Lompat ke isi

Bank Ina Perdana: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik
Update
 
(39 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox company
{{Infobox Company|company_name=PT. Bank Ina Perdana Tbk.|company_logo=[[Berkas:bank_ina_logo.jpg|311px]]|company_type=[[Jasa keuangan]]/[[Perusahaan publik|publik]]/[[Badan Usaha Milik Daerah]]|founder=|foundation={{birth date and age|1990|2|9}}|location={{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]|key_people=[[Daniel Budirahayu]] {{br}} [[CEO|Presiden Direktur]]|shareholders=|revenue=Rp 103.691 miliar (2016)|net_income=Rp 18.236 miliar (2016)|homepage=[http://www.bankina.co.id www.bankina.co.id]}}
| name = PT Bank Ina Perdana Tbk
| logo = [[Berkas:bank_ina_logo.jpg|250px]]
| type = [[Perseroan terbatas ]][[Perusahaan terbuka|terbuka]]
| traded_as = {{BEI|BINA}}
| industry = [[Jasa keuangan]]
| founder =
| foundation = [[1990]]
| location = Ariobimo Sentral, [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| key_people = Henry Koenaifi ([[CEO|Presiden Direktur]])
| owner = [[Salim Group]]
| parent = [[Indolife Pensiontama]] (22,83%)
| num_employees = 465 orang (2018)
| revenue = Rp 125 miliar (2017), Rp 142 miliar (2018) {{increase}}
| net_income = Rp 18 miliar (2017), Rp 11 miliar (2018) {{decrease}}
| homepage = [http://www.bankina.co.id www.bankina.co.id]
}}
'''PT Bank Ina Perdana Tbk''' atau yang lebih dikenal dengan '''Bank INA''' adalah [[perusahaan]] yang bergerak di bidang [[perbankan]] dan telah berdiri sejak tahun [[1990]]. Perusahaan berkantor pusat di [[Jakarta]], [[Indonesia]].


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Bank yang didirikan pada 9 Februari 1990 ini awalnya bernama PT Bank Ina yang kemudian di tanggal 22 Mei 1990 diganti menjadi PT Bank Ina Perdana. Walaupun demikian, namanya tetap disebut Bank Ina (sebelumnya Ina Bank).<ref>[https://books.google.co.id/books?id=8_0nAAAAMAAJ&q=InaBank+perdana&dq=InaBank+perdana&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiUisvEnY_4AhWj-DgGHXWtAWUQ6AF6BAgCEAI Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 3,Masalah 1-12]</ref> Kepemilikan bank ini sempat berganti-ganti, dengan tercatat pernah dipegang sahamnya oleh penerbit harian ''[[Suara Pembaruan]]'' (PT Media Interaksi Utama) dan [[Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya]]. Dalam perkembangannya, dua pemegang saham sejak pendirian bank ini, yaitu Hadi Surya (pemilik perusahaan pelayaran PT [[Berlian Laju Tanker]] Tbk) dan keluarga Uripto Widjaja (Oki Widjaja, yang memiliki perusahaan elektronik Galva) menjadi pemilik utama dari Bank Ina.<ref>[https://finansial.bisnis.com/read/20110819/90/44421/laporan-keuangan-telat-pemilik-bank-ina-perdana-kena-sanksi Laporan keuangan telat, pemilik Bank Ina]</ref><ref>[https://123dok.com/document/q2m47djy-bank-ina-perdana.html Bank Ina Perdana]</ref><ref name=go>[https://www.liputan6.com/saham/read/715431/bank-ina-go-public-lepas-25-saham Bank Ina Go Public, Lepas 25% Saham]</ref>
'''PT. Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina),''' didirikan pada tanggal 9 Februari 1990 dan mendapatkan ijin operasi sebagai Bank Umum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 524/KMK.013/1991 pada tanggal 3 Juni 1991. Pada tahun 2014 Bank Ina Perdana menapaki babak sejarah baru dengan dilakukannya perubahan status Bank menjadi “Tbk” (Perusahaan Terbuka) setelah dilaksanakannya Penawaran Umum Saham Perdana (''Initialy Public Offering'') pada tanggal 16 Januari 2014 serta pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia dengan kode “BINA”. Tahun 2014 juga ditandai dengan adanya perubahan pemegang saham di mana pemegang saham lama PT Kharisma Prima Karya dan PT Aji Lebur Seketi telah melepaskan sejumlah kepemilikannya, sehingga pemegang saham pengendali baru adalah PT Philadel Terra Lestari sesuai dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 16 September 2015.


Termasuk bank kecil, awalnya Bank Ina diincar oleh [[Affin Bank]], [[Malaysia]] untuk diakuisisi 80% sahamnya seharga Rp 390 miliar di bulan Agustus 2010.<ref>[https://finance.detik.com/moneter/d-1414010/affin-bank-malaysia-beli-bank-ina-perdana-rp-390-miliar Affin Bank Malaysia Beli Bank Ina Perdana Rp 390 Miliar]</ref> Affin saat itu dikabarkan hendak mengubah Bank Ina menjadi [[bank syariah]].<ref>[https://zonaekis.com/affin-holding-lanjutkan-konversi-bank-ina-perdana-indonesia/ Affin Holding Lanjutkan Konversi Bank Ina Perdana Indonesia]</ref> Namun, pada akhir 2011, Affin membatalkan rencana akuisisi ini karena kebijakan pembatasan pembelian bank oleh investor asing yang diterbitkan [[Bank Indonesia]] di tahun tersebut.<ref>[https://keuangan.kontan.co.id/news/affin-batal-akuisisi-bank-ina-perdana Affin batal akuisisi Bank Ina Perdana]</ref> Modal Bank Ina kemudian ditingkatkan menjadi Rp 285 miliar setelah ''go public'' dengan melepas 25% sahamnya<ref name=go/> di [[Bursa Efek Indonesia]] pada tanggal 16 Januari 2014.<ref>[https://keuangan.kontan.co.id/news/modal-inti-bank-ina-naik-jadi-rp-285-miliar Modal inti Bank Ina naik jadi Rp 285 miliar]</ref> Kemudian, di tahun yang sama, Hadi Surya lewat PT Kharisma Prima Karya dan PT Aji Lebur Seketi melepaskan sejumlah kepemilikannya dan mengubah pemegang saham pengendali terbesar menjadi PT Philadel Terra Lestari milik Pieter Tanuri. Pergantian kepemilikan ini membuat ''ultimate shareholder'' (pemilik utama) perusahaan menjadi 2, yaitu Oki Widjaja yang merupakan salah satu pemegang saham lama dan [[Pieter Tanuri]].
Dalam perjalanannya, Bank Ina Perdana mampu mempertahankan keberadaannya di bisnis perbankan nasional. Hal ini terbukti pada kinerja keuangan tahun 1997-1998, Bank Ina Perdana mampu bertahan sebagai Bank yang sehat dengan '''kategori A''' dan tidak memerlukan rekapitalisasi Pemerintah. Di tahun 2004 – 2008, Bank Ina Perdana mendapat predikat '''“Sangat Bagus”''' versi majalah infobank. Dengan jumlah jaringan kantor saat itu adalah 14 kantor dan melayani ATM melalui kerjasama dengan penyedia ATM Bersama. Selanjutnya pada tahun 2009 – 2010, Bank Ina Perdana menambah jaringan kantor untuk memperluas pelayanan di kota Semarang, Solo, Yogyakarta, Bandung, Surabaya dan Lumajang, sehingga pada tahun 2011 jumlah jaringan bertambah menjadi 22 kantor. Pada tahun 2016 layanan kepada nasabah ditingkatkan dengan dibukanya layanan payment point di 3 gerai Indogrosir di Jakarta dan Surabaya.


Sejak tahun [[2019]], Oki Widjaja sudah tidak tercatat sebagai ''ultimate shareholder'', kemudian pada tahun [[2020]], [[Anthony Salim]] menjadi ''ultimate shareholder'' baru bersama Pieter Tanuri. [[Salim Group]] sendiri masuk pertama kali lewat berkongsi bersama Pieter dalam PT Philadel yang mempunyai 20% saham di Bank Ina sejak 26 September 2014.<ref>[https://keuangan.kontan.co.id/news/grup-salim-akan-menguasai-30-saham-bank-ina Grup Salim akan menguasai 30% saham Bank Ina]</ref> Namun, kepemilikan secara langsung oleh Salim baru terjadi di Januari 2017, ketika mereka masuk menjadi pemegang saham 29,02% saham Bank Ina lewat NS Financials Fund sebesar 10,58% saham dan melalui NS Asean Financial Fund sebesar 18,44%.<ref>[https://www.cnbcindonesia.com/market/20200115155613-17-130241/resmi-dicaplok-grup-salim-begini-rencana-bisnis-bank-ina Resmi Dicaplok Grup Salim, Begini Rencana Bisnis Bank Ina]</ref> Kedua entitas itu sebenarnya adalah instrumen investasi yang dimiliki oleh [[Nikko Sekuritas Indonesia|Nikko Securities Indonesia]], [[perusahaan efek]] yang saat itu kepemilikannya 50% dikuasai Salim.<ref>[https://keuangan.kontan.co.id/news/grup-salim-kuasai-2902-saham-bank-ina-perdana Grup Salim kuasai 29,02% saham Bank Ina Perdana]</ref> Kepemilikan Salim meningkat dalam ''[[rights issue]]'' yang diadakan pada awal 2017, lewat masuknya pemegang saham baru dari PT Samudra Biru, PT Gaya Hidup Masa Kini dan perusahaan [[asuransi jiwa]] milik Salim Group, PT [[Indolife Pensiontama]]. Indolife menjadi pemegang saham terbesar, sebanyak 22,47% pasca ''rights issue'' itu.<ref>[https://keuangan.kontan.co.id/news/grup-salim-perkuat-kepemilikan-di-bank-ina-perdana Grup Salim perkuat kepemilikan di Bank Ina Perdana]</ref>
Dengan komitmen yang kuat, manajemen Bank Ina Perdana senantiasa melakukan upaya dalam menjaga eksistensi serta peningkatan kinerja Bank, dan telah diperoleh beberapa penghargaan (''awards'') dari berbagai pihak independen. Penghargaan yang diterima dalam 2 tahun terakhir antara lain adalah ''The Best Choice in Banking & Loyalty Services of The Year 2015, Leading Corporate in Finance Service of The Year 2015, The Most Improvement Bank of The Year'' serta ''The Best Performing Bank of The Year'' serta predikat '''“Sangat Bagus”''' atas kinerja keuangan 2014 dari Infobank. Pada tahun 2016 Penghargaan yang diterima adalah ''The Best Performing Bank Of The Year'' dari ''Indonesian Creativity And Best Leader Award'' 2016, ''The Top 3 Best Bank - Indonesian Fastes Growing News Issuer'' 2016 dari Warta Ekonomi, penghargaan atas partisipasi dalam kampanye Yuk Nabung Saham dari Bursa Efek Indonesia, Predikat '''“Sangat Bagus”''' Atas kinerja keuangan tahun 2015 dari majalah Infobank, ''The Most Efficient Bank'' Kategori Bank Konvensional Nasional Asset dibawah 20 T dari Indonesian Banking Award yang diselenggarakan oleh majalah Tempo, serta Most Efficient Bank Kategori Bank Buku 1 dari Bisnis Indonesia Banking Award 2016, pada tahun 2018 PT Bank Ina Perdana Tbk kembali mendapatkan penghargaan sebagai '''Bank berpredikat “Sehat”''' pada Kategori '''BUKU 2 dengan Aset Di Bawah Rp. 10 Triliun''' yang diselenggarakan oleh Warta Ekonomi. Penghargaan yang diterima tersebut merupakan bukti komitmen Bank Ina Perdana untuk terus berupaya meningkatkan pelayanan terbaik kepada nasabah dan semakin meningkatkan kinerja Bank.


Pada tanggal 18 Maret 2020, OJK mengesahkan permohonan pengunduran diri Pieter Tanuri sebagai ''ultimate shareholder'' dari Bank Ina. Hal itu membuat ''ultimate'' shareholder perusahaan adalah Anthony Salim sampai saat ini.<ref>[https://finansial.bisnis.com/read/20200114/90/1190165/salim-group-resmi-menjadi-pemegang-saham-pengendali-bank-ina Salim Group Resmi Menjadi Pemegang Saham Pengendali Bank Ina]</ref><ref>[https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/202004/38911fcfbf_5fe1160232.pdf Keterbukaan Informasi Bank Ina 14 April 2020 tentang perubahan struktur ultimate shareholder]</ref> Belakangan, di bawah pengendalian baru, Bank Ina telah menjadi bank devisa terhitung sejak Juli 2020.<ref>[https://bankina.co.id/media/file/originals/post/2021/05/25/submit-ojk_ar-bank-ina-2020.pdf Lapkeu Bank Ina 2020, telah menjadi bank devisa sejak juli 2020]</ref>
Bank Ina Perdana terus membangun pertumbuhan bisnis yang berkualitas dan berkesinambungan menjadi Bank yang lebih kuat dengan tata kelola perusahaan yang baik. Peningkatan kinerja dan mutu pelayananan terus ditingkatkan dari waktu ke waktu sebagai Bank yang sehat dan berkembang menuju Era Digital Banking. Setelah perjalanan panjang lebih dari 25 tahun beroperasi, tahun 2017 merupakan tonggak sejarah baru di mana Bank Ina Perdana dapat mencatatkan sebagai Bank kategori Buku 2 dengan permodalan inti mencapai lebih dari Rp. 1 triliun sehingga tidak berlebihan bahwa Bank Ina Perdana siap bersaing dan berkembang menuju era digital banking.


== Komisaris dan Direksi ==
== Komisaris dan Direksi ==
* Komisaris Utama: Birawa Natapradja
* Komisaris Utama-Independen : Inawaty Handojo
* Komisaris Independen: Hari Sugiharto
* Komisaris Independen : Yohanes Santoso Wibowo
* Komisaris: Winadewi Hanantha
* Komisaris : Josavia Rachman Ichwan
* Direktur Utama : Henry Koenaifi
* Wakil Direktur Utama : Yulius Purnama Junaedi
* Direktur : Kiung Hui Ngo
* Direktur : Adhiputra Tanoyo
*Direktur : Yandy Ramadhani
*Direktur : Dewi Kurniawati Prodjohartono


== Produk dan Layanan ==
* Direktur Utama: Daniel Budirahayu
* Tabina Perdana
* Direktur Kepatuhan: Wardoyo
* Direktur Bisnis: Josavia Rachman Ichwan
* Tabina Bisnis
* Tabina Simpel
* Direktur Keuangan: Kiung Hui Ngo
* Tabungan Pinter

* TabunganKu
== Pranala luar ==
* Deposito Berjangka
* [http://www.bankina.co.id/ Situs Resmi]
* Giro
* Kredit Modal Kerja
* Kredit Modal Kerja INDOGROSIR
* Kredit Tanpa Agunan
* Kredit Multi Guna
* Kredit Pemilikan Rumah
* Kredit Kendaraan Bermotor
*INA Ready Cash
* INA Mobile Banking
* INA Internet Banking
* INA Internet Banking Business
* Pembayaran Rekening Listrik
* Pembayaran Rekening Telepon
* Layanan Payroll
* ATM (tergabung di jaringan ATM Bersama & PRIMA)


== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
* [[www.bankina.co.id]]


== Pranala luar ==
* {{id}} {{resmi|www.bankina.co.id}}

{{Salim Group}}
{{Bank di Indonesia}}
{{Bank di Indonesia}}


{{perbankan-stub}}
{{DEFAULTSORT:Bank Ina Perdana}}
{{DEFAULTSORT:Bank Ina Perdana}}
[[Kategori:Perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia]]
[[Kategori:Bank di Indonesia|Ina Perdana]]
[[Kategori:Bank di Indonesia|Ina Perdana]]


{{perbankan-stub}}

Revisi terkini sejak 6 September 2024 03.34

PT Bank Ina Perdana Tbk
Perseroan terbatas terbuka
Kode emitenIDX: BINA
IndustriJasa keuangan
Didirikan1990
Kantor pusatAriobimo Sentral, Jakarta, Indonesia
Tokoh kunci
Henry Koenaifi (Presiden Direktur)
PendapatanRp 125 miliar (2017), Rp 142 miliar (2018) Kenaikan
Rp 18 miliar (2017), Rp 11 miliar (2018) Penurunan
PemilikSalim Group
Karyawan
465 orang (2018)
IndukIndolife Pensiontama (22,83%)
Situs webwww.bankina.co.id

PT Bank Ina Perdana Tbk atau yang lebih dikenal dengan Bank INA adalah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan telah berdiri sejak tahun 1990. Perusahaan berkantor pusat di Jakarta, Indonesia.

Bank yang didirikan pada 9 Februari 1990 ini awalnya bernama PT Bank Ina yang kemudian di tanggal 22 Mei 1990 diganti menjadi PT Bank Ina Perdana. Walaupun demikian, namanya tetap disebut Bank Ina (sebelumnya Ina Bank).[1] Kepemilikan bank ini sempat berganti-ganti, dengan tercatat pernah dipegang sahamnya oleh penerbit harian Suara Pembaruan (PT Media Interaksi Utama) dan Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya. Dalam perkembangannya, dua pemegang saham sejak pendirian bank ini, yaitu Hadi Surya (pemilik perusahaan pelayaran PT Berlian Laju Tanker Tbk) dan keluarga Uripto Widjaja (Oki Widjaja, yang memiliki perusahaan elektronik Galva) menjadi pemilik utama dari Bank Ina.[2][3][4]

Termasuk bank kecil, awalnya Bank Ina diincar oleh Affin Bank, Malaysia untuk diakuisisi 80% sahamnya seharga Rp 390 miliar di bulan Agustus 2010.[5] Affin saat itu dikabarkan hendak mengubah Bank Ina menjadi bank syariah.[6] Namun, pada akhir 2011, Affin membatalkan rencana akuisisi ini karena kebijakan pembatasan pembelian bank oleh investor asing yang diterbitkan Bank Indonesia di tahun tersebut.[7] Modal Bank Ina kemudian ditingkatkan menjadi Rp 285 miliar setelah go public dengan melepas 25% sahamnya[4] di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 16 Januari 2014.[8] Kemudian, di tahun yang sama, Hadi Surya lewat PT Kharisma Prima Karya dan PT Aji Lebur Seketi melepaskan sejumlah kepemilikannya dan mengubah pemegang saham pengendali terbesar menjadi PT Philadel Terra Lestari milik Pieter Tanuri. Pergantian kepemilikan ini membuat ultimate shareholder (pemilik utama) perusahaan menjadi 2, yaitu Oki Widjaja yang merupakan salah satu pemegang saham lama dan Pieter Tanuri.

Sejak tahun 2019, Oki Widjaja sudah tidak tercatat sebagai ultimate shareholder, kemudian pada tahun 2020, Anthony Salim menjadi ultimate shareholder baru bersama Pieter Tanuri. Salim Group sendiri masuk pertama kali lewat berkongsi bersama Pieter dalam PT Philadel yang mempunyai 20% saham di Bank Ina sejak 26 September 2014.[9] Namun, kepemilikan secara langsung oleh Salim baru terjadi di Januari 2017, ketika mereka masuk menjadi pemegang saham 29,02% saham Bank Ina lewat NS Financials Fund sebesar 10,58% saham dan melalui NS Asean Financial Fund sebesar 18,44%.[10] Kedua entitas itu sebenarnya adalah instrumen investasi yang dimiliki oleh Nikko Securities Indonesia, perusahaan efek yang saat itu kepemilikannya 50% dikuasai Salim.[11] Kepemilikan Salim meningkat dalam rights issue yang diadakan pada awal 2017, lewat masuknya pemegang saham baru dari PT Samudra Biru, PT Gaya Hidup Masa Kini dan perusahaan asuransi jiwa milik Salim Group, PT Indolife Pensiontama. Indolife menjadi pemegang saham terbesar, sebanyak 22,47% pasca rights issue itu.[12]

Pada tanggal 18 Maret 2020, OJK mengesahkan permohonan pengunduran diri Pieter Tanuri sebagai ultimate shareholder dari Bank Ina. Hal itu membuat ultimate shareholder perusahaan adalah Anthony Salim sampai saat ini.[13][14] Belakangan, di bawah pengendalian baru, Bank Ina telah menjadi bank devisa terhitung sejak Juli 2020.[15]

Komisaris dan Direksi

[sunting | sunting sumber]
  • Komisaris Utama-Independen : Inawaty Handojo
  • Komisaris Independen : Yohanes Santoso Wibowo
  • Komisaris : Josavia Rachman Ichwan
  • Direktur Utama : Henry Koenaifi
  • Wakil Direktur Utama : Yulius Purnama Junaedi
  • Direktur : Kiung Hui Ngo
  • Direktur : Adhiputra Tanoyo
  • Direktur : Yandy Ramadhani
  • Direktur : Dewi Kurniawati Prodjohartono

Produk dan Layanan

[sunting | sunting sumber]
  • Tabina Perdana
  • Tabina Bisnis
  • Tabina Simpel
  • Tabungan Pinter
  • TabunganKu
  • Deposito Berjangka
  • Giro
  • Kredit Modal Kerja
  • Kredit Modal Kerja INDOGROSIR
  • Kredit Tanpa Agunan
  • Kredit Multi Guna
  • Kredit Pemilikan Rumah
  • Kredit Kendaraan Bermotor
  • INA Ready Cash
  • INA Mobile Banking
  • INA Internet Banking
  • INA Internet Banking Business
  • Pembayaran Rekening Listrik
  • Pembayaran Rekening Telepon
  • Layanan Payroll
  • ATM (tergabung di jaringan ATM Bersama & PRIMA)

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]