Lompat ke isi

Amir Sjarifoeddin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
CendekiaPedia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(62 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Nama Batak|[[Suku Batak Angkola|Angkola]]|[[Harahap]]}}
{{Infobox PM
{{Infobox PM
|honorific-prefix = [[Meester in de Rechten|Mr.]]
|honorific-prefix = [[Meester in de Rechten|Mr.]]
Baris 8: Baris 9:
|term_end = 29 Januari 1948
|term_end = 29 Januari 1948
|president = [[Soekarno]]
|president = [[Soekarno]]
|viceprimeminister=[[Adenan Kapau Gani]]<br/> [[Setyadjit Soegondo]]<br>[[R. Syamsudin|Raden Sjamsoedin]]<br/>[[Wondoamiseno]]
|viceprimeminister={{unbulleted list|[[Adnan Kapau Gani]]|[[Setyadjit Soegondo]]|[[R. Syamsudin|Raden Sjamsoedin]]|[[Wondoamiseno]]}}
|predecessor = [[Sutan Syahrir]]
|predecessor = [[Sutan Syahrir]]
|successor = [[Mohammad Hatta]]
|successor = [[Mohammad Hatta]]
Baris 15: Baris 16:
|term_start2 = 14 November 1945
|term_start2 = 14 November 1945
|term_end2 = 29 Januari 1948
|term_end2 = 29 Januari 1948
|primeminister2=[[Sutan Sjahrir]]<br>Amir Sjarifoeddin
|primeminister2={{unbulleted list|[[Sutan Sjahrir]]|Amir Sjarifoeddin}}
|president2 = [[Soekarno]]
|president2 = [[Soekarno]]
|predecessor2= [[Imam Muhammad Suliyoadikusumo]]<br><small>(ad-interim)</small>
|predecessor2= {{unbulleted list|[[Soeprijadi]]|I. M. Suliyoadikusumo {{small|(ad-interim)}}}}
|successor2 = [[Mohammad Hatta]]
|successor2 = {{unbulleted list|[[Mohammad Hatta]] {{small|(ad-interim)}}|[[Hamengkubuwono IX]]}}
|office3 = Daftar Menteri Penerangan Indonesia{{!}}Menteri Penerangan
|office3 = Daftar Menteri Penerangan Indonesia{{!}}Menteri Penerangan
|order3 = ke-1
|order3 = ke-1
Baris 25: Baris 26:
|primeminister3=[[Sutan Sjahrir]]
|primeminister3=[[Sutan Sjahrir]]
|president3 = [[Soekarno]]
|president3 = [[Soekarno]]
|predecessor3= ''Tidak ada'',''Jabatan baru''
|predecessor3= ''Jabatan baru''
|successor3 = [[Mohammad Natsir]]
|successor3 = [[Mohammad Natsir]]
|birth_name = Amir Sjarifoeddin Harahap
|birth_name = Amir Sjarifoeddin Harahap
|birth_date = {{birth date|1907|4|27}}
|birth_date = {{birth date|1907|4|27}}
|birth_place = {{negara|Belanda}} [[Kota Medan|Medan]], [[Sumatra Utara]], [[Hindia Belanda]]
|birth_place = [[Kota Medan|Medan]], [[Keresidenan Sumatera Timur|Sumatera Timur]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1948|12|19|1907|4|27}}
|death_date = {{death date and age|1948|12|19|1907|4|27}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Lalung, Karanganyar, Karanganyar|Ngaliyan, Lalung, Karanganyar]], [[Karesidenan Surakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
|death_place = [[Kabupaten Karanganyar|Karanganyar]], [[Keresidenan Surakarta]], Indonesia
|nationality = [[Indonesia]]
|death_cause = [[Hukuman mati]]
|party = [[Partai Sosialis Indonesia|PSI]]<br />[[Partai Komunis Indonesia|PKI]]
|party = [[Partai Sosialis Indonesia]]
|otherparty = {{ubl|[[Partai Komunis Indonesia|PKI]] (1935–1948)|[[Gerakan Rakyat Indonesia|Gerindo]] (1937–1942)|[[Partai Sosialis (Indonesia)|PS]] (1945–1948)}}
|spouse = Djaenah Harahap
|spouse = {{marriage|Djaenah Harahap|1935}}
|children = 6
|children = 6
|alma_mater = [[Universitas Indonesia|Rechts Hogeschool]] ([[Meester in de Rechten|Mr.]])
|profession = [[Politikus]]
|occupation = {{hlist|Politikus|wartawan}}
|religion = [[Kristen Protestan]]
|relatives={{unbulleted list|[[Sutan Gunung Tua Harahap|Ephraim Harahap gelar Sutan Gunung Tua]] (kakek)|[[Todung Sutan Gunung Mulia|Todung Harahap gelar Sutan Gunung Mulia]] (abang sepupu)|[[Arifin Harahap]] (abang sepupu)}}
}}
|parents={{unbulleted list|Djamin Harahap gelar Baginda Soripada (ayah)|Basunu br. Siregar (ibu)}}}}


'''[[Meester in de Rechten|Mr.]] Amir Sjarifoeddin Harahap''' (ejaan baru: '''Amir Syarifuddin Harahap''') ({{lahirmati|[[Kota Medan|Medan]], [[Sumatra Utara]]|27|4|1907|[[Karesidenan Surakarta|Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|19|12|1948}}) adalah seorang politikus sosialis dan salah satu pemimpin terawal [[Indonesia|Republik Indonesia]]. Ia menjabat sebagai [[Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]] ketika [[Revolusi Nasional Indonesia]] sedang berlangsung.<ref name="VICKERS_86">Vickers (2005), page 86</ref> Berasal dari keluarga [[Suku Angkola|Angkola]] [[Muslim]], Amir menjadi pemimpin [[sayap kiri]] terdepan pada masa Revolusi. Pada tahun 1948, ia dieksekusi mati oleh pemerintah karena terlibat dalam pemberontakan komunis.
[[Meester in de Rechten|Mr.]] '''Amir Sjarifoeddin Harahap''' ([[Ejaan Republik|ER]], [[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Amir Syarifuddin Harahap'''; {{lahirmati|[[Kota Medan|Medan]]|27|4|1907|[[Karesidenan Surakarta|Surakarta]]|19|12|1948}}) adalah seorang politikus dan jurnalis Indonesia. Ia menjabat sebagai [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri Indonesia]] ketika [[Revolusi Nasional Indonesia]] sedang berlangsung.<ref name="VICKERS_86">Vickers (2005), page 86</ref> Amir adalah pemimpin [[Politik sayap kiri|sayap kiri]] terdepan pada masa Revolusi. Pada tahun 1948. Sebagai pemimpin pemberontakan PKI Madiun bersama Musso, Amir dieksekusi mati bersama beberapa tokoh PKI lainnya yang terlibat dalam [[Pemberontakan PKI 1948]].<ref>{{cite book| last1 = Purba | first1 = Yema Siska | editor-last1 = Michellia | editor-first1 = Dewi Kharisma | date = September 2013 | year = 2013 | orig-date = 2012 | title = Amir Sjarifoeddin: Nasionalis yang Tersisih | url = https://polgov.fisipol.ugm.ac.id/buku/amir-sjarifoeddin-nasionalis-yang-tersisih | url-status = live | language = | trans-title = | publisher = PolGov | isbn = 978-602-7636-25-5 | access-date = 3 Desember 2021}}</ref>


== Kehidupan awal ==
== Kehidupan awal ==
Lahir dalam aristokrasi Sumatra di kota Medan, latar belakang Amir yang kaya dan kemampuan intelektual yang luar biasa memungkinkan dia untuk masuk ke sekolah-sekolah paling elit; ia dididik di [[Haarlem]] dan [[Leiden]] di [[Belanda]] sebelum memperoleh gelar sarjana hukum di Batavia (sekarang [[Jakarta]]).<ref name="VICKERS_86"/> Selama waktunya di Belanda ia belajar filsafat Timur dan Barat di bawah pengawasan ''Theosophical Society''.<ref name="VICKERS_86"/> Amir pindah dari Islam ke Kristen pada tahun 1931.<ref name="VICKERS_86"/> Ada bukti khotbah ia berikan dalam gereja Protestan terbesar di Batak Batavia.
Amir lahir dari keluarga bangsawan Batak Angkola asal [[Pasar Matanggor, Batang Onang, Padang Lawas Utara|Pasar Matanggor]]. Kakeknya, Sutan Gunung Tua, adalah seorang jaksa di [[Tapanuli]]. Ayahnya, Baginda Soripada, juga adalah seorang jaksa di [[Kota Medan|Medan]]. Di kota itulah, Amir lahir dalam keluarga berada dan memiliki tradisi intelektual. Ini memungkinkan Amier untuk belajar di sekolah-sekolah elit, seperti di [[Haarlem]] dan [[Leiden]]. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan hukum di [[Batavia]].<ref name="VICKERS_86"/> Selama bersekolah di Belanda, Amir mempelajari [[filsafat Timur]] dan [[Filsafat Barat|Barat]] di bawah pengawasan [[Theosophical Society]].<ref name="VICKERS_86"/> Amir beralih agama dari [[Islam]] ke [[Kekristenan|Kristen]] pada tahun 1931.<ref name="VICKERS_86"/> Ia pernah memberi kotbah di sebuah gereja [[Huria Kristen Batak Protestan|HKBP]] di Batavia.

Ayahnya, Djamin gelar Baginda Soripada (1885-1949), seorang jaksa di Medan. Ibunya, Basunu Siregar (1890-1931), dari keluarga Batak yang telah membaur dengan masyarakat [[Suku melayu|Melayu-Islam]] di [[Deli]]. Ayahnya keturunan keluarga kepala adat dari [[Pasar Matanggor]] di [[Padang Lawas]], [[Tapanuli]].


=== Pendidikan ===
=== Pendidikan ===
Amir menikmati pendidikan di [[ELS]] atau sekolah dasar Belanda di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus 1921. Atas undangan saudara sepupunya, [[Todung Sutan Gunung Mulia|T.S.G. Mulia]] yang baru saja diangkat sebagai anggota ''[[Volksraad]]'' dan belajar di kota [[Leiden]] sejak 1911, Amir pun berangkat ke Leiden. Tak lama setelah kedatangannya dalam kurun waktu 1926-1927 dia menjadi anggota pengurus perhimpunan siswa [[Gymnasium]] di [[Haarlem]], selama masa itu pula Amir aktif terlibat dalam diskusi-diskusi kelompok kristen misalnya dalam CSV-op Java yang menjadi cikal bakal [[GMKI]] ([[Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia]]). Ia tinggal di rumah guru pemeluk [[Kristen]] [[Calvinis]], Dirk Smink, dan di sini juga Mulia menumpang.
Amir menikmati pendidikan di [[ELS]] atau sekolah dasar Belanda di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus 1921. Atas undangan saudara sepupunya, [[Todung Sutan Gunung Mulia|T.S.G. Mulia]] yang baru saja diangkat sebagai anggota ''[[Volksraad]]'' dan belajar di kota [[Leiden]] sejak 1921, Amir pun berangkat ke Leiden. Tak lama setelah kedatangannya dalam kurun waktu 1926–1927 dia menjadi anggota pengurus perhimpunan siswa [[Gymnasium]] di [[Haarlem]], selama masa itu pula Amir aktif terlibat dalam diskusi-diskusi kelompok kristen misalnya dalam CSV-op Java yang menjadi cikal bakal [[GMKI]] ([[Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia]]). Ia tinggal di rumah guru pemeluk [[Kristen]] [[Calvinis]], Dirk Smink, dan di sini juga Mulia menumpang.


Namun pada September 1927, sesudah lulus ujian tingkat kedua, Amir kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga, walaupun teman-teman dekatnya mendesak agar menyelesaikan pendidikannya di Leiden. Kemudian Amir masuk ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' dengan bantuan beasiswa pemerintah kolonial<ref name=":0">{{Cite web|title=Tjipto hingga Leimena: Penerima Beasiswa yang Membangkang Belanda|url=https://tirto.id/tjipto-hingga-leimena-penerima-beasiswa-yang-membangkang-belanda-fXS7|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-08-20}}</ref>, dan menumpang di rumah Mulia (sepupunya) yang telah menjabat sebagai direktur sekolah pendidikan guru di [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]]. Kemudian Amir pindah ke asrama pelajar [[Indonesisch Clubgebouw|''Indonesisch Clubgebouw'']], Kramat 106, ia ditampung oleh senior satu sekolahnya, Mr. [[Muhammad Yamin]].
Namun pada September 1927, sesudah lulus ujian tingkat kedua, Amir kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga, walaupun teman-teman dekatnya mendesak agar menyelesaikan pendidikannya di Leiden. Kemudian Amir masuk ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' dengan bantuan beasiswa pemerintah kolonial,<ref name=":0">{{Cite news|title=Tjipto hingga Leimena: Penerima Beasiswa yang Membangkang Belanda|url=https://tirto.id/tjipto-hingga-leimena-penerima-beasiswa-yang-membangkang-belanda-fXS7|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2020-08-20}}</ref> dan menumpang di rumah Mulia (sepupunya) yang telah menjabat sebagai direktur sekolah pendidikan guru di [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]]. Kemudian Amir pindah ke asrama pelajar ''[[Indonesisch Clubgebouw]]'', Kramat 106, ia ditampung oleh senior satu sekolahnya, [[Mohammad Yamin]].


Amir pernah divonis penjara karena dituduh bersalah dalam kasus delik pers pada tahun 1933. Ia nyaris dibuang ke [[Tempat Pengasingan Boven Digoel|Boven Digoel]] namun diselamatkan oleh Gunung Mulia dan salah satu gurunya.<ref name=":0" />
Amir pernah divonis penjara karena dituduh bersalah dalam kasus delik pers pada tahun 1933. Ia nyaris dibuang ke [[Tempat Pengasingan Boven Digoel|Boven Digoel]] namun diselamatkan oleh Gunung Mulia dan salah satu gurunya.<ref name=":0" />
Baris 59: Baris 60:
Ia kemudian dihubungi oleh anggota-anggota kabinet Gubernur Jenderal, menggalang semua kekuatan anti-fasis untuk bekerja bersama dinas rahasia Belanda dalam menghadapi serbuan Jepang. Rencana itu tidak banyak mendapat sambutan. Rekan-rekannya sesama aktivis masih belum pulih kepercayaan terhadapnya akibat polemik pada awal tahun 1940-an, serta tidak paham akan strateginya melawan Jepang. Mereka ingin menempuh taktik lain yaitu, berkolaborasi dengan Jepang dengan harapan Jepang akan memberi kemerdekaan kepada Hindia Belanda setelah kolonialis Belanda dikalahkan. Dalam hal ini garis Amir yang terbukti benar.
Ia kemudian dihubungi oleh anggota-anggota kabinet Gubernur Jenderal, menggalang semua kekuatan anti-fasis untuk bekerja bersama dinas rahasia Belanda dalam menghadapi serbuan Jepang. Rencana itu tidak banyak mendapat sambutan. Rekan-rekannya sesama aktivis masih belum pulih kepercayaan terhadapnya akibat polemik pada awal tahun 1940-an, serta tidak paham akan strateginya melawan Jepang. Mereka ingin menempuh taktik lain yaitu, berkolaborasi dengan Jepang dengan harapan Jepang akan memberi kemerdekaan kepada Hindia Belanda setelah kolonialis Belanda dikalahkan. Dalam hal ini garis Amir yang terbukti benar.


Pada bulan Januari 1943 ia tertangkap oleh fasis Jepang, di tengah gelombang-gelombang penangkapan yang berpusat di [[Surabaya]]. Kejadian ini dapat ditafsirkan sebagai terbongkarnya jaringan suatu organisasi anti fasisme Jepang yang sedikit banyak mempunyai hubungan dengan Amir. Terutama dari sisa-sisa kelompok inilah Amir, kelak ketika menjadi Menteri Pertahanan, mengangkat para pembantunya yang terdekat. Namun identifikasi penting kejadian Surabaya itu, dari sedikit yang kita ketahui melalui sidang-sidang pengadilan mereka tahun 1944, hukuman terberat dijatuhkan pada bekas para pemimpin [[Gerindo]] dan [[Partindo]] Surabaya.
Pada bulan Januari 1943 ia tertangkap oleh Jepang, di tengah gelombang-gelombang penangkapan yang berpusat di [[Surabaya]]. Kejadian ini dapat ditafsirkan sebagai terbongkarnya jaringan suatu organisasi anti fasisme Jepang yang sedikit banyak mempunyai hubungan dengan Amir. Terutama dari sisa-sisa kelompok inilah, Amir kelak ketika menjadi Menteri Pertahanan, mengangkat para pembantunya yang terdekat. Namun identifikasi penting kejadian Surabaya itu, dari sedikit yang kita ketahui melalui sidang-sidang pengadilan mereka tahun 1944, hukuman terberat dijatuhkan pada bekas para pemimpin [[Gerindo]] dan [[Partindo]] Surabaya.


Sebuah dokumen NEFIS (''Netherlands Expeditionary Forces Intelligence Service''), instansi rahasia yang dipimpin [[Van Mook]], tertanggal [[9 Juni]] [[1947]] menulis tentang Amir; "ia mempunyai pengaruh besar di kalangan massa dan orang yang tak mengenal kata takut". Belanda mungkin tahu bahwa penghargaan berbau mitos terhadapnya di kalangan Pesindo berasal dari cerita para tahanan sesamanya. Bagaimana ia menghadapi siksaan fisik dan moral yang dijatuhkan Jepang. Diceritakan, misalnya, bagaimana ia tertawa ketika para penyiksa menggantungnya dengan kaki di atas.
Sebuah dokumen NEFIS (''Netherlands Expeditionary Forces Intelligence Service''), instansi rahasia yang dipimpin [[Van Mook]], tertanggal 9 Juni 1947 menulis tentang Amir; "ia mempunyai pengaruh besar di kalangan massa dan orang yang tak mengenal kata takut". Belanda mungkin tahu bahwa penghargaan berbau mitos terhadapnya di kalangan Pesindo berasal dari cerita para tahanan sesamanya. Bagaimana ia menghadapi siksaan fisik dan moral yang dijatuhkan Jepang. Diceritakan, misalnya, bagaimana ia tertawa ketika para penyiksa menggantungnya dengan kaki di atas.


Dalam [[Persetujuan Renville]] tanggungjawab yang berat ini terletak dipundak kaum Komunis, khususnya Amir sebagai negosiator utama dari Republik Indonesia. Kabinet Amir Sjarifuddin mengundurkan diri dengan sukarela dan tanpa perlawanan samasekali, ketika disalahkan atas persetujuan Renville oleh golongan [[Masyumi]] dan [[Nasionalis]].
Dalam [[Persetujuan Renville]] tanggung jawab ini terletak dipundak kaum Komunis, khususnya Amir sebagai negosiator utama dari Republik Indonesia. Kabinet Amir Sjarifuddin kemudian diganti oleh Kabinet Hatta akibat hasil perundingan Renville yang dinilai gagal oleh golongan [[Masyumi]] dan [[Nasionalis]] karena lebih banyak menguntungkan pihak Belanda.


== Jabatan ==
== Jabatan ==


* Menteri pada [[Kabinet Presidensial]], [[Kabinet Sjahrir I]], [[Kabinet Sjahrir II]], [[Kabinet Sjahrir III]]
* Menteri pada [[Kabinet Presidensial]], [[Kabinet Sjahrir I]], [[Kabinet Sjahrir II]], [[Kabinet Sjahrir III]]
* Perdana Menteri: [[3 Juli]] [[1947]][[29 Januari]] [[1948]], membentuk [[Kabinet Amir Sjarifuddin I]] dan [[Kabinet Amir Sjarifuddin II]]
* Perdana Menteri: 3 Juli 1947 – 29 Januari 1948, membentuk [[Kabinet Amir Sjarifuddin I]] dan [[Kabinet Amir Sjarifuddin II]]


== Peristiwa Madiun ==
== Peristiwa Madiun ==
Setelah [[Peristiwa Madiun 1948]], pada masa pemerintahan Hatta PKI berupaya membentuk negara komunis di Madiun dan menyatakan perang terhadap mereka. Amir Sjarifuddin, sebagai salah seorang tokoh PKI, yang pada saat peristiwa Madiun meletus sedang berada di Yogyakarta dalam rangka kongres [[Serikat Buruh Kereta Api]] (SBKA) turut ditangkap beserta beberapa kawannya.
[[Pemberontakan PKI 1948]], pada masa pemerintahan [[Mohammad Hatta|Hatta]], [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] berupaya membentuk negara komunis di [[Kabupaten Madiun|Madiun]] dan menyatakan perang terhadap mereka. Musso tertembak dalam pertempuran kecil di [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]], Musso ditangkap dan ditembak mati. Selepas, [[Musso]] tewas, Amir Sjarifoeddin memimpin pelarian yang diikuti oleh 3.000 orang golongan kiri. Namun, pelarian ini juga berhasil digagalkan setelah keberadaan Amir berhasil terlacak dan ia diamankan.


Setelah diamankan, Amir dibawa ke [[Kabupaten Kudus|Kudus]] dan kemudian dipindah ke [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Akhirnya Amir dipenjara di Benteng Yogyakarta dan kemudian dipindahkan ke [[Kota Surakarta|Surakarta]]. Desember 1948, menjadi bulan terakhir bagi Amir karena ia harus meregang nyawanya di tangan para eksekutor. Eksekusi yang dilakukan kepada Amir dilakukan bersama dengan eksekusi tokoh PKI lainnya, seperti Maruto Darusman, Suripno, dan [[Sardjono]].
[[19 Desember]] [[1948]], sekitar tengah malam, di kompleks makam desa Ngaliyan, kepala Amir Sjarifuddin ditembak dengan pistol oleh seorang letnan Polisi Militer, sebuah satuan khusus dalam Angkatan Bersenjata Indonesia. Sebelum itu beberapa orang penduduk desa setempat diperintahkan menggali sebuah lubang kubur besar. Dari rombongan sebelas orang yang diangkut dengan truk dari penjara di Solo, Amir orang pertama yang ditembak mati malam itu. Beberapa hari sebelumnya, ia dan beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindah ke rumah penjara Benteng Yogyakarta.

19 Desember 1948, sekitar tengah malam, di kompleks makam desa Ngaliyan, kepala Amir Sjarifoeddin ditembak dengan pistol oleh seorang letnan [[Polisi militer|Polisi Militer]], sebuah satuan khusus dalam [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]]. Sebelum itu beberapa orang penduduk desa setempat diperintahkan menggali sebuah lubang kubur besar. Dari rombongan sebelas orang yang diangkut dengan truk dari penjara di Surakarta, Amir orang pertama yang ditembak mati malam itu. Beberapa hari sebelumnya, ia dan beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindah ke rumah penjara Benteng Yogyakarta.
[[Berkas:Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.jpg|jmpl|Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar]]
[[Berkas:Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.jpg|jmpl|Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar]]

<br />


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 89: Baris 90:
{{kotak mulai}}
{{kotak mulai}}
{{s-off}}
{{s-off}}
{{s-new}}
{{s-ttl|title=[[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan Indonesia]]|years=1945–1946}}
{{s-aft|after= [[Mohammad Natsir]]}}
|-
{{s-bef|before=[[Soeprijadi]]}}
{{s-ttl|title=[[Menteri Pertahanan Indonesia]]|years=1945–1948}}
{{s-aft|after= [[Hamengkubuwono IX]]}}
|-
|-
{{s-bef|before=[[Sutan Sjahrir]]}}
{{s-bef|before=[[Sutan Sjahrir]]}}
{{s-ttl|title=[[Perdana Menteri Indonesia]]|years=1947–1948}}
{{s-ttl|title=[[Perdana Menteri Indonesia]]|years=1947–1948}}
{{s-aft|after= [[Mohammad Hatta]]|rows=2}}
{{s-aft|after= [[Mohammad Hatta]]}}
|-
{{s-bef|before=[[Imam Muhammad Suliyoadikusumo]]}}
{{s-ttl|title=[[Menteri Pertahanan Indonesia]]|years=1945–1948}}
|-
|-
{{kotak suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan Indonesia]] |pendahulu = tidak ada |pengganti = [[Mohammad Natsir]] |tahun = 1945–1946 }}
{{kotak selesai}}
{{kotak selesai}}
{{PM Indonesia}}
{{PM Indonesia}}
{{Menteri Penerangan Indonesia}}{{Menteri Pertahanan Indonesia}}


{{DEFAULTSORT:Sjarifuddin, Amir}}
{{DEFAULTSORT:Sjarifuddin, Amir}}
[[Kategori:Tokoh Batak]]
[[Kategori:Tokoh Batak Angkola]]
[[Kategori:Marga Harahap|Amir]]
[[Kategori:Tokoh dari Medan]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh sosialis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh sosialis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
Baris 111: Baris 121:
[[Kategori:Menteri Kabinet Amir Sjarifuddin II]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Amir Sjarifuddin II]]
[[Kategori:Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh]]
[[Kategori:Marga Harahap|Amir]]
[[Kategori:Tokoh dari Medan]]
[[Kategori:Menteri Pertahanan Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Pertahanan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh korban pembersihan komunis Indonesia|Harahap]]
[[Kategori:Tokoh korban pembersihan komunis Indonesia|Amir]]
[[Kategori:Tokoh Orde Lama|Harahap]]
[[Kategori:Tokoh Orde Lama|Amir]]
[[Kategori:Tokoh yang berpindah agama dari Islam ke Protestan|Harahap]]
[[Kategori:Tokoh yang berpindah agama dari Islam ke Protestan|Amir]]
[[Kategori:Anggota Jong Bataks Bond]]

Revisi terkini sejak 5 Desember 2024 02.37

Amir Sjarifoeddin
Perdana Menteri Indonesia ke-2
Masa jabatan
3 Juli 1947 – 29 Januari 1948
PresidenSoekarno
Wakil PM
Sebelum
Pendahulu
Sutan Syahrir
Sebelum
Menteri Pertahanan Indonesia ke-2
Masa jabatan
14 November 1945 – 29 Januari 1948
PresidenSoekarno
Perdana Menteri
Sebelum
Pendahulu
Pengganti
Menteri Penerangan ke-1
Masa jabatan
2 September 1945 – 12 Maret 1946
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSutan Sjahrir
Sebelum
Pendahulu
Jabatan baru
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir
Amir Sjarifoeddin Harahap

(1907-04-27)27 April 1907
Medan, Sumatera Timur, Hindia Belanda
Meninggal19 Desember 1948(1948-12-19) (umur 41)
Karanganyar, Keresidenan Surakarta, Indonesia
Sebab kematianHukuman mati
Partai politikPartai Sosialis Indonesia
Afiliasi politik
lainnya
Suami/istri
Djaenah Harahap
(m. 1935)
Anak6
Orang tua
  • Djamin Harahap gelar Baginda Soripada (ayah)
  • Basunu br. Siregar (ibu)
Kerabat
AlmamaterRechts Hogeschool (Mr.)
Pekerjaan
  • Politikus
  • wartawan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (ER, EYD: Amir Syarifuddin Harahap; 27 April 1907 – 19 Desember 1948) adalah seorang politikus dan jurnalis Indonesia. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia ketika Revolusi Nasional Indonesia sedang berlangsung.[1] Amir adalah pemimpin sayap kiri terdepan pada masa Revolusi. Pada tahun 1948. Sebagai pemimpin pemberontakan PKI Madiun bersama Musso, Amir dieksekusi mati bersama beberapa tokoh PKI lainnya yang terlibat dalam Pemberontakan PKI 1948.[2]

Kehidupan awal

[sunting | sunting sumber]

Amir lahir dari keluarga bangsawan Batak Angkola asal Pasar Matanggor. Kakeknya, Sutan Gunung Tua, adalah seorang jaksa di Tapanuli. Ayahnya, Baginda Soripada, juga adalah seorang jaksa di Medan. Di kota itulah, Amir lahir dalam keluarga berada dan memiliki tradisi intelektual. Ini memungkinkan Amier untuk belajar di sekolah-sekolah elit, seperti di Haarlem dan Leiden. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan hukum di Batavia.[1] Selama bersekolah di Belanda, Amir mempelajari filsafat Timur dan Barat di bawah pengawasan Theosophical Society.[1] Amir beralih agama dari Islam ke Kristen pada tahun 1931.[1] Ia pernah memberi kotbah di sebuah gereja HKBP di Batavia.

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Amir menikmati pendidikan di ELS atau sekolah dasar Belanda di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus 1921. Atas undangan saudara sepupunya, T.S.G. Mulia yang baru saja diangkat sebagai anggota Volksraad dan belajar di kota Leiden sejak 1921, Amir pun berangkat ke Leiden. Tak lama setelah kedatangannya dalam kurun waktu 1926–1927 dia menjadi anggota pengurus perhimpunan siswa Gymnasium di Haarlem, selama masa itu pula Amir aktif terlibat dalam diskusi-diskusi kelompok kristen misalnya dalam CSV-op Java yang menjadi cikal bakal GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia). Ia tinggal di rumah guru pemeluk Kristen Calvinis, Dirk Smink, dan di sini juga Mulia menumpang.

Namun pada September 1927, sesudah lulus ujian tingkat kedua, Amir kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga, walaupun teman-teman dekatnya mendesak agar menyelesaikan pendidikannya di Leiden. Kemudian Amir masuk Rechtshoogeschool te Batavia dengan bantuan beasiswa pemerintah kolonial,[3] dan menumpang di rumah Mulia (sepupunya) yang telah menjabat sebagai direktur sekolah pendidikan guru di Jatinegara. Kemudian Amir pindah ke asrama pelajar Indonesisch Clubgebouw, Kramat 106, ia ditampung oleh senior satu sekolahnya, Mohammad Yamin.

Amir pernah divonis penjara karena dituduh bersalah dalam kasus delik pers pada tahun 1933. Ia nyaris dibuang ke Boven Digoel namun diselamatkan oleh Gunung Mulia dan salah satu gurunya.[3]

Perjuangan

[sunting | sunting sumber]

Menjelang invasi Jepang ke Hindia Belanda, Amir berusaha—menyetujui dan menjalankan garis Komunis Internasional agar kaum kiri menggalang aliansi dengan kekuatan kapitalis untuk menghancurkan Fasisme. Barangkali ini mempunyai hubungan dengan pekerjaan politik Musso dengan kedatangannya ke Hindia Belanda dalam tahun 1936.

Ia kemudian dihubungi oleh anggota-anggota kabinet Gubernur Jenderal, menggalang semua kekuatan anti-fasis untuk bekerja bersama dinas rahasia Belanda dalam menghadapi serbuan Jepang. Rencana itu tidak banyak mendapat sambutan. Rekan-rekannya sesama aktivis masih belum pulih kepercayaan terhadapnya akibat polemik pada awal tahun 1940-an, serta tidak paham akan strateginya melawan Jepang. Mereka ingin menempuh taktik lain yaitu, berkolaborasi dengan Jepang dengan harapan Jepang akan memberi kemerdekaan kepada Hindia Belanda setelah kolonialis Belanda dikalahkan. Dalam hal ini garis Amir yang terbukti benar.

Pada bulan Januari 1943 ia tertangkap oleh Jepang, di tengah gelombang-gelombang penangkapan yang berpusat di Surabaya. Kejadian ini dapat ditafsirkan sebagai terbongkarnya jaringan suatu organisasi anti fasisme Jepang yang sedikit banyak mempunyai hubungan dengan Amir. Terutama dari sisa-sisa kelompok inilah, Amir kelak ketika menjadi Menteri Pertahanan, mengangkat para pembantunya yang terdekat. Namun identifikasi penting kejadian Surabaya itu, dari sedikit yang kita ketahui melalui sidang-sidang pengadilan mereka tahun 1944, hukuman terberat dijatuhkan pada bekas para pemimpin Gerindo dan Partindo Surabaya.

Sebuah dokumen NEFIS (Netherlands Expeditionary Forces Intelligence Service), instansi rahasia yang dipimpin Van Mook, tertanggal 9 Juni 1947 menulis tentang Amir; "ia mempunyai pengaruh besar di kalangan massa dan orang yang tak mengenal kata takut". Belanda mungkin tahu bahwa penghargaan berbau mitos terhadapnya di kalangan Pesindo berasal dari cerita para tahanan sesamanya. Bagaimana ia menghadapi siksaan fisik dan moral yang dijatuhkan Jepang. Diceritakan, misalnya, bagaimana ia tertawa ketika para penyiksa menggantungnya dengan kaki di atas.

Dalam Persetujuan Renville tanggung jawab ini terletak dipundak kaum Komunis, khususnya Amir sebagai negosiator utama dari Republik Indonesia. Kabinet Amir Sjarifuddin kemudian diganti oleh Kabinet Hatta akibat hasil perundingan Renville yang dinilai gagal oleh golongan Masyumi dan Nasionalis karena lebih banyak menguntungkan pihak Belanda.

Peristiwa Madiun

[sunting | sunting sumber]

Pemberontakan PKI 1948, pada masa pemerintahan Hatta, PKI berupaya membentuk negara komunis di Madiun dan menyatakan perang terhadap mereka. Musso tertembak dalam pertempuran kecil di Ponorogo, Musso ditangkap dan ditembak mati. Selepas, Musso tewas, Amir Sjarifoeddin memimpin pelarian yang diikuti oleh 3.000 orang golongan kiri. Namun, pelarian ini juga berhasil digagalkan setelah keberadaan Amir berhasil terlacak dan ia diamankan.

Setelah diamankan, Amir dibawa ke Kudus dan kemudian dipindah ke Yogyakarta. Akhirnya Amir dipenjara di Benteng Yogyakarta dan kemudian dipindahkan ke Surakarta. Desember 1948, menjadi bulan terakhir bagi Amir karena ia harus meregang nyawanya di tangan para eksekutor. Eksekusi yang dilakukan kepada Amir dilakukan bersama dengan eksekusi tokoh PKI lainnya, seperti Maruto Darusman, Suripno, dan Sardjono.

19 Desember 1948, sekitar tengah malam, di kompleks makam desa Ngaliyan, kepala Amir Sjarifoeddin ditembak dengan pistol oleh seorang letnan Polisi Militer, sebuah satuan khusus dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Sebelum itu beberapa orang penduduk desa setempat diperintahkan menggali sebuah lubang kubur besar. Dari rombongan sebelas orang yang diangkut dengan truk dari penjara di Surakarta, Amir orang pertama yang ditembak mati malam itu. Beberapa hari sebelumnya, ia dan beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindah ke rumah penjara Benteng Yogyakarta.

Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Vickers (2005), page 86
  2. ^ Purba, Yema Siska (September 2013). Michellia, Dewi Kharisma, ed. Amir Sjarifoeddin: Nasionalis yang Tersisih. PolGov. ISBN 978-602-7636-25-5. Diakses tanggal 3 Desember 2021. 
  3. ^ a b "Tjipto hingga Leimena: Penerima Beasiswa yang Membangkang Belanda". Tirto.id. Diakses tanggal 2020-08-20. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Jabatan politik
Jabatan baru Menteri Penerangan Indonesia
1945–1946
Diteruskan oleh:
Mohammad Natsir
Didahului oleh:
Soeprijadi
Menteri Pertahanan Indonesia
1945–1948
Diteruskan oleh:
Hamengkubuwono IX
Didahului oleh:
Sutan Sjahrir
Perdana Menteri Indonesia
1947–1948
Diteruskan oleh:
Mohammad Hatta