Lompat ke isi

Awan gempa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
Dwianto08 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(25 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Awan gempa''' adalah [[awan]] yang diduga sebagai tanda akan terjadinya [[gempa bumi]]. Di zaman modern, beberapa ilmuwan {{Siapa|date=Oktober 2021}} mengklaim dapat memprediksi kejadian gempa bumi secara akurat dengan mengamati awan.<ref>{{cite web|url=http://timesofindia.indiatimes.com/articleshow/39647948.cms|title=A temblor from ancient Indian treasure trove?|date=28 April 2001|work=The Times of India}}</ref> Namun, klaim ini hanya mendapat sedikit dukungan dari komunitas [[seismologi]], dan mereka menolak bahwa "awan gempa" hanya sebuah kebetulan semata, bukan tanda-tanda akan terjadinya gempa bumi.<ref name="robinson">{{cite book | title=The Skeptic Encyclopedia of Pseudoscience | url=https://archive.org/details/skepticencyclope00sher | url-access=limited |publisher=[[ABC-CLIO]] |first=Russell|last=Robinson |page=[https://archive.org/details/skepticencyclope00sher/page/n112 96] |editor=Michael Shermer |date=14 November 2002 |isbn=1-57607-653-9}}</ref>
'''Awan gempa''' adalah [[awan]] yang diduga sebagai tanda akan terjadinya [[gempa bumi]]. Awan aneh ini bentuknya memanjang seperti asap yang ke luar dari pesawat.


Sejak zaman kuno, gagasan bahwa cuaca dan awan dapat menandakan datangnya aktivitas [[gempa bumi]] telah menjadi topik banyak diskusi dan perdebatan. Ahli [[geologi]] Russell Robinson menggambarkan "awan gempa" sebagai salah satu metode pseudoscientific yang paling umum dalam memprediksi [[gempa bumi]].<ref name="myths">{{cite web|url=https://earthquake.usgs.gov/learning/faq.php?categoryID=6&faqID=16|title=Is there earthquake weather?|work=FAQs – Earthquake Myths|publisher= U.S. Geological Survey (USGS)}}</ref><ref name="clouds">[https://www.newscientist.com/channel/earth/mg19826514.600-curious-cloud-formations-linked-to-quakes.html Curious cloud formations linked to quakes] ''New Scientist'', 11 April 2008. Accessed 2009-02-25.</ref>
Seorang ilmuwan [[India]], Varahamihira (505 - 587) dalam bab 32 dari karyanya [[Brihat Samhita]] membahas beberapa tanda-tanda peringatan akan adanya gempa [[bumi]], misalnya: kelakuan [[Binatang|binatang-binatang]] yang tidak seperti biasanya, pengaruh [[astrologi]], pergerakan bawah [[air tanah]] dan formasi [[awan]] yang aneh, yang muncul [[Minggu|seminggu]] sebelum terjadinya gempa bumi.


Teori ini memunculkan kepercayaan pada "awan gempa", yaitu karena sejumlah besar udara terperangkap di bawah tanah, maka cuaca akan menjadi panas dan tenang sebelum terjadinya gempa. Teori selanjutnya menyatakan bahwa gempa bumi akan terjadi dalam kondisi tenang, berawan, dan biasanya didahului oleh angin kencang, bola api, dan meteor. Sebuah teori modern mengusulkan bahwa formasi awan tertentu dapat digunakan untuk memprediksi gempa bumi; namun, gagasan ini ditolak oleh sebagian besar ahli [[geologi]].<ref>{{cite web|url=https://www.newscientist.com/channel/earth/mg19826514.600-curious-cloud-formations-linked-to-quakes.html|title=Curious cloud formations linked to quakes|website=New Scientist| date=11 April 2008|url-access=subscription}}</ref>
Sejak tahun [[1990]], seorang pensiunan ahli [[kimia]] di [[Kalifornia]], [[Zhonghao Shou]], telah membuat lusinan prakiraan gempa bumi berdasarkan pola-pola awan hasil [[pencitraan]] oleh [[satelit]]. Tekanan dan gesekan dari tanah dapat menguapkan air jauh sebelum gempa bumi terjadi, pendapat Shou, dan awan yang terbentuk akibat mekanisme ini memiliki bentuk yang amat berbeda dengan awan-awan pada umumnya. Shou mengungkapkan, dari 36 awan yang diteliti, 29 terbukti menjadi awal pertanda gempa. Prediksinya yang paling terkenal adalah ketika dia mengamati awan berbentuk garis memanjang dengan ekor mengarah ke Barat Laut. [http://www.kompas.com/ver1/Metropolitan/0608/02/081837.htm 1]


== Kontroversi ==
Sebagai teori alternatif, didukung oleh para penganut model [[Listrik]] Semesta (Electric Universe), menyatakan bahwa beberapa gempa bumi kemungkinan memiliki karakteristik listrik, termasuk di dalamnya fenomena [[aural]], [[radio]] dan gangguan VLF (Very Low Frequency). [http://quake.exit.com/ 2]
[[File:Epicenter.gif|thumb|240px|Sebuah diagram memperlihatkan [[Episentrum|episenter]] fokus gempa bumi pada sebuah patahan]]
Fenomena alam ini walaupun telah diamati oleh [[Seismologi]] namun belum dapat diterima secara alamiah karena kurangnya aspek-aspek fisik yang mendukungnya. Beberapa pendapat menyatakan bahwa hal tersebut hanyalah sebuah kebetulan, dan klaim ini hanya mendapat sedikit dukungan dari komunitas [[seismologi]], mereka berpendapat bahwa tidak ada kaitannya formasi awan tertentu dengan aktivitas seismik dibawah bumi.<ref>{{cite web|url=https://www.newscientist.com/channel/earth/mg19826514.600-curious-cloud-formations-linked-to-quakes.html|title=Curious cloud formations linked to quakes|website=New Scientist| date=11 April 2008|url-access=subscription}}</ref>


== Metode lain prediksi gempa bumi ==
Dewasa ini sebagai prakiraan gempa bumi, umumnya para ahli lebih mempercayai hasil dari alat-alat [[seismologi]].
Pada tahun 1970-an, para [[ilmuwan]] optimis bahwa metode untuk memprediksi [[gempa bumi]] akan segera ditemukan, namun pada tahun 1990-an kegagalan terus berlanjut dan banyak orang yang mempertanyakan, apakah hal tersebut dapat dilakukan.


Prediksi gempa bumi besar yang terbukti berhasil belum pernah terjadi, dan beberapa klaim keberhasilan masih kontroversial. Misalnya, klaim sukses yang paling terkenal adalah dugaan [[gempa bumi Haicheng 1975]]. Sebuah penelitian selanjutnya mengatakan bahwa tidak ada prediksi jangka pendek yang valid. Meskipun sebagian komunitas ilmiah berpendapat bahwa, dengan mempertimbangkan prekursor non-seismik dan diberikan sumber daya yang cukup untuk mempelajarinya secara ekstensif, prediksi mungkin bisa dilakukan, namun sebagian besar ilmuwan pesimis dan beberapa berpendapat bahwa prediksi gempa pada dasarnya tidak mungkin bisa dilakukan.<ref>{{Harvnb|Kagan|1997b}}; {{Harvnb|Geller|1997}}; {{Harvnb|Main|1999}}.</ref>
== Peristiwa terkait ==


===Metode prediksi hewan===
Beberapa gempa yang terjadi antara tahun [[1993]] sampai [[2006]] dikaitkan dengan munculnya formasi awan ini sebagai tanda-tanda.Di [[Jepang]] tepatnya di [[Kobe]], delapan hari sebelum terjadi gempa dahsyat pada tahun [[1995]], ditandai dengan kemunculan awan seperti itu. Awan serupa juga muncul sehari sebelum terjadinya gempa di [[Kagoshima]] tahun [[1993]]. Bahkan gempa di [[Niigata]] tahun [[2004]] terjadi cuma empat jam setelah kemunculan awan aneh seperti itu. Hal yang sama juga terjadi di [[Yogyakarta]] pada tahun 2006, awan seperti itu muncul pada tanggal 3 Mei 2006 tepat beberapa minggu sebelum gempa dahsyat mengguncang Yogyakarta pada tangal 27 Mei [[2006]].
Beberapa peneliti percaya, bahwa perilaku hewan dapat memprediksi gempa bumi.<ref name="usgs_animals">[https://www.usgs.gov/natural-hazards/earthquake-hazards/science/animals-earthquake-prediction?qt-science_center_objects=0 Animals and Earthquake Prediction]</ref> Gempa bumi terjadi, akibat dari ([[gelombang P]]) merambat dua kali lebih cepat dibandingkan gelombang geser yang lebih merusak ([[gelombang S]]). Gelombang tersebut tidak dapat dirasakan oleh manusia, namun hewan menyadari getaran kecil yang muncul beberapa puluh detik sebelum guncangan besar datang, hewan tersebut menjadi waspada atau menunjukkan perilaku tidak biasa lainnya.<ref name="2018_review">[https://pubs.geoscienceworld.org/ssa/bssa/article-abstract/108/3A/1031/530275/Review-Can-Animals-Predict-Earthquakes-Review-Can?redirectedFrom=fulltext Review: Can Animals Predict Earthquakes? ]</ref>


Sebuah studi ilmiah pada tahun 2018 yang mencakup lebih dari 130 spesies hewan, tidak menemukan cukup bukti untuk menunjukkan bahwa hewan dapat memberikan peringatan gempa bumi beberapa jam, hari, atau minggu sebelumnya. Statistik lain menunjukkan bahwa beberapa laporan perilaku hewan yang tidak biasa disebabkan oleh gempa bumi yang lebih kecil ([[gempa awal]]) yang terkadang didahului oleh gempa besar. Gempa kecil tersebut tidak dapat dirasakan oleh manusia, tapi dapat dirasakan oleh hewan. Namun, beberapa perilaku hewan mungkin bisa secara keliru dikaitkan dengan gempa bumi yang akan terjadi dalam waktu dekat.
China bahkan sudah membicarakan tanda alam tersebut tahun 1622, tepatnya 25 Oktober, di mana terjadi gempa besar 7 skala Richter di Guyuan, Provinsi Ningxia, China barat. Masyarakat China barat saat itu melihat ada awan aneh sebelum gempa, Tahun 1978, sehari sebelum gempa Kanto di Jepang, Wali Kota Kyoto Kagida melihat awan aneh. Ia mengaitkan gempa dengan awan tersebut. Fenomena itu lalu disebut Kagida Cloud atau Awan Kagida, yang memperkirakan sumber gempa di titik paling tengah awan gempa. Namun, tahun 1985 pendapatnya dibantah. Sumber gempa diduga di titik terus terjadinya pembentukan awan. Satelit IndoEx memperlihatkan rekaman-rekaman fenomena gempa diiringi awan. Pada 20 Desember 2003, langit sekitar Bam, Iran, muncul awan memanjang. Empat hari kemudian terjadi gempa 6,8 SR. Pada 17 Januari 1994 muncul awan seperti asap roket di sekitar Northride, Amerika Serikat. Sehari kemudian terjadi gempa. Pada 13 Februari 1994 muncul awan berbentuk gelombang di Northride dan 20 Maret 1994 ada gempa besar. Pada 31 Agustus 1994 ada awan bentuk bulu ayam di Northern California, Amerika Serikat. Pada 1 September 1994 terjadi gempa di daerah itu. Awan seperti sinar terjadi di kawasan Joshua Tree, Amerika Serikat, 22 Juli 1996, dan 23 hari kemudian terjadi gempa. [http://kompas.com/kompas-cetak/0607/24/daerah/2825522.htm 7]


Banyak peneliti yang menyelidiki perilaku hewan terhadap gempa bumi berada di [[Tiongkok]] dan [[Jepang]].<ref>{{Harvnb|Freund|Stolc|2013}}.</ref> Sebagian besar observasi ilmiah berasal dari [[gempa bumi Canterbury 2010]] di Selandia Baru, [[:en:1984 Nagano earthquake|gempa bumi Nagano 1984]] di Jepang, dan [[gempa bumi L'Aquila 2009]] di Italia.
== Kontroversi ==

Fenomena alam ini walaupun telah diamati oleh Shou akan tetapi belum dapat diterima secara alamiah karena kurangnya aspek-aspek fisis yang mendukungnya. Beberapa pendapat menyatakan bahwa hal tersebut hanyalah merupakan kebetulan, [https://rovicky.wordpress.com/2006/07/22/mitos-awan-gempa/ 3] sedangkan sumber lain menganjurkan agar hal ini ditelaah lebih lanjut. [http://helpjogja.net/gempa-jogja/2006/07/14/awan-horizontal-itu-bernama-cirrostratus.htm 4]
Hewan yang dikenal bersifat magnetoreseptif mungkin dapat mendeteksi [[gelombang elektromagnetik]] dalam rentang frekuensi sangat rendah yang mencapai permukaan bumi sebelum gempa bumi, sehingga menyebabkan perilaku aneh. [[Gelombang elektromagnetik]] ini juga dapat menyebabkan [[ionisasi]] udara, [[oksidasi]] air, dan kemungkinan keracunan air yang dapat dideteksi oleh hewan lain.<ref>{{Harvnb|Freund|Stolc|2013}}.</ref>

Sebelum [[gempa bumi L'Aquila 2009]] di Italia, sejumlah [[katak]] menunjukkan perilaku yang tidak biasa, katak-katak tersebut menghilang dari kolam-kolam setempat, tiga hari sebelum gempa tersebut datang.<ref>{{Harvnb|Squires|Rayne|2009}}; {{Harvnb|McIntyre|2009}}.</ref> Mereka juga melaporkan bahwa banyak tikus-tikus yang berlarian disepanjang jalan kota, tidak hanya itu, beberapa hewan lain, seperti ikan, kuda, ular, anjing dan [[mamalia|hewan mamalia]] lainnya berperilaku aneh.<ref>{{Harvnb|Alexander|2010|p=326}}.</ref>

===Metode emisi radon===
Kebanyakan batuan mengandung sejumlah kecil gas yang secara isotop dapat dibedakan dari gas atmosfer normal.<ref>{{Harvnb|ICEF|2011|p=334}}; {{Harvnb|Hough|2010b|pp=93–95}}.</ref> Ada laporan mengenai lonjakan konsentrasi gas-gas tersebut sebelum terjadinya gempa bumi besar; hal ini disebabkan pelepasan akibat tekanan pra-seismik atau rekahan batuan. Salah satu gas tersebut adalah [[radon]], yang dihasilkan oleh peluruhan radioaktif dari sejumlah kecil uranium yang ada di sebagian besar batuan.<ref>{{Harvnb|ICEF|2011|p=334}}; {{Harvnb|Hough|2010b|pp=93–95}}.</ref>

[[Radon]] berpotensi berguna sebagai alat prediksi gempa bumi, karena bersifat radioaktif sehingga mudah dideteksi, dan waktu paruhnya yang pendek (3,8 hari) membuat kadar radon sensitif terhadap fluktuasi jangka pendek.<ref>{{Harvnb|Cicerone|Ebel|Britton|2009|p=382}}.</ref>

===Metode pengamatan satelit terhadap penurunan suhu tanah===
[[File:Main india night Jan 06-21-28 01.gif|thumb|Rekaman satelit dari [[NASA]] pada tanggal 6, 21 dan 28 Januari 2001 di wilayah Gujarat, India. Yang ditandai dengan tanda bintang adalah episentrum [[Gempa bumi Gujarat 2001|gempa bumi Gujarat pada 26 Januari berkekuatan 7,9]]. Rekaman mengungkapkan anomali termal pada 21 Januari yang ditunjukkan dengan warna merah. Pada rekaman berikutnya, 2 hari setelah gempa, anomali termal tersebut hilang.]]

Salah satu cara untuk mendeteksi tekanan gempa bumi tektonik adalah dengan mendeteksi peningkatan suhu lokal pada permukaan kerak bumi yang diukur dengan [[satelit]]. Selama proses evaluasi, latar belakang variasi harian dan kebisingan akibat gangguan atmosfer dan aktivitas manusia dihilangkan sebelum memvisualisasikan konsentrasi tren di area patahan yang lebih luas. Metode ini telah diterapkan secara eksperimental sejak tahun 1995.<ref>{{Harvnb|Genzano|Aliano|Corrado|Filizzola|2009}}.</ref>

Dalam fenomena ini, Friedmann Freund dari [[NASA]] telah mengusulkan bahwa radiasi [[inframerah]] yang ditangkap oleh satelit bukan disebabkan oleh peningkatan nyata pada suhu permukaan kerak bumi.<ref>{{Harvnb|Genzano|Aliano|Corrado|Filizzola|2009}}.</ref> Menurut versi ini, emisi tersebut merupakan hasil eksitasi kuantum yang terjadi pada ikatan ulang kimiawi pembawa muatan positif (lubang) yang bergerak dari lapisan terdalam ke permukaan kerak bumi dengan kecepatan 200 meter per detik. Muatan listrik tersebut timbul akibat meningkatnya tekanan tektonik seiring dengan mendekatnya waktu gempa. Emisi ini meluas hingga 500 x 500 kilometer persegi untuk kejadian yang sangat besar dan berhenti segera setelah gempa bumi.<ref>{{Harvnb|Genzano|Aliano|Corrado|Filizzola|2009}}.</ref>

== Lihat pula ==
* [[Gempa bumi]] - Fenomena guncangan tanah yang terjadi secara tiba-tiba
* [[Cincin Api Pasifik]] - Wilayah yang rentan terhadap bencana gempa bumi dan vulkanik
* [[Cahaya gempa]] - Kilatan cahaya saat gempa bumi terjadi
* [[Pencairan tanah]] - Fenomena perubahan tanah menjadi cair akibat guncangan gempa bumi
* [[Tsunami]] - Fenomena perpindahan air dalam jumlah besar akibat gempa bumi atau tanah longsor
* [[Daftar gempa bumi di Indonesia]] - Daftar sejarah gempa bumi di Indonesia


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.kompas.com/ver1/Metropolitan/0608/02/081837.htm Heboh Baru Awan Gempa], Kompas, Cybermedia, Rabu, 02 Agustus 2006 - 08:18 wib.
* {{id}} [http://www.kompas.com/ver1/Metropolitan/0608/02/081837.htm Heboh Baru Awan Gempa], Kompas, Cybermedia, Rabu, 02 Agustus 2006 - 08:18 wib.
* {{id}} [http://www.youtube.com/watch?v=NQeaIyVdLQo Video Youtube: Awan Gempa], Lokasi video: Pulau Pasaran, Lampung, Sumatra, Indonesia, video dibuat pada bulan September 2006.
* {{id}} [http://www.youtube.com/watch?v=NQeaIyVdLQo Video Youtube: Awan Gempa], Lokasi video: Pulau Pasaran, Lampung, Sumatra, Indonesia, video dibuat pada bulan September 2006.
* {{en}} [http://quake.exit.com/ Earthquake Clouds and Short Term Prediction] Situs yang digunakan oleh Zhonghao Shou untuk mempublikasikan hasil prediksi gempa buminya.
* {{en}} [http://quake.exit.com/ Earthquake Clouds and Short Term Prediction] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060803200553/http://quake.exit.com/ |date=2006-08-03 }} Situs yang digunakan oleh Zhonghao Shou untuk mempublikasikan hasil prediksi gempa buminya.
* {{id}} [https://rovicky.wordpress.com/2006/07/22/mitos-awan-gempa/ Mitos awan gempa !], Dongen Geologi, 22 July 2006.
* {{id}} [https://rovicky.wordpress.com/2006/07/22/mitos-awan-gempa/ Mitos awan gempa !], Dongen Geologi, 22 July 2006.
* {{id}} [http://helpjogja.net/gempa-jogja/2006/07/14/awan-horizontal-itu-bernama-cirrostratus.htm Awan Horizontal itu bernama Cirrostratus] oleh: Juniawan Priyono, Jogja Quake Info, posted on Friday July 14th, 2006 at 10:17 am.
* {{id}} [http://helpjogja.net/gempa-jogja/2006/07/14/awan-horizontal-itu-bernama-cirrostratus.htm Awan Horizontal itu bernama Cirrostratus] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070111184153/http://helpjogja.net/gempa-jogja/2006/07/14/awan-horizontal-itu-bernama-cirrostratus.htm |date=2007-01-11 }} oleh: Juniawan Priyono, Jogja Quake Info, posted on Friday July 14th, 2006 at 10:17 am.
* {{de}} [http://archiv.mopo.de/archiv/2001/20010824/20010824114.html Die Erde atmet wie ein Mensch], Hamburger Morgenpost, 24.08.2001.
* {{de}} [http://archiv.mopo.de/archiv/2001/20010824/20010824114.html Die Erde atmet wie ein Mensch] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091010044533/http://archiv.mopo.de/archiv/2001/20010824/20010824114.html |date=2009-10-10 }}, Hamburger Morgenpost, 24.08.2001.
* {{id}} [http://www.bsi.ac.id/modules.php?name=News&file=article&sid=172 Gempa..., Lindu..., Earthquake...., Jishin], Bina Sarana Informatika News, Monday, 18 April 2005, 14:33:08.
* {{id}} [http://www.bsi.ac.id/modules.php?name=News&file=article&sid=172 Gempa..., Lindu..., Earthquake...., Jishin] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070927014702/http://www.bsi.ac.id/modules.php?name=News&file=article&sid=172 |date=2007-09-27 }}, Bina Sarana Informatika News, Monday, 18 April 2005, 14:33:08.
* {{id}} [http://kompas.com/kompas-cetak/0607/24/daerah/2825522.htm Awan Gempa Sudah 384 Tahun Menjadi Misteri], Kompas, Senin, 24 Juli 2006.
* {{id}} [http://kompas.com/kompas-cetak/0607/24/daerah/2825522.htm Awan Gempa Sudah 384 Tahun Menjadi Misteri] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070313045303/http://kompas.com/kompas-cetak/0607/24/daerah/2825522.htm |date=2007-03-13 }}, Kompas, Senin, 24 Juli 2006.
{{Authority control}}


[[Kategori:Gempa bumi]]
[[Kategori:Jenis awan]]
[[Kategori:Awan]]

Revisi terkini sejak 27 Oktober 2024 12.59

Awan gempa adalah awan yang diduga sebagai tanda akan terjadinya gempa bumi. Di zaman modern, beberapa ilmuwan [siapa?] mengklaim dapat memprediksi kejadian gempa bumi secara akurat dengan mengamati awan.[1] Namun, klaim ini hanya mendapat sedikit dukungan dari komunitas seismologi, dan mereka menolak bahwa "awan gempa" hanya sebuah kebetulan semata, bukan tanda-tanda akan terjadinya gempa bumi.[2]

Sejak zaman kuno, gagasan bahwa cuaca dan awan dapat menandakan datangnya aktivitas gempa bumi telah menjadi topik banyak diskusi dan perdebatan. Ahli geologi Russell Robinson menggambarkan "awan gempa" sebagai salah satu metode pseudoscientific yang paling umum dalam memprediksi gempa bumi.[3][4]

Teori ini memunculkan kepercayaan pada "awan gempa", yaitu karena sejumlah besar udara terperangkap di bawah tanah, maka cuaca akan menjadi panas dan tenang sebelum terjadinya gempa. Teori selanjutnya menyatakan bahwa gempa bumi akan terjadi dalam kondisi tenang, berawan, dan biasanya didahului oleh angin kencang, bola api, dan meteor. Sebuah teori modern mengusulkan bahwa formasi awan tertentu dapat digunakan untuk memprediksi gempa bumi; namun, gagasan ini ditolak oleh sebagian besar ahli geologi.[5]

Kontroversi

[sunting | sunting sumber]
Sebuah diagram memperlihatkan episenter fokus gempa bumi pada sebuah patahan

Fenomena alam ini walaupun telah diamati oleh Seismologi namun belum dapat diterima secara alamiah karena kurangnya aspek-aspek fisik yang mendukungnya. Beberapa pendapat menyatakan bahwa hal tersebut hanyalah sebuah kebetulan, dan klaim ini hanya mendapat sedikit dukungan dari komunitas seismologi, mereka berpendapat bahwa tidak ada kaitannya formasi awan tertentu dengan aktivitas seismik dibawah bumi.[6]

Metode lain prediksi gempa bumi

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1970-an, para ilmuwan optimis bahwa metode untuk memprediksi gempa bumi akan segera ditemukan, namun pada tahun 1990-an kegagalan terus berlanjut dan banyak orang yang mempertanyakan, apakah hal tersebut dapat dilakukan.

Prediksi gempa bumi besar yang terbukti berhasil belum pernah terjadi, dan beberapa klaim keberhasilan masih kontroversial. Misalnya, klaim sukses yang paling terkenal adalah dugaan gempa bumi Haicheng 1975. Sebuah penelitian selanjutnya mengatakan bahwa tidak ada prediksi jangka pendek yang valid. Meskipun sebagian komunitas ilmiah berpendapat bahwa, dengan mempertimbangkan prekursor non-seismik dan diberikan sumber daya yang cukup untuk mempelajarinya secara ekstensif, prediksi mungkin bisa dilakukan, namun sebagian besar ilmuwan pesimis dan beberapa berpendapat bahwa prediksi gempa pada dasarnya tidak mungkin bisa dilakukan.[7]

Metode prediksi hewan

[sunting | sunting sumber]

Beberapa peneliti percaya, bahwa perilaku hewan dapat memprediksi gempa bumi.[8] Gempa bumi terjadi, akibat dari (gelombang P) merambat dua kali lebih cepat dibandingkan gelombang geser yang lebih merusak (gelombang S). Gelombang tersebut tidak dapat dirasakan oleh manusia, namun hewan menyadari getaran kecil yang muncul beberapa puluh detik sebelum guncangan besar datang, hewan tersebut menjadi waspada atau menunjukkan perilaku tidak biasa lainnya.[9]

Sebuah studi ilmiah pada tahun 2018 yang mencakup lebih dari 130 spesies hewan, tidak menemukan cukup bukti untuk menunjukkan bahwa hewan dapat memberikan peringatan gempa bumi beberapa jam, hari, atau minggu sebelumnya. Statistik lain menunjukkan bahwa beberapa laporan perilaku hewan yang tidak biasa disebabkan oleh gempa bumi yang lebih kecil (gempa awal) yang terkadang didahului oleh gempa besar. Gempa kecil tersebut tidak dapat dirasakan oleh manusia, tapi dapat dirasakan oleh hewan. Namun, beberapa perilaku hewan mungkin bisa secara keliru dikaitkan dengan gempa bumi yang akan terjadi dalam waktu dekat.

Banyak peneliti yang menyelidiki perilaku hewan terhadap gempa bumi berada di Tiongkok dan Jepang.[10] Sebagian besar observasi ilmiah berasal dari gempa bumi Canterbury 2010 di Selandia Baru, gempa bumi Nagano 1984 di Jepang, dan gempa bumi L'Aquila 2009 di Italia.

Hewan yang dikenal bersifat magnetoreseptif mungkin dapat mendeteksi gelombang elektromagnetik dalam rentang frekuensi sangat rendah yang mencapai permukaan bumi sebelum gempa bumi, sehingga menyebabkan perilaku aneh. Gelombang elektromagnetik ini juga dapat menyebabkan ionisasi udara, oksidasi air, dan kemungkinan keracunan air yang dapat dideteksi oleh hewan lain.[11]

Sebelum gempa bumi L'Aquila 2009 di Italia, sejumlah katak menunjukkan perilaku yang tidak biasa, katak-katak tersebut menghilang dari kolam-kolam setempat, tiga hari sebelum gempa tersebut datang.[12] Mereka juga melaporkan bahwa banyak tikus-tikus yang berlarian disepanjang jalan kota, tidak hanya itu, beberapa hewan lain, seperti ikan, kuda, ular, anjing dan hewan mamalia lainnya berperilaku aneh.[13]

Metode emisi radon

[sunting | sunting sumber]

Kebanyakan batuan mengandung sejumlah kecil gas yang secara isotop dapat dibedakan dari gas atmosfer normal.[14] Ada laporan mengenai lonjakan konsentrasi gas-gas tersebut sebelum terjadinya gempa bumi besar; hal ini disebabkan pelepasan akibat tekanan pra-seismik atau rekahan batuan. Salah satu gas tersebut adalah radon, yang dihasilkan oleh peluruhan radioaktif dari sejumlah kecil uranium yang ada di sebagian besar batuan.[15]

Radon berpotensi berguna sebagai alat prediksi gempa bumi, karena bersifat radioaktif sehingga mudah dideteksi, dan waktu paruhnya yang pendek (3,8 hari) membuat kadar radon sensitif terhadap fluktuasi jangka pendek.[16]

Metode pengamatan satelit terhadap penurunan suhu tanah

[sunting | sunting sumber]
Rekaman satelit dari NASA pada tanggal 6, 21 dan 28 Januari 2001 di wilayah Gujarat, India. Yang ditandai dengan tanda bintang adalah episentrum gempa bumi Gujarat pada 26 Januari berkekuatan 7,9. Rekaman mengungkapkan anomali termal pada 21 Januari yang ditunjukkan dengan warna merah. Pada rekaman berikutnya, 2 hari setelah gempa, anomali termal tersebut hilang.

Salah satu cara untuk mendeteksi tekanan gempa bumi tektonik adalah dengan mendeteksi peningkatan suhu lokal pada permukaan kerak bumi yang diukur dengan satelit. Selama proses evaluasi, latar belakang variasi harian dan kebisingan akibat gangguan atmosfer dan aktivitas manusia dihilangkan sebelum memvisualisasikan konsentrasi tren di area patahan yang lebih luas. Metode ini telah diterapkan secara eksperimental sejak tahun 1995.[17]

Dalam fenomena ini, Friedmann Freund dari NASA telah mengusulkan bahwa radiasi inframerah yang ditangkap oleh satelit bukan disebabkan oleh peningkatan nyata pada suhu permukaan kerak bumi.[18] Menurut versi ini, emisi tersebut merupakan hasil eksitasi kuantum yang terjadi pada ikatan ulang kimiawi pembawa muatan positif (lubang) yang bergerak dari lapisan terdalam ke permukaan kerak bumi dengan kecepatan 200 meter per detik. Muatan listrik tersebut timbul akibat meningkatnya tekanan tektonik seiring dengan mendekatnya waktu gempa. Emisi ini meluas hingga 500 x 500 kilometer persegi untuk kejadian yang sangat besar dan berhenti segera setelah gempa bumi.[19]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "A temblor from ancient Indian treasure trove?". The Times of India. 28 April 2001. 
  2. ^ Robinson, Russell (14 November 2002). Michael Shermer, ed. The Skeptic Encyclopedia of PseudoscienceAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. ABC-CLIO. hlm. 96. ISBN 1-57607-653-9. 
  3. ^ "Is there earthquake weather?". FAQs – Earthquake Myths. U.S. Geological Survey (USGS). 
  4. ^ Curious cloud formations linked to quakes New Scientist, 11 April 2008. Accessed 2009-02-25.
  5. ^ "Curious cloud formations linked to quakes"Perlu langganan berbayar. New Scientist. 11 April 2008. 
  6. ^ "Curious cloud formations linked to quakes"Perlu langganan berbayar. New Scientist. 11 April 2008. 
  7. ^ Kagan 1997b; Geller 1997; Main 1999.
  8. ^ Animals and Earthquake Prediction
  9. ^ Review: Can Animals Predict Earthquakes?
  10. ^ Freund & Stolc 2013.
  11. ^ Freund & Stolc 2013.
  12. ^ Squires & Rayne 2009; McIntyre 2009.
  13. ^ Alexander 2010, hlm. 326.
  14. ^ ICEF 2011, hlm. 334; Hough 2010b, hlm. 93–95.
  15. ^ ICEF 2011, hlm. 334; Hough 2010b, hlm. 93–95.
  16. ^ Cicerone, Ebel & Britton 2009, hlm. 382.
  17. ^ Genzano et al. 2009.
  18. ^ Genzano et al. 2009.
  19. ^ Genzano et al. 2009.