Lompat ke isi

Sastra Lampung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Aiken (bicara | kontrib)
 
(31 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Sastra Lampung''' adalah sastra yang menggunakan [[bahasa Lampung]] sebagai media kreasi, baik sastra lisan maupun sastra tulis. Sastra Lampung adalah salah satu dari kebudayaan [[Melayu]] yang kuat dengan [[pepatah]]-petitih, [[mantra]], [[pantun]], [[syair]], dan [[cerita rakyat]].AKU HACKERC YANG LIHAT INU JANGAN MAIN MAIN HHHH AKU HACKERS AWAS SAJA JIKA ADA YANG BERANI MENGGANTI TULISAN INI JIKA ADA YANG BERANI MENGGANTI TULISAN INI PASTI AKAN KU BAJAK AKUN NYA
'''Sastra Lampung''' adalah sastra yang menggunakan [[bahasa Lampung]] sebagai media kreasi, baik sastra lisan maupun sastra tulis. Sastra Lampung memiliki kedekatan dengan tradisi [[Melayu]] yang kuat dengan [[pepatah]]-petitih, [[mantra]], [[pantun]], [[syair]], dan [[cerita rakyat]].


== Sastra lisan ==
== Sastra Lisan ==
[[Sastra lisan]] [[Lampung]] menjadi milik kolektif [[suku Lampung]]. Ciri utamanya kelisanan, [[anonim]], dan lekat dengan kebiasaan, [[tradisi]], dan adat istiadat dalam kebudayaan masyarakat Lampung. Sastra itu banyak tersebar dalam masyarakat dan merupakan bagian sangat penting dari khazanah budaya etnis Lampung.
[[Sastra lisan]] [[Lampung]] adalah milik [[suku Lampung]] secara kolektif. Ciri utamanya kelisanan, [[anonim]], dan lekat dengan kebiasaan, [[tradisi]], dan adat istiadat dalam kebudayaan masyarakat Lampung. Sastra ini banyak tersebar dalam masyarakat, dan merupakan bagian sangat penting dari khazanah budaya etnis Lampung.


== Jenis Sastra Lisan Lampung ==
== Jenis Sastra Lisan Lampung ==
Baris 8: Baris 8:


=== ''Sesikun''/''Sekiman'' (Peribahasa) ===
=== ''Sesikun''/''Sekiman'' (Peribahasa) ===
''Sesikun/Sekiman'' adalah [[bahasa]] yang memiliki arti kiasan atau semua bahasa berkias. Fungsinya sebagai alat pemberi nasihat, motivasi, sindiran, celaaan, sanjungan, perbandingan, atau pemanis dalam berbahasa.
''Sesikun/Sekiman'' adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa kiasan, atau tidak bermakna harfiah. Fungsinya beragam, mulai dari alat pemberi nasihat, motivasi, sindiran, celaaan, sanjungan, perbandingan, juga pemanis dalam berbahasa.


Berikut beberapa contoh ''sesikun'' atau ''sekiman'':
Contoh
1: ''Di kedo biduk teminding, di san wai tenimbo.''
Artinya: Pandai-pandailah membawa diri, bersikaplah sesuai dengan adat-istiadat setempat.


1. '' Di kedo biduk teminding, di san wai tenimbo.''
Contoh 2: ''Dang happuk di kemutik, beguno ki gayah''.

Artinya: Jangan meremehkan orang yang tidak punya atau orang bodoh; siapa tahu dalam keadaan
*Arti harfiah: “Di mana sampan berlabuh, di situ air ditimba.”
tertentu justru mereka yang bisa membantu.
*Arti asli: Pandai-pandailah membawa diri, bersikaplah sesuai dengan adat-istiadat setempat.

2. ''Dang happuk di kemutik, beguno ki gayah''.

*Arti harfiah: “Jangan membuang buah muda, berguna saat susah.”
*Artinya: Jangan meremehkan orang yang tidak punya atau orang bodoh;siapa tahu, dalam keadaan tertentu, justru mereka yang bisa membantu.


=== ''Seganing''/''Teteduhan'' (Teka-Teki) ===
=== ''Seganing''/''Teteduhan'' (Teka-Teki) ===
''Seganing/Teteduhan'' adalah soal yang dikemukakan secara samar-samar, biasanya untuk permainan atau untuk pengasah pikiran.
''Seganing/Teteduhan'' adalah soal yang dikemukakan secara samar-samar, biasanya untuk permainan atau untuk pengasah pikiran. Contohnya:


Contoh: ''Sanak sangomuaghei lapah di sabah. Makai kawai besei, kepiahno adek bah. Nyokidah?''apa jawabannya?
''Sanak sango muaghei lapah di sabah, makai kawai besei, kepiahno adek bah. Nyo kidah?''

(Sanak-saudara pergi ke sawah, berbaju besi, kopiah mengarah ke bawah. Apa itu?)


=== ''Memang'' (Mantra) ===
=== ''Memang'' (Mantra) ===
''Memang'' adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib: dapat menyembuhkan, dapat mendatangkan celaka, dan sebagainya.
''Memang'' adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib; dapat menyembuhkan, dapat mendatangkan celaka, dan sebagainya.


=== ''Warahan'' (Cerita Rakyat) ===
=== ''Warahan'' (Cerita Rakyat) ===
''Warahan'' adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara lisan; bisa berbentuk epos, sage, fabel, legenda, mite, atau semata-mata fiksi.
''Warahan'' adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara lisan; bisa berbentuk epos, sage, fabel, legenda, mite, atau semata-mata fiksi.


=== Puisi ===
== Puisi Lampung ==
Puisi Lampung memiliki ciri-ciri khusus dalam penyusunannya, di antaranya:
[[Puisi]] adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan seseorang secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi (rima, ritma, dan metrum), dan tipografi puisi. Struktur batin terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Kedua struktur itu terjalin dan terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi penikmatnya (A. Effendi Sanusi, 1996).

#Umumnya menggunakan rima ABAB, walau ada yang AAAA.
#Satu larik terdiri atas 7 suku kata, walau variasi ada dengan jumlah 4 sampai 10 suku kata.
#Satu bait umumnya terdiri dari 4 baris, walau terdapat variasi.


== Bentuk-Bentuk Puisi Lampung ==
== Bentuk-Bentuk Puisi Lampung ==
Puisi-puisi Lampung dibedakan berdasarkan fungsi mereka. Berdasarkan fungsi, ada lima macam puisi Lampung, yang masing-masing memiliki beragam nama tergantung dialek:
Berdasarkan fungsinya, ada lima macam puisi Lampung: ''paradinei/paghadini'', ''pepaccur/pepaccogh/wawancan'', ''pattun/segata/adi-adi'', ''bebandung'', dan ''ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang''.

#''Paradinei/paghadini''
#''Pepaccur/pepaccogh/wawancan''
#''Pattun/segata/adi-adi''
#''Bebandung''
#''Ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang''.


=== ''Paradinei/Paghadini'' ===
=== ''Paradinei/Paghadini'' ===
''Paradinei/paghadini'' adalah puisi Lampung yang biasa digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat. Paradinei/paghadini diucapkan jurubicara masing-masing pihak, baik pihak yang datang maupun yang didatangi. Secara umum, isi paradinei/paghadini berupa tanya jawab tentang maksud atau tujuan kedatangan (A. Effendi Sanusi).
''Paradinei/paghadini'' adalah puisi Lampung yang biasa digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat. ''Paradinei/paghadini'' diucapkan juru bicara masing-masing pihak, baik pihak yang datang maupun yang didatangi. Secara umum, isi paradinei/paghadini berupa tanya-jawab tentang maksud atau tujuan kedatangan (A. Effendi Sanusi).


'''Contoh1:'''
Contoh1:
Penano cawono pun, tabik ngalimpuro.
Sikam jo keno kayun, tiyan sai tuho rajo.
Ki cawo salah susun, maklum kurang biaso.


Dari pihak yang datang:
Sikam nuppang betanyo, jamo metei sango iringan.
''Penano cawono pun, tabik ngalimpuro.''
Metei jo anjak kedo, nyo maksud dan tujuan.
''Sikam jo keno kayun, tiyan sai tuho rajo.''
Mak dapek lajeu di jo, ki mak jelas lapahan.
''Ki cawo salah susun, maklum kurang biaso.''


Dari pihak yang didatangi:
dst.
''Sikam nuppang betanyo, jamo metei sango iringan.''
''Metei jo anjak kedo, nyo maksud dan tujuan?''
''Mak dapek lajeu di jo, ki mak jelas lapahan.''
Contoh 2:
Contoh 2:
Tabik pun nabik tabik,tabik pun ngalimpukha
''Tabik pun nabik tabik,tabik pun ngalimpukha''
sikam ji sanak tepik,haga numpang butanya
''Sikam jo sanak tippik, haga numpang butanya''
mahaf ki salah cutik,gelakhne mangkung biasa
''Mahap ki salah cutik, gekhalna mangkung biasa''
sikam numpang butanya,jama pekhwatin si wat dija
''Sikam numpang butanya, jama pekhwatin si wat dija''
kuti ji anjak ipa,api haga cekhita
''Kuti jo anjak ipa, api haga cekhita?''
dst.


=== ''Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan'' ===
=== ''Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan'' ===
''Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan'' adalah salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi, yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dalam upacara pemberian gelar adat (''adek/adok'')
''Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan'' adalah salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi, lazim digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dalam upacara ''juluk adek/adok'' (pemberian gelar).


Sudah menjadi adat masyarakat Lampung bahwa pada saat bujang atau gadis meninggalkan masa remajanya, pasangan pengantin itu diberi ''adek/adok'' sebagai penghormatan dan tanda bahwa mereka sudah berumah tangga. Pemberian ''adek/adok'' dilakukan dalam upacara adat yang dikenal dengan istilah ''ngamai adek/ngamai adok'' (jika dilakukan di tempat mempelai wanita), ''nandekken adek'' dan ''inei adek/nandok
Sudah menjadi adat masyarakat Lampung, bahwa pada saat bujang atau gadis meninggalkan masa remajanya, pasangan pengantin itu diberi ''adek/adok'' sebagai penghormatan dan tanda bahwa mereka sudah berumah tangga. Pemberian ''adek/adok'' dilakukan dalam upacara adat yang dikenal dengan istilah ''ngamai adek/ngamai adok'', atau jika dilakukan di tempat mempelai wanita,''nandekken adek'' dan ''inei adek/nandok''.


gelakhne ............. anjak pekon .............
''Gelakhne ... anjak ...
bingi hinji lagi senang sekhta bahagia
''Bingi hinji lagi senang sekhta bahagia''
lain moneh tipugampang astawa dipumudah
''Lain moneh tipugampang astawa dipumudah''
adokne sanak sinji yakdo lah ............
''Adokne sanak sinji yakdo lah ...''
dst


=== ''Pattun/Segata/Adi-Adi'' ===
=== ''Pattun/Segata/Adi-Adi'' ===
''Pantun/Segata/Adi-Adi'' adalah salah satu jenis puisi Lampung yang digunakan dalam acara-acara yang sifatnya untuk bersukaria, misalnya pengisi acara muda-mudi ''nyambai, miyah damagh,'' dan ''kedayek''.
[[Berkas:Adi-adi.jpg|ka|jmpl|300px|Contoh puisi tradisional "Adi-adi" dalam [[aksara Lampung]].]]
''Pantun/Segata/Adi-Adi'' adalah salah satu jenis puisi Lampung yang di kalangan etnik Lampung lazim digunakan dalam acara-acara yang sifatnya untuk bersukaria, misalnya pengisi acara muda-mudi ''nyambai, miyah damagh, kedayek''.


Contoh ''pattun''/''segata'':
Contoh ''pattun''/''segata'':
Baris 145: Baris 159:
Anak tua tiada lagi{{br}}
Anak tua tiada lagi{{br}}


Ya uy pulang dulu uy{{br}}
Ya oi pulang dulu oi{{br}}
Jangan lama-lama di ladang{{br}}
Jangan lama-lama di ladang{{br}}
Ayam disayang elang{{br}}
Ayam disayang elang{{br}}
Baris 180: Baris 194:
Kalau salah jangan mengejek{{br}}
Kalau salah jangan mengejek{{br}}


* nama pohon untuk pelindung tanaman kopi
*Nama pohon untuk pelindung tanaman kopi


Berikan contoh
=== ''Bebandung'' ===
Bubandun santeghi adalah
''Bebandung'' adalah puisi Lampung yang berisi petuah-petuah atau ajaran yang berkenaan dengan agama Islam.


=== ''Ringget/Pisaan'' ===
=== ''Ringget/Pisaan'' ===
''Ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang'' adalah
''Ringget/pisaan'', juga dikenal dengan nama ''dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang'' dalam beragam dialek, adalah puisi tradisi Lampung yang lazim digunakan sebagai pengantar acara
puisi tradisi Lampung yang lazim digunakan sebagai pengantar acara
adat, pelengkap acara pelepasan pengantin wanita ke tempat pengantin
adat, pelengkap acara pelepasan pengantin wanita ke tempat pengantin
pria, pelengkap acara tarian adat (cangget), pelengkap acara muda-mudi
pria, pelengkap acara ''cangget'', pelengkap acara muda-mudi
(nyambai, miyah damagh, atau kedayek), senandung saat meninabobokan
(seperti ''nyambai, miyah damagh'', dan ''kedayek''), senandung saat meninabobokan
anak, dan pengisi waktu bersantai.
anak, dan pengisi waktu bersantai.


Baris 198: Baris 211:
Tidak seperti sastra Jawa, Sunda, dan Bali yang sudah lama memiliki sastra modern, sastra modern berbahasa Lampung baru bisa ditandai dengan kehadiran kumpulan sajak dwibahasa Lampung Indonesia karya [[Udo Z. Karzi]], ''Momentum'' (2002). 25 puisi yang terdapat dalam ''Momentum'' tidak lagi patuh pada konvensi lama dalam tradisi perpuisian ber[[bahasa Lampung]], baik struktur maupun dalam tema. Dengan kata lain, Udo melakukan pembaruan dalam perpuisian Lampung sehingga ada yang menyebutnya "Bapak Puisi Modern Lampung".
Tidak seperti sastra Jawa, Sunda, dan Bali yang sudah lama memiliki sastra modern, sastra modern berbahasa Lampung baru bisa ditandai dengan kehadiran kumpulan sajak dwibahasa Lampung Indonesia karya [[Udo Z. Karzi]], ''Momentum'' (2002). 25 puisi yang terdapat dalam ''Momentum'' tidak lagi patuh pada konvensi lama dalam tradisi perpuisian ber[[bahasa Lampung]], baik struktur maupun dalam tema. Dengan kata lain, Udo melakukan pembaruan dalam perpuisian Lampung sehingga ada yang menyebutnya "Bapak Puisi Modern Lampung".


Berikut Karya-karya sastra (berbahasa) Lampung modern:
== Lihat pula ==

===Kumpulan Puisi===
* ''Momentum'' karya [[Udo Z. Karzi]] ([[2002]])
* ''Mak Dawah Mak Dibingi'' karya [[Udo Z. Karzi]] ([[2007]]), meraih [[Hadiah Sastra Rancage]] [[2008]]
* ''Di Lawok Nyak Nelepon Pelabuhan'' karya [[Oky Sanjaya]] ([[2009]])
* ''Suluh'' karya [[Fitri Yani]] ([[2013]]), memenangkan [[Hadiah Sastra Rancage]] [[2014]]
* ''Sekekejungni Pesiser Sememanjangni Angangon'' karya [[Elly Dharmawanti]] dan [[SW Teofani]] ([[2016]])
* ''Semilau'' karya [[Muhammad Harya Ramdhoni]] ([[2017]]), memenangkan [[Hadiah Sastra Rancage]] [[2018]]
* ''Sanjor Induh Kepira'' karya [[Elly Dharmawanti]] ([[2018]])
* ''Lapah Kidah Sangu Bismillah: Bandung & Hahiwang'' karya [[Semacca Andanant]] ([[2018]], memenangkan [[Hadiah Sastra Rancage]] [[2020]]
* ''Muli Sikop sai Segok'' karya [[ZA Mathikha Dewa]] ([[2019]])
* ''Dang Miwang Niku Ading'' karya [[Elly Dharmawanti]] ([[2020]]), memenangkan [[Hadiah Sastra Rancage]] [[2021]]
* ''Katan rik Kilak'' karya [[Semacca Andanant]] ([[2020]])
* ''Setiwang'' karya [[Udo Z. Karzi]] ([[2020]])
* ''Ngabiti Tanyandangan'' karya [[Mamak Lawok]] ([[2021]])
* ''In Dang Tayap Sang Kaban'' karya [[Elly Dharmawanti]] ([[2022]])
* ''Singkapan'' karya [[Zabidi Yakub]] ([[2022]]), memenangkan [[Hadiah Sastra Rancage]] [[2023]]

===Kumpulan Cerbun===
* ''Cerita-cerita jak Bandar Negeri Semuong'' karya [[Asarpin Aslami]] ([[2009]]), memenangkan [[Hadiah Sastra Rancage]] [[2010]]
* ''Tumi Mit Kota'' karya [[Udo Z. Karzi]] dan [[Elly Dharmawanti]] ([[2013]])
* ''Lawi Ibung'' karya [[SW Teofani]] ([[2019]])
* ''Lunik-lunik Cabi Lunik'' karya [[Udo Z. Karzi]] ([[2019]])
* ''Kawin Lagi Mesanak'' karya [[Semacca Andanant]] ([[2022]])

===Novel===
* ''Negarabatin'' karya [[Udo Z. Karzi]] ([[2016]]), memenangkan [[Hadiah Sastra Rancage]] [[2017]]
* ''Usim Kembang di Balik Bukik'' karya [[Andy Wasis]], diterjemahkan [[Udo Z. Karzi]] ([[2017]])

== Lihat Pula ==
* [[Sastra di Lampung]]
* [[Sastra di Lampung]]
* [[Daftar sastrawan Lampung]]
* [[Daftar sastrawan Lampung]]
Baris 206: Baris 249:


[[Kategori:Sastra Nusantara|Lampung]]
[[Kategori:Sastra Nusantara|Lampung]]
[[Kategori:Budaya Lampung]]
[[Kategori:Lampung]]
[[Kategori:Lampung]]

Revisi terkini sejak 21 Juli 2024 14.32

Sastra Lampung adalah sastra yang menggunakan bahasa Lampung sebagai media kreasi, baik sastra lisan maupun sastra tulis. Sastra Lampung memiliki kedekatan dengan tradisi Melayu yang kuat dengan pepatah-petitih, mantra, pantun, syair, dan cerita rakyat.

Sastra Lisan

[sunting | sunting sumber]

Sastra lisan Lampung adalah milik suku Lampung secara kolektif. Ciri utamanya kelisanan, anonim, dan lekat dengan kebiasaan, tradisi, dan adat istiadat dalam kebudayaan masyarakat Lampung. Sastra ini banyak tersebar dalam masyarakat, dan merupakan bagian sangat penting dari khazanah budaya etnis Lampung.

Jenis Sastra Lisan Lampung

[sunting | sunting sumber]

A. Effendi Sanusi (1996) membagi sastra lisan Lampung menjadi lima jenis: peribahasa, teka-teki, mantra, puisi, dan cerita rakyat.

Sesikun/Sekiman (Peribahasa)

[sunting | sunting sumber]

Sesikun/Sekiman adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa kiasan, atau tidak bermakna harfiah. Fungsinya beragam, mulai dari alat pemberi nasihat, motivasi, sindiran, celaaan, sanjungan, perbandingan, juga pemanis dalam berbahasa.

Berikut beberapa contoh sesikun atau sekiman:

1. Di kedo biduk teminding, di san wai tenimbo.

  • Arti harfiah: “Di mana sampan berlabuh, di situ air ditimba.”
  • Arti asli: Pandai-pandailah membawa diri, bersikaplah sesuai dengan adat-istiadat setempat.

2. Dang happuk di kemutik, beguno ki gayah.

  • Arti harfiah: “Jangan membuang buah muda, berguna saat susah.”
  • Artinya: Jangan meremehkan orang yang tidak punya atau orang bodoh;siapa tahu, dalam keadaan tertentu, justru mereka yang bisa membantu.

Seganing/Teteduhan (Teka-Teki)

[sunting | sunting sumber]

Seganing/Teteduhan adalah soal yang dikemukakan secara samar-samar, biasanya untuk permainan atau untuk pengasah pikiran. Contohnya:

Sanak sango muaghei lapah di sabah, makai kawai besei, kepiahno adek bah. Nyo kidah?

(Sanak-saudara pergi ke sawah, berbaju besi, kopiah mengarah ke bawah. Apa itu?)

Memang (Mantra)

[sunting | sunting sumber]

Memang adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib; dapat menyembuhkan, dapat mendatangkan celaka, dan sebagainya.

Warahan (Cerita Rakyat)

[sunting | sunting sumber]

Warahan adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara lisan; bisa berbentuk epos, sage, fabel, legenda, mite, atau semata-mata fiksi.

Puisi Lampung

[sunting | sunting sumber]

Puisi Lampung memiliki ciri-ciri khusus dalam penyusunannya, di antaranya:

  1. Umumnya menggunakan rima ABAB, walau ada yang AAAA.
  2. Satu larik terdiri atas 7 suku kata, walau variasi ada dengan jumlah 4 sampai 10 suku kata.
  3. Satu bait umumnya terdiri dari 4 baris, walau terdapat variasi.

Bentuk-Bentuk Puisi Lampung

[sunting | sunting sumber]

Puisi-puisi Lampung dibedakan berdasarkan fungsi mereka. Berdasarkan fungsi, ada lima macam puisi Lampung, yang masing-masing memiliki beragam nama tergantung dialek:

  1. Paradinei/paghadini
  2. Pepaccur/pepaccogh/wawancan
  3. Pattun/segata/adi-adi
  4. Bebandung
  5. Ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang.

Paradinei/Paghadini

[sunting | sunting sumber]

Paradinei/paghadini adalah puisi Lampung yang biasa digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat. Paradinei/paghadini diucapkan juru bicara masing-masing pihak, baik pihak yang datang maupun yang didatangi. Secara umum, isi paradinei/paghadini berupa tanya-jawab tentang maksud atau tujuan kedatangan (A. Effendi Sanusi).

Contoh1:

Dari pihak yang datang:

Penano cawono pun, tabik ngalimpuro.
Sikam jo keno kayun, tiyan sai tuho rajo.
Ki cawo salah susun, maklum kurang biaso.

Dari pihak yang didatangi:

Sikam nuppang betanyo, jamo metei sango iringan.
Metei jo anjak kedo, nyo maksud dan tujuan?
Mak dapek lajeu di jo, ki mak jelas lapahan.

Contoh 2:

 Tabik pun nabik tabik,tabik pun ngalimpukha
 Sikam jo sanak tippik, haga numpang butanya
 Mahap ki salah cutik, gekhalna mangkung biasa
 Sikam numpang butanya, jama pekhwatin si wat dija
 Kuti jo anjak ipa, api haga cekhita?

Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan

[sunting | sunting sumber]

Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan adalah salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi, lazim digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dalam upacara juluk adek/adok (pemberian gelar).

Sudah menjadi adat masyarakat Lampung, bahwa pada saat bujang atau gadis meninggalkan masa remajanya, pasangan pengantin itu diberi adek/adok sebagai penghormatan dan tanda bahwa mereka sudah berumah tangga. Pemberian adek/adok dilakukan dalam upacara adat yang dikenal dengan istilah ngamai adek/ngamai adok, atau jika dilakukan di tempat mempelai wanita,nandekken adek dan inei adek/nandok.

 Gelakhne ... anjak ...
 Bingi hinji lagi senang sekhta bahagia
 Lain moneh tipugampang astawa dipumudah
 Adokne sanak sinji yakdo lah ...

Pattun/Segata/Adi-Adi

[sunting | sunting sumber]

Pantun/Segata/Adi-Adi adalah salah satu jenis puisi Lampung yang digunakan dalam acara-acara yang sifatnya untuk bersukaria, misalnya pengisi acara muda-mudi nyambai, miyah damagh, dan kedayek.

Contoh pattun/segata:

Bukundang Kalah Sahing

Numpang pai nanom peghing
Titanom banjagh capa
Numpang pai ngulih-ulih
Jama kutti sai dija

Adek kesaka dija
Kuliak nambi dibbi
Adek gelagh ni sapa
Nyin mubangik ngughau ni

Budaghak dipa dinyak
Pullan tuha mak lagi
Bukundang dipa dinyak
Anak tuha mak lagi

Payu uy mulang pai uy
Dang saka ga di huma
Manuk disayang kenuy
Layau kimak tigaga

Nyilok silok di lawok
Lentera di balimbing
Najin ghalang kupenok
Kidang ghisok kubimbing

Kusassat ghelom selom
Asal putungga batu
Kusassat ghelom pedom
Asal putungga niku

Kughatopkon mak ghattop
Kayu dunggak pumatang
Pedom nyak sanga silop
Min pitu minjak miwang

Indani ghaddak minyak
Titanom di cenggighing
Musakik kik injuk nyak
Bukundang kalah sahing

Musaka ya gila wat
Ki temon ni peghhati
Ya gila sangon mawat
Niku masangkon budi

Ali-ali di jaghi kiri
Gelang di culuk kanan
Mahap sunyin di kutti
Ki salah dang sayahan

Terjemahannya:

Pacaran Kalah Saingan

Numpang menanam bambu
Ditanam dekat capa
Numpang bertanya
Kepada kalian di sini

Adik kapan kemari
Kulihat kemarin sore
Nama adik siapa
Agar enak memanggilnya

Berladang dimana aku
Hutan tua tiada lagi
Pacaran dengan siapa aku
Anak tua tiada lagi

Ya oi pulang dulu oi
Jangan lama-lama di ladang
Ayam disayang elang
Kacau kalau tak dicegah

Melihat-lihat di laut
Lentera di balimbing
Walau jarang kulihat
Tapi sering kuucap

Kucari ke dasar gelap
Asal bersua batu
Kucari hingga ke tidur
Asal bersua denganmu

Kurebahkan tak rebah
Kayu di ujung pematang
Sejenak aku tertidur
Tujuh kali terbangun menangis

Layaknya ghaddak minyak*
Ditanam di lereng bukit
Betapa derita kurasakan
Pacaran kalah saingan

Sudah lama sebenanya ada
Kalau memang lebih perhatian
Ya memang tidak
Kau menanam budi

Cincin di jari kiri
Gelang di kaki kanan
Maaf semuanya kepada kalian
Kalau salah jangan mengejek

  • Nama pohon untuk pelindung tanaman kopi

Berikan contoh Bubandun santeghi adalah

Ringget/Pisaan

[sunting | sunting sumber]

Ringget/pisaan, juga dikenal dengan nama dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang dalam beragam dialek, adalah puisi tradisi Lampung yang lazim digunakan sebagai pengantar acara adat, pelengkap acara pelepasan pengantin wanita ke tempat pengantin pria, pelengkap acara cangget, pelengkap acara muda-mudi (seperti nyambai, miyah damagh, dan kedayek), senandung saat meninabobokan anak, dan pengisi waktu bersantai.

Sastra modern Lampung

[sunting | sunting sumber]

Sebagaimana Melayu di Sumatra pada umumnya, Suku Lampung sangat kental dengan tradisi kelisanan. Pantun, syair, mantra, dan berbagai jenis sastra berkembang tidak dalam bentuk keberaksaraan, sehingga wajar jika memiliki pola-pola sastra lama yang serupa sebagai ciri dari kelisanan itu.

Tidak seperti sastra Jawa, Sunda, dan Bali yang sudah lama memiliki sastra modern, sastra modern berbahasa Lampung baru bisa ditandai dengan kehadiran kumpulan sajak dwibahasa Lampung Indonesia karya Udo Z. Karzi, Momentum (2002). 25 puisi yang terdapat dalam Momentum tidak lagi patuh pada konvensi lama dalam tradisi perpuisian berbahasa Lampung, baik struktur maupun dalam tema. Dengan kata lain, Udo melakukan pembaruan dalam perpuisian Lampung sehingga ada yang menyebutnya "Bapak Puisi Modern Lampung".

Berikut Karya-karya sastra (berbahasa) Lampung modern:

Kumpulan Puisi

[sunting | sunting sumber]

Kumpulan Cerbun

[sunting | sunting sumber]

Lihat Pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]