Lompat ke isi

Raden: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(22 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Raden''' adalah gelar putra dan putri raja atau gelar keturunan raja (untuk kerabat yang sudah jauh), selain itu juga sebagai sapaan atau panggilan kepada bangsawan (keturunan raja)<ref>Raden[https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/raden]</ref>
'''Raden''' adalah [[gelar]] kebangsawanan di kebudayaan [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Madura|Madura]], dan beberapa wilayah lainnya yang ada di Indonesia. Gelar ini sejak abad ke-14 misalnya juga dipakai di [[Kalimantan]] ([[Kerajaan Negara Daha]]) dan masih dipakai pada sebagian keraton misalnya [[Kesultanan Sambas]]. Dalam menulis nama orang, "Raden" biasa disingkat "R." (Contoh : Raden Ahmad Baihaqi Hakim menjadi R. Ahmad Baihaqi Hakim).

Gelar kebangsawanan ini tidak hanya digunakan dalam kebudayaan Jawa atau [[Suku Jawa|Jawa]] saja, tapi juga digunakan dalam kebudayaan [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Madura|Madura]], [[Kerajaan Sintang|Sintang]], dan beberapa wilayah lainnya yang ada di Indonesia. Gelar ini sejak abad ke-14 misalnya juga dipakai di [[Kalimantan]] ([[Kerajaan Negara Daha]]) dan masih dipakai pada sebagian keraton misalnya [[Kesultanan Sambas]]. Dalam menulis nama orang, "Raden" biasa disingkat "R.".


== Asal kata ==
== Asal kata ==
Kata "raden" berasal dari kata ''rahadian'' atau '''roh'''-'''adi'''-'''an'''. Roh berarti ruh atau suksma. Adi berarti besar, luhur, mulia. Kata raden ini juga setara dengan ''radin'' atau rasa, perasaan. Kata raden juga mengacu pada kata radya yang berarti negara, keraton, atau pemangku negeri. Gelar umum bagi para bangsawan Jawa ini dahulunya berarti pemangku negeri yang telah mencapai keluhuran rohani dan kemuliaan akhlak. Bahkan juga telah mencapai “ketajaman perasaan” dan kelembutan hati nurani. Gelar ini juga dahulunya menunjuk kepada kewajiban para pemangku negeri, yakni para bangsawan atau pangeran di tanah Jawa.<ref>{{cite web |url=http://salihara.org/community/2012/07/30/raden-ngabehi-ranggawarsita-islam-dan-kejawen | title=Arti Raden |date=10 March 2014}}</ref>
Kata "raden" berasal dari kata ''rahadian Chaidir mandala'' atau '''roh'''-'''adi'''-'''an'''. Roh berarti ruh atau suksma. Adi berarti besar, luhur, mulia. Kata raden ini juga setara dengan ''radin'' atau rasa, perasaan. Kata raden juga mengacu pada kata radya yang berarti negara, keraton, atau pemangku negeri. Gelar umum bagi para bangsawan Jawa ini dahulunya berarti pemangku negeri yang telah mencapai keluhuran rohani dan kemuliaan akhlak. Bahkan juga telah mencapai “ketajaman perasaan” dan kelembutan hati nurani. Gelar ini juga dahulunya menunjuk kepada kewajiban para pemangku negeri, yakni para bangsawan atau pangeran di tanah Jawa.<ref>{{cite web |url=http://salihara.org/community/2012/07/30/raden-ngabehi-ranggawarsita-islam-dan-kejawen |title=Arti Raden |date=10 March 2014 |access-date=2014-03-10 |archive-date=2014-03-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140310130334/http://salihara.org/community/2012/07/30/raden-ngabehi-ranggawarsita-islam-dan-kejawen |dead-url=yes }}</ref>

Selain berarti Sukma, RADEN juga disebut-sebut sebagai sebuah singkatan dari Abdurrahman Sayyidin. Ini artinya pemegang gelar Raden merupakan keturunan Imam Husein dari jalur Abdurrahman. Singkatan ini sekaligus membedakan diri dari gelar MAS yang merupakan singkatan dari Maulana Syarif .

== Raden dalam Kesultanan Palembang ==
Gelar Raden dalam Kesultanan Palembang Darussalam dimulai pada masa [[Susuhunan Abdurrahman|Pangeran Ario Kesumo Abdurrohim (Kemas Hindi)]]. Karena merasa bahwa dukungan dari [[Kesultanan Mataram]] sudah mulai berkurang dalam menghadapi serbuan kerajaan lain, maka beliau mengambil keputusan untuk memisahkan diri dari kekuasaan [[Kesultanan Mataram]] serta memproklamirkan berdirinya [[Kesultanan Palembang|Kesultanan Palembang Darussalam]] dengan gelar [[Sultan]]. Lalu kepada anak-anaknya beliau memberikan gelar Raden. Sedangkan untuk [[Putra mahkota|Putra Mahkota]] gelar yang Tertinggi adalah Pangeran Ratu (Biasanya anak laki-laki tertua dari Sultan). Namun demikian pernah terjadi Sultan memberi gelar anak laki-lakinya yang tertua dengan gelar Pangeran Adipati atau Prabu Anom. Gelar Pangeran Adipati dipakai oleh anak tertua dari Sultan Abdurrahman yang tidak sempat menjadi raja, dan kedudukannya digantikan oleh adiknya [[Sultan Muhammad Mansyur|Pangeran Ario (Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago)]] dan pada tahun 1821-1825 pemberian dan pemakaian gelar Prabu Anom dilakukan Oleh Sultan Ahmad Najamuddin II (Husin Dhiauddin).


== Catatan Kaki ==
== Catatan Kaki ==
Baris 11: Baris 18:
* [[Raden Mas]]
* [[Raden Mas]]
* [[Raden Panji]]
* [[Raden Panji]]
* [[Raden]] [[Tumenggung]]
* Raden [[Tumenggung]]
* [[Raden]] [[Adipati]]
* Raden [[Adipati]]
* [[Raden Patah]]
* [[Raden Patah]]
* [[Raden Samudera]]
* [[Raden Samudera]]

Revisi terkini sejak 14 Juni 2024 10.04

Raden adalah gelar putra dan putri raja atau gelar keturunan raja (untuk kerabat yang sudah jauh), selain itu juga sebagai sapaan atau panggilan kepada bangsawan (keturunan raja)[1]

Gelar kebangsawanan ini tidak hanya digunakan dalam kebudayaan Jawa atau Jawa saja, tapi juga digunakan dalam kebudayaan Sunda, Madura, Sintang, dan beberapa wilayah lainnya yang ada di Indonesia. Gelar ini sejak abad ke-14 misalnya juga dipakai di Kalimantan (Kerajaan Negara Daha) dan masih dipakai pada sebagian keraton misalnya Kesultanan Sambas. Dalam menulis nama orang, "Raden" biasa disingkat "R.".

Asal kata

[sunting | sunting sumber]

Kata "raden" berasal dari kata rahadian Chaidir mandala atau roh-adi-an. Roh berarti ruh atau suksma. Adi berarti besar, luhur, mulia. Kata raden ini juga setara dengan radin atau rasa, perasaan. Kata raden juga mengacu pada kata radya yang berarti negara, keraton, atau pemangku negeri. Gelar umum bagi para bangsawan Jawa ini dahulunya berarti pemangku negeri yang telah mencapai keluhuran rohani dan kemuliaan akhlak. Bahkan juga telah mencapai “ketajaman perasaan” dan kelembutan hati nurani. Gelar ini juga dahulunya menunjuk kepada kewajiban para pemangku negeri, yakni para bangsawan atau pangeran di tanah Jawa.[2]

Selain berarti Sukma, RADEN juga disebut-sebut sebagai sebuah singkatan dari Abdurrahman Sayyidin. Ini artinya pemegang gelar Raden merupakan keturunan Imam Husein dari jalur Abdurrahman. Singkatan ini sekaligus membedakan diri dari gelar MAS yang merupakan singkatan dari Maulana Syarif .

Raden dalam Kesultanan Palembang

[sunting | sunting sumber]

Gelar Raden dalam Kesultanan Palembang Darussalam dimulai pada masa Pangeran Ario Kesumo Abdurrohim (Kemas Hindi). Karena merasa bahwa dukungan dari Kesultanan Mataram sudah mulai berkurang dalam menghadapi serbuan kerajaan lain, maka beliau mengambil keputusan untuk memisahkan diri dari kekuasaan Kesultanan Mataram serta memproklamirkan berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam dengan gelar Sultan. Lalu kepada anak-anaknya beliau memberikan gelar Raden. Sedangkan untuk Putra Mahkota gelar yang Tertinggi adalah Pangeran Ratu (Biasanya anak laki-laki tertua dari Sultan). Namun demikian pernah terjadi Sultan memberi gelar anak laki-lakinya yang tertua dengan gelar Pangeran Adipati atau Prabu Anom. Gelar Pangeran Adipati dipakai oleh anak tertua dari Sultan Abdurrahman yang tidak sempat menjadi raja, dan kedudukannya digantikan oleh adiknya Pangeran Ario (Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago) dan pada tahun 1821-1825 pemberian dan pemakaian gelar Prabu Anom dilakukan Oleh Sultan Ahmad Najamuddin II (Husin Dhiauddin).

Catatan Kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Raden[1]
  2. ^ "Arti Raden". 10 March 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-10. Diakses tanggal 2014-03-10. 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]