Sugondo Djojopuspito: Perbedaan antara revisi
Gambar |
|||
(181 revisi perantara oleh 63 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Sugondo Djojopuspito PYO.jpg|jmpl|253x253px|Patung dada dari Sugondo Djojopuspito yang terletak di [[Museum Sumpah Pemuda]], jalan Kramat Raya No. 106, [[Jakarta Pusat]], [[Indonesia]].]] |
|||
'''Sugondo Djojopuspito''' ([[Tuban]], [[ |
'''Sugondo Djojopuspito''' ({{lahirmati|[[Tuban]], [[Jawa Timur]]|22|2|1905|[[Yogyakarta]]|23|4|1978}}) adalah ''tokoh pemuda tahun [[1928]]'' yang memimpin [[Kongres Pemuda Indonesia Kedua]] dan menghasilkan ''[[Sumpah Pemuda]]'', dengan motto: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia.<ref>Ensiklopedia Indonesia, ''Sugondo Djojopoespito'', Volume 3</ref> |
||
== Latar Belakang dan Pendidikan == |
== Latar Belakang dan Pendidikan == |
||
Sugondo Djojopuspito <ref>Drs. M. Soenyata Kartadarmadja: ''Sugondo Djodjopuspito, Hasil Karya dan Pengabdiannya'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Dokumentasi Sejarah Nasional 1982/1983</ref><ref>Sunaryo Joyopuspito: ''Soegondo Djodjopoespito, Tokoh Pemuda 1928'', Museum Sumpah Pemuda 2011</ref> lahir di [[Tuban]], [[22 Februari]] [[1905]] bapaknya bernama Kromosardjono adalah seorang [[Penghulu]] dan [[Mantri Juru Tulis Desa]] di kota [[Tuban]], [[Jawa Timur]]. Ketika Soegondo masih kecil, ibunda Soegondo sakit-sakitan dan meninggal dunia, kemudian Bapak Kromosardjono kawin lagi dan pindah ke [[Brebes]] [[Jawa Tengah]] menjabat sebagai [[lurah]] di sana. Selanjutnya Soegondo dan adiknya (Soenarjati) diangkat anak oleh pamannya yang bernama Bapak ''Hadisewojo'' (seorang ''[[collecteur]]'' wilayah [[Blora]], dan tidak punya anak, dan juga mengangkat ''Sudarjati'' dari anak saudara sepupu ''Keluarga Ny. Brotoamidjojo'', serta ''Sumijati'' dari anak saudara sepupu ''Keluarga S. Soekadji'', sehingga Bapak ''Hadisewojo'' mempunyai ''4 anak angkat'' yang saling ikatan saudara sepupu).<ref>Data silsilah keluarga Soegondo Djojopuspito</ref> Pamannya ini yang menyekolahkan Soegondo dari [[HIS]] di Tuban hingga [[RH]] di [[Batavia]], termasuk adik-adiknya. Peranan Bapak Hadisewojo sangat besar dalam membimbing Soegondo sejak dari HIS di Tuban, menitipkan mondok di [[Cokroaminoto]] [[Surabaya]], menitipkan mondok di [[Ki Hadjar Dewantara]] [[Yogyakarta]], dan hingga mengarahkan masuk ke [[RH Batavia]]. |
|||
⚫ | |||
⚫ | Soegondo mengenyam pendidikan [[HIS]] (Sekolah Dasar 7 tahun) tahun 1911-1918 di kota [[Tuban]]. Tahun 1919 setelah lulus HIS pindah ke [[Surabaya]] untuk meneruskan ke [[MULO]] (Sekolah Lanjutan Pertama 3 tahun) tahun 1919 - 1922 di [[Surabaya]], oleh pamanya ia dititipkan mondok di rumah [[HOS Cokroaminoto]] bersama [[Soekarno]]. Kemudian setelah lulus MULO, tahun 1922 melanjutkan sekolah ke [[SMA Negeri 3 Yogyakarta|AMS afdeling B (Sekolah Menengah Atas bagian B - paspal - 3 tahun) di Yogyakarta]] tahun 1922-1925, dan oleh pamannya melalui [[HOS Cokroaminoto]] dititipkan mondok di rumah [[Ki Hadjardewantoro]] di Lempoejangan Stationweg 28 Jogjakarta (dulu Jl. Tanjung, sekarang Jl. Gajah Mada), yaitu sebelah barat [[Puro Paku Alam]]. |
||
Setelah lulus AMS tahun 1925 melanjutkan kuliah ke Batavia (Jakarta) pada RHS (Rechts Hooge School - didirikan tahun 1924 - Sekolah Tinggi Hukum - Fakultas [[Hukum]] [[Universitas Indonesia]] sekarang). Selama mahasiswa hidup sulit hanya punya satu baju, yang harus dicuci dulu kalau mau kuliah. Kuliah di RHS hanya mencapai tingkat P (propadeus - sekarang D2) |
|||
Setelah lulus [[AMS]] tahun 1925 melanjutkan kuliah atas biaya pamannya dan beasiswa di ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta - didirikan tahun 1924 - cikal bakal [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia]] sekarang). Ia mondok di rumah pegawai pos bersama beberapa pegawai pos [[Pasar Baru]] lainnya di Gang Rijksman (belakang Rijswijk - sekarang Jl Juanda belakang Hotel Amaris Stasiun Juanda), sehingga ia bisa membaca majalah ''Indonesia Merdeka'' asuhan [[Mohammad Hatta]] terbitan ''Perhimpunan Indonesia'' di Negeri Belanda yang dilarang masuk ke Indonesia. Selama [[mahasiswa]] hidup sulit hanya punya satu baju, yang harus dicuci dulu kalau mau kuliah. Kuliah di [[RHS]] hanya mencapai lulus tingkat Candidat Satu (C1), setelah Propadeus, karena beasiswanya dicabut akibat kegiatan politiknya dan juga pamannya meninggal dunia (sekarang setingkat dengan ijazah D2, karena sistem pendidikan sekolah tinggi pada waktu itu adalah terdiri atas 4 jenjang, yaitu: Propadeus, Candidat 1 dan Candidat 2, serta Doktoral). |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | Pada waktu semua orang ikut dalam organisasi pemuda, pemuda Sugondo masuk dalam PPI (Persatuan Pemuda Indonesia - dan tidak masuk dalam Jong Java). Pada tahun 1926 saat |
||
⚫ | |||
⚫ | Saat itu [[Mohammad Yamin]] adalah salah satu kandidat lain menjadi ketua, tetapi dia berasal dari Yong Sumatra (kesukuan), sehingga diangkat menjadi Sekretaris. Perlu diketahui bahwa Moh. Yamin adalah Sekretaris dan juga salah satu peserta yang mahir berbahasa Indonesia (sastrawan), sehingga hal-hal yang perlu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang benar tidak menjadi hambatan (notulen ditulis dalam bahasa Belanda). |
||
⚫ | |||
⚫ | Pada waktu semua orang ikut dalam [[organisasi pemuda]], pemuda Sugondo masuk dalam PPI ([[Persatuan Pemuda Indonesia]] - dan tidak masuk dalam [[Jong Java]]). Pada tahun 1926 saat [[Kongres Pemuda I]], Sugondo ikut serta dalam kegiatan tersebut. Tahun 1928, ketika akan ada [[Kongres Pemuda II]] 1928, maka Sugondo terpilih jadi Ketua atas persetujuan [[Drs.]] [[Mohammad Hatta]] sebagai ketua PPI di Negeri Belanda dan [[Ir.]] [[Sukarno]] (yang pernah serumah di [[Surabaya]]) di Bandung. Mengapa Sugondo terpilih menjadi Ketua Kongres, karena ia adalah anggota PPI (Persatuan Pemuda Indonesia - wadah pemuda independen pada waktu itu dan bukan berdasarkan kesukuan). |
||
⚫ | Saat itu [[Mohammad Yamin]] adalah salah satu kandidat lain menjadi ketua, tetapi dia berasal dari [[Yong Sumatra]] (kesukuan), sehingga diangkat menjadi Sekretaris. Perlu diketahui bahwa Moh. Yamin adalah [[Sekretaris]] dan juga salah satu peserta yang mahir berbahasa Indonesia ([[sastrawan]]), sehingga hal-hal yang perlu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang benar tidak menjadi hambatan (seperti diketahui bahwa [[notulen]] rapat ditulis dalam [[bahasa Belanda]] yang masih disimpan dalam [[museum]]). |
||
⚫ | |||
Kongres Pemuda 1928 yang berlangsung tanggal [[27 Oktober|27]]-[[28 Oktober]] [[1928]] di Jakarta menghasilkan [[Sumpah Pemuda]] 1928 yang terkenal itu, di mana Para Pemuda setuju dengan |
|||
===Masa Kebangkitan Nasional 1928-1942=== |
|||
'''[[Trilogi]]:''' ''Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa: INDONESIA''. Seperti diketahui, bahwa ''Trilogi'' ini lahir pada detik terakhir kongres, di mana Yamin yang duduk di sebelah Soegondo menyodorkan secarik kertas kepada Soegondo seraya berbisik: ''Ik heb een elegante formule voor de resolutie'' (saya mempunyai rumusan resolusi yang lebih luwes). Dalam secarik kertas tersebut tertulis 3 kata/trilogi: ''satu nusa, satu bangsa, satu bahasa''. Selanjutnya Soegondo memberi paraf pada secarik kertas itu yang menyatakan setuju, dan diikuti oleh anggota lainnya yang menyatakan setuju juga.<ref>Soegondo Djojopuspito: ''Ke arah Kongres Pemuda II'', Media MUDA No. 6 & 7 tahun I, November 1973</ref> |
|||
Pada masa [[Kebangkitan Nasional]] aktif dalam organisasi pemuda dan sebagai guru pada Perguruan Rakyat dan [[Taman Siswa|Perguruan Taman Siswa]]. Sekitar tahun 1935 bekerja pada Kantor Statistik yang beralamat di Jl. Sutomo - Pasar Baru. Pada tahun 1937 sebagai jurnalis ikut mendirikan dan dipercaya memimpin [[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|Kantor Berita Antara]] yang beralamat di Jl. Pos Utara No. 53 - Pasar Baru. |
|||
⚫ | Selain trilogi itu, juga telah disepakati Lagu Kebangsaan: [[Indonesia Raya]] ciptaan [[Wage Rudolf Supratman]]. Dalam kesempatan ini, WR Supratman berbisik meminta izin kepada Sugondo agar boleh memperdengarkan Lagu [[Indonesia Raya]] ciptannya. Karena Kongres dijaga oleh [[Polisi Hindia Belanda]], dan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (misalnya Kongres dibubarkan atau para peserta ditangkap), maka Sugondo secara elegan dan [[diplomatis]] dengan bisik-bisik kepada WR Supratman dipersilahkan memperdengarkan lagu INDONESIA RAYA dengan biolanya, sehingga kata-kata [[Indonesia Raya]] dan Merdeka tidak jelas diperdengarkan (dengan biola). Hal ini tidak banyak yang tahu mengapa WR Supratman memainkan biola pada waktu itu. |
||
⚫ | |||
Bekerja sebagai pegawai Kepenjaraan yang berkantor di Jl. Cilacap Jakarta Pusat. |
|||
===Masa |
=== Masa Kebangkitan Nasional 1928-1942 === |
||
Pada masa [[Kebangkitan Nasional]] aktif sebagai [[guru]] dan masuk [[partai politik]]. Pada tanggal 11 Desember 1928 bersama Mr. [[Sunario Sastrowardoyo]] mendirikan [[Perguruan Rakyat]] yang beralamat di Gang Kenari No. 15 Salemba, dan diangkat sebagai [[Kepala Sekolah]]. |
|||
⚫ | |||
Namun pada tahun 1930 ia diminta oleh [[Ki Hadjar Dewantara]] untuk menjadi guru [[Taman Siswa|Perguruan Taman Siswa]] Bandung. Pada waktu di Bandung tahun 1930 ia mulai sebagai [[simpatisan]] [[PNI]] (''Perserikatan Nasional Indonesia'') pimpinan [[Sukarno]]. Tahun 1932, ia diangkat menjadi Kepala Sekolah [[Perguruan Tamansiswa Bandung]]. Tahun 1933 menikah dengan penulis [[Suwarsih Djojopuspito]] di Cibadak dan isterinya ikut membantu mengajar di Perguruan Tamansiswa Bandung. Kakak iparnya adalah Mr. [[A.K.Pringgodigdo]], suami dari kakak isterinya (Ny. Suwarni). |
|||
⚫ | |||
Setelah tahun 1950, meskipun usianya masih 46 tahun, memilih pensiun, membaca buku dan sering bertemu dengan rekan seperjuangan dalam dan luar negeri. Pernah Presiden Sukarno (sebagai kawan yang pernah sepondokan) tahun 1952 meminta beliau datang ke Jakarta untuk diberi jabatan penting, tetapi beliau menolak. Kawan dekat beliau adalah Romo Mangun (Y. B. [[Mangunwijaya]]) yang sering bertandang, karena bertetangga dekat dengan Seminari Yogyakarta di Kota Baru di mana beliau menghabiskan waktu sehari-harinya di rumahnya yang di Kota Baru juga. Pada tahun [[1978]] wafat kemudian dimakamkan di Pemakamam Keluarga Besar Tamansiswa [[Taman Wijayabrata]] di Celeban, Umbulharjo - Yogyakarta. |
|||
Pada tahun 1933 ketika Pemerintah Hindia Belanda di bawah Pemerintahan [[Gubernur General]] [[Mr.]] [[Bonifacius Cornelis de Jonge]], maka para aktivis politik mulai ditangkap. Ir. [[Soekarno]] ditangkap dan diasingkan ke [[Flores]] kemudian dipindahkan ke [[Bengkulu]]. Pada saat itu PNI pimpinan Ir. [[Soekarno]] beralih pimpinan pecah menjadi dua, yaitu dilanjutkan sebagai ''[[Partindo]]'' (Partai Indonesia) pimpinan ''Mr. [[Sartono]]'' dan ''[[Pendidikan Nasional Indonesia]]'' (PNI) pimpinan ''Drs. [[Mohammad Hatta]]'' dan ''[[Sutan Syahrir]]''. Sugondo memilih masuk dalam ''Pendidikan Nasional Indonesia'' (PNI) pimpinan [[Syahrir]]. Kemudian pada tahun 1934 gilirannya [[Mohammad Hatta]] dan [[Sutan Syahrir]] ditangkap dan diasingkan ke [[Boven Digoel]] kemudian dipindahkan ke [[Banda Neira]]. |
|||
Dan selanjutnya tahun 1934 itu juga, giliran Sugondo juga ditangkap, tetapi tidak terbukti bahwa ia anggota partai, sehingga ia hanya mendapat larangan mengajar (''Onderwijs Verbod'') oleh Pemerintah Hindia Belanda. Setelah larangan mengajar dicabut tahun 1935 ia pindah ke [[Bogor]] dan mendirikan Sekolah ''[[Loka Siswa]]'', tetapi sepi murid, sehingga ditutup.<ref>Suwarsih Djojopuspito, ''Manusia Bebas'', PT Djambatan 1975</ref> |
|||
==Tanda Jasa== |
|||
⚫ | |||
Setelah gagal mendirikan Sekolah ''Loka Siswa'' di Bogor, Sugondo pada tahun 1936 pindah mencari pekerjaan ke [[Semarang]], dan ia mengajar di [[sekolah Tamansiswa Semarang]], sedangkan isterinya bekerja di sekolah pimpinan Drs. Sigit. Namun kemudian akhir tahun 1936 ia pindah ke Surabaya bekerja sebagai wartawan lepas ''[[De Indische Courant Soerabaia]]''. |
|||
⚫ | |||
''Mr. [[Soenario]] adalah kawan baik atau sobat dari Sugondo, sebagai kenangan tanda persahabatan, maka anak beliau diberi nama Sunaryo.'' |
|||
Setelah di Surabaya, tahun 1938 ia pindah lagi ke Bandung dan Sugondo diterima menjadi guru di ''[[Handels Cologium Ksatria Instituut]]'' ([[Sekolah Dagang Ksatria]]) pimpinan ''[[Dr.]] [[Douwes Dekker]]''. |
|||
Ketika keadaan [[Eropa]] genting, menjelang [[Perang Dunia II]], maka pada tahun 1940 Soegondo pindah ke [[Batavia]] ikut isterinya yang mengisi lowongan guru yang ditinggal pergi orang Balanda. Soewarsih menjadi guru di [[GOSVO]] (Gouvernement Opleiding School voor Vak Onderwijzeressen Paser Baroe Batavia - Sekolah Guru Kepandaian Putri Negeri Pasar Baru Batavia - sekarang [[SMKN 27 Pasar Baru]]). Selain itu ia juga dipercaya oleh kenalannya yang pulang ke Eropa untuk menjaga rumah di daerah Menteng (Tjioedjoengweg, sekarang Jl. Teluk Betung belakang HI). Ia sempat bekerja di ''Centraal Kantoor voor de Statistiek Pasar Baru'' (CKS - Badan Pusat Statistik) sebelah GOSVO tempat isterinya bekerja, dan juga sebagai wartawan lepas ''De Bataviaasch Nieuwsblad''. |
|||
Pada tahun 1941 oleh Mr. [[Soemanang]] dipercaya memimpin [[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|Kantor Berita Antara]](sebagai Direktur, melalui dua orang utusan [[Djohan Sjahroezah]] dan [[Adam Malik]] yang datang meminta di rumahnya Tjioedjoengweg, sedangkan [[Adam Malik]] tetap menjadi Redaktur/merangkap Wakil Direktur) yang beralamat pada waktu itu di Buiten Tijgerstraat 30 Noord Batavia (Jl. Pinangsia 70 Jakarta Utara) sebelum pindah ke Jl. Pos Utara No. 53 - Pasar Baru.<ref>Soebagio IN, ''Surat yang dikirim oleh Sugondo Djojopuspito'', Majalah TEMPO 06 Mei 1978</ref> |
|||
⚫ | |||
Pada masa [[penjajahan Jepang]], bekerja sebagai pegawai Shihabu (Kepenjaraan), atas bantuan Mr. Notosoesanto sebagai kawan yang pernah bersama kuliah di RH Batavia dan berkantor di Jl. Cilacap Jakarta Pusat, serta pindah rumah di Jl. Serang No. 13, Jakarta Pusat, rumah bekas orang Belanda yang pulang ke Eropa akibat penjajahan Jepang (di muka rumah Mr. Johannes Latuharhary sebelah dokter Soeradi). |
|||
=== Masa Revolusi Fisik 1945-1950 === |
|||
⚫ | Pada masa revolusi aktif dalam Badan Pekerja [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (BP-KNIP) (beranggotakan 28 orang saja). Pada masa [[RIS]], dalam [[Negara Republik Indonesia]] dengan Acting Presiden [[Assaat|Mr. Assaat]], Sugondo diangkat dalam [[Kabinet Halim]] sebagai [[Menteri Pembangunan Masyarakat]], dan jabatan di BP-KNIP digantikan oleh [[Djohan Sjahroezah]] yang ia kenal baik. |
||
⚫ | |||
Setelah tahun 1950, meskipun usianya masih 46 tahun, memilih pensiun sebagai [[bekas menteri]] dan [[perintis kemerdekaan]], membaca buku dan sering bertemu dengan rekan seperjuangan dalam dan luar negeri. Pernah Presiden Sukarno (sebagai kawan yang pernah sepondokan) tahun 1952 meminta ia datang ke Jakarta, yang disampaikan kepada isterinya waktu datang di istana mengantarkan kakaknya (Ny. Soewarni isteri Mr. A.K. Pringgodigdo, sekretaris kabinet), ia berujar: ''Waar is Mas Gondo, laat hem maar bij mij even komen, ik zal een positie voor hem geven'' (Di mana Mas Gondo, suruh dia menemui saya, akan saya beri jabatan untuk dia), tetapi ia menolak jabatan ini, tidak ada kejelasan mengapa ia menolak. Kawan dekatnya sebelum tahun 1955 adalah [[Sultan Hamengkubuwono IX]] yang sering datang ke rumah naik [[mobil]] kecil warna abu-abu merk [[Vauxhall Motors|Vauxhall]] AB-1881 dan [[Sutan Syahrir]] yang datang menjenguknya naik pesawat kecil ke [[Maguwo]] mengemudi sendiri bersama pelatihnya, serta setelah tahun 1965 adalah [[Romo Mangun]] ([[Y. B.]] [[Mangunwijaya]]) yang sering bertandang (karena bertetangga dekat dengan Seminari Yogyakarta di Kota Baru di mana ia menghabiskan waktu sehari-harinya di rumahnya yang di Kota Baru juga). |
|||
Pada tahun [[1978]] wafat kemudian dimakamkan di [[Pemakamam Keluarga Besar Tamansiswa]] [[Taman Wijayabrata]] di [[Celeban]], [[Umbulharjo]] - [[Yogyakarta]]. |
|||
== Penghargaan Pemerintah == |
|||
=== Tanda Kehormatan Republik Indonesia === |
|||
⚫ | |||
=== Wisma Soegondo Djodjopoespito Cibubur === |
|||
Pihak Kemenpora telah mengabadikan nama ia pada Gedung Pertemuan Pemuda sebagai [[Wisma Soegondo Djodjopoespito Cibubur]] milik PP-PON ([[Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional]]) yang dibangun oleh Kemenpora dan diresmikan oleh Menpora pada tanggal 18 Juli 2012. Gedung ini disediakan kepada umum untuk dapat dimanfaatkan, terutama untuk kegiatan kepemudaan - pramuka - olahraga untuk tingkat lokal maupun nasional. Pada waktu peresmian sedang dimanfaatkan untuk penggemblengan pelaku Paskibraka 2012. |
|||
=== Belum Diakui Sebagai Pahlawan Nasional === |
|||
Sudah banyak pelaku sejarah setelah 1928 yang mendapat pengakuan Pahlawan Nasional, tetapi ia hingga kini belum mendapat pengakuan Pahlawan Nasional, mengingat setiap tahun peristiwa Sumpah Pemuda 1928 selalu diperingati secara resmi. Namun pihak Kemenpora sejak bulan Juli 2012 sedang mengusungnya menjadi Pahlawan Nasional. |
|||
⚫ | |||
Dia adalah teman baik dari [[Sunario Sastrowardoyo]] dan mendirikan bulan Desember 1928 sebuah Perguruan Rakyat di Jakarta. Karena kedekatan dengan Mr. Soenario, maka anak Sugondo kemudian diberi nama Sunaryo. |
|||
== Keluarga == |
== Keluarga == |
||
* [[Suwarsih Djojopuspito]] [http://www.damescompartiment.nl/biosoe.htm] (1911-1976) - ''Penulis Wanita Indonesia yang menulis dalam 3 bahasa (Belanda, Sunda dan Indonesia) - buku dalam bahasa Belanda (Buiten het Gareel - roman kehidupan pemuda perjuangan di masa Hindia Belanda - ditulis pada usia 21 tahun dan diterbitkan di Negeri Belanda'' (ditulis lagi dalam Bahasa Indonesia - Manusia Bebas - terbitan Jambatan Jakarta); ''karangan dalam bahasa Sunda Maryanah - Balai Pustaka Jakarta; karangan dalam bahasa Indonesia antara lain Riwayat Nabi Muhamad s.a.w. - Bulan Bintang Jakarta)'' |
|||
* Sunartini, SH (1935-1996) - ''Aktifis Bantuan Hukum (LBH) di Yogyakarta'' |
|||
* Sunarindrati, SH (lahir 1937) - ''Pensiunan Bank Indonesia Jakarta'' dan ''kini bekerja sebagai salah satu direktur Mizuho Bank of Japan cabang Jakarta'', pernah menulis buku anak-anak ("Si Kucing") pada masa remaja |
|||
* Ir. [[Sunaryo Joyopuspito]], M.Eng. [http://www.asdu.ait.ac.th/Alumni/AlumniByID.cfm?AlumniID=19830134] (lahir 1939) - ''Pensiunan Departemen Perhubungan Jakarta'' dan juga ''ahli teori musik'' (menulis 5 buku Teori Musik: ''1. Dasar-dasar [[Kontrapun Musik]], 2. Ilmu [[Harmoni Musik]], 3. Ilmu [[Bentuk Musik]], 4. Analisa Musik [[Keroncong]], 5. Kursus Mencipta [[Lagu Pop]]''; 5 buku Panduan Bermain Musik: ''1. [[Piano]]/4 jilid, 2. [[Organ]]/2 jilid, 3. [[Biola]]/4 jilid, 4. Rekorder [http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Recorder#History]/1 jilid, 5. [[Piano Pop]]/4 jilid''; 4 buku Aransemen Easy Piano: ''1. The Best of [[Beatles]], 2. Album Tempo Doeloe, 3. Album Tembang Abadi, 4. Album Lagu Anak2''); pernah jadi dosen pada Fakultas Teknik Sipil - [[Universitas Trisakti]] Jakarta (1985-1995) untuk mata kuliah [[Jalan raya]] dan menulis buku ''Kuliah dan Kliping Jalan Raya jilid I (1986) dan jilid II (1987)'' |
|||
* '''[[Suwarsih Djojopuspito]]''', (Lahir Cibatok 1912 - Wafat Yogyakarta 1977), isteri, seorang guru lulusan Europeesche Kweek School Surabaya, adalah seorang wanita Sunda yang menulis novel dalam 3 bahasa (Sunda, Belanda, Indonesia), mendapat Bintang Kehormatan Budaya Parama Dharma pada tgl. 14 Agustus 2013 oleh SBY |
|||
⚫ | |||
* '''Sunartini Djanan Chudori, SH''' (almarhum, Lahir Bandung 1935 - Wafat Yogyakarta 1996), anak pertama, Sarjana Hukum lulusan UGM, aktivis LBH Yogyakarta |
|||
⚫ | |||
* '''Sunarindrati Tjahyono, SH''', (Lahir Yogyakarta 22 Februari 1937, tanggal kelahiran sama dengan bapaknya), anak kedua, Sarjana Hukum lulusan UGM, pensiunan Bank Indonesia, sekarang bekerja sebagai Direktur Bank Mizuho Jakarta |
|||
{{reflist}} |
|||
* '''Ir. Sunaryo Joyopuspito, M.Eng.''', (Lahir Bandung 1939), anak ketiga, Sarjana Teknik ITB, Sertifikat Urban Transport JICA Tokyo, dan Magister Engineering AIT Bangkok, pensiunan Departemen Perhubungan, sekarang guru musik di Jakarta (piano dan biola) |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
{{Reflist}} |
|||
== |
== Lihat pula == |
||
* [[Sumpah Pemuda]] |
* [[Sumpah Pemuda]] |
||
* [[Kabinet Halim]] |
* [[Kabinet Halim]] |
||
Baris 49: | Baris 78: | ||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* [http://sejarahkita.blogspot.com/2006/09/mperingati-sumpah-pemuda-28-oktober.html Memperingati Sumpah Pemuda 28 Oktober 28 untuk Kesatuan Bangsa] |
* [http://sejarahkita.blogspot.com/2006/09/mperingati-sumpah-pemuda-28-oktober.html Memperingati Sumpah Pemuda 28 Oktober 28 untuk Kesatuan Bangsa] |
||
* [http://www.suarapembaruan.com/News/2007/10/24/Editor/edit02.htm Gedung Sumpah Pemuda dan Sie Kok Liong] |
* [http://www.suarapembaruan.com/News/2007/10/24/Editor/edit02.htm Gedung Sumpah Pemuda dan Sie Kok Liong] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071027052423/http://www.suarapembaruan.com/News/2007/10/24/Editor/edit02.htm |date=2007-10-27 }} |
||
* [http://www.museumsumpahpemuda.go.id/Sumpah_pemuda.htm 1. Museum Sumpah Pemuda] |
* [http://www.museumsumpahpemuda.go.id/Sumpah_pemuda.htm 1. Museum Sumpah Pemuda] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080418042026/http://www.museumsumpahpemuda.go.id/Sumpah_pemuda.htm |date=2008-04-18 }} |
||
* [http://www.museumsumpahpemuda.org/ 2. Museum Sumpah Pemuda] |
* [http://www.museumsumpahpemuda.org/ 2. Museum Sumpah Pemuda]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} |
||
* [http://blog-indonesia.com/archive.php/tblogger/5734/language/english/tsite/hprlnks_djunaedird_dot_wordpress_dot_com_slsh_2008_slsh_05_slsh_20_slsh_demi_dash_monumen_dash_pemuda_dash_tanah_dash_air_dash_indonesia_slsh_ Monumen Pemuda Tanah Air] |
* [http://blog-indonesia.com/archive.php/tblogger/5734/language/english/tsite/hprlnks_djunaedird_dot_wordpress_dot_com_slsh_2008_slsh_05_slsh_20_slsh_demi_dash_monumen_dash_pemuda_dash_tanah_dash_air_dash_indonesia_slsh_ Monumen Pemuda Tanah Air]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} |
||
* [http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_tandajasa&cat=6&id=14&Itemid=43&limit=1&limitstart=19 Tanda Kehormatan Republik Indonesia] |
* [http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_tandajasa&cat=6&id=14&Itemid=43&limit=1&limitstart=19 Tanda Kehormatan Republik Indonesia] |
||
{{lifetime|1904|1978|}} |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
[[Kategori: |
[[Kategori:Tokoh dari Tuban]] |
||
⚫ | |||
[[Kategori:Menteri Indonesia]] |
[[Kategori:Menteri Indonesia]] |
||
[[Kategori:Anggota |
[[Kategori:Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia]] |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
[[Kategori:Alumni SMA Negeri 3 Yogyakarta]] |
Revisi terkini sejak 1 November 2024 09.58
Sugondo Djojopuspito (22 Februari 1905 – 23 April 1978) adalah tokoh pemuda tahun 1928 yang memimpin Kongres Pemuda Indonesia Kedua dan menghasilkan Sumpah Pemuda, dengan motto: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia.[1]
Latar Belakang dan Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Sugondo Djojopuspito [2][3] lahir di Tuban, 22 Februari 1905 bapaknya bernama Kromosardjono adalah seorang Penghulu dan Mantri Juru Tulis Desa di kota Tuban, Jawa Timur. Ketika Soegondo masih kecil, ibunda Soegondo sakit-sakitan dan meninggal dunia, kemudian Bapak Kromosardjono kawin lagi dan pindah ke Brebes Jawa Tengah menjabat sebagai lurah di sana. Selanjutnya Soegondo dan adiknya (Soenarjati) diangkat anak oleh pamannya yang bernama Bapak Hadisewojo (seorang collecteur wilayah Blora, dan tidak punya anak, dan juga mengangkat Sudarjati dari anak saudara sepupu Keluarga Ny. Brotoamidjojo, serta Sumijati dari anak saudara sepupu Keluarga S. Soekadji, sehingga Bapak Hadisewojo mempunyai 4 anak angkat yang saling ikatan saudara sepupu).[4] Pamannya ini yang menyekolahkan Soegondo dari HIS di Tuban hingga RH di Batavia, termasuk adik-adiknya. Peranan Bapak Hadisewojo sangat besar dalam membimbing Soegondo sejak dari HIS di Tuban, menitipkan mondok di Cokroaminoto Surabaya, menitipkan mondok di Ki Hadjar Dewantara Yogyakarta, dan hingga mengarahkan masuk ke RH Batavia.
Soegondo mengenyam pendidikan HIS (Sekolah Dasar 7 tahun) tahun 1911-1918 di kota Tuban. Tahun 1919 setelah lulus HIS pindah ke Surabaya untuk meneruskan ke MULO (Sekolah Lanjutan Pertama 3 tahun) tahun 1919 - 1922 di Surabaya, oleh pamanya ia dititipkan mondok di rumah HOS Cokroaminoto bersama Soekarno. Kemudian setelah lulus MULO, tahun 1922 melanjutkan sekolah ke AMS afdeling B (Sekolah Menengah Atas bagian B - paspal - 3 tahun) di Yogyakarta tahun 1922-1925, dan oleh pamannya melalui HOS Cokroaminoto dititipkan mondok di rumah Ki Hadjardewantoro di Lempoejangan Stationweg 28 Jogjakarta (dulu Jl. Tanjung, sekarang Jl. Gajah Mada), yaitu sebelah barat Puro Paku Alam.
Setelah lulus AMS tahun 1925 melanjutkan kuliah atas biaya pamannya dan beasiswa di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta - didirikan tahun 1924 - cikal bakal Fakultas Hukum Universitas Indonesia sekarang). Ia mondok di rumah pegawai pos bersama beberapa pegawai pos Pasar Baru lainnya di Gang Rijksman (belakang Rijswijk - sekarang Jl Juanda belakang Hotel Amaris Stasiun Juanda), sehingga ia bisa membaca majalah Indonesia Merdeka asuhan Mohammad Hatta terbitan Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda yang dilarang masuk ke Indonesia. Selama mahasiswa hidup sulit hanya punya satu baju, yang harus dicuci dulu kalau mau kuliah. Kuliah di RHS hanya mencapai lulus tingkat Candidat Satu (C1), setelah Propadeus, karena beasiswanya dicabut akibat kegiatan politiknya dan juga pamannya meninggal dunia (sekarang setingkat dengan ijazah D2, karena sistem pendidikan sekolah tinggi pada waktu itu adalah terdiri atas 4 jenjang, yaitu: Propadeus, Candidat 1 dan Candidat 2, serta Doktoral).
Perjuangan
[sunting | sunting sumber]Sumpah Pemuda "28 Oktober 1928"
[sunting | sunting sumber]Pada waktu semua orang ikut dalam organisasi pemuda, pemuda Sugondo masuk dalam PPI (Persatuan Pemuda Indonesia - dan tidak masuk dalam Jong Java). Pada tahun 1926 saat Kongres Pemuda I, Sugondo ikut serta dalam kegiatan tersebut. Tahun 1928, ketika akan ada Kongres Pemuda II 1928, maka Sugondo terpilih jadi Ketua atas persetujuan Drs. Mohammad Hatta sebagai ketua PPI di Negeri Belanda dan Ir. Sukarno (yang pernah serumah di Surabaya) di Bandung. Mengapa Sugondo terpilih menjadi Ketua Kongres, karena ia adalah anggota PPI (Persatuan Pemuda Indonesia - wadah pemuda independen pada waktu itu dan bukan berdasarkan kesukuan).
Saat itu Mohammad Yamin adalah salah satu kandidat lain menjadi ketua, tetapi dia berasal dari Yong Sumatra (kesukuan), sehingga diangkat menjadi Sekretaris. Perlu diketahui bahwa Moh. Yamin adalah Sekretaris dan juga salah satu peserta yang mahir berbahasa Indonesia (sastrawan), sehingga hal-hal yang perlu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang benar tidak menjadi hambatan (seperti diketahui bahwa notulen rapat ditulis dalam bahasa Belanda yang masih disimpan dalam museum).
Kongres Pemuda 1928 yang berlangsung tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta menghasilkan Sumpah Pemuda 1928 yang terkenal itu, di mana Para Pemuda setuju dengan Trilogi: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa: INDONESIA. Seperti diketahui, bahwa Trilogi ini lahir pada detik terakhir kongres, di mana Yamin yang duduk di sebelah Soegondo menyodorkan secarik kertas kepada Soegondo seraya berbisik: Ik heb een elegante formule voor de resolutie (saya mempunyai rumusan resolusi yang lebih luwes). Dalam secarik kertas tersebut tertulis 3 kata/trilogi: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Selanjutnya Soegondo memberi paraf pada secarik kertas itu yang menyatakan setuju, dan diikuti oleh anggota lainnya yang menyatakan setuju juga.[5]
Selain trilogi itu, juga telah disepakati Lagu Kebangsaan: Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman. Dalam kesempatan ini, WR Supratman berbisik meminta izin kepada Sugondo agar boleh memperdengarkan Lagu Indonesia Raya ciptannya. Karena Kongres dijaga oleh Polisi Hindia Belanda, dan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (misalnya Kongres dibubarkan atau para peserta ditangkap), maka Sugondo secara elegan dan diplomatis dengan bisik-bisik kepada WR Supratman dipersilahkan memperdengarkan lagu INDONESIA RAYA dengan biolanya, sehingga kata-kata Indonesia Raya dan Merdeka tidak jelas diperdengarkan (dengan biola). Hal ini tidak banyak yang tahu mengapa WR Supratman memainkan biola pada waktu itu.
Masa Kebangkitan Nasional 1928-1942
[sunting | sunting sumber]Pada masa Kebangkitan Nasional aktif sebagai guru dan masuk partai politik. Pada tanggal 11 Desember 1928 bersama Mr. Sunario Sastrowardoyo mendirikan Perguruan Rakyat yang beralamat di Gang Kenari No. 15 Salemba, dan diangkat sebagai Kepala Sekolah.
Namun pada tahun 1930 ia diminta oleh Ki Hadjar Dewantara untuk menjadi guru Perguruan Taman Siswa Bandung. Pada waktu di Bandung tahun 1930 ia mulai sebagai simpatisan PNI (Perserikatan Nasional Indonesia) pimpinan Sukarno. Tahun 1932, ia diangkat menjadi Kepala Sekolah Perguruan Tamansiswa Bandung. Tahun 1933 menikah dengan penulis Suwarsih Djojopuspito di Cibadak dan isterinya ikut membantu mengajar di Perguruan Tamansiswa Bandung. Kakak iparnya adalah Mr. A.K.Pringgodigdo, suami dari kakak isterinya (Ny. Suwarni).
Pada tahun 1933 ketika Pemerintah Hindia Belanda di bawah Pemerintahan Gubernur General Mr. Bonifacius Cornelis de Jonge, maka para aktivis politik mulai ditangkap. Ir. Soekarno ditangkap dan diasingkan ke Flores kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Pada saat itu PNI pimpinan Ir. Soekarno beralih pimpinan pecah menjadi dua, yaitu dilanjutkan sebagai Partindo (Partai Indonesia) pimpinan Mr. Sartono dan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Drs. Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Sugondo memilih masuk dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Syahrir. Kemudian pada tahun 1934 gilirannya Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir ditangkap dan diasingkan ke Boven Digoel kemudian dipindahkan ke Banda Neira.
Dan selanjutnya tahun 1934 itu juga, giliran Sugondo juga ditangkap, tetapi tidak terbukti bahwa ia anggota partai, sehingga ia hanya mendapat larangan mengajar (Onderwijs Verbod) oleh Pemerintah Hindia Belanda. Setelah larangan mengajar dicabut tahun 1935 ia pindah ke Bogor dan mendirikan Sekolah Loka Siswa, tetapi sepi murid, sehingga ditutup.[6]
Setelah gagal mendirikan Sekolah Loka Siswa di Bogor, Sugondo pada tahun 1936 pindah mencari pekerjaan ke Semarang, dan ia mengajar di sekolah Tamansiswa Semarang, sedangkan isterinya bekerja di sekolah pimpinan Drs. Sigit. Namun kemudian akhir tahun 1936 ia pindah ke Surabaya bekerja sebagai wartawan lepas De Indische Courant Soerabaia.
Setelah di Surabaya, tahun 1938 ia pindah lagi ke Bandung dan Sugondo diterima menjadi guru di Handels Cologium Ksatria Instituut (Sekolah Dagang Ksatria) pimpinan Dr. Douwes Dekker.
Ketika keadaan Eropa genting, menjelang Perang Dunia II, maka pada tahun 1940 Soegondo pindah ke Batavia ikut isterinya yang mengisi lowongan guru yang ditinggal pergi orang Balanda. Soewarsih menjadi guru di GOSVO (Gouvernement Opleiding School voor Vak Onderwijzeressen Paser Baroe Batavia - Sekolah Guru Kepandaian Putri Negeri Pasar Baru Batavia - sekarang SMKN 27 Pasar Baru). Selain itu ia juga dipercaya oleh kenalannya yang pulang ke Eropa untuk menjaga rumah di daerah Menteng (Tjioedjoengweg, sekarang Jl. Teluk Betung belakang HI). Ia sempat bekerja di Centraal Kantoor voor de Statistiek Pasar Baru (CKS - Badan Pusat Statistik) sebelah GOSVO tempat isterinya bekerja, dan juga sebagai wartawan lepas De Bataviaasch Nieuwsblad.
Pada tahun 1941 oleh Mr. Soemanang dipercaya memimpin Kantor Berita Antara(sebagai Direktur, melalui dua orang utusan Djohan Sjahroezah dan Adam Malik yang datang meminta di rumahnya Tjioedjoengweg, sedangkan Adam Malik tetap menjadi Redaktur/merangkap Wakil Direktur) yang beralamat pada waktu itu di Buiten Tijgerstraat 30 Noord Batavia (Jl. Pinangsia 70 Jakarta Utara) sebelum pindah ke Jl. Pos Utara No. 53 - Pasar Baru.[7]
Masa Penjajahan Dai Nippon 1943-1945
[sunting | sunting sumber]Pada masa penjajahan Jepang, bekerja sebagai pegawai Shihabu (Kepenjaraan), atas bantuan Mr. Notosoesanto sebagai kawan yang pernah bersama kuliah di RH Batavia dan berkantor di Jl. Cilacap Jakarta Pusat, serta pindah rumah di Jl. Serang No. 13, Jakarta Pusat, rumah bekas orang Belanda yang pulang ke Eropa akibat penjajahan Jepang (di muka rumah Mr. Johannes Latuharhary sebelah dokter Soeradi).
Masa Revolusi Fisik 1945-1950
[sunting | sunting sumber]Pada masa revolusi aktif dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) (beranggotakan 28 orang saja). Pada masa RIS, dalam Negara Republik Indonesia dengan Acting Presiden Mr. Assaat, Sugondo diangkat dalam Kabinet Halim sebagai Menteri Pembangunan Masyarakat, dan jabatan di BP-KNIP digantikan oleh Djohan Sjahroezah yang ia kenal baik.
Setelah RIS tahun 1950
[sunting | sunting sumber]Setelah tahun 1950, meskipun usianya masih 46 tahun, memilih pensiun sebagai bekas menteri dan perintis kemerdekaan, membaca buku dan sering bertemu dengan rekan seperjuangan dalam dan luar negeri. Pernah Presiden Sukarno (sebagai kawan yang pernah sepondokan) tahun 1952 meminta ia datang ke Jakarta, yang disampaikan kepada isterinya waktu datang di istana mengantarkan kakaknya (Ny. Soewarni isteri Mr. A.K. Pringgodigdo, sekretaris kabinet), ia berujar: Waar is Mas Gondo, laat hem maar bij mij even komen, ik zal een positie voor hem geven (Di mana Mas Gondo, suruh dia menemui saya, akan saya beri jabatan untuk dia), tetapi ia menolak jabatan ini, tidak ada kejelasan mengapa ia menolak. Kawan dekatnya sebelum tahun 1955 adalah Sultan Hamengkubuwono IX yang sering datang ke rumah naik mobil kecil warna abu-abu merk Vauxhall AB-1881 dan Sutan Syahrir yang datang menjenguknya naik pesawat kecil ke Maguwo mengemudi sendiri bersama pelatihnya, serta setelah tahun 1965 adalah Romo Mangun (Y. B. Mangunwijaya) yang sering bertandang (karena bertetangga dekat dengan Seminari Yogyakarta di Kota Baru di mana ia menghabiskan waktu sehari-harinya di rumahnya yang di Kota Baru juga).
Pada tahun 1978 wafat kemudian dimakamkan di Pemakamam Keluarga Besar Tamansiswa Taman Wijayabrata di Celeban, Umbulharjo - Yogyakarta.
Penghargaan Pemerintah
[sunting | sunting sumber]Tanda Kehormatan Republik Indonesia
[sunting | sunting sumber]Atas jasa pada masa pemuda dalam memimpin Sumpah Pemuda, maka oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978 diberikan Tanda Kehormatan Republik Indonesia: berupa Bintang Jasa Utama. Selain itu, ia juga mendapat Satya Lencana Perintis Kemerdekaan pada tahun 1992.
Wisma Soegondo Djodjopoespito Cibubur
[sunting | sunting sumber]Pihak Kemenpora telah mengabadikan nama ia pada Gedung Pertemuan Pemuda sebagai Wisma Soegondo Djodjopoespito Cibubur milik PP-PON (Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional) yang dibangun oleh Kemenpora dan diresmikan oleh Menpora pada tanggal 18 Juli 2012. Gedung ini disediakan kepada umum untuk dapat dimanfaatkan, terutama untuk kegiatan kepemudaan - pramuka - olahraga untuk tingkat lokal maupun nasional. Pada waktu peresmian sedang dimanfaatkan untuk penggemblengan pelaku Paskibraka 2012.
Belum Diakui Sebagai Pahlawan Nasional
[sunting | sunting sumber]Sudah banyak pelaku sejarah setelah 1928 yang mendapat pengakuan Pahlawan Nasional, tetapi ia hingga kini belum mendapat pengakuan Pahlawan Nasional, mengingat setiap tahun peristiwa Sumpah Pemuda 1928 selalu diperingati secara resmi. Namun pihak Kemenpora sejak bulan Juli 2012 sedang mengusungnya menjadi Pahlawan Nasional.
Teman Baik Mr. Soenario
[sunting | sunting sumber]Dia adalah teman baik dari Sunario Sastrowardoyo dan mendirikan bulan Desember 1928 sebuah Perguruan Rakyat di Jakarta. Karena kedekatan dengan Mr. Soenario, maka anak Sugondo kemudian diberi nama Sunaryo.
Keluarga
[sunting | sunting sumber]- Suwarsih Djojopuspito, (Lahir Cibatok 1912 - Wafat Yogyakarta 1977), isteri, seorang guru lulusan Europeesche Kweek School Surabaya, adalah seorang wanita Sunda yang menulis novel dalam 3 bahasa (Sunda, Belanda, Indonesia), mendapat Bintang Kehormatan Budaya Parama Dharma pada tgl. 14 Agustus 2013 oleh SBY
- Sunartini Djanan Chudori, SH (almarhum, Lahir Bandung 1935 - Wafat Yogyakarta 1996), anak pertama, Sarjana Hukum lulusan UGM, aktivis LBH Yogyakarta
- Sunarindrati Tjahyono, SH, (Lahir Yogyakarta 22 Februari 1937, tanggal kelahiran sama dengan bapaknya), anak kedua, Sarjana Hukum lulusan UGM, pensiunan Bank Indonesia, sekarang bekerja sebagai Direktur Bank Mizuho Jakarta
- Ir. Sunaryo Joyopuspito, M.Eng., (Lahir Bandung 1939), anak ketiga, Sarjana Teknik ITB, Sertifikat Urban Transport JICA Tokyo, dan Magister Engineering AIT Bangkok, pensiunan Departemen Perhubungan, sekarang guru musik di Jakarta (piano dan biola)
Referensi
[sunting | sunting sumber]Sumber
[sunting | sunting sumber]- ^ Ensiklopedia Indonesia, Sugondo Djojopoespito, Volume 3
- ^ Drs. M. Soenyata Kartadarmadja: Sugondo Djodjopuspito, Hasil Karya dan Pengabdiannya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Dokumentasi Sejarah Nasional 1982/1983
- ^ Sunaryo Joyopuspito: Soegondo Djodjopoespito, Tokoh Pemuda 1928, Museum Sumpah Pemuda 2011
- ^ Data silsilah keluarga Soegondo Djojopuspito
- ^ Soegondo Djojopuspito: Ke arah Kongres Pemuda II, Media MUDA No. 6 & 7 tahun I, November 1973
- ^ Suwarsih Djojopuspito, Manusia Bebas, PT Djambatan 1975
- ^ Soebagio IN, Surat yang dikirim oleh Sugondo Djojopuspito, Majalah TEMPO 06 Mei 1978
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Memperingati Sumpah Pemuda 28 Oktober 28 untuk Kesatuan Bangsa
- Gedung Sumpah Pemuda dan Sie Kok Liong Diarsipkan 2007-10-27 di Wayback Machine.
- 1. Museum Sumpah Pemuda Diarsipkan 2008-04-18 di Wayback Machine.
- 2. Museum Sumpah Pemuda[pranala nonaktif permanen]
- Monumen Pemuda Tanah Air[pranala nonaktif permanen]
- Tanda Kehormatan Republik Indonesia