara unik dinikahi oleh ayah, anak, dan cucu, yaitu [[Wikramawardhana]], Bhre Tumapel, dan Bhre Wengker.

Bhre Wengker dari istri lain, memiliki putri Bhre Jagaraga dan Bhre Pajang, yang keduanya dinikahi Ratnapangkaja. Silsilah ini semakin rumit ketika Ratnapangkaja menikahi Suhita, putri [[Wikramawardhana]].

== Hubungan Suhita dengan Bhre Daha ==
''Kitab [[Pararaton]]'' tidak menyebut secara jelas nama ibu Suhita. Silsilah Suhita muncul sebelum pemberitaan [[Perang Paregreg]]. Hal ini menimbulkan kesan, seolah-olah Suhita sudah lahir dan menikah dengan Ratnapangkaja sebelum perang terjadi.


Menurut ''[[Pararaton]]'', Ratnapangkaja bingung harus berpihak pada siapa ketika perang meletus. Apabila ia sudah menikahi Suhita tentu ia akan langsung memihak [[Wikramawardhana]], mengingat ''[[Pararaton]]'' tidak secara tegas menyebutkan kalau ibu Suhita adalah putri [[Bhre Wirabhumi]].
Menurut ''[[Pararaton]]'', Ratnapangkaja bingung harus berpihak pada siapa ketika perang meletus. Apabila ia sudah menikahi Suhita tentu ia akan langsung memihak [[Wikramawardhana]], mengingat ''[[Pararaton]]'' tidak secara tegas menyebutkan kalau ibu Suhita adalah putri [[Bhre Wirabhumi]].
Baris 42: Baris 38:
Penulis ''[[Pararaton]]'' memang sering mengabaikan urutan peristiwa secara kronologis. Misalnya, pemberontakan [[Ranggalawe]] disebut terjadi tahun 1295, tetapi baru diberitakan setelah [[Jayanagara]] naik takhta (1309).
Penulis ''[[Pararaton]]'' memang sering mengabaikan urutan peristiwa secara kronologis. Misalnya, pemberontakan [[Ranggalawe]] disebut terjadi tahun 1295, tetapi baru diberitakan setelah [[Jayanagara]] naik takhta (1309).


Seputar pemberitaan [[Bhre Wirabhumi]] dijumpai adanya tiga tokoh yang menjabat Bhre Daha. Tokoh pertama adalah ibu angkat [[Bhre Wirabhumi]] yang wafat sebelum perang meletus. Bhre Daha yang kedua adalah yang diboyong [[Wikramawardhana]] setelah [[perang Paregreg]] dan meninggal sebelum peristiwa bencana kelaparan terjadi tahun 1426. Sedangkan Bhre Daha yang ketiga naik takhta menggantikan [[Wikramawardhana]] dan menghukum mati Raden Gajah (pembunuh [[Bhre Wirabhumi]]).
Seputar pemberitaan [[Bhre Wirabhumi]] dijumpai adanya tiga tokoh yang menjabat Bhre Daha. Tokoh pertama adalah ibu angkat [[Bhre Wirabhumi]] yang wafat sebelum perang meletus. Bhre Daha yang kedua adalah yang diboyong [[Wikramawardhana]] setelah [[perang Paregreg]] dan meninggal sebelum peristiwa bencana kelaparan terjadi tahun 1426. Sedangkan Bhre Daha ketiga adalah Suhita yang naik takhta menggantikan [[Wikramawardhana]] dan menghukum mati Raden Gajah (pembunuh [[Bhre Wirabhumi]] dalam [[Perang Paregreg]]).


Bhre Daha yang pertama dipastikan adalah [[Rajadewi]] putri bungsu [[Raden Wijaya]]. Menurut ''[[Nagarakretagama]]'', [[Bhre Wirabhumi]] dinikahkan dengan Nagarawardhani cucu [[Rajadewi]].
Bhre Daha yang pertama dipastikan adalah [[Rajadewi]] putri bungsu [[Raden Wijaya]]. Menurut ''[[Nagarakretagama]]'', [[Bhre Wirabhumi]] dinikahkan dengan Nagarawardhani cucu [[Rajadewi]].


Dari perkawinan tersebut lahir seorang putri yang menjabat Bhre Daha sepeninggal [[Rajadewi]]. Bhre Daha yang kedua inilah yang diboyong [[Wikramawardhana]] sebagai selir setelah kekalahan [[Bhre Wirabhumi]] tahun 1406.
Dari perkawinan tersebut lahir seorang putri yang kemudian menjabat sebagai Bhre Daha sepeninggal [[Rajadewi]]. Bhre Daha yang kedua inilah yang diboyong [[Wikramawardhana]] sebagai selir setelah kekalahan [[Bhre Wirabhumi]] tahun 1406.


Dari perkawinan tersebut, lahir Suhita sebagai Bhre Daha menggantikan ibunya yang wafat menjelang bencana kelaparan 1426. Sepeninggal [[Wikramawardhana]], Bhre Daha alias Suhita naik takhta tahun 1427. Usianya saat itu dapat diperkirakan sekitar 20 tahun.
Dari perkawinan tersebut, lahir Suhita sebagai Bhre Daha ketiga, menggantikan ibunya yang wafat menjelang bencana kelaparan 1426. Sepeninggal [[Wikramawardhana]], Bhre Daha ketiga alias Suhita naik takhta tahun 1429. Usianya saat itu diperkirakan sekitar 20-an tahun.


== Silsilah Aji Ratnapangkaja ==
== Pemerintahan Suhita ==
'''Aji Ratnapangkaja''', suami '''Suhita''' menurut ''[[Pararaton]]'', bergelar '''Bhra Hyang Parameswara Ratnapangkaja''', Ibu Ratnapangkaja bernama Surawardhani alias [[Bhre Kahuripan]], adik [[Wikramawardhana]]. Ayahnya bernama Raden Sumirat yang menjadi [[Bhre Pandansalas]], bergelar Ranamanggala.
Suhita memerintah berdampingan dengan Ratnapangkaja bergelar Bhatara Parameswara. Pada tahun 1433 Suhita membalas kematian [[Bhre Wirabhumi]] dengan cara menghukum mati '''[[Damar Wulan|Raden Gajah]]''' alias '''Bhra Narapati'''. Dari berita ini terasa masuk akal kalau hubungan [[Bhre Wirabhumi]] dan Suhita adalah kakek dan cucu, meskipun tidak disebut secara tegas dalam ''[[Pararaton]]''.

Dalam ''[[Nagarakretagama]]'' (ditulis 1365), Surawardhani masih menjabat Bhre Pawanuhan dan belum menikah. Gelar Bhre Kahuripan saat itu masih dijabat neneknya, yaitu [[Tribhuwana Tunggadewi]]. Menurut ''[[Pararaton]]'', sepeninggal [[Tribhuwana Tunggadewi]] dan Surawardhani, jabatan Bhre Kahuripan kemudian diwarisi Ratnapangkaja.

Ratnapangkaja memiliki tiga saudara perempuan, yaitu Bhre Mataram, Bhre Lasem, dan Bhre Matahun. Ketiganya masing-masing secara unik dinikahi oleh ayah, anak, dan cucu, yaitu [[Wikramawardhana]], Bhre Tumapel, dan Bhre Wengker.

Bhre Wengker dari istri lain, memiliki putri Bhre Jagaraga dan Bhre Pajang, yang keduanya dinikahi Ratnapangkaja. Silsilah ini semakin rumit ketika Ratnapangkaja menikahi Suhita, putri [[Wikramawardhana]].

== Masa Pemerintahan Suhita dan Ratnapangkaja ==
Suhita memerintah berdampingan dengan suaminya, Ratnapangkaja, yang bergelar ''Bhatara Parameswara Ratnapangkaja''. Pada tahun 1433 Suhita membalas kematian [[Bhre Wirabhumi]] dengan cara menghukum mati '''[[Damar Wulan|Raden Gajah]]''' alias '''Bhra Narapati''' penguasa Djinggan. Dari berita ini terasa masuk akal kalau hubungan [[Bhre Wirabhumi]] dan Suhita adalah kakek dan cucu, meskipun tidak disebut secara tegas dalam ''[[Pararaton]]''.


Nama Suhita juga muncul dalam [[kronik Tiongkok]] dari [[Kuil Sam Po Kong]] sebagai '''Su-king-ta''', yaitu raja [[Majapahit]] yang mengangkat Gan Eng Cu sebagai pemimpin masyarakat [[Tionghoa]] di [[Tuban]] dengan pangkat A-lu-ya. Tokoh Gan Eng Cu ini identik dengan Arya Teja, kakek [[Sunan Kalijaga]].
Nama Suhita juga muncul dalam [[kronik Tiongkok]] dari [[Kuil Sam Po Kong]] sebagai '''Su-king-ta''', yaitu raja [[Majapahit]] yang mengangkat Gan Eng Cu sebagai pemimpin masyarakat [[Tionghoa]] di [[Tuban]] dengan pangkat A-lu-ya. Tokoh Gan Eng Cu ini identik dengan Arya Teja, kakek [[Sunan Kalijaga]].


==Hubungan dengan kerajaan Kelantan==
Di dalam sumber tertulis mengenai sejarah Majapahit yakni Negarakertagama dan Pararaton ataupun prasasti tidak pernah menuliskan mengenai pernikahan Ratu Suhita dengan seseorang dari Kelantan, sehingga diragukan kebenarannya.

== Akhir Hayat ==
Pada tahun 1437 Bhatara Parameswara Ratnapangkaja meninggal dunia. Sepuluh tahun kemudian, yaitu tahun 1447 Suhita meninggal pula. Pasangan suami istri itu dicandikan bersama di '''Singhajaya'''.
Pada tahun 1437 Bhatara Parameswara Ratnapangkaja meninggal dunia. Sepuluh tahun kemudian, yaitu tahun 1447 Suhita meninggal pula. Pasangan suami istri itu dicandikan bersama di '''Singhajaya'''.


Baris 68: Baris 77:


{{kotak mulai}}
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=Ratu Majapahit|tahun=1427—1447|pendahulu=[[Wikramawardhana]]|pengganti=[[Dyah Kertawijaya]]}}
{{kotak suksesi|jabatan=Ratu Majapahit|tahun=1429—1447|pendahulu=[[Wikramawardhana]]|pengganti=[[Dyah Kertawijaya]]}}
{{kotak selesai}}
{{kotak selesai}}


Baris 76: Baris 85:
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Dinasti Rajasa]]
[[Kategori:Dinasti Rajasa]]
[[Kategori:Wanita Indonesia abad ke-15]]

Revisi terkini sejak 24 Agustus 2024 13.34

Suhita
ꦯꦸꦲꦶꦡ
Prabhu Stri Suhita
Ilustrasi Suhita
Maharani Majapahit ke 6
Berkuasa Majapahit
(1429–1447)
PendahuluWikramawardhana
PenerusKertawijaya
KelahiranSuhita
1409
Kematian1447
Majapahit
Pemakaman
Singhajaya
(Situs Reco Guru/Reco Manten)?
PasanganAji Ratnapangkaja (Bhre Kahuripan)
Nama lengkap
Prabu Sri Suhita
DinastiWangsa Rajasa
AyahWikramawardhana
IbuBhre Daha (Putri Bhre Wirabhumi)
AgamaSiwa-Buddha

Prabu Sri Suhita (ejaan China Su King Ta[1]) adalah maharani Majapahit keenam yang memerintah tahun 1429–1447 M, bersama dengan suaminya yang bernama Aji Ratnapangkaja.

Arca Suhita permaisuri Majapahit (memerintah 1429-1447 M) dari Jebuk, Kalangbret, Tulungagung. Kini koleksi Museum Nasional.

Silsilah Suhita dan hubungan dengan Bhre Daha

[sunting | sunting sumber]
Diagram silsilah Wangsa Rajasa, keluarga kerajaan Singhasari dan Majapahit

Kitab Pararaton tidak menyebut secara jelas nama ibu Suhita. Silsilah Suhita muncul sebelum pemberitaan Perang Regreg. Hal ini menimbulkan kesan, seolah-olah Suhita sudah lahir dan menikah dengan Ratnapangkaja sebelum perang terjadi.

Menurut Pararaton, Ratnapangkaja bingung harus berpihak pada siapa ketika perang meletus. Apabila ia sudah menikahi Suhita tentu ia akan langsung memihak Wikramawardhana, mengingat Pararaton tidak secara tegas menyebutkan kalau ibu Suhita adalah putri Bhre Wirabhumi.

Penulis Pararaton memang sering mengabaikan urutan peristiwa secara kronologis. Misalnya, pemberontakan Ranggalawe disebut terjadi tahun 1295, tetapi baru diberitakan setelah Jayanagara naik takhta (1309).

Seputar pemberitaan Bhre Wirabhumi dijumpai adanya tiga tokoh yang menjabat Bhre Daha. Tokoh pertama adalah ibu angkat Bhre Wirabhumi yang wafat sebelum perang meletus. Bhre Daha yang kedua adalah yang diboyong Wikramawardhana setelah perang Paregreg dan meninggal sebelum peristiwa bencana kelaparan terjadi tahun 1426. Sedangkan Bhre Daha ketiga adalah Suhita yang naik takhta menggantikan Wikramawardhana dan menghukum mati Raden Gajah (pembunuh Bhre Wirabhumi dalam Perang Paregreg).

Bhre Daha yang pertama dipastikan adalah Rajadewi putri bungsu Raden Wijaya. Menurut Nagarakretagama, Bhre Wirabhumi dinikahkan dengan Nagarawardhani cucu Rajadewi.

Dari perkawinan tersebut lahir seorang putri yang kemudian menjabat sebagai Bhre Daha sepeninggal Rajadewi. Bhre Daha yang kedua inilah yang diboyong Wikramawardhana sebagai selir setelah kekalahan Bhre Wirabhumi tahun 1406.

Dari perkawinan tersebut, lahir Suhita sebagai Bhre Daha ketiga, menggantikan ibunya yang wafat menjelang bencana kelaparan 1426. Sepeninggal Wikramawardhana, Bhre Daha ketiga alias Suhita naik takhta tahun 1429. Usianya saat itu diperkirakan sekitar 20-an tahun.

Silsilah Aji Ratnapangkaja

[sunting | sunting sumber]

Aji Ratnapangkaja, suami Suhita menurut Pararaton, bergelar Bhra Hyang Parameswara Ratnapangkaja, Ibu Ratnapangkaja bernama Surawardhani alias Bhre Kahuripan, adik Wikramawardhana. Ayahnya bernama Raden Sumirat yang menjadi Bhre Pandansalas, bergelar Ranamanggala.

Dalam Nagarakretagama (ditulis 1365), Surawardhani masih menjabat Bhre Pawanuhan dan belum menikah. Gelar Bhre Kahuripan saat itu masih dijabat neneknya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi. Menurut Pararaton, sepeninggal Tribhuwana Tunggadewi dan Surawardhani, jabatan Bhre Kahuripan kemudian diwarisi Ratnapangkaja.

Ratnapangkaja memiliki tiga saudara perempuan, yaitu Bhre Mataram, Bhre Lasem, dan Bhre Matahun. Ketiganya masing-masing secara unik dinikahi oleh ayah, anak, dan cucu, yaitu Wikramawardhana, Bhre Tumapel, dan Bhre Wengker.

Bhre Wengker dari istri lain, memiliki putri Bhre Jagaraga dan Bhre Pajang, yang keduanya dinikahi Ratnapangkaja. Silsilah ini semakin rumit ketika Ratnapangkaja menikahi Suhita, putri Wikramawardhana.

Masa Pemerintahan Suhita dan Ratnapangkaja

[sunting | sunting sumber]

Suhita memerintah berdampingan dengan suaminya, Ratnapangkaja, yang bergelar Bhatara Parameswara Ratnapangkaja. Pada tahun 1433 Suhita membalas kematian Bhre Wirabhumi dengan cara menghukum mati Raden Gajah alias Bhra Narapati penguasa Djinggan. Dari berita ini terasa masuk akal kalau hubungan Bhre Wirabhumi dan Suhita adalah kakek dan cucu, meskipun tidak disebut secara tegas dalam Pararaton.

Nama Suhita juga muncul dalam kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong sebagai Su-king-ta, yaitu raja Majapahit yang mengangkat Gan Eng Cu sebagai pemimpin masyarakat Tionghoa di Tuban dengan pangkat A-lu-ya. Tokoh Gan Eng Cu ini identik dengan Arya Teja, kakek Sunan Kalijaga.

Hubungan dengan kerajaan Kelantan

[sunting | sunting sumber]

Di dalam sumber tertulis mengenai sejarah Majapahit yakni Negarakertagama dan Pararaton ataupun prasasti tidak pernah menuliskan mengenai pernikahan Ratu Suhita dengan seseorang dari Kelantan, sehingga diragukan kebenarannya.

Akhir Hayat

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1437 Bhatara Parameswara Ratnapangkaja meninggal dunia. Sepuluh tahun kemudian, yaitu tahun 1447 Suhita meninggal pula. Pasangan suami istri itu dicandikan bersama di Singhajaya.

Karena tidak memiliki putra mahkota, Suhita digantikan adiknya, yaitu Dyah Kertawijaya, sebagai raja selanjutnya.

Kepustakaan

[sunting | sunting sumber]
  • M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  • Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
  • Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 61. ISBN 9798451163. ISBN 9789798451164
Didahului oleh:
Wikramawardhana
Ratu Majapahit
1429—1447
Diteruskan oleh:
Dyah Kertawijaya