Jan Gonda: Perbedaan antara revisi
k Bot: namun (di tengah kalimat) → tetapi |
|||
(32 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
⚫ | |||
{{terjemah|Belanda}} |
|||
⚫ | |||
==Studi== |
== Studi == |
||
Jan Gonda memulai studi bahasa Latin dan Yunani pada tahun [[1923]] pada [[Universitas Utrecht]]. Saat itu merupakan masa berkembangnya ilmu perbandingan bahasa dan dengan itu dianggap lazim bahwa Gonda juga mempelajari bahasa |
Jan Gonda memulai studi bahasa Latin dan Yunani pada tahun [[1923]] pada [[Universitas Utrecht]]. Saat itu merupakan masa berkembangnya ilmu perbandingan bahasa dan dengan itu dianggap lazim bahwa Gonda juga mempelajari bahasa Sanskerta. Selain itu Gonda juga mempelajari bahasa Arab [[Theodoor Willem Juynboll|Juynboll]]. Pada tahun [[1929]] Gonda berpromosi. Topik disertasinya mengenai semantik dalam [[bahasa Indo-Eropa]]. |
||
Kemudian dengan dukungan sektor bisnis dan industri, maka pada tahun [[1925]] didirikanlah sebuah Fakultas Ilmu Indologi (''Indologische Faculteit''). Maksudnya ialah sebagai bahan tandingan [[Universitas Leiden]] yang dianggap terlalu bersimpati terhadap gerakan nasionalisme di [[Hindia |
Kemudian dengan dukungan sektor bisnis dan industri, maka pada tahun [[1925]] didirikanlah sebuah Fakultas Ilmu Indologi (''Indologische Faculteit''). Maksudnya ialah sebagai bahan tandingan [[Universitas Leiden]] yang dianggap terlalu bersimpati terhadap gerakan nasionalisme di [[Hindia Belanda]]. |
||
Fakultas yang baru ini menganggap Gonda sebagai kandidat yang sesuai untuk memegang jabatan guru besar dalam Ilmu Bahasa-Bahasa Indonesia. Namun Gonda masih harus mempelajarinya. Oleh karena itu Gonda dari tahun 1929 sampai [[1931]] kuliah [[bahasa Melayu]], [[bahasa Jawa]], dan [[bahasa Sunda]] di Leiden. Gonda juga mempelajari ilmu arkeologi prasejarah. |
Fakultas yang baru ini menganggap Gonda sebagai kandidat yang sesuai untuk memegang jabatan guru besar dalam Ilmu Bahasa-Bahasa Indonesia. Namun Gonda masih harus mempelajarinya. Oleh karena itu Gonda dari tahun 1929 sampai [[1931]] kuliah [[bahasa Melayu]], [[bahasa Jawa]], dan [[bahasa Sunda]] di Leiden. Gonda juga mempelajari ilmu arkeologi prasejarah. |
||
== Menjadi guru besar == |
== Menjadi guru besar == |
||
Sejak [[1932]] Jan Gonda memegang dua jabatan [[profesor|guru besar]] di [[Universitas Utrecht|Utrecht]]. |
Sejak [[1932]] Jan Gonda memegang dua jabatan [[profesor|guru besar]] di [[Universitas Utrecht|Utrecht]]. |
||
=== Bahasa |
=== Bahasa Sanskerta === |
||
Gonda menjadi profesor luar biasa dalam [[bahasa |
Gonda menjadi profesor luar biasa dalam [[bahasa Sanskerta]], [[bahasa Avesta]], [[bahasa Persia|Persia Kuno]] dan dalam ilmu bahasa-[[bahasa Indo-Eropa]]. Pada [[1941]] Jabatan profesor ini dijadikan jabatan [[profesor|profesor biasa]]. |
||
Selain calon ahli bahasa |
Selain calon ahli [[bahasa Sanskerta]], para mahasiswanya juga mempelajari bahasa Latin dan bahasa Yunani. Gonda juga mengurusi kuliah-kuliah semuanya, dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi. |
||
===Bahasa Melayu dan bahasa Jawa=== |
=== Bahasa Melayu dan bahasa Jawa === |
||
Sebagai guru besar biasa, Gonda terikat kepada Fakultas Indologie untuk memberikan kuliah [[bahasa Melayu]] dan [[bahasa Jawa|Jawa]]. Di sini Gonda dibantu oleh dosen-dosen bahasa Melayu, Jawa, dan [[bahasa Sunda|Sunda]]. Gonda sendiri memberikan kuliah teks-teks klasik, ilmu perbandingan bahasa-bahasa Nusantara, [[sastra Melayu]], dan [[sastra Jawa]]. |
Sebagai guru besar biasa, Gonda terikat kepada Fakultas Indologie untuk memberikan kuliah [[bahasa Melayu]] dan [[bahasa Jawa|Jawa]]. Di sini Gonda dibantu oleh dosen-dosen bahasa Melayu, Jawa, dan [[bahasa Sunda|Sunda]]. Gonda sendiri memberikan kuliah teks-teks klasik, ilmu perbandingan bahasa-bahasa Nusantara, [[sastra Melayu]], dan [[sastra Jawa]]. |
||
Para mahasiswanya terutama adalah calon para pegawai negeri sipil di Hindia |
Para mahasiswanya terutama adalah calon para pegawai negeri sipil di Hindia Belanda, ahli hukum, tetapi juga para misionaris yang sedang cuti. Ketika [[Universitas Leiden]] ditutup oleh para rezim pendudukan [[Jerman Nazi]], banyak mahasiswa Leiden jurusan Indonesia yang berhijrah ke Utrecht. |
||
Prof. Gonda bersama dengan [[Cornelis Christiaan Berg|Berg]], dan [[Henri Theodore Fischer|Fischer]], dianggap sebagai ilmuwan-ilmuwan terpenting Fakultas Indologie. |
Prof. Gonda bersama dengan [[Cornelis Christiaan Berg|Berg]], dan [[Henri Theodore Fischer|Fischer]], dianggap sebagai ilmuwan-ilmuwan terpenting Fakultas Indologie. |
||
Jurusan Melayu dan Jawa dikepalainya sampai fakultas ini dibubarkan pada tahun [[1950]]. Kala itu Indonesia sudah merdeka dan untuk "Fakultas Minyak Bumi" seperti |
Jurusan Melayu dan Jawa dikepalainya sampai fakultas ini dibubarkan pada tahun [[1950]]. Kala itu Indonesia sudah merdeka dan untuk "Fakultas Minyak Bumi" seperti kadang kala fakultas ini diejek, sudah tidak ada gunanya. |
||
===Para promovendi=== |
=== Para promovendi === |
||
Di bawah bimbingannya, lebih dari 60 [[disertasi]] diajukan. |
Di bawah bimbingannya, lebih dari 60 [[disertasi]] diajukan.<!--- Menurut Ensink 61, menurut Fasseur 62 ---> |
||
==Karya ilmiah== |
== Karya ilmiah == |
||
===Beberapa pendapat=== |
=== Beberapa pendapat === |
||
Dalam beberapa hal, Gonda "mengayuh melawan arus" dengan pendapat-pendapatnya. Cara pengajarannya ialah dengan membahas sumber-sumber secara khronologis. Pada sebuah waktu di mana pengaruh [[strukturalisme]] besar dan di mana semakin banyak hal dikerjakan secara "sinkronis", Gondapun tetap mengerjakan hal-hal dengan juga menggunakan metode historis. |
|||
In een aantal opzichten roeide Gonda met zijn opvattingen tegen de stroom in. Zijn didactiek was erop gericht de bronnen in hun historische volgorde te behandelen. In een tijd waarin, mede onder invloed van het [[Structuralisme (sociale wetenschap)|Structuralisme]], steeds meer "synchronisch" werd gewerkt, bleef hij daarnaast voor de "synchronische", meer historisch gerichte methode een prominente plaats inruimen. |
|||
Namun Gonda juga dikritik karena dia menggunakan istilah "primitif" untuk menyebut beberapa stadium perkembangan sejarah. Pada hakekatnya sebenarnya maksudnya tidaklah negatif, tetapi maksudnya ialah "pra-rasional". Pendekatannya secara subjektif kadang kala juga menarik perhatian. Pendapat orang-orang India Kuno menurut Gonda, juga perlu diperhatikan orang-orang barat. Bukankah di anak benua Hindia, meski ada perkembangan sains, tidak pernah timbul perbedaan atau pembedaan kebudayaan seperti di Barat yang telah membingungkan para sejarawan budaya? |
|||
Hij is wel bekritiseerd om zijn aanduiding "primitief" voor bepaalde stadia van ontwikkeling. Die term gebruikte hij echter niet in negatieve zin, maar in de betekenis van "pre-rationeel". Ook zijn soms subjectieve benadering heeft aandacht getrokken. De oude Indiërs, meende Gonda, "hebben ons iets te zeggen": was op het subcontinent immers niet, ondanks de wetenschappelijk bloei, een cultuurscheiding achterwege gebleven zoals die in het Westen de twintigste-eeuwse cultuurhistorici tot wanhoop bracht? |
|||
Pada saat yang sama, Gonda tidak suka berspekulasi. Ia juga lain daripada seorang strukturalis ternama seperti [[Eugenius Marius Uhlenbeck|Uhlenbeck]] atau seorang teoretikus ternama seperti [[C.C.Berg]], Gonda kurang tertarik terhadap teori-teori umum dan lebih suka mengumpulkan data-data yang mendetail: teori-teori menurutnya harus minggir dan memberikan tempat pada fakta-fakta historis, bahkan jika fakta-fakta ini tidak bisa dilacak kembali. |
|||
=== Bidang-bidang yang diperhatikan === |
=== Bidang-bidang yang diperhatikan === |
||
Dalam mengumpulkan data-data ini, ia tidak membatasi dirinya sendiri. Lingkup bidangnya yang tentu saja mencakup bahasa dan kesusastraan, ia tafsirkan seluas mungkin. Dalam ''magnum opus''-nya ''[[Sanskrit in Indonesia]]'' ia secara eksplisit menjelaskan bahwa bidangnya mencakup segala pengetahuan tentang kebudayaan. |
|||
Aliran publikasinya, yang mulai dengan dua artikel di jurnal [[KITLV]] ''BKI'' (''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'') pada tahun 1930 dan 1931, juga mencakup banyak bahan. |
|||
Pada pidato pelantikannya, ia banyak menyampaikan pikiran-pikiran baru bahwa bahasa-bahasa Nusantara tidak hanya meminjam dari bahasa Sanskerta, tetapi juga sebaliknya. Pengaruh Nusantara juga mencapai [[anak benua India]] dan bahkan sampai di Timur Tengah dan Eropa pada masa pra-kolonial. Pemikirannya ini diteruskan di bukunya ''Sanskrit in India''. |
|||
In zijn inaugurele rede bracht bij de vernieuwende opvatting naar voren dat het Indonesisch niet alleen bij het Sanskriet te leen was gegaan. Het was ook omgekeerd, er was sprake van tweerichtingsverkeer: Indonesische invloeden hadden het subcontinent bereikt, en hadden zich ook reeds in prekoloniale tijden via India en Arabië doen gelden tot in Europa. Deze gedachtegang zette hij veel later voort in zijn ''Sanskrit in India''. |
|||
Pada tahun 1933 muncul suntingan teksnya mengenai teks Jawa Kuno ''Brahmāndapurāna''. Berbeda dengan rekan-rekan sejawatnya yang hidup pada zaman yang sama, ia tidaklah mendasarkan suntingan teksnya pada satu naskah tetapi pada banyak naskah yang ia perbandingkan dalam sebuah silsilah. Gonda juga membicarakan latar belakang India teks ini yang menurutnya bukan sebuah terjemahan belaka dari bahasa Sanskerta. |
|||
In 1933 verscheen zijn tekstkritische editie van de Oud-Javaanse ''Brahmāndapurāna''. Anders dan vele tijdgenoten nam hij geen genoegen met een uitgave gebaseerd op één enkele versie van de tekst. Naar zijn (tegenwoordig algemeen aanvaarde) opvatting moesten er juist zoveel mogelijk manuscripten worden vergeleken, en de beste versie diende te worden gevonden. Gonda besprak ook de Voor-Indische achtergrond van deze Oud-Javaanse tekst, die op zichzelf staat en geen vertaling is uit het Sanskriet. |
|||
Kemudian dua suntingan teks selanjutnya mengikutinya: ''Agastyaparwa'' pada tahun 1933 dan 1936, serta ''Bhismaparwa'' pada 1936-37. |
|||
Untuk para mahasiswa bahasa Sanskertanya ia menulis ''Kurze Elementar-Grammatik''. Selain itu dalam kurun waktu beberapa tahun muncul banyak artikel-artikel linguistik dalam banyak bidang: ia memfokuskan perhatiannya pada sejarah ilmu bahasa-bahasa Nusantara, studi-studi kosakata, [[fonetika]], [[morfologi]], [[sintaksis]] dan terutama setelah [[Perang Dunia II]], ilmu pengetahuan bahasa umum. |
|||
Voor zijn studenten Sanskriet schreef hij een ''Kurze Elementar-Grammatik''. Daarnaast verscheen door de jaren heen een groot aantal taalkundige artikelen op velerlei deelgebieden: hij richtte zijn aandacht op de geschiedenis van de Indonesische taalwetenschap, publiceerde lexicale studies, artikelen over [[fonetiek|klankleer]], [[morfologie]], [[syntaxis]] en (vooral na de Tweede Wereldoorlog) over [[taalkunde|algemene taalwetenschap]]. |
|||
Gonda |
Publikasi Gonda pada bidang kesustraan kurang luas dan biasanya hanya untuk khalayak ramai saja. Yang terkenal ialah bunga setaman ''Letterkunde van de Indische Archipel'' (1947), beberapa fragmen kesustraan Nusantara yang ia terjemahkan dan ia beri komentar. |
||
Setelah Fakultas Indologi ditutup pada tahun [[1950]], ia masih menerbitkan banyak publikasi tentang Nusantara dan Indonesia. Salah satu bidang utama yang ia perhatikan ialah pembauran antara beberapa aliran agama seperti pembauran antara agama Hindu-Siwa dan Buddha di Nusantara. Ia meneliti apakah hal ini khas Nusantara atau juga terdapat di luar Nusantara. Seperti pada bidang-bidang lainnya, Gonda menolak dalil bahwa sebuah fenomena sifatnya lokal dan terisolir. |
|||
Na de sluiting van de Indologische Faculteit in [[1950]], gaf hij nog vele publicaties over Indonesië in het licht. Een prominent aandachtsgebied werd daarbij de vermenging van godsdienstvormen (bijvoorbeeld [[Shiva|Shivaïsme]] en [[Boeddhisme]]) in de archipel, alsook de vraag of dit verschijnsel specifiek Indonesisch was. Zoals op meerdere terreinen, was Gonda er ook hier huiverig voor, een bepaald fenomeen al te lichtzinnig als specifiek-Indonesisch te beschouwen. |
|||
==Publikasi== |
== Publikasi == |
||
Beberapa publikasi Jan Gonda: |
|||
*1929 - ''ΔΕΙΚΝΥΜΙ'' (dissertatie, Utrecht). |
* 1929 - ''ΔΕΙΚΝΥΜΙ'' (dissertatie, Utrecht). |
||
*1932 - ''Austrisch en Arisch'' (inaugurele rede, Utrecht). |
* 1932 - ''Austrisch en Arisch'' (inaugurele rede, Utrecht). |
||
*1933 - ''Brahmandapurana'' (''Bibliotheca Javanica'' 5. Batavia, Koninklijk Bataviaasch Genootschap): tekstkritische uitgave en vertaling. |
* 1933 - ''Brahmandapurana'' (''Bibliotheca Javanica'' 5. Batavia, Koninklijk Bataviaasch Genootschap): tekstkritische uitgave en vertaling. |
||
*1933—1936 - ''Agastyaparwa'' (in ''BKI'' 90 en ''BKI'' 94. Leiden, KITLV): tekstkritische uitgave en vertaling. |
* 1933—1936 - ''Agastyaparwa'' (in ''BKI'' 90 en ''BKI'' 94. Leiden, KITLV): tekstkritische uitgave en vertaling. |
||
*1936—1937 - ''Bhismaparwa'' |
* 1936—1937 - ''Bhismaparwa'' (''Bibliotheca Javanica'' 7 en 7a. Batavia, Koninklijk Bataviaasch Genootschap): tekstkritische uitgave en vertaling. |
||
*1947 - (red.) ''Letterkunde van de Indische Archipel'' (Amsterdam/Brussel, Elsevier). |
* 1947 - (red.) ''Letterkunde van de Indische Archipel'' (Amsterdam/Brussel, Elsevier). |
||
*1949 - "Opmerkingen over Oud-Javaanse zinsleer" |
* 1949 - "Opmerkingen over Oud-Javaanse zinsleer" |
||
*1949 - "Campaka—" (Franstalig) |
* 1949 - "Campaka—" (Franstalig) |
||
*1949 - "Een type van syntactische spraakzaamheid" |
* 1949 - "Een type van syntactische spraakzaamheid" |
||
*1952 - ''[[Sanskrit in Indonesia]]'' (Nagpur, International Academy of Indian Culture |
* 1952 - ''[[Sanskrit in Indonesia]]'' (Nagpur, International Academy of Indian Culture). |
||
* 1963 - ''Kurze Elementar-Grammatik der Sanskrit-Sprache'', [[Leiden]]: E.J. Brill |
|||
*1969 - ''Eye and Gaze in the Veda'' |
|||
* 1966 - ''A Concise Elementary Grammar of the Sanskrit Language'', Tuscaloosa and London. Translated from the German by Gordon B. Ford, jr. |
|||
⚫ | |||
* |
* 1969 - ''Eye and Gaze in the Veda'' |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
* |
* 1978 - ''Hymns of the Rgveda not Employed in the Solemn Ritual'' |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
* 1980 - ''The Mantras of the Agnyupasthána and the Sautrámani'' |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
==Lain-lain== |
== Lain-lain == |
||
Kawan-kawan sejawat Profesor Gonda yang tidak mengenalnya secara pribadi, namun hanya melalui pekerjaannya, banyak yang mengucapkan namanya secara salah. Mereka mengira bahwa profesor Gonda adalah [[suku Jawa|seorang Jawa]] dan menyebutnya sebagai "Profesor Gondå" atau "Profesor Gondo". |
Kawan-kawan sejawat Profesor Gonda yang tidak mengenalnya secara pribadi, namun hanya melalui pekerjaannya, banyak yang mengucapkan namanya secara salah. Mereka mengira bahwa profesor Gonda adalah [[suku Jawa|seorang Jawa]] dan menyebutnya sebagai "Profesor Gondå" atau "Profesor Gondo". |
||
==GIS== |
== GIS == |
||
Di bawah redaksi utama Prof. Dr. H.W. Bodewitz dipublikasikan sejumlah buku dari Leiden di bidang sejarah kebudayaan India. Nama seri ini adalah ''Gonda Indological Studies'' (GIS). |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ |
Revisi terkini sejak 21 Juli 2021 07.40
Prof. Dr. Jan Gonda (Gouda 14 April 1905 — Utrecht 28 Juli 1991) adalah seorang peneliti Belanda yang ternama. Ia terutama ternama sebagai peneliti sastra Sanskerta, sastra Jawa dan studi bahasa Indo-Eropa.
Studi
[sunting | sunting sumber]Jan Gonda memulai studi bahasa Latin dan Yunani pada tahun 1923 pada Universitas Utrecht. Saat itu merupakan masa berkembangnya ilmu perbandingan bahasa dan dengan itu dianggap lazim bahwa Gonda juga mempelajari bahasa Sanskerta. Selain itu Gonda juga mempelajari bahasa Arab Juynboll. Pada tahun 1929 Gonda berpromosi. Topik disertasinya mengenai semantik dalam bahasa Indo-Eropa.
Kemudian dengan dukungan sektor bisnis dan industri, maka pada tahun 1925 didirikanlah sebuah Fakultas Ilmu Indologi (Indologische Faculteit). Maksudnya ialah sebagai bahan tandingan Universitas Leiden yang dianggap terlalu bersimpati terhadap gerakan nasionalisme di Hindia Belanda.
Fakultas yang baru ini menganggap Gonda sebagai kandidat yang sesuai untuk memegang jabatan guru besar dalam Ilmu Bahasa-Bahasa Indonesia. Namun Gonda masih harus mempelajarinya. Oleh karena itu Gonda dari tahun 1929 sampai 1931 kuliah bahasa Melayu, bahasa Jawa, dan bahasa Sunda di Leiden. Gonda juga mempelajari ilmu arkeologi prasejarah.
Menjadi guru besar
[sunting | sunting sumber]Sejak 1932 Jan Gonda memegang dua jabatan guru besar di Utrecht.
Bahasa Sanskerta
[sunting | sunting sumber]Gonda menjadi profesor luar biasa dalam bahasa Sanskerta, bahasa Avesta, Persia Kuno dan dalam ilmu bahasa-bahasa Indo-Eropa. Pada 1941 Jabatan profesor ini dijadikan jabatan profesor biasa.
Selain calon ahli bahasa Sanskerta, para mahasiswanya juga mempelajari bahasa Latin dan bahasa Yunani. Gonda juga mengurusi kuliah-kuliah semuanya, dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi.
Bahasa Melayu dan bahasa Jawa
[sunting | sunting sumber]Sebagai guru besar biasa, Gonda terikat kepada Fakultas Indologie untuk memberikan kuliah bahasa Melayu dan Jawa. Di sini Gonda dibantu oleh dosen-dosen bahasa Melayu, Jawa, dan Sunda. Gonda sendiri memberikan kuliah teks-teks klasik, ilmu perbandingan bahasa-bahasa Nusantara, sastra Melayu, dan sastra Jawa.
Para mahasiswanya terutama adalah calon para pegawai negeri sipil di Hindia Belanda, ahli hukum, tetapi juga para misionaris yang sedang cuti. Ketika Universitas Leiden ditutup oleh para rezim pendudukan Jerman Nazi, banyak mahasiswa Leiden jurusan Indonesia yang berhijrah ke Utrecht.
Prof. Gonda bersama dengan Berg, dan Fischer, dianggap sebagai ilmuwan-ilmuwan terpenting Fakultas Indologie.
Jurusan Melayu dan Jawa dikepalainya sampai fakultas ini dibubarkan pada tahun 1950. Kala itu Indonesia sudah merdeka dan untuk "Fakultas Minyak Bumi" seperti kadang kala fakultas ini diejek, sudah tidak ada gunanya.
Para promovendi
[sunting | sunting sumber]Di bawah bimbingannya, lebih dari 60 disertasi diajukan.
Karya ilmiah
[sunting | sunting sumber]Beberapa pendapat
[sunting | sunting sumber]Dalam beberapa hal, Gonda "mengayuh melawan arus" dengan pendapat-pendapatnya. Cara pengajarannya ialah dengan membahas sumber-sumber secara khronologis. Pada sebuah waktu di mana pengaruh strukturalisme besar dan di mana semakin banyak hal dikerjakan secara "sinkronis", Gondapun tetap mengerjakan hal-hal dengan juga menggunakan metode historis.
Namun Gonda juga dikritik karena dia menggunakan istilah "primitif" untuk menyebut beberapa stadium perkembangan sejarah. Pada hakekatnya sebenarnya maksudnya tidaklah negatif, tetapi maksudnya ialah "pra-rasional". Pendekatannya secara subjektif kadang kala juga menarik perhatian. Pendapat orang-orang India Kuno menurut Gonda, juga perlu diperhatikan orang-orang barat. Bukankah di anak benua Hindia, meski ada perkembangan sains, tidak pernah timbul perbedaan atau pembedaan kebudayaan seperti di Barat yang telah membingungkan para sejarawan budaya?
Pada saat yang sama, Gonda tidak suka berspekulasi. Ia juga lain daripada seorang strukturalis ternama seperti Uhlenbeck atau seorang teoretikus ternama seperti C.C.Berg, Gonda kurang tertarik terhadap teori-teori umum dan lebih suka mengumpulkan data-data yang mendetail: teori-teori menurutnya harus minggir dan memberikan tempat pada fakta-fakta historis, bahkan jika fakta-fakta ini tidak bisa dilacak kembali.
Bidang-bidang yang diperhatikan
[sunting | sunting sumber]Dalam mengumpulkan data-data ini, ia tidak membatasi dirinya sendiri. Lingkup bidangnya yang tentu saja mencakup bahasa dan kesusastraan, ia tafsirkan seluas mungkin. Dalam magnum opus-nya Sanskrit in Indonesia ia secara eksplisit menjelaskan bahwa bidangnya mencakup segala pengetahuan tentang kebudayaan.
Aliran publikasinya, yang mulai dengan dua artikel di jurnal KITLV BKI (Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde) pada tahun 1930 dan 1931, juga mencakup banyak bahan.
Pada pidato pelantikannya, ia banyak menyampaikan pikiran-pikiran baru bahwa bahasa-bahasa Nusantara tidak hanya meminjam dari bahasa Sanskerta, tetapi juga sebaliknya. Pengaruh Nusantara juga mencapai anak benua India dan bahkan sampai di Timur Tengah dan Eropa pada masa pra-kolonial. Pemikirannya ini diteruskan di bukunya Sanskrit in India.
Pada tahun 1933 muncul suntingan teksnya mengenai teks Jawa Kuno Brahmāndapurāna. Berbeda dengan rekan-rekan sejawatnya yang hidup pada zaman yang sama, ia tidaklah mendasarkan suntingan teksnya pada satu naskah tetapi pada banyak naskah yang ia perbandingkan dalam sebuah silsilah. Gonda juga membicarakan latar belakang India teks ini yang menurutnya bukan sebuah terjemahan belaka dari bahasa Sanskerta.
Kemudian dua suntingan teks selanjutnya mengikutinya: Agastyaparwa pada tahun 1933 dan 1936, serta Bhismaparwa pada 1936-37.
Untuk para mahasiswa bahasa Sanskertanya ia menulis Kurze Elementar-Grammatik. Selain itu dalam kurun waktu beberapa tahun muncul banyak artikel-artikel linguistik dalam banyak bidang: ia memfokuskan perhatiannya pada sejarah ilmu bahasa-bahasa Nusantara, studi-studi kosakata, fonetika, morfologi, sintaksis dan terutama setelah Perang Dunia II, ilmu pengetahuan bahasa umum.
Publikasi Gonda pada bidang kesustraan kurang luas dan biasanya hanya untuk khalayak ramai saja. Yang terkenal ialah bunga setaman Letterkunde van de Indische Archipel (1947), beberapa fragmen kesustraan Nusantara yang ia terjemahkan dan ia beri komentar.
Setelah Fakultas Indologi ditutup pada tahun 1950, ia masih menerbitkan banyak publikasi tentang Nusantara dan Indonesia. Salah satu bidang utama yang ia perhatikan ialah pembauran antara beberapa aliran agama seperti pembauran antara agama Hindu-Siwa dan Buddha di Nusantara. Ia meneliti apakah hal ini khas Nusantara atau juga terdapat di luar Nusantara. Seperti pada bidang-bidang lainnya, Gonda menolak dalil bahwa sebuah fenomena sifatnya lokal dan terisolir.
Publikasi
[sunting | sunting sumber]Beberapa publikasi Jan Gonda:
- 1929 - ΔΕΙΚΝΥΜΙ (dissertatie, Utrecht).
- 1932 - Austrisch en Arisch (inaugurele rede, Utrecht).
- 1933 - Brahmandapurana (Bibliotheca Javanica 5. Batavia, Koninklijk Bataviaasch Genootschap): tekstkritische uitgave en vertaling.
- 1933—1936 - Agastyaparwa (in BKI 90 en BKI 94. Leiden, KITLV): tekstkritische uitgave en vertaling.
- 1936—1937 - Bhismaparwa (Bibliotheca Javanica 7 en 7a. Batavia, Koninklijk Bataviaasch Genootschap): tekstkritische uitgave en vertaling.
- 1947 - (red.) Letterkunde van de Indische Archipel (Amsterdam/Brussel, Elsevier).
- 1949 - "Opmerkingen over Oud-Javaanse zinsleer"
- 1949 - "Campaka—" (Franstalig)
- 1949 - "Een type van syntactische spraakzaamheid"
- 1952 - Sanskrit in Indonesia (Nagpur, International Academy of Indian Culture).
- 1963 - Kurze Elementar-Grammatik der Sanskrit-Sprache, Leiden: E.J. Brill
- 1966 - A Concise Elementary Grammar of the Sanskrit Language, Tuscaloosa and London. Translated from the German by Gordon B. Ford, jr.
- 1969 - Eye and Gaze in the Veda
- 1974 - The Dual Deities in the Religion of the Veda
- 1978 - Hymns of the Rgveda not Employed in the Solemn Ritual
- 1978 - "De Indische zondvloed-mythe"
- 1980 - The Mantras of the Agnyupasthána and the Sautrámani
- 1982 - The Haviryajnah Somah. The Interrelations of the Vedic Solemn Sacrifices Sankhayana Srautasutra 14, 1-13. Translation and Notes
- 1983 - "Soma's Metamorphoses. The Identifications in the Oblatory Rites of Satapatha-Brahmana 12, 6, 1"
- 1984 - Prajapati and the Year
- 1986 - The Ritual Functions and Significance of Grasses in the Religion of the Veda
Lain-lain
[sunting | sunting sumber]Kawan-kawan sejawat Profesor Gonda yang tidak mengenalnya secara pribadi, namun hanya melalui pekerjaannya, banyak yang mengucapkan namanya secara salah. Mereka mengira bahwa profesor Gonda adalah seorang Jawa dan menyebutnya sebagai "Profesor Gondå" atau "Profesor Gondo".
GIS
[sunting | sunting sumber]Di bawah redaksi utama Prof. Dr. H.W. Bodewitz dipublikasikan sejumlah buku dari Leiden di bidang sejarah kebudayaan India. Nama seri ini adalah Gonda Indological Studies (GIS).
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Ensink, J. "Jan Gonda († 1991) and Indonesian Studies" in BKI 148[1992]-2:209-219.
- Fasseur, C. De Indologen. Ambtenaren voor de Oost [1825—1950] (Amsterdam, Bert Bakker, 1994).