Lompat ke isi

Batik Papua: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Auzikh (bicara | kontrib)
 
(13 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
Batik juga berkembang di Papua, pada awal­ nya batik Papua banyak dipengaruhi gaya batik Pekalongan karena perhitungan bisnis lebih menguntungkan batik motif dari Papua diproduksi di Pekalongan, kemudian dikirim ke Papua dan diperdagangkan sebagai batik Papua.Batik Papua mulai berkembang sekitar tahun 1985, motif yang berkembang merupakan perpaduan dua budaya antara Papua dan Pekalongan. Pekalongan merupakan etnis Jawa sebagai penghasil batik dipadukan dengan etnis Papua yang kaya akan ragam hias yang dikembangkan sebagai motif batik. Batik Papua hasil perpaduan dua budaya ini juga dikenal dengan nama Batik Port Numbay. Batik Papua mempunyai keunikan tersendiri dari aspek motifnya, karena dikembangkan dari kekayaan budaya dan keunikan alam Papua yang eksotik. Motif Batik Papua yang sudah dikenal antara lain motif Asmat, Cenderawasih, Sentani, Tifa dan Tambal Ukir. Adapun motif yang mengandung nilai-nilai solidaritas antara lain: motif Tifa, Tambal Ukir, dan lain sebagainya. Motif Tifa Termakna bahwa manusia hidup harus mempunyai kekuatan untuk menghalau musuh-musuhnya, atan dapat didapatkan dengan berkumpul atau bersatu. Motif Tambal Ukir secara visual motif ini mencitrakan tentang kekayaan ragam hias tradisional yang dimiliki berbagai suku yang ada di Papua, maknanya bersatu akan meningkatkan kekuatan dan keindahan, saling melengkap, saling menambal dalam hidup bersama, sehingga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Permasalahan adalah laksana penyakit yang dapat menimbulkan berbagai kekacauan dalam masyarakat dan disintregasi bangsa.
'''Batik Papua''' adalah [[Pakaian]] khas dari wilayah [[Papua]] ini juga berkembang selain di wilayah Papua itu sendiri, pada awal­-nya batik Papua banyak dipengaruhi oleh gaya batik dari [[Pekalongan]] karena perhitungan bisnis lebih menguntungkan batik motif dari Papua di[[produksi]] di Pekalongan, kemudian dikirim ke Papua dan diperdagangkan sebagai batik Papua. Batik Papua mulai berkembang sekitar tahun 1985, motif yang berkembang merupakan perpaduan dua budaya antara Papua dan [[Pekalongan]]. [[Pekalongan]] merupakan etnis [[Jawa]] sebagai penghasil batik dipadukan dengan etnis Papua yang kaya akan ragam hias yang dikembangkan sebagai motif batik. Batik Papua hasil perpaduan dua budaya ini juga dikenal dengan julukan lain, yaitu: '''Batik Port Numbay'''. Batik Papua mempunyai keunikan tersendiri dari aspek motifnya, karena dikembangkan dari kekayaan budaya dan keunikan alam Papua yang eksotik.
Pembahasan di atas merupakan gambaran tentang makna solidaritas yang terkandung dalam motif-motif batik Nusantara. Tentu masih banyak motif-motif yang masih terlewatkan atau belum teridentifikasi, karena berbagai keterbatasan. Pen­ jelasan secara ringkas tentang nilai-nilai solidaritas dari motif-motif batik tersebut, dapat dilihat dalam Tabel 1. Beberapa contoh visual motif batiknya dapat dilihat dalam Tabel 2, dan Tabel 3 tentang perbandingan keragaman rupa dan kesamaan
makna dari motif-motif tersebut.


== Motif Batik Papua ==
''Sumber: Jatra (Jurnal Sejarah dan Budaya), Vol. 13''
Motif Batik Papua yang sudah dikenal antara lain, yaitu:
* Asmat
* Cenderawasih
* Sentani
* Tifa
* Tambal Ukir
* Matoa<ref name=":0">{{Cite book|first=Balai Besar Kerajinan dan Batik|date=2020|url=https://intranet.batik.go.id/file_lampiran/informasipublik/Batik_Nusantara_Kumpulan_Motif.pdf|title=Batik Nusantara : Kumpulan Motif|location=Yogyakarta|isbn=978-602-52398-8-5|url-status=live}}</ref>
* Pinang<ref name=":0" />
* Honai<ref name=":0" />
Adapun selain itu motif yang mengandung nilai-nilai solidaritas antara lain, diantaranya:
* Tifa

{{Quote|Motif Tifa memiliki suatu Makna bahwa manusia hidup harus mempunyai kekuatan untuk menghalau musuh-musuhnya, dapat didapatkan dengan berkumpul atau bersatu}}
* Tambal Ukir

{{Quote|Motif Tambal Ukir secara visual motif ini mencitrakan tentang kekayaan ragam hias tradisional yang dimiliki berbagai suku yang ada di Papua, maknanya bersatu akan meningkatkan kekuatan dan keindahan, saling melengkap, saling menambal dalam hidup bersama, sehingga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Permasalahan adalah laksana penyakit yang dapat menimbulkan berbagai kekacauan dalam masyarakat dan disintregasi bangsa}}

* Matoa{{Quote|Motif matoa pada batik Papua terinspirasi dari buah matoa yang dikenal sebagai salah satu buah asli dari Papua. motif ini digambarkan berupa rangkaian buah matoa dan juga dedaunannya. Motif ini mengandung makna rasa syukur akan kekayaan dan keanekaragaman tanah Papua.}}

* Pinang{{Quote|Motif pinang terinspirasi dari buah pinang yang telah menjadi bagian dari budaya memakan sirih dalam masyarakat Papua. Motif ini diangkat agar pemakai batik Papua terus mengingat tradisi memakan sirih di Papua.
Motif ini digambarkan secara sederhana dengan serangkaian buah pinang yang dihiasi dengan dedaunan pinang. Motif ini juga menggambarkan masyarakat Papua yang hangat dan bersahabat.}}

* Honai
{{Quote|Honai merupakan rumah adat Papua, bentuk dan nilai-nilai filosofis dari honai yang kemudian diangkat dan dilukiskan dalam batik Papua. Motif honai memiliki nilai filosofis yang mendalam, yaitu sebagai tempat masyarakat Papua dilahirkan dan juga dibesarkan serta mempelajari nilai-nilai dalam kehidupan. Motif ini juga menggambarkan keindahan budaya dan alam Papua.
Motif ini digambarkan secara lengkap dimana honai digambarkan bersamaan dengan sayap burung cendrawasih, pegunungan, danau dan juga ikan.}}
Pembahasan di atas merupakan gambaran tentang makna solidaritas yang terkandung dalam motif-motif batik Nusantara. Tentu masih banyak motif-motif yang masih terlewatkan atau belum teridentifikasi, karena berbagai keterbatasan. Pen­jelasan secara ringkas tentang nilai-nilai solidaritas dari motif-motif batik tersebut.<ref>Jatra (Jurnal Sejarah dan Budaya), Vol. 13</ref>

== Lihat Juga ==
* [[Batik]]
* [[Batik Kalimantan]]
* [[Batik Maluku]]
* [[Batik Nusa Tenggara]]
* [[Batik Sumatra]]
* [[Batik Bali]]
* [[Batik Cianjur]]

== Tautan Referensi ==
{{Reflist|70m}}

[[Kategori:Batik]]
[[Kategori:Seni]]
[[Kategori:Seni Budaya]]
[[Kategori:Seni Batik]]

Revisi terkini sejak 23 Agustus 2023 14.18

Batik Papua adalah Pakaian khas dari wilayah Papua ini juga berkembang selain di wilayah Papua itu sendiri, pada awal­-nya batik Papua banyak dipengaruhi oleh gaya batik dari Pekalongan karena perhitungan bisnis lebih menguntungkan batik motif dari Papua diproduksi di Pekalongan, kemudian dikirim ke Papua dan diperdagangkan sebagai batik Papua. Batik Papua mulai berkembang sekitar tahun 1985, motif yang berkembang merupakan perpaduan dua budaya antara Papua dan Pekalongan. Pekalongan merupakan etnis Jawa sebagai penghasil batik dipadukan dengan etnis Papua yang kaya akan ragam hias yang dikembangkan sebagai motif batik. Batik Papua hasil perpaduan dua budaya ini juga dikenal dengan julukan lain, yaitu: Batik Port Numbay. Batik Papua mempunyai keunikan tersendiri dari aspek motifnya, karena dikembangkan dari kekayaan budaya dan keunikan alam Papua yang eksotik.

Motif Batik Papua

[sunting | sunting sumber]

Motif Batik Papua yang sudah dikenal antara lain, yaitu:

  • Asmat
  • Cenderawasih
  • Sentani
  • Tifa
  • Tambal Ukir
  • Matoa[1]
  • Pinang[1]
  • Honai[1]

Adapun selain itu motif yang mengandung nilai-nilai solidaritas antara lain, diantaranya:

  • Tifa

Motif Tifa memiliki suatu Makna bahwa manusia hidup harus mempunyai kekuatan untuk menghalau musuh-musuhnya, dapat didapatkan dengan berkumpul atau bersatu

  • Tambal Ukir

Motif Tambal Ukir secara visual motif ini mencitrakan tentang kekayaan ragam hias tradisional yang dimiliki berbagai suku yang ada di Papua, maknanya bersatu akan meningkatkan kekuatan dan keindahan, saling melengkap, saling menambal dalam hidup bersama, sehingga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Permasalahan adalah laksana penyakit yang dapat menimbulkan berbagai kekacauan dalam masyarakat dan disintregasi bangsa

  • Matoa

    Motif matoa pada batik Papua terinspirasi dari buah matoa yang dikenal sebagai salah satu buah asli dari Papua. motif ini digambarkan berupa rangkaian buah matoa dan juga dedaunannya. Motif ini mengandung makna rasa syukur akan kekayaan dan keanekaragaman tanah Papua.

  • Pinang

    Motif pinang terinspirasi dari buah pinang yang telah menjadi bagian dari budaya memakan sirih dalam masyarakat Papua. Motif ini diangkat agar pemakai batik Papua terus mengingat tradisi memakan sirih di Papua.

Motif ini digambarkan secara sederhana dengan serangkaian buah pinang yang dihiasi dengan dedaunan pinang. Motif ini juga menggambarkan masyarakat Papua yang hangat dan bersahabat.

  • Honai

Honai merupakan rumah adat Papua, bentuk dan nilai-nilai filosofis dari honai yang kemudian diangkat dan dilukiskan dalam batik Papua. Motif honai memiliki nilai filosofis yang mendalam, yaitu sebagai tempat masyarakat Papua dilahirkan dan juga dibesarkan serta mempelajari nilai-nilai dalam kehidupan. Motif ini juga menggambarkan keindahan budaya dan alam Papua. Motif ini digambarkan secara lengkap dimana honai digambarkan bersamaan dengan sayap burung cendrawasih, pegunungan, danau dan juga ikan.

Pembahasan di atas merupakan gambaran tentang makna solidaritas yang terkandung dalam motif-motif batik Nusantara. Tentu masih banyak motif-motif yang masih terlewatkan atau belum teridentifikasi, karena berbagai keterbatasan. Pen­jelasan secara ringkas tentang nilai-nilai solidaritas dari motif-motif batik tersebut.[2]

Lihat Juga

[sunting | sunting sumber]

Tautan Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Batik Nusantara : Kumpulan Motif (PDF). Yogyakarta. 2020. ISBN 978-602-52398-8-5. 
  2. ^ Jatra (Jurnal Sejarah dan Budaya), Vol. 13