Lompat ke isi

R.A.A. Kusumahningrat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k clean up
 
(5 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2: Baris 2:
|honorific-prefix = Raden Aria Adipati
|honorific-prefix = Raden Aria Adipati
|name = Kusumahningrat <br> (Dalem Pancaniti)
|name = Kusumahningrat <br> (Dalem Pancaniti)
|nationality = [[Cianjur]]
|nationality = Hinda-Belanda
|image = Kusumahningrat.jpg
|image = Kusumahningrat.jpg
|order =
|order =
|office= [[Kabupaten Cianjur|Bupati Cianjur]]
|office= [[Daftar Bupati Cianjur|Bupati Cianjur]]
|term_start = 1834
|term_start = 1834
|term_end = 1862
|term_end = 1862
|vicepresident =
|vicepresident =
|predecessor = [[R. Tumenggung Wiranagara]]
|predecessor = [[R. Tumenggung Wiranagara]]
|successor = [[R.A.A. Prawiradireja II ]]
|successor = [[R.A.A. Prawiradireja II]]
|order2 =
|order2 =
|term_start2 =
|term_start2 =
Baris 24: Baris 24:
|death_date = 1862
|death_date = 1862
|death_place = Cianjur
|death_place = Cianjur
|nationality = Hinda-Belanda
|party =
|party =
|spouse =
|spouse =
Baris 33: Baris 32:
}}
}}


'''R.A.A Kusumahningrat''' (ejaan lama: '''Koesoemaningrat''') (lahir 1834- meninggal 1862) atau lebih dikenal dengan sebutan '''Dalem Pancaniti''' adalah bupati [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]] ke-10 yang berjasa besar dalam mengembangkan seni [[Tembang Cianjuran]].<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/45463431|title=Ensiklopedi Sunda : alam, manusia, dan budaya, termasuk budaya Cirebon dan Betawi|date=2000|publisher=Pustaka Jaya|others=Rosidi, Ajip, 1938-, Pustaka Jaya (Firm)|isbn=979-419-259-7|edition=Cet. 1|location=[Jakarta]|oclc=45463431}}</ref> Ia juga merupakan [[orang Sunda]] pertama yang membuat kamus dwibahasa Melayu-Sunda.<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite journal|last=Gunawan|first=Aditia|title=Dalem Pancaniti: Penulis dari Pendopo Cianjur|url=https://www.academia.edu/5533991/Dalem_Pancaniti_Penulis_dari_Pendopo_Cianjur|journal=Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XIII Jogjakarta|language=en}}</ref>
'''R.A.A Kusumahningrat''' ({{Lang-su|{{Sund|ᮛ.ᮃ.ᮃ ᮊᮥᮞᮥᮙᮂᮔᮤᮀᮛᮒ᮪}}}} ejaan lama: '''Koesoemaningrat''') (lahir 1834- meninggal 1862) atau lebih dikenal dengan sebutan '''Dalem Pancaniti''' adalah bupati [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]] ke-10 yang berjasa besar dalam mengembangkan seni [[Tembang Cianjuran]].<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/45463431|title=Ensiklopedi Sunda : alam, manusia, dan budaya, termasuk budaya Cirebon dan Betawi|date=2000|publisher=Pustaka Jaya|others=Rosidi, Ajip, 1938-, Pustaka Jaya (Firm)|isbn=979-419-259-7|edition=Cet. 1|location=[Jakarta]|oclc=45463431}}</ref><ref name=":2">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=PuWkDwAAQBAJ&pg=PA394&dq=dalem+pancaniti&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwikqM7AkZ7qAhWkILcAHfOPAaQQ6AEwBHoECAQQAg#v=onepage&q=dalem%20pancaniti&f=false|title=65 = 67 Catatan Acak-acakan dan Catatan Apa Adanya|last=Ayatrohaedi|date=2011-01-01|publisher=Dunia Pustaka Jaya|isbn=978-979-419-570-3|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=P7EOAQAAMAAJ&q=dalem+pancaniti&dq=dalem+pancaniti&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwikqM7AkZ7qAhWkILcAHfOPAaQQ6AEwBXoECAYQAg|title=Mengenal seni tembang Sunda|last=Wiratmaja|first=Apung S.|date=2007|publisher=Wahana Iptek Bandung|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=eJALAQAAMAAJ&q=dalem+pancaniti&dq=dalem+pancaniti&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwikqM7AkZ7qAhWkILcAHfOPAaQQ6AEwB3oECAcQAQ|title=Mengungkap nilai tradisi pada seni pertunjukan Jawa Barat|last=Herdini|first=Heri|date=2008|publisher=Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah, dan Nilai Tradisional|language=id}}</ref> Ia juga merupakan [[orang Sunda]] pertama yang membuat kamus dwibahasa Melayu-Sunda.<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite journal|last=Gunawan|first=Aditia|title=Dalem Pancaniti: Penulis dari Pendopo Cianjur|url=https://www.academia.edu/5533991/Dalem_Pancaniti_Penulis_dari_Pendopo_Cianjur|journal=Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XIII Jogjakarta|language=en}}</ref>


Sebutan Dalem Pancaniti ia dapatkan karena kebiasaanya untuk berada di sebuah ruangan yang disebut pancaniti, yaitu berupa pavilyun di dalam lingkungan pendopo Cianjur. Di tempat itu ia sering bekerja dan bertafakur untuk mencurahkan pemikiran dan karya-karyanya.<ref name=":0" />
Sebutan Dalem Pancaniti ia dapatkan karena kebiasaanya untuk berada di sebuah ruangan yang disebut pancaniti, yaitu berupa pavilyun di dalam lingkungan pendopo Cianjur. Di tempat itu ia sering bekerja dan bertafakur untuk mencurahkan pemikiran dan karya-karyanya.<ref name=":0" />


==Latar Belakang Keluarga==
==Latar Belakang Keluarga==
Semasa kecil ia bernama Raden Hasan. Ia dikirimkan ke berbagai pesantren oleh ayahnya untuk belajar agama, di antaranya ke Pesantren Cigawir, Limbangan. Sejak kecil ia mendalami pantun Sunda dan seni [[Degung|gamelan degung]] kepada R. Wasitareja (Wasitaredja) bersama saudara-saudaranya yang lain seperti R.Suryakusumah (Soerjakoesoemah), R.Adinegara, R. Habib Kusumanagara (Koesoemanagara), R. H. Mohammad Syafe'i (Sjafe'i), R. Jayasudibja (Djajasoedibdja) dan R. Natawireja (Natawiredja).<ref name=":0" /> Setelah meninggal (1862), ia dimakamkan di Pasarean Agung, [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]]. Pengembangan seni tembang dilanjutkan oleh anaknya, Raden Alibasyah yang setelah menjadi bupati Cianjur bernama [[R.A.A. Prawiradiredja II|R. A. A. Prawiradireja (Prawiradiredja) II]].<ref name=":0" />
Semasa kecil ia bernama Raden Hasan. Ia dikirimkan ke berbagai pesantren oleh ayahnya untuk belajar agama, di antaranya ke Pesantren Cigawir, Limbangan. Sejak kecil ia mendalami pantun Sunda dan seni [[Degung|gamelan degung]] kepada R. Wasitareja (Wasitaredja) bersama saudara-saudaranya yang lain seperti R.Suryakusumah (Soerjakoesoemah), R.Adinegara, R. Habib Kusumanagara (Koesoemanagara), R. H. Mohammad Syafe'i (Sjafe'i), R. Jayasudibja (Djajasoedibdja) dan R. Natawireja (Natawiredja).<ref name=":0" /> Setelah meninggal (1862), ia dimakamkan di Pasarean Agung, [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]]. Pengembangan seni tembang dilanjutkan oleh anaknya, Raden Alibasyah yang setelah menjadi bupati Cianjur bernama [[R.A.A. Prawiradiredja II|R. A. A. Prawiradireja (Prawiradiredja) II]].<ref name=":0" /><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=FI0lttgdyjcC&q=dalem+pancaniti&dq=dalem+pancaniti&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwikqM7AkZ7qAhWkILcAHfOPAaQQ6AEwCHoECAkQAg|title=Ensiklopedi musik Indonesia|date=1900|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah|language=id}}</ref>
==Karya-Karya Dalem Pancaniti==
==Karya-Karya Dalem Pancaniti==
Ia memiliki minat yang sangat tinggi untuk mendalami kesenian Sunda maupun budaya Eropa.<ref name=":0" /> Hal ini dibuktikannya dengan karya-karya monumental yang ia hasilkan. Dalam bidang seni musik ia menggubah dan mengembangkan seni [[Tembang Cianjuran]] baik dalam hal lirik lagu maupun komposisi iringan,<ref name=":0" /> dalam bidang sastra ia menggubah beberapa [[hikayat]] dan kisah dalam [[bahasa Sunda]], ia pun menyusun kamus Sunda-Melayu<ref name=":1" /> sehingga menjadikannya sebagai orang Sunda pertama yang membuat [[Kamus|kamus dwi-bahasa]]. Selain itu, Dalem Pancaniti juga dikenal memiliki hubungan baik secara politis dengan bupati-bupati dari daerah lainnya semasa ia menjabat.<ref name=":1" />
Ia memiliki minat yang sangat tinggi untuk mendalami kesenian Sunda maupun budaya Eropa.<ref name=":0" /><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=osx7DwAAQBAJ&pg=PA350&dq=dalem+pancaniti&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwikqM7AkZ7qAhWkILcAHfOPAaQQ6AEwAHoECAEQAg|title=Raden Saleh dan Karyanya|last=Kraus|first=Werner|date=2018-10-08|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-602-424-841-3|language=id}}</ref> Hal ini dibuktikannya dengan karya-karya monumental yang ia hasilkan. Dalam bidang seni musik ia menggubah dan mengembangkan seni [[Tembang Cianjuran]] baik dalam hal lirik lagu maupun komposisi iringan,<ref name=":0" /> dalam bidang sastra ia menggubah beberapa [[hikayat]] dan kisah dalam [[bahasa Sunda]], ia pun menyusun kamus Sunda-Melayu<ref name=":1" /> sehingga menjadikannya sebagai orang Sunda pertama yang membuat [[Kamus|kamus dwi-bahasa]]. Selain itu, Dalem Pancaniti juga dikenal memiliki hubungan baik secara politis dengan bupati-bupati dari daerah lainnya semasa ia menjabat.<ref name=":1" />


=== Seni Tembang Cianjuran ===
=== Seni Tembang Cianjuran ===
{{utama|Tembang Cianjuran}}
Dalem Pancaniti bertahun-tahun mendalami [[pantun Sunda]], ia kemudian berhasil menggubah sajian kesenian itu bersama saudara-saudaranya. Pantun yang merupakan seni rakyat menjadi semacam seni vokal dengan iringan kacapi yang disesuaikan dengan peradaban lingkungan kaum [[menak]]. Penyesuaian itu antara lain dilakukan pada bagian ''rajah'' pembukaan menjadi lagu “Papatet”, lagu-lagu kelompok ''degung'' digubah menjadi ''dedegungan'', dari lagu-lagu ''jemplang'' digubah menjadi ragam ''jejemplangan'', dan lagu ''rancag'' digubah menjadi ragam ''rarancagan''.<ref name=":0" />
Dalem Pancaniti bertahun-tahun mendalami [[pantun Sunda]], ia kemudian berhasil menggubah sajian kesenian itu bersama saudara-saudaranya. Pantun yang merupakan seni rakyat menjadi semacam seni vokal dengan iringan kacapi yang disesuaikan dengan peradaban lingkungan kaum [[menak]]. Penyesuaian itu antara lain dilakukan pada bagian ''rajah'' pembukaan menjadi lagu “Papatet”, lagu-lagu kelompok ''degung'' digubah menjadi ''dedegungan'', dari lagu-lagu ''jemplang'' digubah menjadi ragam ''jejemplangan'', dan lagu ''rancag'' digubah menjadi ragam ''rarancagan''.<ref name=":0" /> Selain mencipta karya-karya seni, ia menentukan pula tata cara etika pentasnya, sebab waktu itu seni ''mamaos'' (Tembang Cianjuran) disuguhkan pula bagi para terhormat baik semasa Bupati maupun kompeni Belanda selain tontonan khusus bagi keluarga.<ref name=":3">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=ftZKDwAAQBAJ&pg=PR2&dq=dalem+pancaniti&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwikqM7AkZ7qAhWkILcAHfOPAaQQ6AEwAXoECAUQAg#v=onepage&q=dalem%20pancaniti&f=false|title=Gaya Petikan Kacapi Tembang: Seputar Biografi Seniman Tembang Sunda|last=Julia|first=J.|date=2018-02-07|publisher=UPI Sumedang Press|isbn=978-602-6438-16-4|language=id}}</ref>


Untuk mengembangkan seni tembang yang ia gubah dari [[pantun Sunda]], maka pada waktu-waktu tersentu dalam setiap minggu diadakan pertemuan dengan para seniman di ruang pancaniti. Lagu-lagu dan komposisi musik gubahannya kemudian lebih dikenal dengan sajian seni [[Tembang Cianjuran]].
Untuk mengembangkan seni tembang yang ia gubah dari [[pantun Sunda]], maka pada waktu-waktu tersentu dalam setiap minggu diadakan pertemuan dengan para seniman di ruang pancaniti. Lagu-lagu dan komposisi musik gubahannya kemudian lebih dikenal dengan sajian seni [[Tembang Cianjuran]].<ref name=":0" /><ref name=":2" /><ref name=":3" />


Dalem Pancaniti konon memiliki sebuah [[kacapi]] yang diberi nama Nyi Guling Putih dan dianggap memiliki kekuatan magis.<ref name=":0" />
Dalem Pancaniti konon memiliki sebuah [[kacapi]] yang diberi nama Nyi Guling Putih dan dianggap memiliki kekuatan magis.<ref name=":0" />


== Rujukan ==
== Rujukan ==
{{reflist|2}}
{{reflist|2}}

[[Kategori:Intelektual Sunda]]
[[Kategori:Intelektual Sunda]]
[[Kategori:Tokoh dari Cianjur]]
[[Kategori:Tokoh dari Cianjur]]

Revisi terkini sejak 15 Desember 2022 21.59

Raden Aria Adipati
Kusumahningrat
(Dalem Pancaniti)
Bupati Cianjur
Masa jabatan
1834–1862
Informasi pribadi
LahirCianjur
Meninggal1862
Cianjur
KebangsaanHinda-Belanda
ProfesiBangsawan
Tanda tangan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

R.A.A Kusumahningrat (bahasa Sunda: ᮛ.ᮃ.ᮃ ᮊᮥᮞᮥᮙᮂᮔᮤᮀᮛᮒ᮪ ejaan lama: Koesoemaningrat) (lahir 1834- meninggal 1862) atau lebih dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti adalah bupati Cianjur ke-10 yang berjasa besar dalam mengembangkan seni Tembang Cianjuran.[1][2][3][4] Ia juga merupakan orang Sunda pertama yang membuat kamus dwibahasa Melayu-Sunda.[1][5]

Sebutan Dalem Pancaniti ia dapatkan karena kebiasaanya untuk berada di sebuah ruangan yang disebut pancaniti, yaitu berupa pavilyun di dalam lingkungan pendopo Cianjur. Di tempat itu ia sering bekerja dan bertafakur untuk mencurahkan pemikiran dan karya-karyanya.[1]

Latar Belakang Keluarga

[sunting | sunting sumber]

Semasa kecil ia bernama Raden Hasan. Ia dikirimkan ke berbagai pesantren oleh ayahnya untuk belajar agama, di antaranya ke Pesantren Cigawir, Limbangan. Sejak kecil ia mendalami pantun Sunda dan seni gamelan degung kepada R. Wasitareja (Wasitaredja) bersama saudara-saudaranya yang lain seperti R.Suryakusumah (Soerjakoesoemah), R.Adinegara, R. Habib Kusumanagara (Koesoemanagara), R. H. Mohammad Syafe'i (Sjafe'i), R. Jayasudibja (Djajasoedibdja) dan R. Natawireja (Natawiredja).[1] Setelah meninggal (1862), ia dimakamkan di Pasarean Agung, Cianjur. Pengembangan seni tembang dilanjutkan oleh anaknya, Raden Alibasyah yang setelah menjadi bupati Cianjur bernama R. A. A. Prawiradireja (Prawiradiredja) II.[1][6]

Karya-Karya Dalem Pancaniti

[sunting | sunting sumber]

Ia memiliki minat yang sangat tinggi untuk mendalami kesenian Sunda maupun budaya Eropa.[1][7] Hal ini dibuktikannya dengan karya-karya monumental yang ia hasilkan. Dalam bidang seni musik ia menggubah dan mengembangkan seni Tembang Cianjuran baik dalam hal lirik lagu maupun komposisi iringan,[1] dalam bidang sastra ia menggubah beberapa hikayat dan kisah dalam bahasa Sunda, ia pun menyusun kamus Sunda-Melayu[5] sehingga menjadikannya sebagai orang Sunda pertama yang membuat kamus dwi-bahasa. Selain itu, Dalem Pancaniti juga dikenal memiliki hubungan baik secara politis dengan bupati-bupati dari daerah lainnya semasa ia menjabat.[5]

Seni Tembang Cianjuran

[sunting | sunting sumber]

Dalem Pancaniti bertahun-tahun mendalami pantun Sunda, ia kemudian berhasil menggubah sajian kesenian itu bersama saudara-saudaranya. Pantun yang merupakan seni rakyat menjadi semacam seni vokal dengan iringan kacapi yang disesuaikan dengan peradaban lingkungan kaum menak. Penyesuaian itu antara lain dilakukan pada bagian rajah pembukaan menjadi lagu “Papatet”, lagu-lagu kelompok degung digubah menjadi dedegungan, dari lagu-lagu jemplang digubah menjadi ragam jejemplangan, dan lagu rancag digubah menjadi ragam rarancagan.[1] Selain mencipta karya-karya seni, ia menentukan pula tata cara etika pentasnya, sebab waktu itu seni mamaos (Tembang Cianjuran) disuguhkan pula bagi para terhormat baik semasa Bupati maupun kompeni Belanda selain tontonan khusus bagi keluarga.[8]

Untuk mengembangkan seni tembang yang ia gubah dari pantun Sunda, maka pada waktu-waktu tersentu dalam setiap minggu diadakan pertemuan dengan para seniman di ruang pancaniti. Lagu-lagu dan komposisi musik gubahannya kemudian lebih dikenal dengan sajian seni Tembang Cianjuran.[1][2][8]

Dalem Pancaniti konon memiliki sebuah kacapi yang diberi nama Nyi Guling Putih dan dianggap memiliki kekuatan magis.[1]

  1. ^ a b c d e f g h i j Ensiklopedi Sunda : alam, manusia, dan budaya, termasuk budaya Cirebon dan Betawi. Rosidi, Ajip, 1938-, Pustaka Jaya (Firm) (edisi ke-Cet. 1). [Jakarta]: Pustaka Jaya. 2000. ISBN 979-419-259-7. OCLC 45463431. 
  2. ^ a b Ayatrohaedi (2011-01-01). 65 = 67 Catatan Acak-acakan dan Catatan Apa Adanya. Dunia Pustaka Jaya. ISBN 978-979-419-570-3. 
  3. ^ Wiratmaja, Apung S. (2007). Mengenal seni tembang Sunda. Wahana Iptek Bandung. 
  4. ^ Herdini, Heri (2008). Mengungkap nilai tradisi pada seni pertunjukan Jawa Barat. Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah, dan Nilai Tradisional. 
  5. ^ a b c Gunawan, Aditia. "Dalem Pancaniti: Penulis dari Pendopo Cianjur". Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XIII Jogjakarta (dalam bahasa Inggris). 
  6. ^ Ensiklopedi musik Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 1900. 
  7. ^ Kraus, Werner (2018-10-08). Raden Saleh dan Karyanya. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-602-424-841-3. 
  8. ^ a b Julia, J. (2018-02-07). Gaya Petikan Kacapi Tembang: Seputar Biografi Seniman Tembang Sunda. UPI Sumedang Press. ISBN 978-602-6438-16-4.