Lompat ke isi

Nuzululqur'an: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Bulandari27 (bicara | kontrib)
Memperbaiki templat referensi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(35 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
Dalam tradisi Islam, '''Nuzululqur'an''' terjadi pada [[610|610 M]], saat Nabi [[Muhammad]] menerima wahyu pertama dari Malaikat [[Gabriel#Islam|Jibrīl]], sebagai awal dari turunnya ayat-ayat [[Quran|Al-Qur’an]]. Peristiwa ini terjadi di [[Gua Hira]], di kaki [[Jabal Nur]], dekat [[Mekah|Makkah]].<ref name=Weir>{{cite encyclopedia |last1=Weir |first1=T.H. |last2=Watt |first2=W. Montgomery |title=Ḥirāʾ |encyclopedia=Encyclopaedia of Islam |edition=2nd |editor-first1=P. |editor-last1=Bearman |editor-first2=Th. |editor-last2=Bianquis |editor-first3=C.E. |editor-last3=Bosworth |editor-first4=E. |editor-last4=van Donzel |editor-first5=W.P. |editor-last5=Heinrichs |publisher=Brill Online |access-date=7 October 2013 |url=http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-2/hira-SIM_2890|date=2012-04-24 }}</ref> Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada malam Lailatul Qadr di bulan [[Ramadan]] , yang tanggal tepatnya tidak diketahui. Namun menurut [[Safiur Rahman Mubarakpuri|Mubarakpuri]], tanggal peristiwa ini terjadi pada 21 Ramadan sebelum Matahari terbit (10 Agustus 610) – saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun, 6 bulan, dan 12 hari Hijriah, atau 39 tahun, 3 bulan, dan 22 hari Masehi.<ref name="Mubarakpuri1998">{{cite book|last=Mubārakpūrī|first=Ṣafī R.|date=1998|url=https://archive.org/details/when-the-moon-split-a-biography-of-proph|title=When the Moon Split (A Biography of the Prophet Muhammad)|place=Riyadh|publisher=Darussalam|pages=32}}</ref>
{{refimprove|date=Juni 2017}}
{{no footnotes|date=Juni 2017}}
{{tanpa_referensi}}
Nuzululquran atau Nuzul Alquran yang secara harfiah berarti turunnya [[Al-Qur'an]] (kitab suci agama [[Islam]]) adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan “Al-Qur’an" secara keseluruhan diturunkan dari lauhulmahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Lalu, diturunkan berangsur-angsur kepada Rasul melalui perantara malaikat Jibril-shallallahu ‘alaihi wa sallam- sesuai dengan peristiwa-peristiwa dalam jangka waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari.”(HR. Thobari, An Nasai dalam Sunanul Kubro, Al Hakim)" dalam Mustadroknya, Al Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah. Hadits ini disahihkan oleh Al Hakim dan disetujui oleh Adz Dzahabi. Ibnu Hajar pun menyetujui sebagaimana dalam "Al Fath", 4: 9).


== Teori ==
==Kisah==
Berdasarkan kisah Nabi Muhammad, saat ia berada di Gua Hira, dekat Makkah, Malaikat Jibril datang memberikan perintah, "Bacalah!" Ia menjawab, "Aku tak mampu membaca." Kemudian Malaikat Jibril memeluknya lalu melepaskannya sebanyak tiga kali dan akhirnya Jibril mewahyukan lima ayat pertama [[Surah Al-Alaq]]. "(1) Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. (2) Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. (4) Yang mengajarkan dengan Qalam (pena). (5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Bukhari 4953).
Di diturunkannya Al-Qur'an sebagai berikut :


===Sebelum===
Teori pertama, pada malam Lailatulqadar, al-Qur'an — dalam jumlah dan bentuk yang utuh dan komplet — diturunkan ke langit dunia [sama’ al-dunnya]. Setelah itu, dari langit dunia, Al-Qur'an diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai kebutuhan selama 20/23/25 tahun.
{{main|Muhammad}}
Muhammad lahir dan dibesarkan di Makkah. Saat ia berusia 40 tahun, ia menghabiskan waktunya untuk bermunajat dan mempertanyakan aspek penciptaan manusia.<ref name="Shibli1">[[Shibli Nomani]]. [[Sirat-un-Nabi]]. Vol 1 [[Lahore]]</ref>{{page needed|date=April 2016}} Ia menentang [[jahiliah]], kesenjangan sosial, ketidakadilan, diskriminasi terhadap wanita, perang antarsuku, dan penyalahgunaan kekuasaan suku pada masa [[pra-Islam]].<ref>{{cite book|last=Husayn Haykal|first=Muhammad|author-link=Muhammad Husayn Haykal|title=The Life of Muhammad|url=https://books.google.com/books?id=fOyO-TSo5nEC&pg=PA79|year=2008|publisher=Islamic Book Trust|location=[[Selangor]]|isbn=978-983-9154-17-7|pages=79–80}}</ref> Kebobrokan akhlak dari masyarakat pada masa itu dan keinginan untuk mencari kebenaran sejati membuat Nabi Muhammad memilih menyendiri di [[Gua Hira]], 3 mil jauhnya dari Mekah.<ref name="Shibli1"/>{{page needed|date=April 2016}}<ref>{{cite book|last=Bogle|first=Emory C.|title=Islam: Origin and Belief|year=1998|publisher=Texas University Press|isbn=0-292-70862-9|page=[https://archive.org/details/islam00emor/page/6 6]|url=https://archive.org/details/islam00emor/page/6}}</ref>


===Sewaktu===
Teori kedua, Al-Qur'an diturunkan ke langit dunia selama 20 malam Lailatulqadar dalam 20 tahun [Lailatulqadar hanya turun sekali dalam setahun]. Setelah itu dibacakan kepada Nabi Muhammad saw. sesuai kebutuhan.
[[Image:Entrance of Hira cave.jpg|thumb|Pintu masuk Gua Hira.]]
Dalam tradisi Islam, [[Jibril]] datang menghampiri Nabi Muhammad dan berkata, "Bacalah!" Muhammad menjawab, "Aku tak mampu membaca". Kemudian Malaikat Jibril memeluknya lalu melepaskannya sebanyak tiga kali, dan akhirnya Jibril membacakan lima ayat pertama dari [[Surah Al-Alaq]]:<ref name="Al-A'zami">[[Muhammad Mustafa Al-A'zami]] (2003), ''The History of The Qur'anic Text: From Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testaments'', pp. 25, 47–8. UK Islamic Academy. {{ISBN|978-1872531656}}.</ref><ref>Brown (2003), pp. 72–3.</ref><ref>Sell (1913), p. 29.</ref><ref name=bukhari>[http://www.sahih-bukhari.com/Pages/Bukhari_1_01.php Bukhari volume 1, book 1, number 3]</ref><ref>[[Sahih al-Bukhari]] 3392; In-book reference: Book 60, Hadith 66l USC-MSA web (English) reference: Vol. 4, Book 55, Hadith 605.</ref><ref>[[Sahih Muslim]] 160 a; In-book reference: Book 1, Hadith 310; USC-MSA web (English) reference: Book 1, Hadith 301.</ref><ref>[[Ibn Ishaq]], ''[[Sirat Rasul Allah]]'', p. 106.</ref>
:{{Cite quran|96|1|end=5
|quote=Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
:Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
:Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia.
:Yang mengajarkan dengan Qalam (pena).
:Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
}}{{Citation needed|reason=quoting primary sources need secondary source interpretation per wiki guidelines|date=September 2018}}


===Setelah===
Teori ketiga, Al-Qur'an turun pertama kali pada malam Lailatulqadar. Selanjutnya, Al-Qur'an diturunkan ke bumi secara bertahap dalam waktu berbeda-beda.
Cemas dengan kejadian tersebut, Nabi Muhammad mendatangi kediaman [[Khadijah]] dan ia meminta untuk diselimuti. Keduanya pun mendatangi anak paman Khadijah yang beragama Nasrani, [[Waraqah bin Naufal]]. Dalam tradisi Islam, Waraqah, setelah diceritakan kejadian tersebut, mengakui tanda-tanda kenabian,<ref name="Shibli1"/>{{page needed|date=April 2016}}<ref>Sell (1913), p. 30.</ref> dan meyakini bahwa wahyu yang diterima Nabi Muhammad berasal dari Allah.<ref>{{cite encyclopedia |url=https://books.google.com/books?id=OZbyz_Hr-eIC&pg=PA492|last=Juan E. Campo |title=Muhammad |encyclopedia=Encyclopedia of Islam |location= New York |year=2009 |page=492 |isbn=978-0-8160-5454-1}}</ref> Waraqah berkata: "Wahai saudaraku, apa yang terjadi atas dirimu?" Setelah Nabi menceritakan kisah Nuzululqur'an, Waraqah menjawab: "Inilah [[Namus]] (malaikat) yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Semoga aku masih diberi kehidupan ketika engkau diusir kaummu." Muhammad bertanya: "Apa mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab: "Ya betul, belum ada seorang pun yang diberi Wahyu seperti engkau kecuali pasti dimusuhi orang. Apabila aku masih mendapati hari ini niscaya aku akan menolongmu sekuat-kuatnya." Setelah beberapa waktu, Waraqah meninggal dunia.<ref name=tabari/>


Pewahyuan ini kemudian diikuti masa ''fatrah'' dan Malaikat Jibril datang untuk kedua kalinya saat Nabi Muhammad mendengar suara dari langit dan melihat malaikat itu "duduk di antara langit dan Bumi", lalu turunlah ayat-ayat pertama [[Surah Al-Muddassir]].
Teori pertama paling masyhur [populer] dan didukung banyak ulama. Teori ini diperkuat banyak hadis sahih. Teori kedua dipelopori oleh al-Muqatil dan Abu Abdillah al-Halimi dalam kitab Minhaj. Juga al-Mawardi dalam tafsirnya. Teori ketiga dikemukakan oleh al-Sya’bi dkk


[[At-Tabari]] dan [[Ibnu Hisyam]] melaporkan bahwa Nabi Muhammad meninggalkan Gua Hira setelah pewahyuan, tetapi kemudian kembali lagi untuk menyendiri lagi, meski kemudian ia pulang lagi ke Mekkah. Tabari dan Ibnu Ishaq menulis bahwa Nabi Muhammad berkata pada Zubair:<ref name=tabari/>
Semua teori sepakat Al-Qur'an “diturunkan” [munazzal] pada malam Lailatulqadar. Hanya saja, para ulama berbeda pendapat, apakah ia diturunkan sekali dalam Lailatulqadar atau lebih. Masing-masing ulama juga berbeda pendapat soal apa makna “al-inzal” dan bagaimana proses “al-inzal” berlangsung.


:"Ketika aku sedang mendaki gunung, aku mendengar suara dari langit "Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan akulah Malaikat Jibril." Aku menengadahkan kepalaku ke langit untuk berbicara siapa yang berbicara itu, dan Malaikat Jibril muncul dalam wujud manusia dengan kaki di bawah ufuk, seraya berkata, "Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan akulah Malaikat Jibril." Aku menatapnya, tidak bergerak, lalu aku mulai memalingkan wajahku darinya, tetapi ke arah langit mana pun yang aku lihat, aku melihatnya seperti sebelumnya."
Yang bertama mengatakan, “al-inzal” adalah “al-idzhar”, yaitu ”melahirkan”, “menjelaskan”, menghadirkan”, atau “memperlihatkan”. Jadi, posisinya tidak harus dari ketinggian [langit] menuju tempat rendah [bumi] seperti terkandung pada kata “nazala”.


Para pakar biografi memiliki pendapat berbeda terkait masa antara pewahyuan Nabi Muhammad yang pertama dan kedua. Ibnu Ishaq menulis bahwa tiga tahun setelah Nuzululqur'an hingga ia berdakwah. Imam Bukhari menyebut Surah Al-Muddassir sebagai wahyu kedua, tetapi [[Surah Al-Qalam]] memiliki klaim kuat sebagai wahyu kedua.<ref>{{cite book|last=Bennett|first=Clinton|title=In Search of Muhammad|url=https://archive.org/details/insearchofmuhamm00benn|url-access=registration|year=1998|publisher=Cassell|isbn=0826435769|pages=[https://archive.org/details/insearchofmuhamm00benn/page/41 41]}}</ref>
Pendapat kedua, Allah Swt. memberikan pemahaman kepada malaikat Jibril yang ketika itu berada di langit. Kemudian, Jibril turun ke bumi menyampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, pilihan katanya adalah “nazala”.


== Lihat pula ==
Lantas, bagaimana proses komunikasi antara Jibril dan Nabi Muhammad SAW berlangsung? Mengingat keduanya bukan dari jenis makhluk yang sama. Para ulama memberikan dua kemungkinan: Jibril beralih rupa menjadi manusia, atau sebaliknya.

Pertanyaan selanjutnya, “Al-Qur'an” seperti apakah yang diturunkan kepada Jibril dan dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW? Ada tiga teori.

Pertama, Al-Qur'an diturunkan kepada Jibril lafdzan wa ma’nan [kata dan maknanya secara sekaligus]. Penjelasannya begini, Jibril menghafal Al-Qur'an yang tertulis dalam lauhulmahfuz [tablet yang terjaga], kemudian dibacakan ulang kepada Nabi Muhammad saw.

Menurut teori ini, ukuran setiap huruf di lauhulmahfuz sebesar gunung Qaf. Di bawah huruf-huruf itu ada maknanya masing-masing yang hanya diketahui Allah Swt.

Kedua, Jibril membacakan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw. menggunakan makna khusus. Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab.

Ketiga, Jibril hanya menyampaikan “makna” Al-Qur'an. Agar Al-Qur'an dipahami audiensinya, Nabi Muhammad saw. “membungkusnya” dengan bahasa Arab.

Sumber: Al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum

== Wahyu, Waktu dan Tempat Kejadian ==
Sedangkan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah [[Surah Al-'Alaq|surah Al-Alaq]] ayat 1-5 yang bila diterjemahkan menjadi:
# Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
# Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
# Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
# Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
# Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Saat wahyu ini diturunkan Nabi Muhammad Sallalahu Allaihi Wassalam sedang berada di [[Gua Hira]], ketika tiba-tiba [[Malaikat]] [[Jibril]] datang menyampaikan wahyu tersebut.
Adapun mengenai waktu atau tanggal tepatnya kejadian tersebut, terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama, sebagian meyakini peristiwa tersebut terjadi pada bulan [[Rabiul Awal|Rabiulawal]] pada tanggal 8 atau 18 (tanggal 18 berdasarkan riwayat [[Ibnu Umar]]), sebagian lainnya pada bulan [[Rajab]] pada tanggal 17 atau 27 menurut riwayat Abu Hurairah, dan lainnya adalah pada bulan [[Ramadan]] pada tanggal 17 (Al-Bara' bin Azib),21 (Syekh Al-Mubarakfuriy) dan 24 ([[Aisyah]], Jabir dan Watsilah bin Asqo' ) <ref name=nzqsofwah>[http://www.alsofwah.or.id/?pilih=rdnlihat&id=9 Nuzulul Qur'an Sebagai Peringatan atau Pelajaran]</ref>

== Sistematika Penyampaian Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad Sallalahu Allaihi Wassalam ==

Sistimatika turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad Sallalahu Allaihi Wassalam dengan cara:

# Malaikat Jibril langsung memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Sallalahu Allaihi Wassalam tidak melihat apapun, hanya dia merasa ayat tersebut sudah berada di dalam kalbunya. Mengenai hal ini, Nabi mengatakan “Ruhulkudus (istilah lain untuk malaikat Jibril) mewahyukan kedalam kalbuku” [lihat surah (42) Asy Suura:51]
# Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi muhammad saw.
Sallalahu Allaihi Wassalam berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga dia mengetahui dan hafal kata-kata itu.
# Wahyu datang kepada Nabi Sallalahu Allaihi Wassalam secara tiba-tiba seperti gemerincing lonceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi Sallalahu Allaihi Wassalam. Kadang-kadang pada keningnya berpencaran keringat, meskipun turunnya wahyu tersebut saat cuaca yang sangat dingin. Kadang- kadang unta dia terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu tersebut turun ketika dia sedang naik unta. Cara seperti ini seperti dalam kisah di atas.

== Peringatan Nuzululquran ==
Sebagian [[muslim]], memperingati waktu terjadinya peristiwa tersebut secara khusus. Di [[Indonesia]] setiap tanggal 17 [[Ramadhan]], biasanya dilakukan ceramah atau pengajian khusus bertemakan Nuzululquran. Dilihat daripada bulan yang disuruh kita berpuasa sebulan penuh maka turunnya Al-Qur'an terjadi pada bulan Ramadan dan dilihat daripada 10 hari terakhir pada bulan ramadhan turunnya Lailatulqadar maka tentunya turunnya Al-Qur'an terjadi pada 10 malam terakhir pada bulan Ramadan dan menurut menurut musnad Imam Ahmad, turunnya Al-Qur'an pada tanggal 24 Ramadan, tetapi masih ada perbedaan pendapat antara ulama. Namun, yang paling masyhur adalah tanggal 17 Ramadan.

== Ayat Terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Sallahu Allaihi Wassalam ==
Diriwayatkan bahwa surah Al-Maidah ayat 3 diturunkan pada waktu sesudah asar yaitu pada hari Jumat di [[Padang Arafah]] pada musim haji terakhir [Wada].

Pada masa itu, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. tidak begitu jelas menangkap isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. bersandar pada unta dia, dan unta dia pun duduk perlahan-lahan.

Setelah itu, turun malaikat Jibril a.s. dan berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla. dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Karena itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu denganmu.”

Setelah itu, Malaikat Jibril a.s. pergi, maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun berangkat ke Makkah dan terus pergi ke Madinah. Setelah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. mengumpulkan para sahabat dia, maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril a.s. Ketika para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata: “Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempuna.”

Namun, ketika Abu Bakar Radiyallahu Anha. mendengar keterangan Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis dengan kuat. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga malam.

Kisah tentang Abu Bakar Radiyallahu Anha. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar Radiyallahu Anha. dan mereka berkata: “Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu berasa gembira sebab agama kita telah sempurna.” Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar Radiyallahu Anha. pun berkata: “Wahai para sahabatku, kalian semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kalian tahu bahwa apabila sesuatu perkara itu telah sempurna menunjukkan bahwa perpisahan kita dengan Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam telah dekat. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para istri nabi menjadi janda.”

Setelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar Radiyallahu Anha., maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar Radiyallahu Anha., Lalu, mereka menangis. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus beritahu Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat: “Ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam., kami baru kembali dari rumah Abu Bakar Radiyallahu Anha. dan kami mendapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di hadapan rumah dia.” Ketika Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. dan dengan bergegas dia menuju ke rumah Abu Bakar Radiyallahu Anha..

Sesampainya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. di rumah Abu Bakar Radiyallahu Anha., maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. melihat para sahabatnya sedang menangis dan bertanya: “Wahai para sahabatku, mengapa kamu semua menangis?.” Kemudian Ali Radiyallahu Anha. berkata: “Ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam., Abu Bakar Radiyallahu Anha. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Benarkah ini ya Rasulullah?.” Lalu Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata: “Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar Radiyallahu Anha. adalah benar, dan sesungguhnya masa untuk aku meninggalkan kamu semua telah hampir dekat.”

Abu Bakar Radiyallahu Anha. mendengar pengakuan Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam., maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan, sementara Ali Radiyallahu Anha. pula gemetar seluruh tubuhnya. Dan para sahabat yang lain menangis dengan sekuat-kuatnya yang mereka mampu..

Pada saat sudah dekat ajal Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam., dia menyuruh Bilal azan untuk mengerjakan salat, lalu berkumpul para Muhajirin dan Ansar di masjid Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.. Kemudian, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. menunaikan salat dua rakaat bersama semua yang hadir. Setelah selesai mengerjakan salat, dia bangun dan naik ke atas mimbar dan berkata:

“''Alhamdulillah, wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah seorang nabi yang diutus dan mengajak orang kepada jalan Allah dengan izinnya. Dan saya ini adalah sebagai saudara kandung kalian, yang kasih sayang pada kalian semua seperti seorang ayah. Oleh karena itu, kalau ada yang mempunyai hak untuk menuntutku, maka hendaklah ia bangun dan balaslah saya sebelum saya dituntut pada hari kiamat''.”

Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata demikian sebanyak 3 kali kemudian bangunlah seorang lelaki yang bernama ‘Ukasyah bin Muhshan dan berkata:

“Demi ayahku dan ibuku ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam, kalau anda tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali sudah tentu saya tidak mau melakukan hal ini.”

Lalu ‘Ukasyah berkata lagi:

''“Sesungguhnya dalam Perang Badar saya bersamamu ya Rasulullah, pada masa itu saya mengikuti unta Anda dari belakang, setelah dekat saya pun turun menghampiri anda dengan tujuan supaya saya dapat mencium paha anda, tetapi Anda telah mengambil tongkat dan memukul unta Anda untuk berjalan cepat, yang mana pada masa itu saya pun anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu, saya ingin tahu sama anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta tersebut.''”

Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata: “''Wahai ‘Ukasyah, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. sengaja memukul kamu''.” [Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam melakukan pemukulan tersebut karena dia tidak ingin dikultuskan oleh manusia termasuk sahabatnya itu. pen] Kemudian Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata kepada Bilal Radiyallahu Anha.: “''Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku ke mari''.” Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fatimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata: “''Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [di[[Qisas|kisas]]''].”

Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah Radiyallahu Anha. menyahut dengan berkata: “''Siapakah di pintu?.''” Lalu Bilal Radiyallahu Anha. berkata: “''Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. untuk mengambil tongkat dia.''” Kemudian Fatimah Radiyallahu Anha. berkata: “''Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya.''” Berkata Bilal Radiyallahu Anha.: “''Wahai Fatimah, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. telah menyediakan dirinya untuk dikisas''.” Bertanya Fatimah. Radiyallahu Anha. lagi: “''Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk mengisas Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.?''.” Bilal Radiyallahu Anha. tidak menjawab pertanyaan Fatimah Radiyallahu Anha., segeralah Fatimah Radiyallahu Anha. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.

Setelah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. menerima tongkat tersebut dari Bilal Radiyallahu Anha. maka dia pun menyerahkan kepada ‘Ukasyah. Bilal masuk sambil membawa cambuk dan memberikannya kepada Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. Setelah itu, Bilal kembali ke tempat duduknya sambil menatap tajam Ukasyah bin Muhsin. Namun, yang ditatap tetap tampak tenang dan tetap bergeming oleh kegelisahan di sekelilingnya. Orang seperti apakah Ukasyah ini? Bagaimana ia bisa sampai hati menuntut Rasul Sallalahu Allaihi Wassalam. untuk menerima cambukannya? Bukankah Ukasyah juga tahu bahwa dia Sallalahu Allaihi Wassalam. tidak sengaja? Bukankah Ukasyah juga tahu bahwa memaafkan itu jauh lebih mulia? Bukankah Ukasyah juga melihat bahwa Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. saat itu sudah berusia enam puluh tiga tahun? Bukankah keimanan Ukasyah kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai pejuang Badar sudah tidak diragukan lagi? Kenapa bisa begini ya, Ukasyah? Kenapa? dipenuhi pikiran seperti itu, para sahabat Ansar dan Muhajirin menatap bolak-balik antara Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. dan Ukasyah dengan perasaan tegang. Ketegangan itu berubah menjadi keheningan yang mencekam ketika Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. memberikan cambuknya kepada Ukasyah. Begitu tangan Ukasyah bin Muhsin meraih cambuk dan menguraikannya dengan tenang dan perlahan, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab berdiri serempak. Sorot mata keduanya yang biasa tenang kini menyala seperti sedang berhadapan dengan musuh di medan tempur. Mereka berdua berkata, “''Hai Ukasyah! Kami sekarang berada di hadapanmu! Pukul dan kisaslah kami berdua sepuasmu dan jangan sekali-kali engkau pukul Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.''!” Suasana jadi mencekam sejenak karena Ukasyah tampak tidak memedulikan mereka. Sementara Abu Bakar dan Umar tetap berdiri menantang. Namun, dengan lembut, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata kepada kedua sahabat terkasihnya itu, “''Duduklah kalian berdua. Allah telah mengetahui kedudukan kalian.''” Hanya karena Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam yang berkatalah, maka Abu Bakar dan Umar duduk. Namun, mata mereka tetap menatap Ukasyah. Tiba-tiba, seseorang kemudian berdiri pula dan kembali menatap Ukasyah dengan pandangan menantang. Orang ini juga sangat dikasihi Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam, lelaki gagah itu adalah Ali bin Abi Thalib yang langsung berkata, “''Hai Ukasyah! Aku ini sekarang masih hidup di hadapan Nabi Sallalahu Allaihi Wassalam. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan kisas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka kisaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku semaumu dengan tangan engkau sendiri''!” Namun, Ukasyah seolah tidak mendengar apa yang dikatakan Ali Radiyallahu Anha. Tangannya terlihat semakin erat menggenggam cambuk. Setelah Ali berkata begitu, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. cepat-cepat menukasnya dan meminta Ali kembali duduk, “Allah Azza wa Jalla. telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali!”
Setelah itu cucu Rasulullah Hasan dan Husin bangun dengan berkata: “''Wahai ‘Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam., kalau kamu mengisas kami sama dengan kamu mengisas Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.''” Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun berkata: “Wahai buah hatiku, duduklah kalian berdua.” Berkata Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. “Wahai ‘Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul.” Kemudian ‘Ukasyah berkata: “''Ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam., anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju.''” Maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun membuka baju, terlihatlah kulit baginda yang putih dan halus maka menangislah semua yang hadir.

seketika ‘Ukasyah melihat tubuh badan Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. maka ia pun memeluk dia dan berkata; “Saya tebus anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini karena saya hendak menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan badan saya. Dan Allah Azza wa Jalla. menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu.” Kemudian Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata: “Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli surga, inilah orangnya.”

Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu, para jemaah pun berkata: “Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi derajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. di dalam surga.”

Ketika ajal Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam hampir dekat maka dia pun memanggil para sahabat ke rumah Siti Aisyah Radiyallahu Anha. dan dia berkata: “Selamat datang kamu semua semoga Allah Azza wa Jalla. mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla. dan mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla dan menempatkannya di surga. Kalau telah sampai ajalku, maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu, kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan mensalatkan aku ialah Allah Azza wa Jalla [bahasa kiasan. pen], kemudian yang akan mensalati aku ialah Jibril a.s, kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang terakhir malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya.Setelah itu, baru kamu semua masuk bersama-sama menyalati aku.”

Manakala para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata: “Ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam memimpin kami dan sebagai Rasul yang meluruskan perkara kami. Apabila Anda sudah tiada nanti kepada siapakah yang akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?.” Kemudian Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata: “Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu pandai bicara dan yang satu diam. Yang pandai bicara itu ialah Al-Qur'an dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Qur'an dan Hadis-ku dan apabila hati kamu keras, maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati.”

Setelah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata demikian, maka sakit Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berawal. Dalam bulan safar, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. sakit selama 18 hari dan sering dikunjungi oleh para sahabat. Menurut riwayat bahwa Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin. Pada hari Senin, penyakit Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. bertambah berat, setelah Bilal Radiyallahu Anha. selesaikan azan subuh, maka Bilal Radiyallahu Anha. pun pergi ke rumah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.. Sesampainya Bilal Radiyallahu Anha. di rumah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. maka Bilal Radiyallahu Anha. pun memberi salam: “Assalaarnualaika ya rasulullah.” Lalu dijawab oleh Fatimah Radiyallahu Anha.: “Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. masih sibuk dengan urusan dia.” Setelah Bilal Radiyallahu Anha. mendengar penjelasan dari Fatimah Radiyallahu Anha. maka Bilal Radiyallahu Anha. pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fatimah Radiyallahu Anha. itu.

Ketika waktu subuh datang, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal Radiyallahu Anha. telah di dengar oleh Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. dan baginda berkata; “Masuklah wahai bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar menjadi imam salat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir.” Setelah mendengar kata-kata Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. maka Bilal Radiyallahu Anha. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: “Aduh musibah.” Sesampai di masjid maka Bilal Radiyallahu Anha. pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. katakan kepadanya.

Abu Bakar Radiyallahu Anha. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar Radiyallahu Anha. menangis sehingga ia jatuh pengsan. Melihat peristiwa ini maka riuh rendah dalam masjid, sehingga Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. bertanya kepada Fatimah Radiyallahu Anha.; “Wahai Fatimah apakah yang telah terjadi?.” Maka Fatimah Radiyallahu Anha. pun berkata: “Kekacauan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid.” Kemudian Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. memanggil Ali Radiyallahu Anha. dan Fadhl bin Abas, lalu Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. bersandar kepada keduanya untuk pergi ke masjid. Setelah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. sampai di masjid maka dia pun bersalat subuh bersama dengan para jemaah.

Setelah selesai salat subuh, maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun berkata: “Wahai kaum muslimin, kamu semua sentiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah, karena itu hendaklah kamu semua bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla. dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia.”

Setelah berkala demikian, maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun pulang ke rumah dia. Bunda Aisyah memandang Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. dengan penuh sayang. Biasanya, hati Bunda Aisyah dipenuhi kekaguman akan kegagahan suaminya tercinta itu. Sekarang, hati Bunda Aisyah dipenuhi rasa iba melihat suaminya itu dalam keadaan lemah dan sakit. Ingin rasanya Bunda Aisyah mencurahkan segala apa yang ada dalam dirinya untuk mengembalikan tenaga dan hidup suaminya. Namun, setelah kembali dari masjid, Rasulullah merasa bahwa setiap saat, badan dia menjadi bertambah lemah. Hari itu tanggal 8 Juni tahun 632 M. Dia meminta sebuah bejana berisi air dingin. Kemudian, meletakkan tangan dia ke dalam air itu dan mengusapkan air ke wajahnya. Ada seorang laki-laki anggota keluarga Abu Bakar yang berkunjung dan membawa siwak. Dia Sallalahu Allaihi Wassalam. memandang siwak itu demikian rupa yang menunjukkan bahwa dia ingin bersiwak. Maka, Bunda Aisyah melunakkan ujung siwak itu dengan giginya, dan Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun menggosok dan membersihkan gigi dia [Ini yang di maksud dalam Hadits bahwa ludah Bunda Aisyah bertemu dengan ludah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam]. Kemudian Allah Azza wa Jalla. mewahyukan kepada malaikat lzrail: “Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut rohnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah terlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak izinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku.”

Sesudah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah Azza wa Jalla., maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badui. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam., maka ia pun memberi salam,Tiba-tiba dari luar pintu terdengar suara orang berseru mengucapkan salam,”Bolehkah aku masuk?”Tanya si tetamu itu, ketika putri Rasulullah,Fatimah az-zahra membuka pintu.

Tapi Fatimah tidak mengizinkannya.”maafkanlah, ayahku sedang demam”, kata Fatimah.Pintu di tutup dan dia kembali menemani ayahnya yang sedang berbaring di pembaringan. Kemudian, malaikat lzrail mengulangi lagi salamnya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam

Rasululullah memandang putrinya itu dan bertanya,”siapakah itu wahai anakku?”

“Tak tahulah ayah,baru sekali ini saya melihatnya.” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap wajah puterinya itu dengan padangan yang menggetarkan. Renungannya cukup sayu seolah-olah bagian demi bagian wajah putrinya itu hendak dikenang. Bertanda bahwa dia akan segera berpisah dengan putri kesayanganya itu.

“Ketahuilah anakku bahwa dialah yang mehapuskan kenikmatan sementara dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut.” Kata-kata Rasulullah menyebabkan Fatimah ditimpa kesedihan yang amat sangat.

Ketika Rasullullah Sallalahu Allaihi Wassalam. mendengar tangisan Fatimah Radiyallahu Anha. maka dia pun berkata: “Janganlah kamu menangis wahai anakku, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu denganku.” Fatimah-pun tersenyum. Kemudian Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun menjemput malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap: “Assalamuaalaikum ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. menjawab: “Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang mengunjungiku atau untuk mencabut rohku?” Maka berkata malaikat lzrail: “Kedatangan saya adalah untuk mengunjungimu dan untuk mencabut rohmu, itupun kalau anda izinkan, kalau anda tidak izinkan maka aku akan kembali.” Berkata Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.: “Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?” Berkata lzrail: “Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, semua para malaikat sedang memuliakan dia.” [Malaikat Jibril adalah salah satu malaikat yang memiliki kedudukan paling utama].”Bolehkah aku minta Jibril untuk turun?” Kata Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam pada Izrail.

Tidak beberapa saat kemudian Jibril a.s. pun turun dan duduk dekat kepala Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. Melihat kedatangan Jibril a.s. maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun berkata: “Wahai Jibril, tahukah engkau bahwa ajalku sudah dekat” Berkata Jibril a.s.: “Ya aku memang tahu.” Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. bertanya lagi: “Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah Azza wa Jalla.” Berkata Jibril a.s.: “Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti rohmu dilangit. Semua pintu-pintu surga telah dibuka, dan semua bidadari sudah berhias menanti kehadiran rohmu.”

Berkata Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.: “Alhamdulillah, Namun sesungguhnya, bukan itu yang kutanyakan. wahai Jibril, gembirakanlah aku dengan keadaan umatku pada hari Kiamat nanti.” [Inilah orang yang begitu mulia. Pada saat ajalnya telah menjelang dan diberi kabar gembira tentang kehormatan yang akan diterimanya di langit, justru ia baru akan bisa gembira jika telah mendengar kabar tentang nasib umatnya nanti,betapa besarnya kasih sayang Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. kepada kita] Kemudian, Jibril berkata lembut menghibur dan menenangkan, “Aku beri engkau kabar gembira bahwa Allah Azza wa Jalla. telah berfirman, ‘Sesungguhnya, Aku telah mengharamkan surga bagi semua Nabi sebelum engkau memasukinya terlebih dahulu. Allah mengharamkan pula surga itu kepada sekalian umat manusia sebelum umatmu terlebih dahulu memasukinya.” [Betapa ruginya manusia yang dilahirkan sebagai umat Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam namun tidak taat pada risalahnya]. Maka, menarik napas legalah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. Dia bersabda, “Sekarang, barulah senang hatiku dan hilang susahku.” Kemudian, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. menoleh kepada Malaikat Maut dan bersabda: “Wahai lzrail, dekatlah kamu kepadaku.”

Setelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, ketika roh nya sampai di dada, maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun berkata: “Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati” Jibril a.s. memalingkan pandangan dari Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. ketika mendengar kata-kata dia itu. Melihat tingkah laku Jibril a.s tersebut .maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun berkata: “Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?” Jibril a.s. berkata: “Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul maut?”

Anas bin Malik Radiyallahu Anha. berkata: “Ketika roh Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. telah sampai di dada dia telah bersabda: “Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga salat dan apa-apa yang telah diperintahkan ke atasmu.” Ali Radiyallahu Anha. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir dia sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya dengan Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata: “Umatku, umatku.”

Hikmah dari kisah:
- Rasulullah adalah pemimpin yang bertanggung jawab dan tidak zalim sehingga dia merelakan tubuhnya untuk di kisas (di hukum balas), karena dia takut pernah menzalimi orang lain.
- Rasulullah adalah pemimpin yang sangat di cintai umat dan para sahabatnya sehingga ketika mengetahui ajal Rasul sudah dekat menangislah semua sahabat.
- Rasulullah sangat mencintai kita sebagai umatnya sehingga detik-detik terakhir menjelang wafat dia berkata ummati, ummati sampai tiga kali, bukan keluarga dia ataupun Istri-istri dia.
- Kematian adalah peristiwa yang dahsyat,sampai-sampai malaikat maut dengan lembut mencabut Roh baginda Rasulullah pun masih terasa sakit.

== Lihat Pula ==
* [[Al Qur'an]]
* [[Al Qur'an]]
* [[Muhammad]]
* [[Muhammad]]
Baris 146: Baris 37:
* [[Ramadhan]]
* [[Ramadhan]]


== Rujukan ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist|refs=
<ref name=tabari>
*{{cite book|last=Translated by Alfred Guillaume|title=The life of Muhammad (sira of ibn ishaq)|year=1967|publisher=Oxford University Press|isbn=0196360331}}
*At-Tabari 2/207
*[http://www.witness-pioneer.org/vil/Books/SM_tsn/index.htm The Sealed Nectar]
</ref>
}}


[[Kategori:Al-Qur'an]]
[[Kategori:Al-Qur'an]]

Revisi terkini sejak 8 April 2023 10.47

Dalam tradisi Islam, Nuzululqur'an terjadi pada 610 M, saat Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dari Malaikat Jibrīl, sebagai awal dari turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Peristiwa ini terjadi di Gua Hira, di kaki Jabal Nur, dekat Makkah.[1] Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada malam Lailatul Qadr di bulan Ramadan , yang tanggal tepatnya tidak diketahui. Namun menurut Mubarakpuri, tanggal peristiwa ini terjadi pada 21 Ramadan sebelum Matahari terbit (10 Agustus 610) – saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun, 6 bulan, dan 12 hari Hijriah, atau 39 tahun, 3 bulan, dan 22 hari Masehi.[2]

Berdasarkan kisah Nabi Muhammad, saat ia berada di Gua Hira, dekat Makkah, Malaikat Jibril datang memberikan perintah, "Bacalah!" Ia menjawab, "Aku tak mampu membaca." Kemudian Malaikat Jibril memeluknya lalu melepaskannya sebanyak tiga kali dan akhirnya Jibril mewahyukan lima ayat pertama Surah Al-Alaq. "(1) Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. (2) Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. (4) Yang mengajarkan dengan Qalam (pena). (5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Bukhari 4953).

Muhammad lahir dan dibesarkan di Makkah. Saat ia berusia 40 tahun, ia menghabiskan waktunya untuk bermunajat dan mempertanyakan aspek penciptaan manusia.[3][halaman dibutuhkan] Ia menentang jahiliah, kesenjangan sosial, ketidakadilan, diskriminasi terhadap wanita, perang antarsuku, dan penyalahgunaan kekuasaan suku pada masa pra-Islam.[4] Kebobrokan akhlak dari masyarakat pada masa itu dan keinginan untuk mencari kebenaran sejati membuat Nabi Muhammad memilih menyendiri di Gua Hira, 3 mil jauhnya dari Mekah.[3][halaman dibutuhkan][5]

Pintu masuk Gua Hira.

Dalam tradisi Islam, Jibril datang menghampiri Nabi Muhammad dan berkata, "Bacalah!" Muhammad menjawab, "Aku tak mampu membaca". Kemudian Malaikat Jibril memeluknya lalu melepaskannya sebanyak tiga kali, dan akhirnya Jibril membacakan lima ayat pertama dari Surah Al-Alaq:[6][7][8][9][10][11][12]

“Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia.
Yang mengajarkan dengan Qalam (pena).
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”[Qur'an 96:1-5][butuh rujukan]

Cemas dengan kejadian tersebut, Nabi Muhammad mendatangi kediaman Khadijah dan ia meminta untuk diselimuti. Keduanya pun mendatangi anak paman Khadijah yang beragama Nasrani, Waraqah bin Naufal. Dalam tradisi Islam, Waraqah, setelah diceritakan kejadian tersebut, mengakui tanda-tanda kenabian,[3][halaman dibutuhkan][13] dan meyakini bahwa wahyu yang diterima Nabi Muhammad berasal dari Allah.[14] Waraqah berkata: "Wahai saudaraku, apa yang terjadi atas dirimu?" Setelah Nabi menceritakan kisah Nuzululqur'an, Waraqah menjawab: "Inilah Namus (malaikat) yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Semoga aku masih diberi kehidupan ketika engkau diusir kaummu." Muhammad bertanya: "Apa mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab: "Ya betul, belum ada seorang pun yang diberi Wahyu seperti engkau kecuali pasti dimusuhi orang. Apabila aku masih mendapati hari ini niscaya aku akan menolongmu sekuat-kuatnya." Setelah beberapa waktu, Waraqah meninggal dunia.[15]

Pewahyuan ini kemudian diikuti masa fatrah dan Malaikat Jibril datang untuk kedua kalinya saat Nabi Muhammad mendengar suara dari langit dan melihat malaikat itu "duduk di antara langit dan Bumi", lalu turunlah ayat-ayat pertama Surah Al-Muddassir.

At-Tabari dan Ibnu Hisyam melaporkan bahwa Nabi Muhammad meninggalkan Gua Hira setelah pewahyuan, tetapi kemudian kembali lagi untuk menyendiri lagi, meski kemudian ia pulang lagi ke Mekkah. Tabari dan Ibnu Ishaq menulis bahwa Nabi Muhammad berkata pada Zubair:[15]

"Ketika aku sedang mendaki gunung, aku mendengar suara dari langit "Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan akulah Malaikat Jibril." Aku menengadahkan kepalaku ke langit untuk berbicara siapa yang berbicara itu, dan Malaikat Jibril muncul dalam wujud manusia dengan kaki di bawah ufuk, seraya berkata, "Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan akulah Malaikat Jibril." Aku menatapnya, tidak bergerak, lalu aku mulai memalingkan wajahku darinya, tetapi ke arah langit mana pun yang aku lihat, aku melihatnya seperti sebelumnya."

Para pakar biografi memiliki pendapat berbeda terkait masa antara pewahyuan Nabi Muhammad yang pertama dan kedua. Ibnu Ishaq menulis bahwa tiga tahun setelah Nuzululqur'an hingga ia berdakwah. Imam Bukhari menyebut Surah Al-Muddassir sebagai wahyu kedua, tetapi Surah Al-Qalam memiliki klaim kuat sebagai wahyu kedua.[16]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Weir, T.H.; Watt, W. Montgomery (2012-04-24). "Ḥirāʾ". Dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.; Bosworth, C.E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P. Encyclopaedia of Islam (edisi ke-2nd). Brill Online. Diakses tanggal 7 October 2013. 
  2. ^ Mubārakpūrī, Ṣafī R. (1998). When the Moon Split (A Biography of the Prophet Muhammad). Riyadh: Darussalam. hlm. 32. 
  3. ^ a b c Shibli Nomani. Sirat-un-Nabi. Vol 1 Lahore
  4. ^ Husayn Haykal, Muhammad (2008). The Life of Muhammad. Selangor: Islamic Book Trust. hlm. 79–80. ISBN 978-983-9154-17-7. 
  5. ^ Bogle, Emory C. (1998). Islam: Origin and Belief. Texas University Press. hlm. 6. ISBN 0-292-70862-9. 
  6. ^ Muhammad Mustafa Al-A'zami (2003), The History of The Qur'anic Text: From Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testaments, pp. 25, 47–8. UK Islamic Academy. ISBN 978-1872531656.
  7. ^ Brown (2003), pp. 72–3.
  8. ^ Sell (1913), p. 29.
  9. ^ Bukhari volume 1, book 1, number 3
  10. ^ Sahih al-Bukhari 3392; In-book reference: Book 60, Hadith 66l USC-MSA web (English) reference: Vol. 4, Book 55, Hadith 605.
  11. ^ Sahih Muslim 160 a; In-book reference: Book 1, Hadith 310; USC-MSA web (English) reference: Book 1, Hadith 301.
  12. ^ Ibn Ishaq, Sirat Rasul Allah, p. 106.
  13. ^ Sell (1913), p. 30.
  14. ^ Juan E. Campo (2009). "Muhammad". Encyclopedia of Islam. New York. hlm. 492. ISBN 978-0-8160-5454-1. 
  15. ^ a b
    • Translated by Alfred Guillaume (1967). The life of Muhammad (sira of ibn ishaq). Oxford University Press. ISBN 0196360331. 
    • At-Tabari 2/207
    • The Sealed Nectar
  16. ^ Bennett, Clinton (1998). In Search of MuhammadPerlu mendaftar (gratis). Cassell. hlm. 41. ISBN 0826435769.