Lompat ke isi

Wahdatul Wujud: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Anonym01395820 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(46 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Redirect|Artikel|artikel mengenai Mansur Al-Hallaj |Mansur Al-Hallaj|artikel mengenai Ibnu Arabi |Ibnu Arabi|artikel mengenai Raden Abdul Jalil |Raden Abdul Jalil}}
{{Islam}}
'''Wahdatul wujud''' berasal dari kata ''wahdah'' (وحدة) yang berarti tunggal atau kesatuan dan ''al-wujud'' (الوجود ) yang berarti ada, [[eksistensi]], atau keberadaan. Secara harfiah moonwahdatul wujud artinya adalah "kesatuan eksistensi".{{sfn|Uswatun|2015|p=26}}
'''Wahdatul Wujud''' ({{lang-jv|''manunggaling kawula lan gusti''}})<ref name="ashim">{{cite web
| last =Ustadz Muhammad Ashim bin Musthafa
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title = WIHDATUL WUJUD
| work =
| publisher =
| date =
| url = https://almanhaj.or.id/2769-wihdatul-wujud.html
| format =
| doi =
| accessdate = 6 Agustus, 2020 }}</ref> adalah [[doktrin]] yang muncul jauh setelah [[Muhammad|Rasullullah]] wafat. [[Doktrin]] ini dipelopori oleh [[Ibnu Arabi]] (w.[[638]][[Hijriyah|H]]) yang didasari dari doktrin [[filsafat]] [[Platonisme]].<ref>{{ar}} [https://ar.m.wiki-indonesia.club/wiki/%D9%88%D8%AD%D8%AF%D8%A9_%D8%A7%D9%84%D9%88%D8%AC%D9%88%D8%AF Wikipedia وحدة الوجود]</ref> Doktrin ini juga condong kepada [[Panteisme]]<ref>{{cite web
| last =Republika
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title =Ibnu Arabi, Salik Penggagas Wahdatul Wujud
| work =
| publisher =
| date =27 April, 2020
| url =https://m.republika.co.id/amp/q9g81x458
| format =
| doi =
| accessdate = 9 Agustus, 2020 }}</ref> karena mengatakan "''Makhluk adalah Allah, Allah adalah Makhluk''".<ref name="fushushul hikam"/> Sedangkan Allah berfirman bahwa dia berbeda dengan makhluknya, baik wujud, dzat, maupun sifat.<ref>{{cite web
| last = QUR'AN KEMENAG
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title = Surah Asy Syuraa
| work =
| publisher =
| date =
| url = https://quran.kemenag.go.id/sura/42
| format =
| doi =
| accessdate = 6 Agustus, 2020 }}</ref><ref>{{cite book
| last =[[Ibnu Taimiyah]]
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title = “Aqidah yang dibawa para rasul dan yang termuat pada kitab-kitab yang Allah turunkan, serta sudah menjadi kesepakatan Salaful Ummah dan para tokohnya, yaitu penetapan pencipta yang berbeda dengan ciptaannya, dan Dia berada di atasnya (ciptaanNya)”. Ar Risalah ash Shafadiyah, halaman 263.
| publisher =
| date =
| location =
| pages =
| url =
| doi =
| id =
| isbn = }}</ref> Wahdatul wujud sendiri artinya bersatunya Tuhan dengan manusia yang telah mencapai hakiki atau dipercaya telah suci.<ref name="ashim"/> [[Ibnu Arabi]] bersyair di nukil dalam bukunya,
{{Cquote|Hamba adalah Rabb, dan Rabb merupakan hamba Aku bingung, siapa gerangan yang menjadi mukallaf.<ref name="fushushul hikam">{{cite book
| last =[[Ibnu Arabi]]
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title =Fushushul Hikam, halaman 345.
| publisher =
| date =
| location =
| pages =
| url =
| doi =
| id =
| isbn = }}</ref> |author=[[Ibnu Arabi]]}}
{{Cquote|Semua makhluk berkeyakinan tentang ilah (sesembahan) dengan berbagai keyakinan Dan aku berkeyakinan (tentang ilah) dengan seluruh yang mereka yakini itu.<ref name="fushushul hikam"/>|author=[[Ibnu Arabi]]}}
{{Cquote|Sesungguhnya seseorang ketika menyetubuhi istrinya tidak lain (ketika itu) ia menyetubuhi Allah!.<ref>{{cite book
| last =[[Ibnu Arabi]]
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title =Asy-Shufiyyah Fi Mizanil Kitabi Was Sunnah - Jamil Zainu
| publisher =
| date =
| location =
| pages =
| url =
| doi =
| id =
| isbn = }}</ref>|author=[[Ibnu Arabi]]}}


Ajaran ini menyebutkan bahwa [[Tuhan]] adalah [[Dzat Yang Maha Esa]], sedangkan makhluk adalah bagian dari Dzat Yang Maha Esa tersebut, dan Tuhan memperlihatkan Diri pada apa saja yang ada di [[alam semesta]] ini, karena tak ada satupun di [[alam semesta]] ini kecuali [[eksistensi|wujud]] Tuhan.{{sfn|Uswatun|2015|p=26}} Dengan kata lain, [[Eksistensi|eksistensi]]<nowiki/> alam semesta merupakan [[manifestasi]] dari keberadaan Tuhan.
== Wahdatul Wujud di Indonesia ==
Wahdatul wujud bukanlah [[organisasi]] atau [[komunitas|kelompok]] aliran. Karena itu, tidak ada kita jumpai ada organisasi Wahdatul wujud. Wahdatul wujud lebih tepatnya merupakan sebuah pemikiran dan keyakinan. Di [[Indonesia]], [[ideologi]] wahdatul wujud banyak dikembangkan oleh para penghasung [[Sufi]] dan [[Jaringan Islam Liberal|liberal]]. Yang menunjukkan betapa pemberitahuannya dia dengan [[Jaringan Islam Liberal|liberal]]. Kalian mungkin pernah mendengar berita ada mahasiswa yang meneriakkan ''anjing-hu akbar''. Ini bagian dari ideologi Wahdatul Wujud. Anda bisa memikirkan bagaimana upaya orang [[Jaringan Islam Liberal|Liberal]] berdasarkan ungkapan ini. Termasuk juga aqidah [[pluralisme]], yang menanamkan prinsip bahwa semua agama adalah sama. Hingga terlahir pondok pesantren multi-theism dan fikih lintas agama. Itu bagian dari [[doktrin]] [[wahdatul wujud]]. Termasuk juga keyakinan, dari pada mengaku [[Muslim]] tapi tidak baik, lebih baik ngaku [[Kafir]] yang juga sama-sama tidak baik. Karena bagi mereka [[Muslim]] maupun [[Kafir]] adalah sama. Di negeri kita, ada satu kelompok pengajian qasidah, nada dan dakwah, dipimpin tokoh [[sufi]] sangat terkenal kelas [[Indonesia]]. Dalam banyak kajiannya, menunjukkan bahwa dia penghasung Wahdatul Wujud. Realita ini menunjukkan agar kita semakin rajin belajar, mengkaji [[Islam]] yang menerapkan oleh para sahabat dan para ulama penganut mereka. Dengan itu, kita bisa memahami islam yang benar, dan dalam waktu yang sama, kita juga memahami aliran yang menyimpang.


== Sejarah ==
Rasullullah shalallahu alaihi wassalam bersabda,
Wahdatul wujud selalu dihubungkan dengan [[Ibnu Arabi]], karena [[Ibnu Arabi]] dianggap sebagai penggagasnya. Walaupun Wahdatul wujud dikaitkan dengan aliran [[Ibnu Arabi]] tetapi sebetulnya Wahdatul wujud sudah diajarkan oleh beberapa sufi sebelum Ibnu Arabi.{{sfn|Siregar|2019|p=36}}
{{Cquote|Ya Allah, hiasilah kami dengan perhiasan iman. serta jadikanlah kami sebagai penunjuk jalan yang mendapatkan bimbingan.|author=HR. Ahmad 18325 dan HR.Nasai 1305
}}


[[Sufi]] sebelum Ibnu Arabi yang membuat pernyataan yang dianggap mengandung doktrin Wahdatul wujud adalah [[Al-Ghazali|Abu Hamid Al-Ghazali]], dalam sebuah karyanya Al-Ghazali berkata ”''sesuatu yang maujud dengan sebenar-benarnya adalah Allah Swt, sebagaimana cahaya yang sebenar-benarnya adalah Allah Swt''”, ”''tidak ada wujud kecuali Allah dan wajah-Nya, dengan itu pula, maka segala sesuatu binasa kecuali wajah-Nya secara azali dan abadi''{{sfn|Siregar|2019|p=39}}”.
==Tanggapan Ulama ==
[[Ibnu Arabi]] Pelopor [[doktrin]] Wahdatul Wujud telah dikafirkan oleh para ulama, mulai dari ulama yang sejaman dengannya, hingga ulama yang hidup saat ini. Di antara ulama-ulama besar yang mengkafirkan [[Ibnu Arabi]] adalah [[Ibnu Hajar al-'Asqalani]], [[Ibnu Katsir]], Ibnu Shalah, dan al-Qasthalany, semoga Allah merahmati mereka semua.<ref>''Muasuu`atur radd `ala shufiyyah''</ref><ref>{{cite web
| last =iaaj


[[Ma'ruf Al-Karkhi]] salah satu [[sufi]] yang hidup empat abad sebelum [[Ibnu Arabi]] adalah orang pertama yang mengungkapkan [[syahadat]] dengan kata-kata “''tiada sesuatupun dalam wujud kecuali Allah''”.{{sfn|Siregar|2019|p=39}}
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title = IBNU ARABI DIHUKUMI KAFIR
| work =
| publisher =
| date = 03 Maret, 2007
| url = https://idrusali85.wordpress.com/2007/03/31/ibnu-arabi-dihukumi-kafir/amp/
| format =
| doi =
| accessdate = 6 Agustus, 2020 }}</ref>


Tokoh yang cukup berperan mempopulerkan istilah wahdatul wujud adalah [[Ibnu Taimiyah]], seorang pemikir dan [[ulama|ulama Islam]] guru dari [[Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah]].{{sfn|Siregar|2019|p=39}} Walaupun [[Ibnu Taimiyah]] menggunakan istilah Wahdatul Wujud untuk mengkritik terhadap doktrin Wahdatul wujud,{{sfn|Usman|2020|p=50}} Tetapi istilah ini sudah banyak digunakan oleh kalangan sufi di ajaran tasawuf.
[[Al-Ajurri|Imam Al-Ajurri]] juga memberikan nasehat tatkala menyebut, {{quote|Sesungguhnya aku nasehat saudara-saudaraku kaum mukminin untuk berhati-hati dari pemahaman hululiyyah (Allah menyatu dengan makhluk-Nya). Setan telah mempermainkan penganut pemahaman ini sehingga dengan pemahaman yang jelek ini mereka menyimpang keluar dari rel para ulama menuju kepada pemahaman-pemahaman yang keji, yang tidak dianut kecuali oleh orang yang terfitnah dan binasa.<ref>{{cite book
| last =[[Al-Ajurri|Imam Al-Ajurri]]
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title = asy-ariyah Halaman 287/288
| publisher =
| date =
| location =
| pages =
| url =
| doi =
| id =
| isbn = }}</ref><ref name="Ubaidah Yusuf">{{cite web
| last = Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title = Kritik Ilmiyah Pemikiran Quraish Shibab
| work =
| publisher =
| date =
| url = https://id.scribd.com/document/436175305/Kritik-Ilmiyah-Pemikiran-Quraish-Shihab
| format =
| doi =
| accessdate = 6 Agustus, 2020 }}</ref>
|author=[[Al-Ajurri|Imam Al-Ajurri]]}}


== Tokoh-tokoh Wahdatul wujud ==
[[Ibnu Taimiyah]] juga paling keras menentang doktrin ini berikut pernyataannya,
=== Al-Hallaj ===
{{Quote|Bangkit membantah mereka (ahli wahdatul wujud) merupakan kewajiban yang sangat utama, sebab mereka adalah perusak akal dan agama manusia, mereka membuat kerusakan di muka bumi, dan menghalangi dari jalan Alloh. Bahaya mereka terhadap agama melebihi bahaya para penjajah dunia seperti perampok dan pasukan Tatar yang hanya merampas harta tanpa merusak agama.<ref>{{cite book
[[File:Hallaj.jpg|thumb|Lukisan [[Amir Khosrow]] tentang penggambaran eksekusi [[Al-Hallaj]]]]
| last =[[Ibnu Taimiyah|Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah]]
[[Al-Hallaj|Abu Abdullah Husain bin Mansur]] [[Al-Hallaj]] dikenal dengan nama [[Al-Hallaj]] seorang [[Syekh]] [[Sufi]] keturunan [[Persia]] [[abad ke-9]] dan [[abad ke-10|ke-10]] dilahirkan di kota [[Thur]] di kawasan [[Baidhah]], [[Iran Tenggara]], pada tanggal [[26 Maret]] [[866]] M.{{sfn|Siregar|2019|p=43}}{{sfn|Siregar|2019|p=44}} Ia terkenal dengan ucapannya: "Ana al haq" (Akulah kebenaran) karena ucapannya itu mengakibatkannya dieksekusi. Sebab [[Islam]] tidak menerima pandangan bahwa seorang manusia bisa bersatu dengan [[Allah]] dan karena [[Kebenaran]] adalah salah satu nama [[Allah]], maka ini berarti bahwa [[al-Hallaj]] menyatakan ketuhanannya sendiri.{{sfn|Siregar|2019|p=44}}
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title = Majmu Fatawa 2/132
| publisher =
| date =
| location =
| pages =
| url =
| doi =
| id =
| isbn = }}</ref><ref name="Ubaidah Yusuf"/>|author=[[Ibnu Taimiyah]]}}


=== Siti Jenar ===
Sebagian para ulama [[Sufi]] juga menentang Paham Hulul dan Wahdatul Wujud tetapi sebagiannya tidak.<ref name="Konsultasi Islam">{{cite web
Nama aslinya adalah [[Raden Abdul Jalil]], lahir di [[Iran]]/[[Persia]] tahun (1348-1439 H/1426-1517 M)<ref>{{citeweb|url=https://www.suara.com/news/2020/05/16/190626/mengungkap-sosok-syekh-siti-jenar-yang-sebenarnya-siapa-dia?page=all|title=Mengungkap Sosok Syekh Siti Jenar yang Sebenarnya, Siapa Dia?|author1=Reza Gunadha|author2=Chyntia Sami l Bhayangkara|date=Sabtu, 16 Mei 2020|accessdate=15 Februari 2022|website=www.suara.com}}</ref> bertempat tinggal di [[Jepara]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. [[Siti Jenar]] terkenal sebab ajarannya ''Manunggaling Kawula Gusti'' istilah Wahdatul wujud yang dijawakan. Siti Jenar mengembangkan paham jalan hidup sufi yang dianggap bertentangan dengan ajaran [[Wali songo]]. Pertentangan praktik sufi oleh Siti Jenar dengan Wali songo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariat yang dilakukan oleh [[Wali songo]].{{sfn|Siregar|2019|p=45}}{{sfn|Siregar|2019|p=46}}
| last = Konsultasi Islam
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title =Menjawab tuduhan bahwa para sufi berakidah WIHDATUL WUJUD
| work =
| publisher =
| date =
| url =http://www.konsultasislam.com/2010/01/menjawab-tuduhan-bahwa-para-sufi_20.html?m=1
| format =
| doi =
| accessdate = 7 Agustus, 2020 }}</ref> Berikut pernyataan [[Sufi]], yang menentang Konsep Wahdatul Wujud,
Al Imam al Junayd al Baghdadi (W. 297 H) penghulu kaum sufi pada masanya berkata: {{quote|Seandainya aku adalah seorang penguasa niscaya aku akan penggal setiap orang yang mengatakan tidak ada yang maujud (ada) kecuali Allah.<ref>''dinukil oleh Syekh Abdul al Wahhab asy-Sya’rani dalam kitabnya al Yawaqit Wal Jawahir''</ref><ref name="Konsultasi Islam"/>|author=Al Imam al Junayd al Baghdadi}}


== Rujukan ==
=== Ibnu Arabi ===
[[Ibnu Arabi]], salah satu sufi terkenal dalam perkembangan [[tasawuf]]. Lahir pada tahun 560 H{{sfn|Mukarromah|2017|p=141}} merupakan tokoh yang cukup kontroversial Ia mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang wujud kecuali Tuhan. Segala yang ada selain Tuhan adalah penampakan lahiriah dari-Nya. Perkataan yang diungkapkannya: “''Maha Suci Dzat
yang menciptakan segala sesuatu, dan Dia adalah segala sesuatu
itu sendiri.''”{{sfn|Mukarromah|2017|p=140}}

== Lihat pula ==
*[[Panteisme]]
*[[Tasawuf]]

== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Reflist}}
===Bibliografi===
[[Kategori:Sufi]]
{{refbegin}}
[[Kategori:Mistisisme]]
*{{citation|title=KONSEP WAHDAT AL-WUJŪD IBN `ARABĪ DAN MANUNGGALING KAWULO LAN GUSTI RANGGAWARSITA|last=Uswatun|first=Hasanah|year=2015|url=http://eprints.walisongo.ac.id/4308/1/104111012.pdf|authorlink=Nur yadi}}
[[Kategori:Aqidah]]
*{{citation|title=Konsep Wahdatul Wujud Menurut Syamsuddin as-Sumatrani|last=Siregar|first=Annisa Fitriani|year=2019|url=http://repository.uinsu.ac.id/9584/1/SKRIPSI%20PDF.pdf|authorlink=Ms Nurul Hidayah Siregar}}
*{{citation|title=MENEROKA PEMIKIRAN IBN TAYMIYAH: Kritik terhadap Filsafat dan Tasawuf|last=Usman|first=Muh. Ilham|url=https://jurnal.iainpalu.ac.id/index.php/rsy/article/view/533/354|year=2020|doi=10.24239/rsy.v16i1.533}}
*{{citation|title=ITTIHAD, HULUL, DAN WAHDAT AL-WUJUD|last=Mukarromah|first=Oom|year=2017|issue=Vol 16 No 01 (2015): Januari-Juni 2015|url=http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tazkiya/article/download/212/214/|ISSN=1411-7886}}
{{Refend}}


[[Kategori:Teologi]]
== Pranala luar ==
[[Kategori:Tasawuf]]
[[Kategori:Akidah]]

Revisi terkini sejak 15 Februari 2024 07.48

Wahdatul wujud berasal dari kata wahdah (وحدة) yang berarti tunggal atau kesatuan dan al-wujud (الوجود ) yang berarti ada, eksistensi, atau keberadaan. Secara harfiah moonwahdatul wujud artinya adalah "kesatuan eksistensi".[1]

Ajaran ini menyebutkan bahwa Tuhan adalah Dzat Yang Maha Esa, sedangkan makhluk adalah bagian dari Dzat Yang Maha Esa tersebut, dan Tuhan memperlihatkan Diri pada apa saja yang ada di alam semesta ini, karena tak ada satupun di alam semesta ini kecuali wujud Tuhan.[1] Dengan kata lain, eksistensi alam semesta merupakan manifestasi dari keberadaan Tuhan.

Wahdatul wujud selalu dihubungkan dengan Ibnu Arabi, karena Ibnu Arabi dianggap sebagai penggagasnya. Walaupun Wahdatul wujud dikaitkan dengan aliran Ibnu Arabi tetapi sebetulnya Wahdatul wujud sudah diajarkan oleh beberapa sufi sebelum Ibnu Arabi.[2]

Sufi sebelum Ibnu Arabi yang membuat pernyataan yang dianggap mengandung doktrin Wahdatul wujud adalah Abu Hamid Al-Ghazali, dalam sebuah karyanya Al-Ghazali berkata ”sesuatu yang maujud dengan sebenar-benarnya adalah Allah Swt, sebagaimana cahaya yang sebenar-benarnya adalah Allah Swt”, ”tidak ada wujud kecuali Allah dan wajah-Nya, dengan itu pula, maka segala sesuatu binasa kecuali wajah-Nya secara azali dan abadi[3]”.

Ma'ruf Al-Karkhi salah satu sufi yang hidup empat abad sebelum Ibnu Arabi adalah orang pertama yang mengungkapkan syahadat dengan kata-kata “tiada sesuatupun dalam wujud kecuali Allah”.[3]

Tokoh yang cukup berperan mempopulerkan istilah wahdatul wujud adalah Ibnu Taimiyah, seorang pemikir dan ulama Islam guru dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.[3] Walaupun Ibnu Taimiyah menggunakan istilah Wahdatul Wujud untuk mengkritik terhadap doktrin Wahdatul wujud,[4] Tetapi istilah ini sudah banyak digunakan oleh kalangan sufi di ajaran tasawuf.

Tokoh-tokoh Wahdatul wujud

[sunting | sunting sumber]

Al-Hallaj

[sunting | sunting sumber]
Lukisan Amir Khosrow tentang penggambaran eksekusi Al-Hallaj

Abu Abdullah Husain bin Mansur Al-Hallaj dikenal dengan nama Al-Hallaj seorang Syekh Sufi keturunan Persia abad ke-9 dan ke-10 dilahirkan di kota Thur di kawasan Baidhah, Iran Tenggara, pada tanggal 26 Maret 866 M.[5][6] Ia terkenal dengan ucapannya: "Ana al haq" (Akulah kebenaran) karena ucapannya itu mengakibatkannya dieksekusi. Sebab Islam tidak menerima pandangan bahwa seorang manusia bisa bersatu dengan Allah dan karena Kebenaran adalah salah satu nama Allah, maka ini berarti bahwa al-Hallaj menyatakan ketuhanannya sendiri.[6]

Siti Jenar

[sunting | sunting sumber]

Nama aslinya adalah Raden Abdul Jalil, lahir di Iran/Persia tahun (1348-1439 H/1426-1517 M)[7] bertempat tinggal di Jepara, Jawa Tengah, Indonesia. Siti Jenar terkenal sebab ajarannya Manunggaling Kawula Gusti istilah Wahdatul wujud yang dijawakan. Siti Jenar mengembangkan paham jalan hidup sufi yang dianggap bertentangan dengan ajaran Wali songo. Pertentangan praktik sufi oleh Siti Jenar dengan Wali songo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariat yang dilakukan oleh Wali songo.[8][9]

Ibnu Arabi

[sunting | sunting sumber]

Ibnu Arabi, salah satu sufi terkenal dalam perkembangan tasawuf. Lahir pada tahun 560 H[10] merupakan tokoh yang cukup kontroversial Ia mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang wujud kecuali Tuhan. Segala yang ada selain Tuhan adalah penampakan lahiriah dari-Nya. Perkataan yang diungkapkannya: “Maha Suci Dzat yang menciptakan segala sesuatu, dan Dia adalah segala sesuatu itu sendiri.[11]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Uswatun 2015, hlm. 26.
  2. ^ Siregar 2019, hlm. 36.
  3. ^ a b c Siregar 2019, hlm. 39.
  4. ^ Usman 2020, hlm. 50.
  5. ^ Siregar 2019, hlm. 43.
  6. ^ a b Siregar 2019, hlm. 44.
  7. ^ Reza Gunadha; Chyntia Sami l Bhayangkara (Sabtu, 16 Mei 2020). "Mengungkap Sosok Syekh Siti Jenar yang Sebenarnya, Siapa Dia?". www.suara.com. Diakses tanggal 15 Februari 2022. 
  8. ^ Siregar 2019, hlm. 45.
  9. ^ Siregar 2019, hlm. 46.
  10. ^ Mukarromah 2017, hlm. 141.
  11. ^ Mukarromah 2017, hlm. 140.

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]