Alauddin al-Qahhar dari Aceh: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Patria lupa (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(33 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox monarch |
|||
'''Sultan Alauddin al-Qahhar''' bergelar resmi ''`Ala ad-Din Ri`ayat Syah al-Kahhar'' adalah [[Sultan Aceh]] ketiga yang memerintah dari tahun [[1537]] atau sekitar tahun [[1539]] menurut Denys Lombard<ref name="Iskandar">LOMBARD, Denys. '''''Kerajaan Aceh''': Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636)''. [[Jakarta]]: Kepustakan Populer Gramedia, [[2006]]. ISBN 979-9100-49-6</ref> hingga tahun [[1568]] atau 8 Jumadil awal 979 H / [[28 September]] [[1571]]<ref name="Iskandar"/> menurut Denys Lombard. ia menggantikan saudaranya [[Sultan Salahuddin dari Aceh|Sultan Salahuddin]] pada tahun 1537 atau 1539 pada kudeta kerajaan kerajaan. Dalam tradisi Aceh, ia juga dikenang sebagai penguasa yang memisahkan masyarakat Aceh ke grup administratif (''kaum'' atau ''sukeë''). |
|||
| name = Alauddin Ri'ayat Syah al-Kahar |
|||
| title = |
|||
| image = Jirat_Sôleutan_Al-Qahhar.jpg |
|||
| caption = Makam al-Kahar di Baitur Rijal (Kandang XII), [[Banda Aceh]] |
|||
| succession = Sultan [[Kesultanan Aceh]] |
|||
| reign = 1537/1539 – 28 September 1571 |
|||
| predecessor = [[Salahuddin dari Aceh]] |
|||
| successor = [[Ali Ri'ayat Syah I]] |
|||
| spouse = tidak dikenal |
|||
| issue = Abdullah<br />[[Ali Ri'ayat Syah I|Husain]]<br />[[Sri Alam]]<br />Abdul Jalil |
|||
| royal house = |
|||
| father = [[Ali Mughayat Syah]] |
|||
| mother = putri [[Inayat Syah]] yang tidak disebutkan namanya |
|||
| birth_date = tidak dikenal |
|||
| birth_place = [[Banda Aceh]], [[Kesultanan Aceh]] (sekarang [[Indonesia]]) |
|||
| death_date = {{death date|1571|09|28|df=y}} |
|||
| death_place = [[Banda Aceh]], Kesultanan Aceh (sekarang [[Indonesia]]) |
|||
| place of burial = Kompleks Pemakaman Sultan Aceh Kandang XII, [[Banda Aceh]]| |
|||
}} |
|||
'''Alauddin Ri'ayat Syah [[al-Kahar]]''' (meninggal 29 September 1571) adalah [[Sultan]] ketiga dari [[Kesultanan Aceh]], yang memerintah dari tahun 1537 atau 1539 hingga kematiannya. Ia dianggap sebagai salah satu penguasa terkuat sepanjang sejarah kesultanan dan sangat memperkuat Aceh. Pemerintahan Alauddin ditandai dengan meningkatnya konflik dengan saingannya [[Kekaisaran Portugis|Portugis]] dan Melayu serta pengiriman utusannya kepada sultan [[Kekaisaran Utsmaniyah|Utsmani]], [[Suleiman yang Agung]] pada tahun 1560-an. |
|||
⚫ | |||
⚫ | Pada saat naik tahta, Sultan Alauddin Al-Qahhar |
||
⚫ | |||
| last = Pusponegoro |
|||
⚫ | Pada saat naik tahta, Sultan Alauddin Al-Qahhar tampak menyadari kebutuhan Aceh untuk meminta bantuan militer kepada Turki. Bukan hanya untuk mengusir [[Portugis]] di [[Malaka]], namun juga untuk melakukan ''futuhat'' ke wilayah-wilayah lain, khususnya daerah pedalaman [[Sumatra]], seperti daerah [[Batak]] pada tahun [[1539]]. Dalam penyerbuan itu, ia menggunakan pasukan dari [[Kesultanan Utsmaniyah|Utsmaniyah]], [[Bangsa Arab|Arab]], dan [[Kekaisaran Etiopia|Kekaisaran Ethiopia]].<ref>{{cite book |
||
⚫ | |||
|last = Pusponegoro |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
|authorlink = Marwati Djuned Pusponegoro |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
| date = 1984 |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
|date = 1984 |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
|doi = |
|||
⚫ | |isbn = }}</ref> Pasukan Turki Utsmaniyah berjumlah 160 orang ditambah 200 orang tentara dari Malabar membentuk kelompok elit angkatan bersenjata Aceh. Mendez Pinto, yang mengamati perang antara pasukan Aceh dengan Batak melaporkan kembalinya armada Aceh di bawah komando orang Turki bernama Hamid Khan, keponakan Pasha di [[Kairo]].<ref>{{cite book |
||
⚫ | |||
|last = Azra |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
|authorlink = Azyumardi Azra |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
| date = 2004 |
|||
⚫ | |||
| pages = 27-28 |
|||
|date = 2004 |
|||
|pages = 27-28 |
|||
|doi = |
|||
|isbn = }}</ref> |
|||
Ia juga menyerang [[Kerajaan Aru]], tetapi dilawan oleh pasukan [[Kesultanan Johor]]. Tahun [[1547]], secara pribadi ia terlibat dalam serangan yang gagal ke [[Kesultanan Malaka]]. Setelah kejadian ini, Aceh berubah menjadi negara yang damai selama 10 tahun pada dekade [[1550-an]]. |
Ia juga menyerang [[Kerajaan Aru]], tetapi dilawan oleh pasukan [[Kesultanan Johor]]. Tahun [[1547]], secara pribadi ia terlibat dalam serangan yang gagal ke [[Kesultanan Malaka]]. Setelah kejadian ini, Aceh berubah menjadi negara yang damai selama 10 tahun pada dekade [[1550-an]]. |
||
Akan tetapi, pada tahun 1564 atau 1565, ia menyerang [[Kesultanan Johor|Johor]] dan membawa Sultannya, [[Alauddin Riayat Shah II dari Johor]], ke Aceh dan ia-pun dihukum mati, kemudian menobatkan [[Muzaffar II dari Johor]] di takhta [[Kesultanan Johor]]. Aceh kemudian mengambil kekuasan atas [[Kerajaan Aru|Aru]] dari Kesultanan Johor. Tahun 1568 ia melancarkan kembali serangan yang gagal ke Malaka. Ketika Muzaffar diracun di Johor, Alauddin mengirimkan armadanya ke Johor, tetapi harus kembali karena pertahanan Johor yang kuat. |
Akan tetapi, pada tahun 1564 atau 1565, ia menyerang [[Kesultanan Johor|Johor]] dan membawa Sultannya, [[Alauddin Riayat Shah II dari Johor]], ke Aceh dan ia-pun dihukum mati, kemudian menobatkan [[Muzaffar II dari Johor]] di takhta [[Kesultanan Johor]]. Aceh kemudian mengambil kekuasan atas [[Kerajaan Aru|Aru]] dari Kesultanan Johor. Tahun 1568 ia melancarkan kembali [[Pengepungan Malaka (1568)|serangan yang gagal]] ke Malaka. Ketika Sultan Muzaffar diracun di Johor, Sultan Alauddin mengirimkan armadanya ke Johor, tetapi harus kembali karena pertahanan Johor yang kuat. |
||
== Referensi == |
|||
<references/> |
|||
{{refbegin}} |
|||
* M.C. Ricklefs, ''A History of Modern Indonesia Since c. 1300'', Stanford: Stanford University Press, 1994, pages 33. |
* M.C. Ricklefs, ''A History of Modern Indonesia Since c. 1300'', Stanford: Stanford University Press, 1994, pages 33. |
||
{{refend}} |
|||
{{reflist}} |
|||
{{kotak mulai}} |
{{kotak mulai}} |
||
Baris 34: | Baris 58: | ||
{{kotak selesai}} |
{{kotak selesai}} |
||
{{Portal bar|Biografi|Sejarah|Indonesia}} |
|||
⚫ | |||
{{Authority control}} |
|||
{{DEFAULTSORT:{{PAGENAME}} }} |
|||
[[Kategori:Sultan Aceh|Alauddin al-Qahhar]] |
[[Kategori:Sultan Aceh|Alauddin al-Qahhar]] |
||
[[Kategori:Kesultanan Aceh]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Aceh]] |
|||
[[Kategori:Sejarah Aceh]] |
|||
{{Dropbox-footer-stub| |
|||
}} |
|||
[[en:Alauddin al-Kahar]] |
|||
{{Sultan-bio-stub}} |
|||
[[tr:Alaüddin Şah]] |
|||
⚫ |
Revisi terkini sejak 30 Juni 2024 16.10
Alauddin Ri'ayat Syah al-Kahar | |
---|---|
Sultan Kesultanan Aceh | |
Berkuasa | 1537/1539 – 28 September 1571 |
Pendahulu | Salahuddin dari Aceh |
Penerus | Ali Ri'ayat Syah I |
Kelahiran | tidak dikenal Banda Aceh, Kesultanan Aceh (sekarang Indonesia) |
Kematian | 28 September 1571 Banda Aceh, Kesultanan Aceh (sekarang Indonesia) |
Pemakaman | Kompleks Pemakaman Sultan Aceh Kandang XII, Banda Aceh |
Pasangan | tidak dikenal |
Keturunan | Abdullah Husain Sri Alam Abdul Jalil |
Ayah | Ali Mughayat Syah |
Ibu | putri Inayat Syah yang tidak disebutkan namanya |
Alauddin Ri'ayat Syah al-Kahar (meninggal 29 September 1571) adalah Sultan ketiga dari Kesultanan Aceh, yang memerintah dari tahun 1537 atau 1539 hingga kematiannya. Ia dianggap sebagai salah satu penguasa terkuat sepanjang sejarah kesultanan dan sangat memperkuat Aceh. Pemerintahan Alauddin ditandai dengan meningkatnya konflik dengan saingannya Portugis dan Melayu serta pengiriman utusannya kepada sultan Utsmani, Suleiman yang Agung pada tahun 1560-an.
Kampanye militer
[sunting | sunting sumber]Pada saat naik tahta, Sultan Alauddin Al-Qahhar tampak menyadari kebutuhan Aceh untuk meminta bantuan militer kepada Turki. Bukan hanya untuk mengusir Portugis di Malaka, namun juga untuk melakukan futuhat ke wilayah-wilayah lain, khususnya daerah pedalaman Sumatra, seperti daerah Batak pada tahun 1539. Dalam penyerbuan itu, ia menggunakan pasukan dari Utsmaniyah, Arab, dan Kekaisaran Ethiopia.[1] Pasukan Turki Utsmaniyah berjumlah 160 orang ditambah 200 orang tentara dari Malabar membentuk kelompok elit angkatan bersenjata Aceh. Mendez Pinto, yang mengamati perang antara pasukan Aceh dengan Batak melaporkan kembalinya armada Aceh di bawah komando orang Turki bernama Hamid Khan, keponakan Pasha di Kairo.[2]
Ia juga menyerang Kerajaan Aru, tetapi dilawan oleh pasukan Kesultanan Johor. Tahun 1547, secara pribadi ia terlibat dalam serangan yang gagal ke Kesultanan Malaka. Setelah kejadian ini, Aceh berubah menjadi negara yang damai selama 10 tahun pada dekade 1550-an.
Akan tetapi, pada tahun 1564 atau 1565, ia menyerang Johor dan membawa Sultannya, Alauddin Riayat Shah II dari Johor, ke Aceh dan ia-pun dihukum mati, kemudian menobatkan Muzaffar II dari Johor di takhta Kesultanan Johor. Aceh kemudian mengambil kekuasan atas Aru dari Kesultanan Johor. Tahun 1568 ia melancarkan kembali serangan yang gagal ke Malaka. Ketika Sultan Muzaffar diracun di Johor, Sultan Alauddin mengirimkan armadanya ke Johor, tetapi harus kembali karena pertahanan Johor yang kuat.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia Since c. 1300, Stanford: Stanford University Press, 1994, pages 33.
- ^ Pusponegoro, Marwati Djuned (1984). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Balai Pustaka. hlm. 33.
- ^ Azra, Azyumardi (2004). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Prenada Media. hlm. 27–28.
Didahului oleh: Sultan Salahuddin |
Sultan Aceh 1537—1568 |
Diteruskan oleh: Sultan Husain Ali Riayat Syah |
Artikel rintisan ini terkait beberapa topik. Anda dapat berkontribusi dalam Wikipedia bahasa Indonesia dengan mengembangkannya. |
---|
|