Lompat ke isi

Aprila Wayar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Envapid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(19 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}
[[Aprila Russiana Amelia Wayar]] atau yang biasa disapa Emil adalah seorang novelis perempuan pertama dari [[Papua]] dan juga seorang jurnalis yang lahir di [[Jayapura]], 15 April 1980, ia dibesarkan di [[Jawa]] setelah mengikuti orangtuanya yang pindah ke [[Tasikmalaya Jawa barat]]. <ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.indonesiana.id/read/63692/aprila-wayar-novelis-perempuan-papua-pertama|title=Indonesiana|last=|first=Ignasia|date=27/04/2019|website=Aprila Wayar, Novelis Perempuan Papua Pertama|access-date=26/02/2020}}</ref>Setelah selesai menempuh sekolah menengah atas, kemudian ia melanjutkan pendidikan di bangku perguruan tinggi dengan mengambil jurusan [[Ekonomi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta]]. Ketika lulus pada tahun 2006, seorang kawannya yang baru membuka hotel di [[Bitung]] mengajaknya untuk bergabung, walaupun ia berkesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya di perguruan tinggi yakni manajemen pada pekerjaannya, tetapi Emil hanya bertahan enam bulan dalam pekerjaannya tersebut. Emil memilih kembali ke [[Jayapura Papua]] dan bergabung dengan [[Forum Kerja sama Lembaga Swadaya Masyarakat (Foker-LSM) Papua]] sebagai seorang peneliti.
{{Infobox writer|name=Aprila Wayar|birth_place=Jayapura|birth_date=15 April 1980|nationality=Indonesia|alma_mater=Universitas Kristen Duta Wacana}}


'''Aprila Wayar''' atau yang biasa disapa Emil adalah seorang novelis perempuan pertama dari [[Papua]] dan juga seorang jurnalis yang lahir di [[Jayapura]], 15 April 1980, ia dibesarkan di [[Jawa]] setelah mengikuti orangtuanya yang pindah ke [[Tasikmalaya Jawa barat]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.indonesiana.id/read/63692/aprila-wayar-novelis-perempuan-papua-pertama|title=Indonesiana|last=|first=Ignasia|date=27/04/2019|website=Aprila Wayar, Novelis Perempuan Papua Pertama|access-date=26/02/2020}}</ref> Setelah selesai menempuh sekolah menengah atas, kemudian ia melanjutkan pendidikan di bangku perguruan tinggi dengan mengambil jurusan [[Ekonomi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta]]. Ketika lulus pada tahun 2006, seorang kawannya yang baru membuka hotel di [[Bitung]] mengajaknya untuk bergabung, walaupun ia berkesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya di perguruan tinggi yakni ekonomi manajemen pada pekerjaannya, tetapi Emil hanya bertahan enam bulan dalam pekerjaannya tersebut. Emil memilih kembali ke [[Jayapura Papua]] dan bergabung dengan Tabloid Jubi sebagai jurnalis dan [[Forum Kerja sama Lembaga Swadaya Masyarakat (Foker-LSM) Papua]] sebagai seorang peneliti.
Pengalamanlah yang menghantarkan Emil menjadi peneliti di [[Foker-LSM Papua]] sehingga sangat akrab dengan dunia riset, disaat yang bersamaan Emil juga menjadi kontributor aktif di [[Jubi]], sebuah situs pemberitaan online di [[Papua]]. Bagi Emil, menjadi seorang jurnalis dapat memberikan dirinya kesempatan yang lebih luas untuk melihat masalah ataupun isu-isu sosial di tanah [[Papua]], namun sayangnya dalam dunia jurnalistik ia mengalami kendala dimana tidak semua hal yang ditemui dapat dimuat dalam laporan jurnalistiknya. Pengalaman dirinya menjadi seorang jurnalis yang dirasakan dirinya paling menantang ialah ketika dirinya melakukan liputan konflik [[Papua]], tokoh-tokoh [[Papua]] seperti [[Goliath Tabuni]], [[Richard Yoweni,]] dan [[Seth Jafet Rumkorem]] sudah pernah ia wawancarai ketika bertugas. <ref>{{Cite web|url=http://www.Beritagar.id|title=Seorang penulis dan novelis|last=Fitriyanto|first=Aprila|date=12/03/2019|website=Aprila Russiana Amelia, Seorang Novelis dan Jurnalis|access-date=26/02/2020}}</ref>


Pengalamanlah yang menghantarkan Emil menjadi peneliti di [[Foker-LSM Papua]] sehingga sangat akrab dengan dunia riset, disaat yang bersamaan Emil juga menjadi kontributor aktif di [[Jubi]], sebuah situs pemberitaan online di [[Papua]]. Bagi Emil, menjadi seorang [[jurnalis]] dapat memberikan dirinya kesempatan yang lebih luas untuk melihat masalah ataupun isu-isu sosial di tanah [[Papua]], namun sayangnya dalam dunia [[jurnalistik]] ia mengalami kendala dimana tidak semua hal yang ditemui dapat dimuat dalam laporan jurnalistiknya. Pengalaman dirinya menjadi seorang jurnalis yang dirasakan dirinya paling menantang ialah ketika dirinya melakukan liputan konflik [[Papua]], tokoh-tokoh [[Organisasi Papua Merdeka]] seperti [[Goliath Tabuni]], [[Richard Yoweni,]] dan [[Seth Jafet Rumkorem]] sudah pernah ia wawancarai ketika bertugas.<ref>{{Cite web|url=http://www.beritagar.id/|title=Seorang penulis dan novelis|last=Fitriyanto|first=Aprila|date=12/03/2019|website=Aprila Russiana Amelia, Seorang Novelis dan Jurnalis|access-date=26/02/2020|archive-date=2020-02-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20200226122704/http://www.beritagar.id/|dead-url=yes}}</ref>
Selain sebagai seorang jurnalis [[Papua]], Emil juga memiliki kegemaran menulis cerita pendek saat ia berada pada semester akhir di bangku perkuliahannya. Pada tahun 2006 saat dirinya mencoba menulis sebuah cerita pendek dan berniat untuk mempublikasikannya ke [[Jubi]], tak disangka ide-ide yang dimilikinya dalam alur cerita pendek tersebut mendapat sorotan dari pihak redaksi [[Jubi]] saat itu, sehingga draf cerpen miliknya berubah menjadi sebuah naskah novel. Dari titik inilah seorang Emil mencatatkan dirinya sebagai seorang novelis perempuan pertama asal [[Papua]]. Novel pertama Emil yang berjudul [[Mawar Hitam Tanpa Akar (2009)|''Mawar Hitam Tanpa Akar (2009)'']] yang menggambarkan perjuangan orang asli [[Papua]] di tengah pelanggaran [[HAM]] besar-besaran oleh oknum aparat keamanan kala itu berhasil mengantarnya ke ''[[Ubud Writers and Readers Festival]]'' (2012 dan 2015) di [[Bali]] bersama penulis-penulis terbaik di seluruh [[Indonesia]]. Ia juga diundang menghadiri ''[[ASEAN Literary Festival tahun 2014.|ASEAN Literary Festival]]'' [[ASEAN Literary Festival tahun 2014.|tahun 2014.]]<ref name=":0" />


Selain sebagai seorang jurnalis [[Papua]], Emil juga memiliki kegemaran menulis cerita pendek saat ia berada pada semester akhir di bangku perkuliahannya. Pada tahun 2006 saat dirinya mencoba menulis sebuah novel dan berniat untuk mempublikasikannya. Dari titik inilah seorang Emil mencatatkan dirinya sebagai seorang novelis perempuan pertama asal [[Papua]]. Novel pertama Emil yang berjudul ''[[Mawar Hitam Tanpa Akar (2009)]]'' yang menggambarkan perjuangan orang asli [[Papua]] di tengah pelanggaran [[HAM]] besar-besaran oleh oknum aparat keamanan kala itu, berhasil mengantarnya ke ''[[Ubud Writers and Readers Festival]]'' (2012 dan 2015) di [[Bali]] bersama penulis-penulis terbaik di seluruh [[Indonesia]]. Ia juga diundang menghadiri ''[[ASEAN Literary Festival tahun 2014.|ASEAN Literary Festival]]'' [[ASEAN Literary Festival tahun 2014.|tahun 2014.]]<ref name=":0" />
Pada 27 April 2018, Emil merilis novel ketiganya yang berjudul "[[Sentuh Papua]]" di Kantor [[Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta]]. Pada cetakan pertamanya novel "[[Sentuh Papua]]" dicetak sebanyak 300 eksemplar dengan jumlah halaman sebanyak 374 lembar. Adapun novel tersebut mengisahkan tentang sebuah ''undercover reporting'' jurnalis [[Belanda]] bernama Rohan di tanah [[Papua]] yang mengunjungi [[Papua]] menggunakan visa turis, kemudian melakukan penjelajahan untuk sampai ke sebuah daerah di [[Papua]] yang bernama [[Tanah Merah]] dan melakukan wawancara terhadap tokoh [[Organisasi Papua Merdeka]] (OPM) atau dalam pandangan [[Indonesia]] sebagai [[Kelompok Kriminal Bersenjata]] (KKB) di [[Papua]]. Menurut pengakuan Emil, selaku penulis Novel "[[Sentuh Papua]]" cerita di dalam novel tersebut diangkat dari kisah nyata, dimana isinya delapan puluh lima persen adalah fakta.<ref>{{Cite web|url=https://lokadata.id/artikel/aprila-russiana-identitas-ganda-jurnalis-dan-novelis|title=Aprila Russiana, Identitas Ganda Jurnalis dan Novelis|last=Zakaria|first=Anang|date=22/06/2018|website=Loka Data|access-date=26/02/2020}}</ref>


Sementara itu, novel kedua yang ditulis oleh Emil berjudul "[[Dua Perempuan]]" yang dirilis bersamaan dengan Novel "[[Mawar Hitam Tanpa Akar]]" di [[Abepura]] [[Jayapura]] merupakan hasil refleksi panjang dari seorang emil, baginya dengan menulis dapat mengobati luka di masa lalu. Saat menulis Novel "Dua Perempuan", Emil tengah bekerja di [[Foker LSM]] berbeda dengan Novel "[[Mawar Hitam Tanpa Akar]]" yang ditulisnya ketika duduk di bangku perkuliahan. Melalui Novel "[[Dua Perempuan]]" Emil ingin menunjukkan kemampuan perempuan [[Papua]] untuk maju dan berkembang serta memiliki daya saing yang tinggi. Peluncuran Novel "[[Dua Perempuan]]" tersebut juga dirinya persembahkan untuk [[Tabloid]] [[Jubi]] sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih seorang Emil, terhadap proses yang membentuknya selama menjadi seorang [[jurnalis]] pada [[redaksi]] tersebut.
Pada 21 Februari 2020, Emil kembali meluncurkan sebuah novel berjudul "[[Tambo Bunga Pala]]" yang diluncurkan di Pendopo [[Yayasan LKIS]], [[Sorowajan]] [[Yogyakarta]]. Peluncuran novel tersebut dilaksanakan oleh [[Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta]] dan [[Fawawi Club]] yang merupakan komunitas sastra para penulis asal [[Papua]]. Novel "[[Tambo Bunga Pala]]" yang diterbitkan secara mandiri oleh [[Wayar]] dengan donasi dari [[Aliansi Demokrasi untuk Papua (AlDP)]] tersebut menceritakan [[Kota Fakfak]] sebagai salah satu poros peradaban di [[Papua]] yang cenderung luput dari perhatian publik, padahal faktanya [[Fakfak]] yang merupakan salah satu kota tertua di [[Papua]] dan awal peradaban orang [[Papua]] dimulai memiliki berbagai keunikan mulai dari sejarahnya hingga lanskap kotanya yang "bertingkat" atau "bersusun". Dalam proses penyusunan novel "[[Tambo Bunga Pala]]" tersebut, Emil mengaku kesulitan mencari dan menghimpun data terkait perkembangan [[Kota Fakfak]] di [[Papua Barat.]] Dalam peluncuran novel keempatnya tersebut, Emil juga berharap kisah yang tertulis dalam novelnya dapat memotivasi generasi muda [[Papua,]] khususnya generasi muda yang berada di [[Kota Fakfak]] untuk menulis sendiri sejarahnya.


Pada 27 April 2018, Emil merilis novel ketiganya yang berjudul "[[Sentuh Papua]]" di Kantor [[Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta]]. Pada cetakan pertamanya novel "[[Sentuh Papua]]" dicetak sebanyak 300 eksemplar dengan jumlah halaman sebanyak 374 lembar. Adapun novel tersebut mengisahkan tentang sebuah ''undercover reporting'' jurnalis [[Belanda]] bernama Rohan di tanah [[Papua]] yang mengunjungi [[Papua]] menggunakan visa turis, kemudian melakukan penjelajahan untuk sampai ke sebuah daerah di [[Papua]] yang bernama [[Tanah Merah]] dan melakukan wawancara terhadap tokoh [[Organisasi Papua Merdeka]] (OPM) atau dalam pandangan [[Indonesia]] sebagai [[Kelompok Kriminal Bersenjata]] (KKB) di [[Papua]]. Menurut pengakuan Emil, selaku penulis Novel "[[Sentuh Papua]]" cerita di dalam novel tersebut diangkat dari kisah nyata, dimana isinya delapan puluh lima persen adalah fakta.<ref>{{Cite web|url=https://lokadata.id/artikel/aprila-russiana-identitas-ganda-jurnalis-dan-novelis|title=Aprila Russiana, Identitas Ganda Jurnalis dan Novelis|last=Zakaria|first=Anang|date=22/06/2018|website=Loka Data|access-date=26/02/2020|archive-date=2020-02-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20200226132606/https://lokadata.id/artikel/aprila-russiana-identitas-ganda-jurnalis-dan-novelis|dead-url=yes}}</ref>

Pada 21 Februari 2020, Emil kembali meluncurkan sebuah novel berjudul "[[Tambo Bunga Pala]]" yang diluncurkan di Pendopo [[Yayasan LKIS]], [[Sorowajan]] [[Yogyakarta]]. Peluncuran novel tersebut dilaksanakan oleh [[Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta]] dan [[Fawawi Club]] yang merupakan komunitas sastra para penulis asal [[Papua]]. Novel "[[Tambo Bunga Pala]]" yang diterbitkan secara mandiri oleh [[Wayar]] dengan donasi dari [[Aliansi Demokrasi untuk Papua (AlDP)]] tersebut menceritakan [[Kota Fakfak]] sebagai salah satu poros peradaban di [[Papua]] yang cenderung luput dari perhatian publik, padahal faktanya [[Fakfak]] yang merupakan salah satu kota tertua di [[Papua]] dan awal peradaban orang [[Papua]] dimulai memiliki berbagai keunikan mulai dari sejarahnya hingga lanskap kotanya yang "bertingkat" atau "bersusun". Dalam proses penyusunan novel "[[Tambo Bunga Pala]]" tersebut, Emil mengaku kesulitan mencari dan menghimpun data terkait perkembangan [[Kota Fakfak]] di [[Papua Barat.]] Dalam peluncuran novel keempatnya tersebut, Emil juga berharap kisah yang tertulis dalam novelnya dapat memotivasi generasi muda [[Papua,]] khususnya generasi muda yang berada di [[Kota Fakfak]] untuk menulis sendiri sejarahnya.<ref>{{Cite news|url=https://www.jubi.co.id/novel-tambo-bunga-pala-karya-aprila-wayar-diluncurkan-di-yogyakarta/?__cf_chl_jschl_tk__=9f26a96f47c7174a4907e0f7a0a7433ff6cedb50-1582725727-0-AdNQsjKuNCc81qbvIS53Rh5v8KzD_WK3qguCDSaDrQ2sgiGgjd5LVwqWLFx5JTYUAw7vq4gMRs-ufWJWRjXMbeX5S-U522UMGFvIe1vP2T8Hul3wzQJ6LwIW0AnSOhZZdVFagEPxjRo0RmHnqFreygV14dR7cOxo2ytcnYXEoMOGQxT3AbmGnccGNPD_FqvvWZkd7ShqgSNYxrfsEaV2zN-sFZpnGxhxL04AMMdPPPHzGn8Zf_JXhzow6uT84yTgJ7eaaZLXLj0IjLMShbxKodf8MJXbvEoxkdm2uAC-J8oin_m9fNrZZ1J6I0aUHB8CkaN8uV7wgbkMy-rNkGjqBLuKyZoRVAFZVeNcg5Nxgxtr|title=Novel "Tambo Bunga Pala" Karya Aprila Wayar Diluncurkan di Yogyakarta|last=Wisanggeni|first=Aryo|date=24/02/2020|work=JUBI|access-date=26/02/2020}}</ref>

Novel terbarunya berjudul "Hutan Rahasia" yang bercerita tentang kehidupan perempuan dari Suku Enggros, Jayapura, baru saja terbit pada Agustus 2020 ini.


== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
<references />

[[Kategori:Sastrawan Papua]]
[[Kategori:Sastrawan dari Papua]]
[[Kategori:Jurnalis Papua]]
[[Kategori:Jurnalis Papua]]
[[Kategori:Tokoh Papua]]
[[Kategori:Tokoh Papua]]

Revisi terkini sejak 29 Oktober 2023 02.54

Aprila Wayar
Lahir15 April 1980
Jayapura
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUniversitas Kristen Duta Wacana

Aprila Wayar atau yang biasa disapa Emil adalah seorang novelis perempuan pertama dari Papua dan juga seorang jurnalis yang lahir di Jayapura, 15 April 1980, ia dibesarkan di Jawa setelah mengikuti orangtuanya yang pindah ke Tasikmalaya Jawa barat.[1] Setelah selesai menempuh sekolah menengah atas, kemudian ia melanjutkan pendidikan di bangku perguruan tinggi dengan mengambil jurusan Ekonomi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Ketika lulus pada tahun 2006, seorang kawannya yang baru membuka hotel di Bitung mengajaknya untuk bergabung, walaupun ia berkesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya di perguruan tinggi yakni ekonomi manajemen pada pekerjaannya, tetapi Emil hanya bertahan enam bulan dalam pekerjaannya tersebut. Emil memilih kembali ke Jayapura Papua dan bergabung dengan Tabloid Jubi sebagai jurnalis dan Forum Kerja sama Lembaga Swadaya Masyarakat (Foker-LSM) Papua sebagai seorang peneliti.

Pengalamanlah yang menghantarkan Emil menjadi peneliti di Foker-LSM Papua sehingga sangat akrab dengan dunia riset, disaat yang bersamaan Emil juga menjadi kontributor aktif di Jubi, sebuah situs pemberitaan online di Papua. Bagi Emil, menjadi seorang jurnalis dapat memberikan dirinya kesempatan yang lebih luas untuk melihat masalah ataupun isu-isu sosial di tanah Papua, namun sayangnya dalam dunia jurnalistik ia mengalami kendala dimana tidak semua hal yang ditemui dapat dimuat dalam laporan jurnalistiknya. Pengalaman dirinya menjadi seorang jurnalis yang dirasakan dirinya paling menantang ialah ketika dirinya melakukan liputan konflik Papua, tokoh-tokoh Organisasi Papua Merdeka seperti Goliath Tabuni, Richard Yoweni, dan Seth Jafet Rumkorem sudah pernah ia wawancarai ketika bertugas.[2]

Selain sebagai seorang jurnalis Papua, Emil juga memiliki kegemaran menulis cerita pendek saat ia berada pada semester akhir di bangku perkuliahannya. Pada tahun 2006 saat dirinya mencoba menulis sebuah novel dan berniat untuk mempublikasikannya. Dari titik inilah seorang Emil mencatatkan dirinya sebagai seorang novelis perempuan pertama asal Papua. Novel pertama Emil yang berjudul Mawar Hitam Tanpa Akar (2009) yang menggambarkan perjuangan orang asli Papua di tengah pelanggaran HAM besar-besaran oleh oknum aparat keamanan kala itu, berhasil mengantarnya ke Ubud Writers and Readers Festival (2012 dan 2015) di Bali bersama penulis-penulis terbaik di seluruh Indonesia. Ia juga diundang menghadiri ASEAN Literary Festival tahun 2014.[1]

Sementara itu, novel kedua yang ditulis oleh Emil berjudul "Dua Perempuan" yang dirilis bersamaan dengan Novel "Mawar Hitam Tanpa Akar" di Abepura Jayapura merupakan hasil refleksi panjang dari seorang emil, baginya dengan menulis dapat mengobati luka di masa lalu. Saat menulis Novel "Dua Perempuan", Emil tengah bekerja di Foker LSM berbeda dengan Novel "Mawar Hitam Tanpa Akar" yang ditulisnya ketika duduk di bangku perkuliahan. Melalui Novel "Dua Perempuan" Emil ingin menunjukkan kemampuan perempuan Papua untuk maju dan berkembang serta memiliki daya saing yang tinggi. Peluncuran Novel "Dua Perempuan" tersebut juga dirinya persembahkan untuk Tabloid Jubi sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih seorang Emil, terhadap proses yang membentuknya selama menjadi seorang jurnalis pada redaksi tersebut.

Pada 27 April 2018, Emil merilis novel ketiganya yang berjudul "Sentuh Papua" di Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta. Pada cetakan pertamanya novel "Sentuh Papua" dicetak sebanyak 300 eksemplar dengan jumlah halaman sebanyak 374 lembar. Adapun novel tersebut mengisahkan tentang sebuah undercover reporting jurnalis Belanda bernama Rohan di tanah Papua yang mengunjungi Papua menggunakan visa turis, kemudian melakukan penjelajahan untuk sampai ke sebuah daerah di Papua yang bernama Tanah Merah dan melakukan wawancara terhadap tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau dalam pandangan Indonesia sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Menurut pengakuan Emil, selaku penulis Novel "Sentuh Papua" cerita di dalam novel tersebut diangkat dari kisah nyata, dimana isinya delapan puluh lima persen adalah fakta.[3]

Pada 21 Februari 2020, Emil kembali meluncurkan sebuah novel berjudul "Tambo Bunga Pala" yang diluncurkan di Pendopo Yayasan LKIS, Sorowajan Yogyakarta. Peluncuran novel tersebut dilaksanakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta dan Fawawi Club yang merupakan komunitas sastra para penulis asal Papua. Novel "Tambo Bunga Pala" yang diterbitkan secara mandiri oleh Wayar dengan donasi dari Aliansi Demokrasi untuk Papua (AlDP) tersebut menceritakan Kota Fakfak sebagai salah satu poros peradaban di Papua yang cenderung luput dari perhatian publik, padahal faktanya Fakfak yang merupakan salah satu kota tertua di Papua dan awal peradaban orang Papua dimulai memiliki berbagai keunikan mulai dari sejarahnya hingga lanskap kotanya yang "bertingkat" atau "bersusun". Dalam proses penyusunan novel "Tambo Bunga Pala" tersebut, Emil mengaku kesulitan mencari dan menghimpun data terkait perkembangan Kota Fakfak di Papua Barat. Dalam peluncuran novel keempatnya tersebut, Emil juga berharap kisah yang tertulis dalam novelnya dapat memotivasi generasi muda Papua, khususnya generasi muda yang berada di Kota Fakfak untuk menulis sendiri sejarahnya.[4]

Novel terbarunya berjudul "Hutan Rahasia" yang bercerita tentang kehidupan perempuan dari Suku Enggros, Jayapura, baru saja terbit pada Agustus 2020 ini.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Indonesiana". Aprila Wayar, Novelis Perempuan Papua Pertama. 27/04/2019. Diakses tanggal 26/02/2020. 
  2. ^ Fitriyanto, Aprila (12/03/2019). "Seorang penulis dan novelis". Aprila Russiana Amelia, Seorang Novelis dan Jurnalis. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-26. Diakses tanggal 26/02/2020. 
  3. ^ Zakaria, Anang (22/06/2018). "Aprila Russiana, Identitas Ganda Jurnalis dan Novelis". Loka Data. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-26. Diakses tanggal 26/02/2020. 
  4. ^ Wisanggeni, Aryo (24/02/2020). "Novel "Tambo Bunga Pala" Karya Aprila Wayar Diluncurkan di Yogyakarta". JUBI. Diakses tanggal 26/02/2020.